Anda di halaman 1dari 6

Bentuk Korupsi dibagi dalam 3 tingkatan yaitu:

1. Tingkatan yang paling dasar disebut Betrayal of


trust (Pengkhianatan kepercayaan)

 Pengkhianatan merupakan bentuk korupsi paling sederhana


 Semua orang yang berkhianat atau mengkhianati kepercayaan
atau amanat yang diterimanya adalah koruptor.
 Amanat dapat berupa apapun, baik materi maupun non materi
(ex: pesan, aspirasi rakyat)
 Anggota DPR yang tidak menyampaikan aspirasi
rakyat/menggunakan aspirasi untuk kepentingan pribadi
merupakan bentuk korupsi

1. Tingkat Menengah disebut juga dengan  Abuse of


power(Penyalahgunaan kekuasaan)

 Abuse of power merupakan korupsi tingkat menengah


 Merupakan segala bentuk penyimpangan yang dilakukan
melalui struktur kekuasaan, baik pada tingkat negara maupun
lembaga-lembaga struktural lainnya, termasuk lembaga
pendidikan, tanpa mendapatkan keuntungan materi.

1. Tingkat teratas disebut dengan Material


benefit (Mendapatkan keuntungan material yang bukan haknya
melalui kekuasaan)

 Penyimpangan kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan


material baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
 Korupsi pada level ini merupakan tingkat paling
membahayakan karena melibatkan kekuasaan dan keuntungan
material.
 Ini merupakan bentuk korupsi yang paling banyak terjadi di
Indonesia

Beberapa bentuk – bentuk korupsi secara umum diantaranya adalah


sebagai berikut:

1. Penyuapan(bribery) mencakup tindakan memberi dan


menerima suap, baik berupa uang maupun barang yang
melibatkan sejumlah pemberian kepada seseorang dengan
maksud agar penerima pemberian tersebut mengubah perilaku
sedemikian rupa sehingga bertentangan dengan tugas dan
tanggung jawabnya. Sesuatu yang diberikan sebagai suap tidak
harus berupa uang, tapi bisa berupa barang berharga, rujukan,
hak-hak istimewa, keuntungan ataupun janji yang dapat dipakai
untuk membujuk atau mempengaruhi tindakan, suara, atau
pengaruh seseorang dalam sebuah jabatan publik.
2. Embezzlement, merupakan tindakan penipuan dan pencurian
sumber daya yang dilakukan oleh pihak – pihak tertentu yang
mengelola sumber daya tersebut, baik berupa dana publik atau
sumber daya alam tertentu.
3. Fraud, merupakan suatu tindakan kejahatan ekonomi yang
melibatkan penipuan (trickery or swindle). Termasuk
didalamnya proses manipulasi atau mendistorsi informasi dan
fakta dengan tujuan mengambil keuntungan-keuntungan
tertentu.
4. Extortion, tindakan meminta uang atau sumber daya lainnya
dengan cara paksa atau disertai dengan intimidasi – intimidasi
tertentu dengan penggunaan ancaman kekerasan atau
penampilan informasi yang menghancurkan guna membujuk
seseorang agar mau bekerjasama. Dalam hal ini, pemangku
jabatan dapat menjadi pemeras atau korban pemerasan oleh
pihak yang memiliki kekuasaan. Lazimnya dilakukan oleh mafia
– mafia lokal dan regional.
5. Favouritism, adalah mekanisme penyalahgunaan kekuasaan
yang berimplikasi pada tindakan privatisasi sumber daya.
6. Misappropriation, penyalahgunaan/penyelewengan dapat
terjadi bila pengendalian administrasi (check and balances) dan
pemeriksaan serta supervisi transaksi keuangan tidak berjalan
dengan baik. Contoh dari korupsi jenis ini adalah pemalsuan
catatan, klasifikasi barang yang salah, serta kecurangan (fraud).
7. Patronage, perlindungan dilakukan termasuk dalam hal
pemilihan, mutasi, atau promosi staf berdasarkan suku, kinship,
dan hubungan sosial lainnya tanpa mempertimbangkan prestasi
dan kemampuan dari seseorang tersebut.
8. Melanggar hukum yang berlaku dan merugikan negara.
9. Serba kerahasiaan, meskipun dilakukan secara kolektif atau
korupsi berjamaah.
Bentuk – bentuk korupsi yang lainnya adalah sebagai berikut:
1.      Pungutan liar atau (Pungli)
Dengan melakukan pungutan-pungutan liar diluar ketentuan
yang telah ditentukan, ini adalah tindakan korupsi. Misalnya
ada seorang petugas memungut kepada kendaraan umum
yang sedang lewat, tidak berdasarkan ketentuan peraturan
yang telah berlaku, tetapi demi kepentingan diri dan juga
kelompoknya saja.
2.      Penyuapan
Memberikan uang kepada pejabat dan aparat pemerintah atau
biasa disebut dengan Penyuapan ini adalah salah satu bentuk
dari tindakan korupsi. Dengan maksud agar urusan dan
kepentingannya dapat terselesaikan dengan cepat, walaupun
kurang memenuhi syarat dan juga prosedurnya.
3.      Komersial Jabatan
Menggunakan jabatan demi keuntungan finansial yang
digunakan untuk kepentingan sendiri atau pribadi ataupun
Geng atau kelompoknya adalah komersial jabatan. Hal ini
pasti sangat melanggar ketentuan yang telah berlaku, dan
lebih parahnya lagi jabatan tersebut diamanahkan kepadanya
demi kepentingan bangsa dan Negara.
4.      Jual Beli Suara Dalam Pemilihan Umum
Pada poin nomor empat ini pasti sudah sering anda
mendengarnya, karena ini telah beredar dimana-mana. Jual
beli suara atau biasa disebut dengan politik uang (Money
politics) didalam pemilihan umum, baik itu dalam pemilihan
presiden, gubernur, bupati, dst. Dengan maksud membrikan
uang untuk mendapatkan suara kepada orang yang telah
diberikan uang tersebut.
5.      Memperbesar Harga Dari yang Sebelumnya
Mark-Up barang yang telah dibeli pemerintah atas
kesepakatan aparatur pemerintah dengan pihak penjual,
dengan maksud selisih harga yang sebenarnya dengan harga
yang telah dinaikkan menjadi keuntungan pribadi ataupun
kelompok aparatur pemerintah yang terkait juga merupakan
salahsatu tindakan Korupsi yang telah merugikan keuangan
Negara.
Jeremy Pope (2007: xxvi) mengutip dari Gerald E. Caiden
dalam Toward a General Theory of Official Corruption menguraikan
secara rinci bentuk – bentuk korupsi yang umum dikenal, yaitu:

1. Berkhianat, subversif, transaksi luar negeri ilegal,


penyelundupan.
2. Penggelapan barang milik lembaga, swastanisasi anggaran
pemerintah, menipu dan mencuri.
3. Penggunaan uang yang tidak tepat, pemalsuan dokumen dan
penggelapan uang, mengalirkan uang lembaga ke rekening
pribadi, menggelapkan pajak, menyalahgunakan dana.
4. Penyalahgunaan wewenang, intimidasi, menyiksa,
penganiayaan, memberi ampun dan grasi tidak pada tempatnya.
5. Menipu dan mengecoh, memberi kesan yang salah,
mencurangi dan memperdaya, memeras.
6. Mengabaikan keadilan, melanggar hukum, memberikan
kesaksian palsu, menahan secara tidak sah, menjebak.
7. Tidak menjalankan tugas, desersi, hidup menempel pada orang
lain seperti benalu.
8. Penyuapan dan penyogokan, memeras, mengutip pungutan,
meminta komisi.
9. Menjegal pemilihan umum, memalsukan kartu suara, membagi-
bagi wilayah pemilihan umum agar bisa unggul.
10. Menggunakan informasi internal dan informasi rahasia untuk
kepentingan pribadi; membuat laporan palsu.
11. Menjual tanpa izin jabatan pemerintah, barang milik
pemerintah, dan surat izin pemrintah.
12. Manipulasi peraturan, pembelian barang persediaan, kontrak,
dan pinjaman uang.
13. Menghindari pajak, meraih laba berlebih-lebihan.
14. Menjual pengaruh, menawarkan jasa perantara, konflik
kepentingan.
15. Menerima hadiah, uang jasa, uang pelicin dan hiburan,
perjalanan yang tidak pada tempatnya.
16. Berhubungan dengan organisasi kejahatan, operasi pasar
gelap.
17. Perkoncoan, menutupi kejahatan.
18. Memata – matai secara tidak sah, menyalahgunakan
telekomunikasi dan pos.
19. Menyalahgunakan stempel dan kertas surat kantor, rumah
jabatan, dan hak istimewa jabatan.

Menurut J. Soewartojo ada beberapa bentuk/jenis tindak pidana


korupsi, yaitu sebagai berikut:

1. Pungutan liar jenis tindak pidana, yaitu korupsi uang negara,


menghindari pajak dan bea cukai, pemersan dan penyuapan.
2. Pungutan liar jenis pidana yang sulit dibuktikan, yaitu komisi
dalam kredit bank, komisi tender proyek, imbalan jasa dalam
pemberian izin – izin, kenaikan pangkat, punggutan terhadap
uang perjalanan, pungli pada pos – pos pencegatan dijalan,
pelabuhan dan sebagainya.
3. Pungutan liar jenis pungutan tidak sah yang dilakukan oleh
Pemda, yaitu punggutan yang dilakukan tanpa ketetapan
berdasarkan peraturan daerah, tetapi hanya dengan surat-surat 
keputusan saja.
4. Penyuapan, yaitu seorang penguasa menawarkan uang atau
jasa lain kepada seseorang atau keluarganya untuk suatu jasa
bagi pemberi uang.
5. Pemerasan, yaitu orang yang mememang kekuasaan menuntut
pembayaran uang atau jasa lain sebagai ganti atau timbal balik
fasilitas yang diberikan.
6. Pencurian, yaitu orang yang berkuasa menyalahgunakan
kekuasaannya dan mencuri harta rakyat, langsung atau tidak
langsung.
7. Nepotisme, yaitu orang yang berkuasa memberikan
kekuasaan dan fasilitas pada keluarga atau kerabatnya, yang
seharusnya orang lain juga dapat atau berhak bila dilakukan
secara adil.

Widodo membagi korupsi ke dalam tiga bentuk, yaitu graft,


bribery  dan  nepotism.  Sedangkan dilihat dari sifatnya,
Kurniawan, dkk membagi korupsi ke dalam tiga bentuk, yaitu:

1. Korupsi Individual
2. Korupsi Terlembagakan
3. Korupsi Politis

Anda mungkin juga menyukai