Anda di halaman 1dari 19

Makalah Teknik Fasilitasi

Disusun Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemberdayaan Masyarakat dalam Program Kesehatan
Dosen Pengampu : ibu Helmi Diana, STT, M.Keb

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Amelia nailal muna P20624120003


Dita febiar P20624120007
Kornelia Nurkhaliza S.P P20624120011
Lia kamelia P20624120015
Nanda Agustin Priatna P20624120019
Putri Sofie Hamidah P20624120023
Resti Rosnawati P20624120025
Sri Andini P20624120029
Wafa Huwainah Haqqoni P20624120033
Yuli octopiani P20624120037

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
2022

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Teknik Fasilitasi pada mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat dalam Program Kesehatan.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca dan ibu/bapak dosen sekalian agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Tasikmalaya, 02 Februari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................................2


Daftar Isi ..............................................................................................................................3
Bab 1 : Pendahuluan
Latar Belakang ..........................................................................................................4
Rumusan Masalah .....................................................................................................4
Bab 2 : Pembahasan
Pengertian Fasilitasi ..................................................................................................5
Sikap Fasilitator ........................................................................................................5
Fasilitator Yang Baik ................................................................................................6
Keterampilan Fasilitator ...........................................................................................8
Metode Fasilitasi .....................................................................................................14
Bab 3 : Penutup
Kesimpulan .............................................................................................................18
Saran .......................................................................................................................18
Daftar Pustaka ..................................................................................................................19

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Fasilitasi berasal dari kata facil yang bermakna ‘memudahkan’. Teknik fasilitasi
berarti cara untuk membuat mudah suatu proses. Orang yang melakukan fasilitasi disebut
sebagai fasilitator. Fasilitator adalah orang yang bertugas mengelola proses dialog. Fasilitator
ada untuk mendukung kegiatan belajar agar peserta bisa mencapai tujuan belajarnya.
Fasilitator mendorong peserta untuk percaya diri dalam menyampaikan pengalaman dan
pikirannya, mengajak peserta dominan untuk mendengarkan.
Fasilitator memperkenalkan teknik-teknik komunikasi untuk mendorong partisipasi.
Fasilitator memperkenalkan teknik-teknik komunikasi untuk mendorong partisipasi.
Fasilitator menggunakan media yang cocok dengan kebutuhan peserta dan membantu proses
belajar atau komunikasi menjadi lebih efektif.
Tugas utama fasilitator adalah bertanya, memancing pengalaman peserta, bukan
mengajari. Pertanyaan yang baik akan membuat peserta belajar dari pengalamannya dan
menemukan solusi sendiri tanpa merasa digurui. Fasilitator tidak hanya berkomunikasi satu
arah, melainkan lebih banyak menjadi pendengar.
Hal utama yang dilakukan fasilitator adalah menjalin komunikasi yang baik.
Komunikasi dalam memfasilitasi dapat dilakukan dengan cara Bicara atau bertanya dengan
bahasa sederhana tapi jelas. Fasilitator mengarahkan lalu lintas informasi agar peserta
mengalami proses pembelajaran yang baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian fasilitasi dan bagaimana sikap fasilitator
2. Bagaimana teknik fasilitator
3. Apa saja metode fasilitasi

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Fasilitasi

Fasilitasi berasal dari kata facil yang bermakna ‘memudahkan’. Teknik fasilitasi
berarti cara untuk membuat mudah suatu proses. Orang yang melakukan fasilitasi disebut
sebagai fasilitator. Fasilitator adalah orang yang bertugas mengelola proses dialog. Fasilitator
ada untuk mendukung kegiatan belajar agar peserta bisa mencapai tujuan belajarnya.
Fasilitator mendorong peserta untuk percaya diri dalam menyampaikan pengalaman dan
pikirannya, mengajak peserta dominan untuk mendengarkan.
Tugas fasilitator adalah merencanakan, membimbing, dan mengelola kelompok atau
kelas dalam suatu acara serta memastikan tujuan tercapai secara efektif dengan partisipasi
peserta yang memadai. Fasilitator memperkenalkan teknik-teknik komunikasi untuk
mendorong partisipasi. Fasilitator menggunakan media yang cocok dengan kebutuhan peserta
dan membantu proses belajar/komunikasi menjadi lebih efektif. Fasilitator memperkenalkan
teknik-teknik komunikasi untuk mendorong partisipasi. Fasilitator menggunakan media yang
cocok dengan kebutuhan peserta dan membantu proses belajar atau komunikasi menjadi lebih
efektif. Peran fasilitator ini harus dikurangi secara bertahap dan diserahkan kepada peserta.
Dengan membatasi waktu dari fasilitator, proses pembelajaran bisa diambil alih oleh peserta
sehingga pembelajaran bisa berjalan sebagai inisiatif sendiri.
2. Sikap Fasilitator
Sikap-sikap yang harus dimiliki oleh seorang fasilitator meliputi:
a. Empati. Ikut merasakan dan menghargai pengalaman dan perasaan peserta. Tidak
meremehkan peserta dengan hadir sepenuh hati dan sepenuh tubuh.
b. Peka terhadap situasi pertemuan. Mengetahui kapan peserta merasa bersemangat,
bosan, mengantuk, tahu kapan harus bicara, berhenti dan bertanya.
c. Tidak hanya memikirkan target penyampaian materi (hasil), melainkan proses belajar
para peserta.
d. Percaya diri. Fasilitator yakin mampu mengajak peserta belajar bersama. Tidak malu
meskipun harus berhadapan dengan peserta yang berbeda usia, kelas sosial, ekonomi,
pendidikan, dan lain-lain.
e. Jujur, terbuka, apa adanya saat merespon peserta 2
f. Tidak menunjukkan sikap dibuat-buat atau berpura-pura.
g. Ramah, semangat, dan luwes Mampu membuat suasana hangat, akrab,dan peserta
merasa diperhatikan.
h. Hormat terhadap peserta secara sederajat
i. Menghargai pengetahuan, pengalaman, tradisi dan kepercayaan yang dianut peserta.
j. Tidak menonjolkan diri sendiri, menggurui, atau merasa paling ahli

5
k. Tidak terpancing untuk menjawab setiap pertanyaan.
l. Obyektif. Obyektif adalah sikap untuk berada pada posisi netral atau tidak memihak.

3. Fasilitator yang baik


Menjadi fasilitator itu tidak mudah karena harus mampu untuk memberi kemudahan
dalam segenap proses kegiatan. Berikut ini beberapa tips untuk menjadi fasilitator yang baik,
meliputi:
a. Menjaga kelompok tetap fokus pada tujuan dan proses.
b. Tetap obyektif.
c. Membantu kelompok menentukan arah yang akan ditempuh dan
mencapai tujuannya.
d. Lebih banyak mendengarkan daripada berbicara.
e. Dapat menyesuaikan dengan gaya belajar yang berbeda-beda.
f. Sensitif terhadap gender dan budaya.
g. Mendorong semua orang berpartisipasi.
Setiap orang berpartisipasi dengan cara yang berlainan. Ada yang hanya
berbicara dalam kelompok kecil, tetapi tetap berpartisipasi, nmun yang lain mungkin
banyak bicara tetapi sedikit kontribusi.
h. Membantu kelompok mentaati waktu.
i. Memberi semangat atau membuat kelompok rileks sesuai kebutuhan.
j. Sewaktu-waktu menyimpulkan yang terjadi dalam pertemuan dan membantu
kelompok mengaitkan satu sesi dengan sesi lainnya. Seorang fasilitator harus mewaspadai
hal-hal berikut ini:
a. Waspada terhadap tanda-tanda kebingungan peserta. Peserta saling bertanya pada
orang di sebelahnya, wajah bingung atau frustasi dan sikap menolak, dan sebagainya).
b. Biarkan kelompok bekerja sendiri, jangan melakukan pekerjaan
kelompok.
c. Berkeliling dari kelompok ke kelompok; tetapi jangan menjadi bagian dari satu
kelompok saja karena anda akan mempengaruhi kelompok itu.
d. Berikan waktu pada setiap kelompok memahami tugas yang diberikan dan konsep-
konsep pendukungnya.
e. Bahas kembali bagian-bagian pertemuan yang membingungkan kalau ada peserta
yang kelihatannya mengalami kesulitan.
f. Jangan menganggap diri anda seorang ahli. Ingatkan kelompok dan diri sendiri
bahwa anda adalah fasilitator. Penting selalu diingat akan keahlian dan pengalaman yang
peserta miliki. Biasakan melibatkan audien/peserta dengan mengajukan pertanyaan pada

6
peserta lain, misalnya: “Pertanyaan bagus, dari Ibu Ari. Bagaimana menurut Ibu Citra?”;
“Pertanyaan yang bagus. Apa ada yang mau menanggapi?
g. Sering-seringlah bertanya: “Apakah ada pertanyaan?”
h. Bersikap fleksibel dan gunakan penilaian anda sendiri tentang perhatian, energi dan
pemahaman kelompok kemudian sesuaikan dengan waktu seperlunya. Perubahan tidak
berarti rencana yang buruk, tetapi anda
i.mendengar, menyimak dan menyesuaikan rencana dengan situasi. Jangan lupa waktu
istirahat 15-20 menit. Kondisi ini perlu menjadi perhatian agar peserta enjoy dan tidak
kelelahan dalam megikuti kegiatan.
Seorang fasilitator harus mampu mengenai dan memahami apabila ada
resistensi/penolakan dari peserta agar dapat mengelola pertemuan dengan baik.

Resistensi itu dapat dikenali dari:


a. Ketika kelompok yang difasilitasi sangat lamban dalam mengikuti proses atau
mencapai kesepakatan, atau bahkan menolak sama sekali untuk bekerja sama.
b. Dalam situasi terburuk, mereka mungkin menolak gagasan-gagasan anda.
c. Mereka menolak untuk mengubah cara berpikir mereka dan semakin menjadi lebih
nyata ketika orang sekelilingnya mendukung semangat itu.
d. Menghindari kontak mata.
e. Melakukan diskusi kecil terus menerus tanpa menghiraukan
keberadaan anda sebagai fasilitator.
f. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengalihkan perhatian dari
yang menjadi fokus dalam pertemuan.
g. Tampak secara fisik menarik diri dari kegiatan diskusi pada
pertemuan.
h. Menunjukkan secara terus menerus berbeda pendapat tentang
pembahasan dalam pertemuan.
i. Interupsi berulang-ulang
j. Mengungkapkan rasa frustasi secara langsung atau tidak langsung.
Tips menghadapi resistensi/penolakan dalam memfasilitasi peserta antara lain:
a. Cek perasaan semua peserta/seluruh kelompok
Lemparkan pertanyaan kepada seluruh kelompok untuk memperoleh pendapat
kelompok tentang masalah yang muncul, misal: “Bagaimana menurut yang lain?”
b. Pusatkan kembali perhatian
7
Selalu mengingatkan pokok bahasan, misal: iya Bu Dewi, apa yang disampaikan ibu,
saya pikir masalah yang berbeda dengan apa yang sedang kita bahas saat ini boleh disimpan
dulu untuk kemudian kita diskusikan?
c. Gunakan bahasa tubuh
Berdirilah dan berjalan menuju tengah-tengah ruangan, ajak peserta untuk terlibat
dengan kontak mata dan mencondongkan badan ke depan.
d. Gunakan humor yang sepantasnya
Kalau digunakan dengan pantas, humor akan mengurangi ketegangan. Namun harus
menghindari bercanda yang membuat orang lain ditertawakan.
e. Ingatkan akan norma kelompok
Satu hal yang kita sepakati pada awal pertemuan adalah norm kelompok sehingga
tidak terjadi diskusi tersendiri. Norma itu harus disepakati oleh seluruh peserta.
f. Alihkan perhatian
Mengalihkan perhatian agar lebih fokus dapat dilakukan pada peserta yang resisten.
Misal: “Bisa minta waktu 2 menit lagi sebelum kita lanjutkan ke kesimpulan?”
g. Jangan mengabaikan atau menghindar.
Memang sulit untuk menghadapi resistensi ketika kita mendeteksinya. Tetapi,
mengabaikan atau menghindar dari resistensi yang ada akan mengacaukan proses-proses
selanjutnya. Bukan tidak mungkin akan menghentikan (membubarkan) proses sama sekali.

4. Keterampilan Fasilitator
Keterampilan fasilitator merupakan serangkaian kemampuan yang harus dikuasai oleh
fasilitator sebelum diterjunkan ke masyarakat. Keterampilan fasilitator meliputi:
a. Bertanya

Tugas utama fasilitator adalah bertanya, memancing pengalaman peserta, bukan


mengajari. Pertanyaan yang baik akan membuat peserta belajar dari pengalamannya dan
menemukan solusi sendiri tanpa merasa digurui dengan cara: 1) Gunakan pertanyaan yang
menggali pengalaman peserta didasari rasa ingin tahu; 2) Gunakan jenis pertanyaan terbuka
(pertanyaan yang yang jawabannya berupa cerita), misalnya, “Bisa diceritakan, Bu, apa yang
dilakukan putranya kalau sedang; 3) Awali dengan pertanyaan mudah yang dapat dijawab
langsung berdasarkan keseharian. Biasanya menggunakan kata tanya apa atau bagaimana; 4)
Pertanyaan sensitif, fasilitator dapat mengggunakan pertanyaan orang ketiga agar peserta
tidak merasa dihakimi atau malu. Contohnya, “Menurut Ibu, mengapa ada orang yang tidak
pernah marah pada anaknya?”; dan 5) Saat peserta terlihat pesimis di tengah diskusi, gunakan
pertanyaan untuk mengajak peserta mengingat keberhasilan di masa lalu.

8
b. Mendengar aktif
Fasilitator tidak hanya berkomunikasi satu arah, melainkan lebih banyak menjadi
pendengar. Menjadi pendengar aktif dapat dilakukan dengan cara: 1) Simak perkataan
peserta. Tanggapi pembicaraan dengan ekspresi wajah yang sesuai (senyum, prihatin, dan
lainnya); 2) Beri tanggapan berupa pertanyaan untuk menggali pengalaman peserta. Contoh:
“Oya?, contohnya bagaimana, Bu?”; 3) Konfirmasi pendapat peserta dengan menyatakannya
kembali. Jangan terburu-buru menyimpulkan. Tanyakan apakah pernyataan kita betul; 4)
Jangan memotong pembicaraan, kecuali jika topik sudah jauh melenceng. Ajak peserta
kembali ke topik dengan sopan. Misalnya: “Wah, menarik sekali, Pak. Mungkin kita
lanjutkan kembali nanti, sementara ini kita kembali ke topik awal, Pak.”
c. Komunikasi
Hal utama yang dilakukan fasilitator adalah menjalin komunikasi yang baik.
Komunikasi dalam memfasilitasi dapat dilakukan dengan cara: 1) Bicara atau bertanya
dengan bahasa sederhana tapi jelas; 2) Gunakan kalimat singkat dan langsung ke tujuan.
Misalnya: “Bapak, putra Anda yang SMP itu masih sering ngajak ngobrol?”; dan 3)
Perkenalkan diri dan hafalkan nama peserta. Supaya bisa menghafal, gunakan saat
memanggil dan ulangi dalam kalimat. Misalnya, “Ibu Bapak, ada yang akan menanggapi
pertanyaan ini? Ya, Ibu Asih kan?” (sambil mendekati ibu tersebut untuk memberikan
kesempatan menanggapi.
d. Bahasa tubuh
Bahasa tubuh adalah bentuk komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal meliputi:
1) Tatap mata peserta. Jangan bicara sambil melihat lantai, langit-langit, atau kertas catatan;
2) Bergerak secukupnya, misalnya tangan menunjuk pada poster. Jangan gugup, misalnya
tangan memainkan spidol, kaki melangkah ke depan ke belakang seperti tanpa tujuan; dan 3)
Usahakan setara atau melebur dengan peserta, misalnya duduk sama rendah ketika peserta
sedang duduk di lantai berdiskusi dan mengerjakan tugas kelompok
e. Mengarahkan orang
Fasilitator mengarahkan lalu lintas informasi agar peserta mengalami proses
pembelajaran yang baik. Mengarahkan orang dapat dilakukan dengan: 1) Pelajari hal yang
akan disampaikan agar pembicaraan tidak melenceng dari topic; 2) Dorong semua peserta
untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan atau diskusi, terutama peserta yang
pendiam. Jangan membiarkan hanya satu atau dua peserta yang mendominasi; dan 3)
Gunakan jeda, canda, dan pujian untuk mendorong peserta nyaman berbicara. Jangan
mengkritik, mendebat, atau membela diri. Jika diperlukan mendebat atau menyanggah
pendapat peserta, upayakan peserta lain juga melakukan.
Teknik Mendengarkan dan Bertanya
Seorang fasilitator harus menguasai teknik mendengarkan dan bertanya karena akan
mempermudah proses perubahan. Beberapa teknik mendengarkan dan bertanya meliputi:
a. Membahasakan Kembali (Paraphrasing)
Membahasakan kembali merupakan teknik yang paling penting untuk dipelajari.
Paraphrasing membantu pembicara menilai apakah ucapannya ditangkap atau tidak oleh
9
orang lain. ucapannya ditangkap atau tidak oleh orang lain. Teknik ini merupakan dasar dari
teknik lainnya. Teknik ini bersifat menenangkan, membuat peserta paham bahwa ucapannya
dimengerti orang lain. Terutama digunakan untuk menanggapi jawaban yang berbelit dan
membingungkan.
Cara melakukan paraprashing yaitu gunakan kalimat sendiri untuk membahasakan
kembali jawaban orang lain. Apabila jawabannya pendek, bahasakan kembali secara pendek.
Apabila jawabannya panjang, bahasakan kembali dengan meringkasnya. Awali dengan
kalimat seperti:
• "Tadi Ibu mengatakan,.. ", Sesudahnya, perhatikan reaksi orang itu.
Sertai dengan kata, misalnya, "Apa itu yang Ibu maksud ....".
• “ kedengarannya anda tadi mengatakan bahwa...”
• “ Yang saya tangkap dari pendapat anda adalah ...”
• “ Saya memahami yang dikatakan lebih kurang ...”
b. Menarik keluar/Menggali lebih jauh (Drawing people out)
Kondisi ini dilakukan, apabila jawaban lawan bicara kurang lengkap, sehingga
fasilitator perlu menarik keluar gagasan yang belum
dikatakan. Menggali lebih jauh adalah cara mendukung orang supaya menjelaskan
lebih lanjut ide atau gagasannya.Teknik ini digunakan apabila lawan bicara mengalami
kesulitan dalam menjelaskan gagasan.
Cara melakukannya yaitu didahului dengan teknik membahasakan kembali
(Paraphrasing). Misal:
• "tadi ibu Dewi mengatakan ...............
• Lanjutkan dengan pertanyaan terbuka,seperti,"Bisa lebih diperjelas?"
• Ada juga cara lain. Setelah peserta selesai bicara sambut dengan kata
sambung seperti, "Karena..." atau "Jadi,..."
c. Memantulkan (Mirroring)
Fasilitator berfungsi sebagai dinding, yang memantulkan kata-
kata peserta. Mengulang apa yang dikatakan orang lain persis seperti yang diucapkan
dengan mengulang kembali setiap kata yang diucapkan. Kadang-kadang ini dibutuhkan untuk
meyakinkan orang-orang tertentu bahwa mereka betul-betul didengarkan. Tujuannya,
meyakinkan peserta bahwa fasilitator mendengarkan ucapannya. Biasanya digunakan bila
fasilitator ingin menegaskan bahwa fasilitator tidak memihak. Teknik ini berguna
mempercepat diskusi yang lamban sesuai untuk memfasilitasi proses curah pendapat.
Jika pembicara mengatakan satu kalimat, ulangi secara verbatim (persis seperti yang
diucapkan). Jika pembicara mengatakan lebih dari satu kalimat, ulangi kata kunci atau
kalimat pendek.

10
Cara melakukan mirroring yaitu apabila peserta mengatakan satu kalimat, ulangi
secara verbatim (persis seperti yang diucapkan) atau pantulkan kata demi kata setepat
tepatnya. Tidak kurang, tidak lebih. Jika pembicara mengatakan lebih dari satu kalimat,
ulangi kata kunci atau kalimat pendek. Gunakan kata kata peserta, bukan kata kata fasilitator.
Apabila peserta berkata dengan menggebu gebu, pantulkan dengan nada bicara tenang,
karena yang harus diulang adalah kata-kata peserta bukan suara pembicara. Tujuan utamanya
disini untuk membangun kepercayaan peserta.
d. Mengumpulkan gagasan (Gathering ideas)
Mengumpulkan gagasan (Gathering Ideas) adalah teknik mendaftar gagasan secara
cepat. Mengumpulkan gagasan, bukan membahasnya. Mengumpulkan gagasan adalah
keterampilan yang memadukan antara mirroring dan paraphrasing ditambah dengan gerakan-
gerakan fisik. Dengan memantulkan ucapan, peserta merasa didengarkan dan mereka akan
ikut menyampaikan gagasan secara singkat.
Keterampilan mendengar dan memberikan pengakuan pada pendapat atau gagasan
orang dapat mengurangi kecenderungan mereka untuk membela gagasannya. Kumpulkan
gagasan dengan memadukan teknik membahasakan kembali. Bahkan agar lebih cepat,
gunakan terutama teknik memantulkan (mirroring). Biasanya dalam 3 sampai 5 kata. Jadi,
kita lebih mudah menuliskannya di papan tulis.
Cara melakukan mengumpulkan gagasan (Gathering ideas) diawali dengan penjelasan
tugas secara singkat. Kemudian lakukan curah pendapat. Kumpulkan gagasan sebanyak
banyaknya. Tuliskan gagasan para peserta, apapun yang mereka katakan, dengan memakai
teknik memantulkan atau teknik membahasakan kembali. Jika para peserta telah merasa
cukup, akhiri proses ini lalu berikan penghargaan terhadap semua pandangan peserta.
Misalnya : “Dalam 10 menit mendatang, berikan tanggapan pada usulan ini dengan
menyebutkan kelebihan dan kekurangannya. Saya minta satu kelebihan lalu satu kekurangan,
begitu selanjutnya. Kita akan membuat dua daftar sekaligus.”
e. Mengurutkan (Stacking)
Mengurutkan (stacking) adalah semacam teknik menyusun antrian bicara, ketika
beberapa orang bermaksud berbicara pada waktu bersamaan. Dengan teknik ini, setiap orang
akan mendengarkan tanpa gangguan dari orang yang berebut kesempatan bicara, karena
setiap orang tahu gilirannya, tugas fasilitator menjadi lebih ringan.
Cara melakukan Stacking yaitu fasilitator meminta peserta yang hendak bicara untuk
mengangkat tangan lalu mengurutkan giliran yang akan bicara serta mempersilakan peserta
untuk bicara ketika tiba gilirannya. Sesudah peserta terakhir selesai bicara, fasilitator
memeriksa jika ada peserta lain yang hendak bicara. Jika ada, fasilitator kembali melakukan
teknik mengurutkan.
f. Mengembalikan ke jalurnya (Tracking)
Terkadang beberapa pokok-pokok pikiran muncul bersamaan dalam sebuah diskusi.
Bayangkan bila ada lima orang yang ingin membicarakan berbagai akibat dari penumpukan
sampah. Empat orang ingin menghitung biaya pengadaan kereta pengangkut sampah. Tiga
orang tertarik membahas pemanfaatan sampah menjadi pupuk organik. Dalam situasi seperti
ini, mereka perlu dibantu untuk mengikuti semua topik yang sedang dibicarakan. Biasanya

11
orang menganggap bahwa apa yang ia anggap penting seharusnya terpilih menjadi topik
diskusi. Pada keadaan ini, fasilitator bertugas mengembalikan diskusi ke jalumya. Teknik ini
akan menenangkan orang yang bingung karena gagasannya tidak mendapatkan sambutan dari
orang lain.
Cara melakukan tracking antara lain:
• Mengajak warga untuk kembali pada tema awal.
• Menyebutkan gagasan yang muncul dalam diskusi
• Tanyakan pada kelompok untuk memeriksa ketepatannya.
Berikut adalah contohnya: "Baiklah, nampaknya ada tiga pembahasan yang sedang
berlangsung saat ini. Pembahasan pertama menyangkut akibat akibat penumpukan sampah.
Kedua, mengenai peralatan dan kebutuhan biaya. Ketiga, membahas tentang Pemanfaatan
sampah. Benarkah demikian?" Biasanya teknik ini membuat orang lebih memahami situasi
diskusi. Jika ada yang mencoba menjelaskan bahwa saran dia penting, tunjukkan perhatian.
Namun, jangan bersikap pilih kasih. Tanyakan juga pendapat orang yang lain.
g. Menguatkan (Encouraging)
Menguatkan (encouraging) adalah teknik mengajak orang ikut terlibat dalam diskusi,
tanpa membuat mereka tersiksa karena terpaksa menjadi pusat perhatian. Dalam diskusi
biasanya ada peserta yang hanya duduk dan diam. Diam bukan berarti malas atau tidak mau
tahu. mereka merasa kurang terlibat. Dengan sedikit dorongan, temukan sesuatu yang
menarik perhatian mereka. Teknik menguatkan terutama membantu selama tahap awal
diskusi, pada saat para peserta masih menyesuaikan diri. Bagi peserta yang lebih terlibat,
mereka tidak membutuhkan begitu banyak penguatan untuk berpartisipasi. Misal:
• "Siapa lagi yang ingin menyumbangkan gagasan?"
• "Sudah ada beberapa pendapat dari perempuan, sekarang mari
kitadengar pendapat dari laki laki."
• "Kita sudah mendengar pendapat Ibu Tini tentang prinsip prinsip
umum memilih kepala desa. Adakah yang dapat memberikan
contoh tentang pelaksanaan prinsip tersebut?"
• "Apakah masalah ini dirasakan oleh semua yang hadir di sini?"
• "Mari kita dengar pendapat dari teman teman yang sementara ini
belum berbicara"
h. Menyeimbangkan (Balancing)
Jika pembicaraan terjadi dengan beberapa orang, terkadang ada salah satu yang
dominan dalam menyampaikan pendapatnya. Orang lain yang diam belum berarti setuju, bisa
jadi karena takut tidak disukai atau malas berargumentasi. Pendapat paling kuat dalam suatu
diskusi seringkali datang dari orang yang mengusulkan topik diskusi. Mungkin ada sebagian
peserta yang mempunyai pendapat lain, tapi belum mau bicara.

12
Teknik menyeimbangkan membantah anggapan umum bahwa "diam berarti setuju".
Teknik menyeimbangkan gunanya untuk membantu orang yang tidak bicara karena merasa
pendapatnya pasti tidak disetujui banyak orang. Dengan teknik menyeimbangkan, fasilitator
sebenamya menunjukkan bahwa dalam diskusi orang boleh menyatakan pendapat apapun.
Misalnya:
• "Baiklah, sekarang kita mengetahui pendirian dari tiga orang.
• Adakah yang lain atau memiliki pendirian berbeda?"
• "Ada yang punya pandangan lain?"
• "Apakah kita semua setuju dengan ini?"
i. Membuka ruang (Making space)
Teknik membuka ruang adalah teknik membuka kesempatan
kepada peserta yang pendiam untuk terlibat dalam diskusi. Dalam setiap diskusi selalu
ada yang bicara terus, ada yang jarang bicara. Pada saat diskusi berlangsung cepat, orang
pendiam dan yang berpikir lambat mungkin mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri.
Ada orang yang tidak mau berperan banyak, karena tidak ingin dianggap ingin menang
sendiri. Ada pula yang ikut dalam diskusi sambil meraba raba apakah ia dapat diterima atau
tidak. Banyak juga yang enggan bicara karena menganggap dirinya bodoh. Maka, fasilitator
perlu membuka ruang partisipasi.
Cara melakukan membuka ruang (making space), yaitu:
• Amati peserta diskusi yang pendiam. Perhatikan gerak tubuh atau mimik mukanya,
apakah menunjukkan bahwa mereka ada hasrat untuk bicara?
• Persilakan mereka untuk bicara: "Apakah ada yang hendak Ibu kemukakan?"
"Apakah Bapak ingin menambahkan sesuatu?" "Kelihatannya anda mau mengatakan sesuatu?
• Jika mereka mundur, perlakukan mereka dengan ramah dan segeralah beralih. Tak
seorang pun suka dipermainkan. Setiap orang berhak untuk memilih kapan ia berpartisipasi.
• Jika si pendiam tampaknya ingin bicara, jika perlu, tahan orang lain untuk bicara.
j. Diam sejenak (intentional silence)
Diam sejenak (intentional silence) adalah berhenti bicara selama beberapa detik.
Menunggu sejenak agar si pembicara menemukan apa yang ingin ia katakan. Banyak orang
membutuhkan keadaan tenang untuk mengenali pemikiran atau perasaannya. Kadang kadang
berhenti bicara beberapa detik sebelum mengatakan sesuatu yang mungkin berisiko. Ada pula
yang diam sejenak untuk menyusun pikirannya. Gunakan teknik ini jika peserta diskusi
terialu mudah berbicara. Teknik ini akan mengajak mereka untuk berpikir lebih mendalam.
Cara melakukan diam sejenak (intentional silence) dengan:
• Hening selama lima detik tampaknya begitu lama. Banyak orang tak sabar dengan
"keheningan" tersebut. Jika fasilitator mampu
melakukannya, orang lain pun akan mampu.

13
• Tetaplah tenang. Pelihara kontak mata pada pembicara.
• Jangan berkata apapun. Bahkan tidak juga berdehem atau batuk
batuk kecil atau menggaruk dan menggeleng gelengkan kepala.
Tetaplah tenang dan berikan perhatian.
• Jika perlu, angkat tangan untuk memberi isyarat kepada orang agar
tidak memecahkan keheningan.
k. Menemukan kesamaan pemikiran dasar
Teknik menemukan kesamaan pemikiran dasar terutama berguna ketika peserta
diskusi terbelah oleh perbedaan pendapat. Teknik ini dapat memperjelas letak persamaan dan
pertentangan pendapat yang terjadi dalam, diskusi. Teknik ini dapat membangkitkan harapan.
Membuat peserta tersadar bahwa meski saling bertentangan, mereka memiliki kesamaan
tujuan. Untuk hal yang dasar mereka memiliki banyak kesamaan. Misal:
• Katakan bahwa kita akan merangkum hal hal yang menjadi perbedaan dan
persamaan di dalam. kelompok diskusi.
• Ringkaskan perbedaan perbedaan.
• Catat aspek aspek dasar yang sama
• Periksa catatan tersebut bersama peserta.
5. Metode Fasilitasi
Adalah prosedur, urutan, langkah dan cara yang digunakan dalam pencapaian tujuan
pembelajaran
1. Focused Group Discussion (FGD)
Salah satu metode yang paling sering digunakan dalam proses pemberdayaan masyarakat
adalah diskusi kelompok searah (DKT) atau focused group discussion(FGD).
FGD adalah suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu
permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok. Sesuai namanya,
pengertian Focus Group Discussion mengandung tiga kata kunci:
a. Diskusi (bukan wawancara atau obrolan);
b. Kelompok (bukan individual);
c. Terfokus/Terarah (bukan bebas).
Di luar fungsinya sebagai metode penelitian ilmiah, FGD pada dasarnya juga dapat
digunakan dalam berbagai ranah dan tujuan, misalnya
(1) pengambilan keputusan,
(2) need assesment,
(3) pengembangan produk atau program,

14
(4) mengetahui kepuasan pelanggan, dan sebagainya.

FGD membantu fasilitator untuk :


a) Memperoleh informasi yang banyak secara cepat;
b) Mengidentifikasi dan menggali informasi mengenai kepercayaan, sikap dan perilaku
kelompok tertentu;
c) Menghasilkan ide-ide untuk penelitian lebih mendalam; dan
d) Cross-check data dari sumber lain atau dengan metode lain.
Pelaksanaan FGD memerlukan perencanaan matang dan tidak asal-asalan. Untuk itu
diperlukan beberapa persiapan sebagai berikut:
 Membentuk Tim;
 Memilih Tempat dan Mengatur Tempat;
 Menyiapkan Logistik;
 Menentukan Jumlah Peserta; dan
 Rekruitmen Peserta.

Prinsip dalam FGD adalah:


 Setara
 Netral
 Menghargai pendapat
 Menjaga focus pembicaraan
 Mengatur waktu

2. Curah Pendapat
Yaitu fasilitator menanyakan satu hal kemudian peserta merespon. Semua jawabar peserta
dituis di papan/kertas besar.
Metode ini cocok untuk menghimpun pengetahuan, informasi, pemikiran, gagasan Hasilnya
adalah "peta" pendapat/gagasan atau informasi. Dalam metode curah pendapat semua
jawaban di terima. Tidak ada koreksi, argumentasi, kesepakatan atau kesimpular umum.
Prosesnya kurang partisipatif tapi semua peserta terlibat.
3. Metode Diskusi Umum (Diskusi Kelas)
Yaitu seluruh partisipan berada dalam satu forum untuk membahas topik yang sama.
Partisipan saling tukar menukar pengetahuan, informasi, pemikiran, gagasan.
Metode ini mengembangkan argumentasi untuk mencapai suatu kesepakatan atau kesimpulan
umum. Prosesnya multi arah dan sangat partisipatif
4. Metode Ceramah

15
Yaitu fasilitator memberikan paparan atau penjelasan, sementara partisipan menyimak
Tujuannya untuk menyampaikan informasi, pengetahuan, materi.
Metode ceramah merupakan komunikasi satu arah sehingga kurang partisipatif, namun bisa
dibuat menjadi interaktif, apabila setiap tahap penyampaian materi disertai adanya tanggapan
balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman peserta lain
Ceramah juga dapat dikombinasikan dengan metode lain yang lebih partisipatif (disko, pleno,
curah pendapat, penugasan, studi kasus, du).
5. Metode Simulasi
Merupakan pengganti metode praktek yang memindahkan suatu situasi nyata ke dalam
kegiatan atau ruang belajar.
Situasi yang dihadapi dalam simulasi ini harus dibuat seperti benar-benar merupakar keadaan
yang sebenarnya (replikasi kenyataan).
Metode ini mirip dengan bermain peran, tetapi dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan
sebagai dirinya sendiri saat melakukan suatu kegiatan/tugas yang benar-benar akan
dilakukannya.
6. Metode Bermain Peran (Role Play)
Yaitu 'menghadirkan' peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu 'pertunjukan
peran' di dalam kelas/pertemuan.
Kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadapnya.
Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran ersebut, dan
kemudian memberikan saran/alternatif pendapat bagi pengembangar peran-peran tersebut.
Metode ini bisa sangat menarik bila peserta cukup cair (akrab) dar ada pemain-pemain yang
baik
7. Metode Drama
Yaitu memindahkan 'sepenggal cerita' yang menyerupai kisah nyata atau situasi sehari hari ke
dalam pertunjukkan.
Penggunaan metode ini mengembangkan diskusi dan analisa peristiwa (kasus).
Tujuannya adalah sebagai media untuk memperlihatkan berbagai permasalahan pada suatu
tema (topik) sebagai bahan refleksi dan analisis solusi masalah.
8. Metode Praktek
Yaitu partisipan diajak melakukan langkah-langkah pengerjaan sesuatu pekerjaan teknis.
Partisipan tidak hanya melihat, tapi benar-benar melakukan. Misalnya: praktek membuat
pupuk kompos.
Keunggulan dari metode ini adalah pengalaman nyata yang diperoleh bisa langsung
mengembangkan kemampuan atau keterampilan peserta.
9. Metode Demonstrasi

16
Yaitu menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu,
merupakan praktek yang diperagakan di depan partisipan. Tujuannya agar partisipan
memahami langkah demi langkah; dan memperlihatkan hasil dari sebuah proses. Misalnya:
demonstrasi membuat alat jebakan tikus. Fasilitator menunjukkan caranya di depan,
partisipan melihat.
10. Metode Permainan
Ada 2 kegunaan metode permainan, yaitu sebagai metode untuk membantu memahami
materi, atau sebagai metode untuk membangun suasana kondusif
Sebagai metode untuk membantu memahami materi, partisipan diajak mengikuti permainan
yang mengilustrasikan suatu situasi. Setelah bermain fasilitator memandu pemaknaannya.
Misalnya permainan kata berantai yang menggambarkan tentang komunikasi.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan

Fasilitasi berasal dari kata facil yang bermakna ‘memudahkan’. Teknik fasilitasi
berarti cara untuk membuat mudah suatu proses. Orang yang melakukan fasilitasi
disebut sebagai fasilitator. Fasilitator adalah orang yang bertugas mengelola proses
dialog. Fasilitator ada untuk mendukung kegiatan belajar agar peserta bisa mencapai
tujuan belajarnya. Fasilitator mendorong peserta untuk percaya diri dalam
menyampaikan pengalaman dan pikirannya, mengajak peserta dominan untuk
mendengarkan.
Sikap-sikap yang harus dimiliki oleh seorang fasilitator meliputi empati, peka
terhadap situasi pertemuan. Tidak hanya memikirkan target penyampaian materi
(hasil), melainkan proses belajar para peserta, Percaya diri. Jujur, terbuka, apa adanya
saat merespon peserta. Tidak menunjukkan sikap dibuat-buat atau berpura-pura.
Ramah dan Hormat.
Seoang fasiliator bisa menggunakan beberapa metode yang dapat di gunakan ketika
pertemuan

3.2 Saran
Dari makalah ini dapat diketahui fasilitator memiliki tugas untuk memfasilitasi
masyarakat. Adapun peran dan fungasi fasilitator, yaitu: menggali potensi dan
kebutuhan masyarakat, memecahkan masalah, memposisikanpPeran dan tindakan,
mengajak masyarakat untuk berfikir, memberikan kepercayaan, kemandirian dan
pengambilan keputusan, membangun jaringan kerja.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://bppps.kemensos.go.id/bahan_bacaan/file_materi/teknik-fasilitasii.pdf

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/25443/Modul%20siap%20cetak.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

19

Anda mungkin juga menyukai