Anda di halaman 1dari 39

ROAD MAP PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 - 2020

DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN


PROVINSI KALIMANT TENGAH
TAHUN 2016

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk, tingkat pendidikan dan ekonomi
mendorong peningkatan kebutuhan protein hewani asal ternak. Namun kendala
yang dihadapi adalah kurangnya ketersediaan ternak memenuhi kebutuhan yang
ada. Hal ini disebabkan oleh tidak seimbangnya peningkatan populasi, produksi
dan produktifitas ternak. Ketidakseimbangan ini disebabkan pengembangan
peternakan yang masih didominasi oleh peternakan rakyat yang memiliki ciri-ciri
yaitu: 1) Skala usaha kecil; 2) akses modal yang terbatas; 3) manajemen
pemeliharaan secara tradisional; dan 4) analisa usaha masih seadanya. Oleh
karena itu, rencana pembangunan Jangka Menengah (RPJM) sub sektor peternakan
Provinsi Kalimantan Tengahtahun 2016 – 2020 mengarah kepada pembangunan
peternakan yang memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional yang
melalui kontribusinya dalam pembentukan modal, penyediaan bahan pangan,
pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kesejahteraan peternak di
Provinsi Kalimantan Tengah.
Untuk mendukung hal tersebut di atas, perlu disusun Road Map peternakan
yang menekankan pada pengembangan komoditas strategis. Pengembangan
komoditas strategis ini didukung melalui pengembangan kawasan peternakan
sehingga mampu memanfaatkan secara optimal potensi wilayah yang ada meliputi
ketersediaan lahan, sumber pakan, sumber air, akses sarana dan prasarana
peternakan, penanganan pasca panen hingga akses modal dan pemasaran.
Pengembangan komoditas peternakan strategis dalam suatu kawasan juga
harus mendorong terciptanya koordinasi teknis antar daerah serta stake holder
yang terkait dalam pengembangan pertanian dalam arti luas, pengambil kebijakan
serta lembaga keuangan sebagai sumber permodalan. Dengan demikian,
penyusunan road map ini marupakan bentuk pendekatan yang terpadu dan
menyeluruh dalam perencanaan yang didasarkan atas kelayakan dan kesesuaian
terhadap prasyarat dan potensi dampaknya terhadap pengaruh timbal balik dari
teknis budidaya, agroekosistem dan faktor sosial-ekonomi.

1
Salah satu implementasi dari road map peternakan usulan penetapan
Kawasan Peternakan sesuai untuk pengembangan komoditas ternak strategis yang
disesuaikan dengan faktor-faktor pendukung yang ada dalam kawasan tersebut.
Manfaat yang diharapkan dari terwujudnya kawasan peternakan yaitu: 1)
Menghindari tumpang tindih antar kegiatan dan eksternalitas negatif, serta
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan jasa penunjang; 2) menjamin
keberlanjutan kegiatan pra-produksi, proses produksi, pasca produksi dalam
sistem agribisnis; 3) memudahkan keterkaitan antar komoditas; 4)terhimpunnya
SDM yang terampil dalam suatu kawasan memudahkan dalam pembinaan dan
peningkatan keterampilannya dan; 5) memudahkan dalam monitoring,
pengawasan dan publikasi.

B. Maksud dan Tujuan


Penyusunan Road map pengembangan kawasan peternakan Provinsi
Kalimantan Tengah tahun 2016 – 2020 ini dimaksudkan sebagai sebuah arah
kebijakan rancangan pembangunan kawasan peternakan di Provinsi Kalimantan
Tengah tahun 2016 – 2020. Adapun Tujuan dari penyusunan road map
pengembangan kawasan peternakan peternakan adalah:
1. Sebagai arah kebijakan pengembangan kawasan peternakan dalam rangka
pengembangan peningaktan populasi dan produksi peternakan di
Kalimantan Tengah.
2. Mewujudkan suatu kawasan peternakan yang mendukung pengembangan
komoditas strategis sesuai dengan potensi wilayah.
3. Kemudahan dalam akses pendanaan baik melalui dukungan pemerintah
pusat, provinsi dan kabupaten/kota serta dukungan kelembagaan keuangan
dan sektor swasta.
4. Terwujudnya pembangungan peternakan yang memberikan kontribusi
terhadap pembangunan ekonomi, penyediaan bahan pangan, pembentukan
modal, pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan
kesejahteraan peternak di Kalimantan Tengah.

2
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

A. Aspek Geografi dan Demografi


1. Luas dan Batas Wilayah
Luas dan Batas Administrasi Provinsi Kalimantan Tengah, dengan
ibukota Palangka Raya terletak antara 0°45’ Lintang Utara, 3°30’ Lintang
Selatan dan 111° Bujur Timur. Provinsi Kalimantan Tengah merupakan
provinsi terluas ketiga di Indonesia setelah Provinsi Papua dan Kalimantan
Timur dengan luas wilayah mencapai + 153.564 Km². Namun berdasarkan
hasil penelitian terpadu yg telah melalui uji konsistensi Kementerian
Kehutanan, total luas wilayah Kalimantan Tengah adalah 154.267,80 km2 atau
15.426.780 Ha ,yang terdiri dari:
- Kawasan Hutan : 12.675.364 Ha atau 82,16%.
- Kawasan Non Kehutanan : 2.751.416 Ha atau 17,84%.
Batas Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah adalah:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat dan
Kalimantan Timur
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur dan
Kalimantan Selatan.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat.
Pelaksanaan otonomi daerah sebagai tindak lanjut berlakunya
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,
memberikan peluang dan tantangan bagi pemerintah kabupaten/kota beserta
masyarakatnya untuk mengemban tugas dan tanggung jawab yang lebih luas,
baik dalam bidang urusan pemerintahan maupun dalam pengelolaan
pembangunan. Sebagai implikasi dari otonomi tersebut, maka berdasarkan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten
Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau,
Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya, dan
Kabupaten Barito Timur di Provinsi Kalimantan Tengah, jumlah kabupaten di

3
Provinsi Kalimantan Tengah bertambah dari 5 kabupaten dan 1 kota menjadi
13 kabupaten dan 1 kota, yaitu:
1) Kota Palangka Raya dengan ibukota Palangka Raya.
2) Kabupaten Kotawaringin Barat dengan ibukota Pangkalan Bun.
3) Kabupaten Kotawaringin Timur dengan ibukota Sampit.
4) Kabupaten Kapuas dengan ibukota Kuala Kapuas.
5) Kabupaten Barito Selatan dengan ibukota Buntok.
6) Kabupaten Barito Utara dengan ibukota Muara Teweh.
7) Kabupaten Lamandau dengan ibukota Nanga Bulik
8) Kabupaten Sukamara dengan ibukota Sukamara.
9) Kabupaten Seruyan dengan ibukota Kuala Pembuang.
10) Kabupaten Katingan dengan ibukota Kasongan.
11) Kabupaten Gunung Mas dengan ibukota Kuala Kurun.
12) Kabupaten Pulang Pisau dengan ibukota Pulang Pisau.
13) Kabupaten Barito Timur dengan ibukota Tamiang Layang
14) Kabupaten Murung Raya dengan ibukota Puruk Cahu.

2. Topografi
Sebagian besar wilayah Kalimantan Tengah merupakan daerah
dataran rendah dengan topografi yang praktis relatif datar mulai dari wilayah
bagian selatan, tengah dan menerus dari barat hingga ke timur. Pada sektor
tengah wilayah Kalimantan Tengah mulai dijumpai perbukitan dengan variasi
topografi dari landai hingga kemiringan tertentu, dengan pola intensitas
kemiringan yang meningkat ke arah utara. Sektor utara merupakan rangkaian
pegunungan dengan dominasi topografi curam, bagian wilayah ini memanjang
dari barat daya ke timur. Titik tertinggi wilayah Kalimantan Tengah terdapat
di Gunung Batu Sambang dengan ketinggian mencapai 1660 Meter dpl.
Proporsi dari areal-areal yang bertopografi lebih berat banyak dijumpai di
daerah-daerah yang berada di kawasan atas, sebaliknya areal-areal
bertopografi lebih ringan terdapat di daerah-daerah yang berada di kawasan
bawah. Tabel 2.3 berikut merinci keadaan topografi menurut kemiringan

4
lahan di tiap-tiap kabupaten/kota. Tabel 2.3 Luas Areal Menurut Kemiringan
Lahan di Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah No Kabupaten/Kota.

Tabe1. Luas Areal Menurut Kemiringan Lahan di Kabupaten/Kota Provinsi


Kalimantan Tengah

3. Geologi dan Tanah


Dalam rangka pengembangan wilayah di Kalimantan Tengah,
berbagai data dan informasi dasar terkait dengan potensi kesuburan tanah,
bahan tambang, air tanah, daya dukung dan kerawanan fisik berbagai daerah
di Kalimantan Tengah sangat dibutuhkan. Berdasarkan formasi batuannya,
bumi Kalimantan Tengah berasal dari formasiformasi geologis yang tergolong
tua. Adapun penyebaran formasi batuannya terdiri dari:
- Aluvium, endapan sungai dan laut, wilayah berawa dan bergambut.
Batuan sedimen yang kaya akan mineral kuarsa.
- Batuan sedimen klastik, mineral kuarsa dengan sedikit material
vulkanik.

5
- Batuan beku. - Batuan vulkanik tua, menghasilkan jenis tanah yang kaya
unsur hara.
- Batuan metamorf. Terkait dengan potensi kesuburan tanah, wilayah-
wilayah di Kalimantan Tengah tergolong memiliki potensi kesuburan
rendah.
Menurut tingkat kesuburannya, tanah di Kalimantan Tengah
termasuk dalam kelas IV, V dan III dengan jenis tanah terdiri dari Organosol,
Aluvial, Regosol, PMK, Podsol, Latosol, Litosol dan Laterit. Sementara, terkait
dengan sumber daya mineral, bumi Kalimantan Tengah mengandung:
1) Mineral Logam, berupa: emas primer, emas sekunder dan bijih besi.
Ditinjau dari kelayakan ekonomisnya, mineral logam yang layak
ditambang adalah emas. Selanjutnya, mengingat adanya peningkatan
kebutuhan terhadap baja di pasar dunia kini maka nilai kelayakan
ekonomis cadangan bijih besi bumi Kalimantan Tengah juga mengalami
kenaikan.
2) Mineral Non Logam, berupa: pasir kuarsa, bentonit, kaolin, mika dan
batu gamping. Mineral non logam yang memiliki prospek dan cukup
luas penyebarannya adalah pasir kuarsa dan kaolin. Untuk mineral non
logam jenis mika dapat ditemui khususnya di wilayah fisiografi
perbukitan dan pegunungan. Sedangkan jenis batu gamping dapat
dijumpai terutama di bagian timur, dekat perbatasan Provinsi
Kalimantan Selatan.
3) Batu Permata, berupa intan dan kecubung. Batu permata jenis intan
terdapat di aluvium pada aliran sungai Barito yang terletak di Puruk
Cahu, sedangkan jenis kecubung dapat dijumpai di bagian utara
Pangkalan Bun.
4) Mineral Energi, berupa minyak bumi dan batubara. Cadangan minyak
bumi terdapat di sektor tengah yang berbatasan dengan Kalimantan
Selatan. Sedangkan cadangan batubara terdapat di sektor timur laut,
menerus ke selatan dan ke barat.

6
4. Klimatologi
Iklim di Kalimantan Tengah termasuk dalam tipe A dengan iklim
tropis yang lembab dan panas. Wilayah ini rata-rata mendapat penyinaran
matahari lebih dari 50% sepanjang tahun dengan suhu udara berkisar 21,7ºC –
33,2ºC. Berdasarkan pengamatan tahun 2009 pada 5 stasiun, suhu maksimum
rata-rata mencapai 32,08˚C, sedangkan suhu minimum rata-rata 22,6˚C. Suhu
minimum terendah tercatat di Palangka Raya, sementara suhu maksimum
tertinggi tercatat di Muara Teweh. II - 7 Oleh karena dekatnya wilayah
Kalimantan Tengah ke khatulistiwa, perbedaan suhu antar tempat relatif kecil
dan hanya dibedakan oleh perbedaan altitude.
Suhu relatif siang hari berkisar antara 26˚C – 30˚C dan malam hari
15˚C – 26˚C. Keadaan suhu demikian menyebabkan tingginya intensitas
penguapan. Oleh sebab itu, cenderung selalu terdapat awan aktif dan udara
yang jenuh sehingga mengakibatkan seringnya turun hujan di Kalimantan
Tengah. Curah hujan tahunan pada tahun 2008, di wilayah Kalimantan Tengah
berkisar dari 2.323,3-3.037,2 mm, dimana nilai terendah berada di Pangkalan
Bun dan tertinggi ada di Muara Teweh.

B. Gambaran Umum Penduduk Kalimantan Tengah.


Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui bahwa
jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015 adalah 2.439.858
jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 16 jiwa per/km2. Jumlah
penduduk terbesar berada di Kabupaten Kapuas dengan jumlah penduduk
344.955 jiwa dan yang terkecil adalah Kabupaten sukamara dengan jumlah
penduduk 53.190 jiwa. Secara lengkap jumlah penduduk dan tingkat
kepadatan penduduk setiap Kabupaten/Kota.

7
Tabel. 2 Jumlah dan Kepadatan Kepadatan penduduk Provinsi Kalimantan
Tengah Tahun 2015.

8
BAB III
PEMBANGUNAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

A. Perkembangan Populasi dan Produksi Ternak


Populasi ternak di Provinsi Kalimantan Tengah secara umum dari tahun
2011 sampai dengan tahun 2015 mengalami peningkatan kecuali untuk popuasi
domba, ayam buras dan itik yang mengalami penurunan. Berdasarkan Verifikasi
dan Validasi Data Peternakan tahun 2015 populasi sapi potong 70.348 ekor,
kerbau 11.463 ekor, kambing42.294 ekor, domba 1.502 ekor, babi 189.896 ekor,
ayam buras 2.512.134 ekor, ayam ras petelur 155.776 ekor, ayam ras pedagig
7.658.297 ekor dan itik 236.039 ekor. Berikut perkembangan populasi ternak
Provinsi Kaimantan Tengah dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.

Tabel 3. Perkembangan Populasi Ternak Tahun 2011-2015


Populasi Ternak (Ekor) 2011 2012 2013 2014 2015
Sapi 54.647 58.385 51.920 65.197 71.445
Kerbau 6.491 6.778 9.809 10.466 11.463
Kambing 44.739 46.674 43.463 39.595 43.368
Domba 1.795 1.884 2.341 2.004 1.502
Babi 179.481 183.532 193.900 182.442 190.016
Ayam Buras 2.496.845 3.028.271 3.167.218 2.663.843 2.512.553
Ayam Ras Petelur 15.574 37.330 40.900 94.912 155.776
Ayam Ras Pedaging 4.921.208 5.225.358 4.892.196 7.274.673 7.658.297
Itik 249.490 281.083 261.318 271.014 255.056

Sementara itu perkembangan produksi daging dari tahun 2015 sampai


dengan tahun 2015 mengalami fluktuatif namun secara umum mengalami
peningkatan. Berdasarkan verifikasi dan validasi data tahun 2015 produksi daging
sapi 4.056,24 ton, kerbau 56,14 ton, kambing 212,55 ton, domba 47,11 ton, babi
1.903,09 ton, ayam buras 1.902,94 ton dan ayam ras petelur 34,58 ton, ayam ras
pedaging 11.487,45 ton dan itik 129,27 ton. Berikut perkembangan produksi
daging Provinsi Kalimantan Tengah dari tahun 2011 sampai dengan 2015.

9
Tabel 4. Produksi Daging Tahun 2011-2015
Produksi Daging (Ton) 2011 2012 2013 2014 2015
Sapi 3.118,0 4.152,0 4.277,2 3.843,99 4.056,24
Kerbau 28,0 28,0 44,95 56,14 67,15
Kambing 138,0 320,0 338,68 315,25 335,7
Domba 4,0 2,0 4,25 9,97 8,8
Babi 2.021,0 1.519,0 2.433,64 1.548,74 2.074,3
Ayam Buras 2.622,0 2.041,0 2.399,17 2.017,86 1.903,26
Ayam Ras Petelur 11,0 29,0 9,1 21,1 34,58
Ayam Ras Pedaging 4.483,0 15.566,0 7.338,3 10.912,01 11.487,45
Itik 156,0 149,0 143,12 148,43 139,7

Tabel. 5. Produksi Telur Tahun 2011-2015


Produksi Telur (Ton) 2011 2012 2013 2014 2015
Ayam Buras 3.245,2 6.881,8 2.692,1 2.264,3 2135,7
Ayam Ras Petelur 696,4 208,8 285,0 1.191,2 1.955
Itik 913,1 4.081,7 1.536,4 1.593,4 1.450
Puyuh 37,5 4,1 33,5 38,6 80,4
itik Manila - - 10,4 10,2 13,2

B. Kondisi Eksisting Peternakan di Provinsi Kalimantan Tengah


1. Luas Lahan Peternakan dan Kesehatan Hewan
Lahan lahan HPT dan Padang Penggembalaan merupakan salah satu
faktor pendukung keberhasilan pengembangan peternakan.

Tabel 6. Luas HPT dan Padang Penggembalaan di Kalimantan Tengah

Komoditas Luas Lahan(Ha) Jenis Rumput

BH, BD, King Grass, Gajah,


Hijau Pakan Ternak 4.271,485
Setaria dan Taiwan Grass
Padang Pengembalaan 21.248 Rumput alam

10
2. Sarana dan Prasarana Peternakan
Hingga kini keberadaan infrastruktur serta sarana dan prasarana
pertanian dan peternakan masih kurang. Disatu sisi kebutuhannya sangat
diperlukan, di lain sisi adanya keterbatasan dalam pengadaannya disebabkan
unit cost untuk pelayanan sarana dan prasarana pertanian dan peternakan.

Tabel 7. Kondisi Sarana dan Prasarana Peternakan


JENIS BANGUNAN JUMLAH (UNIT)
Puskeswan 31
POS IB/SPIB 35
RPH Ruminansia 7
TPH 7
RPH Unggas 2
Pasar Ternak 1
UPTD Perbibitan 7
UPTD Pakan 2
Lab Tipe B/C 1 (TIPE B)
Lumbung Pakan 2
UPP/PPSK 18
Total 62

3. Ketersediaan Sumber Daya Manusia


Jumlah tenaga teknis yang mendukung kegiatan pengembangan
peternakan di Provinsi Kalimantan Tengah adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Jumlah Tenaga Peternakan


Uraian JUMLAH (Orang)
Tenaga Medis Veteriner 43
Tenaga Paramedis Veteriner 41
Tenaga IB 96

11
Uraian JUMLAH (Orang)
PKB/ATR 75
Pengawas Bibit Ternak (Wasbitnak) 0
Pengawas Mutu Pakan Ternak (Wasatukan) 0
Pengawas Kesmavet 4
Pengawas Daging (Meat Inspector) 5

4. Kelembagaan Usaha Peternakan.


Perkembangan peternakan di Kalimantan Timur tidak terlepas dari
peran keberadaan kelembagaan peternakan. Kelembagaan peternak
terbentuk dalam suatu kelompok baik baik yang tergabung dalam
kelompok tani maupun kelompok peternak. Adapun jumlah kelompok
peternak yang ada di Kalimantan Tengah dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel. 9. Data Kelompok Peternakan di Kalimantan Tengah

Jenis Ternak (Kelompok)

Kabupaten/Kota Kambing/ Kambing/


Sapi Ayam Ras Ayam
Domba Domba Itik Babi
Potong Pedaging Lokal
Potong Perah
(3) (4) (5) (7) (9) (10) (11) (14)
Kotawaringin
0 0 0 0 0 0 0
Barat
Kotawaringin
112 0 0 0 0 0 0
Timur
Kapuas 116 44 0 0 2 64 29
Barito Selatan 18 3 0 1 1 9 9
Barito Utara 23 5 0 0 0 0 7
Sukamara 31 8 0 0 13 13 10
Lamandau 51 6 0 8 4 4 4
Seruyan 88 15 0 6 20 15 12
Katingan 222 17 0 0 0 37 0
Pulang Pisau 238 87 0 0 51 64 58
Gunung Mas 71 10 0 0 8 6 77
Barito Timur 22 10 0 0 7 12 23
Murung Raya 27 4 0 1 2 2 4
Kota Palangka
35 12 0 0 8 16 23
Raya
Total 1.054 221 0 16 116 242 256

12
5. Peraturan Daerah Pendukung Pengembangan Peternakan
Sampai dengan Tahun 2015 Peraturan Daerah yang mendukung
pengembangan peternakan baru sebatas pada Perda Restribusi Pemotongan
Ternak. Provinsi Kalimantan Tengah sedang merancang Peraturan Gubernur
tentang Kewajiban Perusahaan Sawit untuk mengembangkan peternakan sapi
potong di sekitar areal perkebunan sawit.

6. Kendala dan Permasalahan


Kendala dan permasalahan yang dihadapi terkait pengembangan
peternakan di Kalimantan Tengah dapat di jabarkan sebagai berikut:
1) Kualitas bibit masih rendah.
2) Keterbatasan jumlah Petugas Teknis Lapangan di Kabupaten/Kota.
3) Keterbatasan Sarana dan Prasarana yang mendukung pengembangan
peternakan.
4) Belum adanya penetapan wilayah peternakan menyebabkan tingginya
alih fungsi lahan terutama untuk perkebunan sawit dan tambang.
5) Masih tingginya pemotongan betina produktif.
6) Belum adanya penetapan kawasan peternakan yang mendukung
pengembangan komoditas strategis.

C. Arah Kebijakan Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan


Provinsi Kalimantan
1. Sasaran Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan
Arah Kebijakan Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan di
Provinsi Kalimantan Tengah dituangkan dalam Rencana Strategis Tahun
2015-2020, yang difokuskan pada:
1) Terwujudnya peningkatan pemenuhan kebutuhan protein hewani
melalui pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
2) Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu ternak melalui
pemberdayaan ekonomi kerakyatan bagi Peternak.

13
3) Tersedianya sarana dan srasarana peternakan dalam rangka
menunjang pengembangan pembangunan peternakan.

4) Meningkatnya nilai tambah hasil produksi peternakan melalui


pemberdayaan pasca panen, serta pengolahan dan Pemasaran Hasil.
5) Berkembangnya kawasan Peternakan menjadi sentra produksi
Peternakan.
6) Terwujudnya peningkatan penguatan kapasitas kelembagaan petani
dan Peternakan.
7) Peningkatan dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan melalui Kegiatan
Mamangun dan Mahaga Lewu (PM2L).
8) Optimalisasi dan pemanfaatan lahan marginal untuk meningkatkan
perekonomian rakyat dan menumbuhkan usaha masyarakat di bidang
Peternakan.
9) Pemberdayaan petani dan peternak di Kawasan Eks Lahan Gambut.

2. Prioritas Kegiatan Pembangunan Peternakan Kalimantan Tengah


Prioritas pembangunan peternakan di Kalimantan Tengah diarahkan
pada:
1. Pengembangan Integrasi Tanaman dan Ruminansia
2. Pengembangan Kawasan Sapi Potong
3. Penguatan Kelembangaan Pelayanan Inseminasi Buatan (IB)
4. Pengembangan Pelayanan Pos Inseminasi Buatan (IB)
5. Pengembangan Ternak Kambing/Domba
6. Pengembangan Budidaya Unggas Lokal
7. Pengembangan Budidaya Babi yang Ramah Lingkungan
8. Pengembangan Hijauan Pakan Ternak
9. Penguatan Pusat Kesehatan Hewan (PUSKESWAN)
10. Penyediaan bibit-bibit ternakyang berkualitas baik kepada masyarakat.
11. Pengembangan Kawasan Agropolitan Peternakan
12. Pengembangan Plasma Nutfah.

14
13. Dukungan Program Kalteng “Besuh”.

3. Sasaran Rencana Strataegis (Renstra) Peternakan Provinsi


Kalimantan Tengah Tahun 2016-20120
Berdasarkan prioritas kegiatan tersebut maka ditetapkan Sasaran
Rencana Strategis (Renstra) Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016-2016.
Target Kinerja ini ditetapkan dalam Musrembang Provinsi Kalimantan Tengah.
Adapun Target Renstra Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah ditetapkan
sebagai berikut:

Tabel 10. Sasaran Rencana Strategis Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 –
2020
NO. Jenis Ternak TAHUN

A. Populasi (Ekor) 2016 2017 2018 2019 2020

Sapi Potong 73.093 77.976 83.117 88.536 94.496


Kerbau (ekor) 12.286 12.799 13.333 13.881 14.450
Kambing 46.293 47.807 49.371 51.010 52.730
Domba 1.740 1.829 1.922 2.020 2.123
Babi 208.497 218.355 228.627 239.296 250.500
Ayam Buras 3.658.871 3.768.393 3.882.319 3.999.224 4.074.886

Ayam Ras Petelur 158.172 187.089 214.621 266.169 392.394


Ayam Ras
Pedaging 7.575.577 7.978.509 8.403.039 8.778.250 9.173.067
Itik 306.972 321.519 331.802 342.468 353.512
Produksi
B.
Daging(ton)
Sapi Potong 3.836 4.212 4.369 4.579 4.819
Kerbau 58 60 58 63 65
Kambing 228 243 252 261 272
Domba 7 7 7 8 8
Babi 1.555 1.616 1.662 1.738 1.819
Ayam Buras ( 2.045 2.150 2.268 2.395 2.532

Ayam Ras Petelur 16 17 17 18 19

15
Ayam Ras
Pedaging 10.538 11.081 11.659 12.277 12.924
Itik 144 151 158 166 175

NO. Jenis Ternak TAHUN


Produksi Telur
C.
(Ton)
Ayam Buras 2.782,3 3.163,5 3.279,8 3.406,0 3.536
Ayam Ras Petelur 1.847,4 2.173,2 2.575,8 3.074,3 3.692,5
Puyuh 40,2 41,1 42,0 43 44
Itik 1.735 1.864,4 1.918,6 1.974,6 2.032,3

16
BAB IV
ROAD MAP PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN

A. Logical Frame Pengembangan Kawasan Peternakan Provinsi Kalimantan


Tengah
Road Pengembangan kawasan peternakan di Provinsi Kalimantan Tengah
dikembangkan berdasarkan Pendekatan Potensi Wilayah di masing-masing
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah dengan memanfatkan bahan baku
lokal dan kondisi sosial yang ada. Logical Frame Pengembangan kawasan peternakan
dikembangkan melalui pola pendekatan yang saling terkait terdiri dari: 1)
pendekatan pengembangan komoditas strategis dan 2) Pendekatan model
pemeliharaan ternak.

1. Pendekatan Pengembangan Komoditas Strategis


Secara umum peternakan semua komoditas ternak yang memungkinkan
untuk dikembangkan di Kalimantan Tengah merupakan program kerja dari Dinas
Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah. Namun untuk beberapa
pertimbangan maka ditetapkan beberapa komoditas yang menjadi strategis untuk
dikembangkan dalam suatu kawasan pengembangan.
Adapaun beberapa faktor yang menentukan dalam penetapan komoditas
strategis untuk dikembangkan dalam suatu kawasan peternakan antara lain:
1) Potensi lokal pendukung pengembangan ternak meliputi ketersediaan
lahan dan pakan.
2) Kondisi iklim yang mendukung ternak secara dapat berkembang secara
optimal.
3) Populasi ternak dalam suatu kawasan (desa atau kecamatan) sehingga
sehingga secara teknis penyediaan sarana dan prasarana pendukung
pengembangan komoditas menjadi lebih efektif dan efisien.
4) Keberadaan kelompok/lembaga usaha peternakan dengan pengalaman
yang memadai dalam mengembangkan komoditas ternak tertentu.
Berdasarkan kriteria tersebut maka komoditas ternak yang menjadi
pilihan untuk ditetapkan sebagai komoditas strategis adalah ternak sapi
potong. Kerbau rawa dan babi.

17
Untuk ternak kambing dan domba tidak menjadi pilihan strategis
dikarenakan belum ada suatu wilayah yang memiliki populasi yang memadai
untuk dikembangkan dalam suatu kawasan. Selain itu, di beberapa wilayah
yang telah dicoba untuk pengembangan kambing dan domba ternyata
memikiki iklim yang tidak sesuai sehingga banyak usaa ternak kambing dan
domba yang mengalami kegagalan (kurang memuaskan). Sala satu faktor
penyebabnya adalah kondisi yang lembab sehingga banyak kambing yang
mengalami kembung.
Demikian juga untuk ternak itik. Kendala utama pengembangan ternak
itik di Kalimantan Tengah adalah masalah iklim. Kondisi air yang pada saat-
saat tertentu mengalami kondisi peningkatan kadar keasaman menyebabkan
banyak itik yang mati.
Sementara untuk ternak ayam broiler walaupun secara umum setiap
tahun mengalami peningkatan populasi namun usaha peternakan tersebut
lebih ke arah peternakan plasma sehingga peran dinas terkait dalam hal ini
sangat minim.

a. Komoditas Sapi Potong


Pengembangan komoditas unggulan tidak samapada masing-masing
Kabupaten/Kota. Namun secara umum wilayah Kalimantan Tengah memiliki
potensi yang mendukung untuk pengembangan sapi potong. Hal ini tidak
terlepas dari potensi dari masing-masing wilayah yang terdiri dari:
- Luas wilayah yang dapat dikembangkan untuk lahan pengembangan
ternak sapi secara ekstensif maupun semi intensif maupun intensif.
- Ketersediaan padang pengembalaan yang menyediakan rumput alam yang
cukup untuk ternak sapi.
- Ketersediaan lahan HPT untuk pengembangan rumput unggul.
- Keberadaan perkebunan sawit yang luas yang sangat cocok untuk
pengembangan sistem integrasi sai-sawit.
- Keberadaan kelompok-kelompok peternak sapi baik yang telah kelompok
eksis maupun kelompok pemula.
- Pola pengembangan ternak sapi sebagai sumber pendapatan sampingan
petani yang mengelola usaha tani baik berupa padi, hortikultura dan

18
perkebunan sangat potensi untuk pengembangan integrasi ternak sapi-
tanaman.

b. Komoditas Kerbau Rawa


Untuk pengembangan ternak kerbau difokuskan di Kabupaten Barito
Selatan yang memiliki populasi kerbau rawa terbesar di Kalimantan Tengah.
Pengembangan ini sesuai dengan progres dari perkembangan kerbau rawa
yang terus meningkat didukung dengan kondisi alam berupa tanah rawa yang
luas. Pengembangan ternak kerbau rawa ini didukung dengan keberadaan
habitat rawa yang terletak di Desa Tampulang Kecamatan Jenamas.
Keberadaan peternakan kerbau rawa ini merupakan pengembangan kerbau
rawa dari Kalimantan Selatan yang dikembangkan oleh penduduk sejak lama
sehingga kondisi kerbau yang ada telah melalui proses adaptasi yang baik
dengan kondisi alam yang ada.
Namun permasalahan yang dihadapi belum adanya peraturan yang
menetapkan daerah tersebut sebagai kawasan pengembangan kerbau rawa
yang menyebabkan keberadaan peternakan kerbau rawa tersebut mulai
bersaing dengan usaha pertambangan dan pengembangan lahan untuk sub
sektor lainnya seperti perkebunan dan tanaman hortikultura. Hal ini
menyebabkan kawasan pengembangan kerbau rawa semakin lama semakin
menyempit sehingga menimbulkan kegelisahan bagi peternak.

c. Komoditas Babi
Ternak babi merupakan salah satu ternak strategis di Kalimantan
Tengah. Keberadaan komoditas ini sesuai dengan kultur masyarakat lokal yang
sebagian mengkonsumsi ternak ini. Ketersediaan komoditas ini menjadi
alternatif bagi sebagian masyarakat Kalimantan Tengah dalam mencukupi
kebutuhan protein hewani asal ternak terutama disaat harga daging sapi tinggi.
Peternakan babi di Kalimantan Tengah yang dikembangkan ada dua
jenis yaiut ternak babi lokal dan ternak babi eks import Batam. Namun untuk
fokus pengembangan adalah komoditas babi eks Batam.

19
2. Pendekatan Model Pengembangan Ternak
Tindak lanjut dari penetapan komoditas strategis adalah penentuan model
pemeliharaan komoditas. Pendekatan ini juga berdasarkan kondisi wilayah
pengembangan kawasan yang meliputi: 1) kondisi eksisting yang meliputi
keberadaan perkebunan sawit dan dan padang penggembalaan dan kelembagaan
peternakan, 2) budaya pemeliharaan ternak (ekstensif dan semi intensif) dan 3)
Sistem sosial, budaya dan perekonomian masyarakat.
Berdasarkan kondisi tersebut maka konsep model pemeliharaan ternak
dalam kawasan peternakan disusun dalam tiga (tiga model) meliputi: 1) Model
pengembangan integrasi ternak-sawit, 2) Model pengembangan ternak semi
intensif di padang pengembalaan dan 3) Model pengembangan ternak secara
intensif.

a. Integrasi Sapi – Sawit


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015, Provinsi
Kalimantan Tengah memiliki hamparan perkebunan sawit seluas 1.297.886,17
Ha yang terdiri dari Perkebunan Besar Swasta dan Perkebunan Sawit Rakyat
dengan total produksi sebesar 3.574.899,33 ton. Sebaran luasan perkebunan
sawit masing-masing Kabupaten dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 11. Luas Areal Perkebunan Sawit Provinsi Kalimantan Tengah


Jumlah Luas Areal dan Produksi Wujud
No. Kabupaten/Kota
Luas (Ha) Produksi (Ton) Produksi

1 Murung Raya 2,52 3,40 CPO

2 Barito Utara 26.254 135.859,88 CPO

3 Barito Selatan 986,5 767,5 CPO

4 Barito Timur 27.580 17.703,3 CPO


CPO
5 Kapuas 30.130,83 101.414,22
CPO
6 Pulang Pisau 22.060 28.728
CPO
7 Palangka Raya 1.499,2 424,5
8 Gunung Mas 41.793 31.331 CPO

20
Jumlah Luas Areal dan Produksi Wujud
No. Kabupaten/Kota
Luas (Ha) Produksi (Ton) Produksi

9 Katingan 73.049,1 203.321,62 CPO

10 Kotawaringin Timur 371.092,03 1.063.419,93 CPO

11 Seruyan 320.581,61 910.988,85 CPO

12 Kotawaringin Barat 173.048,34 608.084,61 CPO

13 Sukamara 60.449 222.022,48 CPO

14 Lamandau 149.360,04 31.296,00 CPO


JUMLAH 1.297.886,17 3.574.899,33

Gambar. 1. Persentase Luas Areal Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit Menurut


Kabupaten Kota Tahun 2014

Luasnya perkebunan sawit dan keberadaan pabrik pengolah CPO


menghasilkan potensi limbah yang besar untuk dijadikan pakan ternak.
Potensi tersebut meliputi pelepah daun dan hasil pengolahan berupa janjang
kosong, lumpur sawit (solid), bungkil kelapa sawit, cangkang dan serat
perasan (palm press fiber). Prosentase limbah pengolahan adalah sebesar
48.2%.

21
Model pengembangan integrasi sapi-sawit di Kalimantan Tengah
dikembangkan dalam sistem kandang koloni di sekitar perkebunan sawit yang
dikelola oleh kelompok peternak. Ternak diberi pakan yang terdiri dari
hijauan baik yang terdapat disekitar perkebunan sawit maupun yang
dikembangkan di lahan HPT dan juga pakan olahan berasal dari limbah sawit
yang telah dilakukan oleh beberapa kelompok peternak di Kalimantan Tengah.
Wilayah yang diusulkan untuk pengembagan kawasan peternakan
melalui sistem integrasi sapi meliputi Kabupaten Kotawaringin Barat,
Kotawaringin Timur , Seruyan, Lamandau, dan Sukamara. Penetapan lokasi ini
berdasarkan pertimbangan bahwa peternakan sapi melalui sistem ini telah
dikembangkan baik oleh masyarakat maupun perusahaan swasta di daerah
tersebut.

b. Model Pengembangan Ternak Semi Intensif di Padang Penggembalaan


Sebagian besar masyarakat Kalimantan Tengah terbiasa
mengembangkan sapi potong dengan sistem pemeliharaan di padang
penggembalaan, yang didukung dengan tersedianya hijauan pakan sepanjang
tahun. Keunggulan pengembangan ternak sapi di padang penggembalaan
adalah tingginya produktifitas reproduksi sapi hal ini yang menunjang
pertumbuhan populasi ternak di wilayah tersebut.
Yang menjadi kendala dalam pengembangan peternakan sapi di padang
penggembalaan ini adalah produktifitas ternak (daging) yang rendah. Hal ini
disebabkan pola pemeliharaan yang masih tradisional yang mana peternak
hanya mengandalkan sapi mencari pakan sendiri di padang penggembalaan
dengan kualitas yang kurang baik. Selain itu, peternak juga kesulitan
mengontrol sistem kesehatan dan perkawinan ternak sehingga banyak terjadi
inbreeding yang menyebabkan penurunan kualitas genetika ternak.
Melalui penetapan kawasan peternakan pada padang penggembalaan
maka sistem pemeliharaan ternak dapat diperbaiki. Perbaikan yang dilakukan
melalui model semi intensif (silvo pastura) yang mana ternak tetap
dikembangkan dalam padang penggembalaan namun disediakan kandang
untuk ternak beristirahat dan mendapatkan pakan tambahan yang berupa
rumput unggul (dikembangkan dilahan HPT) maupun konsentrat.

22
Beberapa wilayah yang sesuai untuk ditetapkan sebagai kawasan
peternakan untuk pengembangan peternakan sapi di padang penggembalaan
meliputi Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten
Katingan, Kabupaten Gunung dan Kabupaten Murung Raya. Pemilihan daerah
berdasarkan keberadaan usaha peternakan sapi potong yang dikembangkan
melalui model ini.
Khusus untuk pengembangan kerbau rawa di Kabupaten Barito selatan,
memiliki ciri khas tertentu yang mana padang penggembalaan berupa daerah
rawa. Daerah utama peternakan ini terletak di Desa Tampulang Kecamatan
Jenamas. Di daerah rawa tersebut ternak kerbau dilepas untuk mencari rumput
yang tumbuh dilahan yang dipenuhi air. Setelah seharian mencari makan, maka
ternak akan beristirahat di kandang dengan sistem kalang (pasang surut).
Secara umum pengembangan ternak kerbau rawa ini sangat baik. Naum
dikarenakan status lahan yang belum ditetapkan sebagai kawasan peternakan
kerbau rawa menyebabkan kondisi mulai terancam dengan aktifitas tambang
yang pengembangan komoditas sub sektor lain. Permasalahan lainnya adalah
masih terbatasnya pasar untuk ternak kerbau yang dipeliharaa masyarakat.
Hal ini disebabkan letak wilayah peternakan yang hanya bisa dijangkau melalui
transportasi air. Oleh karena itu, melalui penetapan kawasan peternakan dapat
menjadikan memberikan jaminan keberadaan lahan untuk pengembangan
kerbau rawa sekaligus pengembangan sarana prasarana penunjang lainnya
termasuk akses pasar, pengolahan paska panen dan akses transportasi.

c. Sistem Pemeliharaan Secara Intensif


Sistem pemeliharaan secara intensif merupakan pola pemeliharaan
ternak dalam kandang koloni yang dikelola oleh kelompok peternak binaan.
Pengembangan pola ini telah menjadi salah satu prioritas pengembangan
ternak di Kalimantan Tengah yang mana bantuan ternak diberikan kepada
kelompok peternak dan di pelihara dalam satu kandang koloni (kandang
bersama). Keuntungan dari sistem kandang koloni ini antara lain: 1)
memudahkan dalam manajemen pemeliharaan karena ada kontrol dari
pengurus kelompok terhadap kerja anggota dalam memelihara ternak, 2)
memudahkan bagi petugas dalam melakukan monitoring dan pembinaan, 3)

23
memudahan dalam pemberian pelayanan teknis seperti IB dan pengobatan dan
4) meningkatkan tanggung jawab peternak karena ada kontrol sosial dari
sesama anggota.
Usulan Penetapan kawasan peternakan melalui sistem intensif ini
dimaksudkan sebagai upaya maksimalisasi pengembangan komoditas ternak.
Melalui penetetapan kawasan peternakan, program kerja dinas baik Provinsi
maupun Kabupaten/Kota, dapat difokuskan ke wilayah tersebut terutama
untuk pengembangan sarana dan prasarana pendukung.
Untuk pengembangan model ini, daerah yang direncanakan untuk
ditetapkan sebagai kawasan peternakan adalah Kaputen Kapuas, Kabupaten
Pulang Pisau dan Kabupaten Barito Utara. Hal ini mengingat di Kabupaten
tersebut terdapat wilayah yang memiliki populasi yang besar dan keberadaan
kelompok peternak yang telah terbina.
Untuk komoditas babi juga dikembangkan secara intensif mengingat
dampak keberadaan peternakan babi mempunyai dampak terhadap
lingkungan dan sosial di sekitarnya. Dampak sosialnya adalah sebagian
kalangan masyarakat yang keyakinanannya tidak berkenan dengan keberadaan
peternakan babi di lingkungan sekitarnya. Sementara dampak lingkungannya
adalah polusi suara dan limbah yang mengganggu masyarakat. Oleh karena itu
pengembangan ternak babi diupayakan dalam suatu kawasan dikembangkan
secara ramah lingkungan sehingga dapat menghindari dampak tersebut.
Daerah yang potensi untuk ditetapkan sebagai kawasan peternakan
babi adalah Kabupaten Barito Timur dan Kotamadya Palangkaraya. Kabupaten
Barito Timur berpotensi sebagai supplier untuk Provinsi Kalimantan Selatan.
Sementara Kotamadya Palangkaraya sebagai ibukota Provinsi Kalimantan
Tengah merupakan supplier ternak babi permintaan babi baik bibit maupun
bakalan untuk daerah lain di Kalimantan Tengah.

B. Matriks Road Map Pengembangan Kawasan Peternakan


Berdasarkan analisa logical frame yang ada maka dapat disusun matrik
road map kawasan peternakan sebagai berikut.

24
Tabel 12. Matriks Road Map Pengembangan Kawasan Peternakan
No. Komoditas Model Pengembangan Usulan Wilayah Faktor Pendukung
Strategis
1. Komoditas Sapi - Integrasi Sapi-Sawit Kabupaten Kotawaringin Barat - Potensi limbah sawit sebagai pakan
Potong Kabupaten Kotawaringin Timur - Eksistensi keberadaan kelompok peternak sapi
Kabupaten Seruyan – sawit
Kabupaten Lamandau - Dukungan Pemerintah Daerah untuk
Kabupaten Sukamara pengembangan integrasi sapi-sawit
Kabupaten Kotawaringin Barat

- Padang Penggembalaan Kabupaten Seruyan - Ketersediaan padang penggembalaan/ ranch


Kabupaten Murung Raya mini
Kabupaten Katingan - Eksistensi keberadaan usaha pengebangan sapi
potong di padang penggembalaan/silvo pastura

- Intensif Kabupaten Kapuas - Rekam jejak kelompok ternak sapi potong


Kabupaten Pulang Pisau dalam mengembangkan usaha peternakan sapi
Kabupaten Barito Utara potong melalui model intensif dalam kandang
koloni.

- Ketersediaan lahan untuk pengembangan HMT

25
No. Komoditas Model Pengembangan Usulan Wilayah Faktor Pendukung
Strategis
2. Komoditas Padang Penggembalaan Kabupaten Barito Selatan - Keberadaan padang penggembalaan kerbau
Kerbau Rawa rawa yang telah beradaptasi baik dengan alam.
- Kultur peternak yang telah terbiasa
mengembangkan kerbau rawa
3. Komoditas Babi Intensif Kotamadya Palanga Raya - Eksistensi usaha ternak babi yang ramah
Kabupaten Barito Timur lingkungan.
- Kultur budaya lokal yang tinggi dalam konsumsi
daging babi.

26
Gambar 2. Peta Pengembangan Kawasan Peternakan

SP

SP
SP

SP

SP
K
SP SP

B B

SP SP

SP
SP

Keterangan Gambar:
SP : Sapi Potong
K : Kerbau Rawa
B `: Babi

27
C. Usulan Penetapan Kawasan Peternakan
Sesuai dengan arah kebijakan pengembangan peternakan
Indonesia, implementasi dari penyusunan road map pengembangan
kawasan peternakan adalah pengajuan daerah-daerah yang telah
diidentifikasi untuk ditetapkan sebagai kawasan pengembangan
peternakan. Pengajuan pentapan kawasan ini disampaikan kepada
Pemerintah Pusat melalui Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Pengajuan kawasan dibagi dalam dua tahap. Periode pertama
adalah adalah pengajuan penetapan tahun 2017 yang mana daerah yang
Kabupaten yang diajukan sebagi berikut:
1) Kawasan peternakan sapi potong meliputi:
- Kabupaten Kotawaringin Barat
- Kabupaten Kotawaringin Timur
- Kabupaten Seruyan
- Kabupaten Kapuas
- Kabupaten Pulang Pisau
- Kabupaten Barito Utara
- Kabupaten Murung Raya
2) Kawasan peternakan kerbau rawa meliputi:
- Kabupaten Barito Selatan
3) Kawasan peternakan babi meliputi:
- Kabupaten Barito Timur dan
- Kotamadya Palangka Raya.
Tahap kedua yaitu pengajuan kawasan peternakan sapi potong
yang meliputi Kabupaten Katingan, Kabupaten Sukamara dan
Kabupaten Gunung Mas. Sehingga diharapkan pada tahun hingga
tahun 2020 pada setiap Kabupaten/kota terdapat kawasan
peternakan sebagai sebagai fokus kegiatan pengembangan
peternakan didukung dengan program-program lainnya.

28
BAB V
PENUTUP

Keberadaan kawasan peternakan di Provinsi Kalimantan Tengah


merupakan suatu langkah strategis dalam upaya pengembangan peternakan
di Kalimantan Tengah dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani
asal ternak untuk di Indonesia pada umumnya dan Provinsi Kalimantan
Tengah pada khususnya. Hal ini dikarenakan konsep pengembangan
kawasan akan mengarahkan kebijakan Pemerintah Pusat, Provinsi dan
Kabupaten.Kota dalam mengembangkan komoditas ternak strategis.
Dengan adanya kawasan peternakan, program pengembangan
peternakan akan menjadi fokus Pemerintah daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota di Kalimantan Tengah. Daerah-daerah yang ditetapkan
sebagai kawasan peternak akan menjadi wilayah sumber ternak yang
mampu mensupplai kebutuhan akan ternak bagi bagi Kalimantan Tengah
dan daerah lainnya.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dan Kabupaten/Kota akan
bersinergi dalam dalam upaya pengebangan kawasan peternakan. Sinergi
tersebut dapat terwud dalam alokasi anggaran baik berasal dari APBN, DAK
maupun APBD I dan dua serta pengembangan sarana-prasarana pendukung
serta dalam pembinaan dan pendampingan.

29
LAMPIRAN-LAMPIRAN

30
LAMPIRAN 1.
KONDISI EKSISTING PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

31
Lampiran 2.
RENCANA AKSI KABUPATEN KOTAWARINGIN

32
Lampiran 3.
RENCANA AKSI KABUPATEN BARITO UTARA

33
Lampiran 4.
RENCANA AKSI KABUPATEN BARITO SELATAN

34
Lampiran 5.
RENCANA AKSI KABUPATEN PULANG PISAU

35
Lampiran 6.
RENCANA AKSI KABUPATEN SUKAMARA

36
Lampiran 7.
RENCANA AKSI KABUPATEN SERUYAN

37
Lampiran 8.
RENCANA AKSI KABUPATEN GUNUNG MAS

38

Anda mungkin juga menyukai