i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk, tingkat pendidikan dan ekonomi
mendorong peningkatan kebutuhan protein hewani asal ternak. Namun kendala
yang dihadapi adalah kurangnya ketersediaan ternak memenuhi kebutuhan yang
ada. Hal ini disebabkan oleh tidak seimbangnya peningkatan populasi, produksi
dan produktifitas ternak. Ketidakseimbangan ini disebabkan pengembangan
peternakan yang masih didominasi oleh peternakan rakyat yang memiliki ciri-ciri
yaitu: 1) Skala usaha kecil; 2) akses modal yang terbatas; 3) manajemen
pemeliharaan secara tradisional; dan 4) analisa usaha masih seadanya. Oleh
karena itu, rencana pembangunan Jangka Menengah (RPJM) sub sektor peternakan
Provinsi Kalimantan Tengahtahun 2016 – 2020 mengarah kepada pembangunan
peternakan yang memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional yang
melalui kontribusinya dalam pembentukan modal, penyediaan bahan pangan,
pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kesejahteraan peternak di
Provinsi Kalimantan Tengah.
Untuk mendukung hal tersebut di atas, perlu disusun Road Map peternakan
yang menekankan pada pengembangan komoditas strategis. Pengembangan
komoditas strategis ini didukung melalui pengembangan kawasan peternakan
sehingga mampu memanfaatkan secara optimal potensi wilayah yang ada meliputi
ketersediaan lahan, sumber pakan, sumber air, akses sarana dan prasarana
peternakan, penanganan pasca panen hingga akses modal dan pemasaran.
Pengembangan komoditas peternakan strategis dalam suatu kawasan juga
harus mendorong terciptanya koordinasi teknis antar daerah serta stake holder
yang terkait dalam pengembangan pertanian dalam arti luas, pengambil kebijakan
serta lembaga keuangan sebagai sumber permodalan. Dengan demikian,
penyusunan road map ini marupakan bentuk pendekatan yang terpadu dan
menyeluruh dalam perencanaan yang didasarkan atas kelayakan dan kesesuaian
terhadap prasyarat dan potensi dampaknya terhadap pengaruh timbal balik dari
teknis budidaya, agroekosistem dan faktor sosial-ekonomi.
1
Salah satu implementasi dari road map peternakan usulan penetapan
Kawasan Peternakan sesuai untuk pengembangan komoditas ternak strategis yang
disesuaikan dengan faktor-faktor pendukung yang ada dalam kawasan tersebut.
Manfaat yang diharapkan dari terwujudnya kawasan peternakan yaitu: 1)
Menghindari tumpang tindih antar kegiatan dan eksternalitas negatif, serta
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan jasa penunjang; 2) menjamin
keberlanjutan kegiatan pra-produksi, proses produksi, pasca produksi dalam
sistem agribisnis; 3) memudahkan keterkaitan antar komoditas; 4)terhimpunnya
SDM yang terampil dalam suatu kawasan memudahkan dalam pembinaan dan
peningkatan keterampilannya dan; 5) memudahkan dalam monitoring,
pengawasan dan publikasi.
2
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
3
Provinsi Kalimantan Tengah bertambah dari 5 kabupaten dan 1 kota menjadi
13 kabupaten dan 1 kota, yaitu:
1) Kota Palangka Raya dengan ibukota Palangka Raya.
2) Kabupaten Kotawaringin Barat dengan ibukota Pangkalan Bun.
3) Kabupaten Kotawaringin Timur dengan ibukota Sampit.
4) Kabupaten Kapuas dengan ibukota Kuala Kapuas.
5) Kabupaten Barito Selatan dengan ibukota Buntok.
6) Kabupaten Barito Utara dengan ibukota Muara Teweh.
7) Kabupaten Lamandau dengan ibukota Nanga Bulik
8) Kabupaten Sukamara dengan ibukota Sukamara.
9) Kabupaten Seruyan dengan ibukota Kuala Pembuang.
10) Kabupaten Katingan dengan ibukota Kasongan.
11) Kabupaten Gunung Mas dengan ibukota Kuala Kurun.
12) Kabupaten Pulang Pisau dengan ibukota Pulang Pisau.
13) Kabupaten Barito Timur dengan ibukota Tamiang Layang
14) Kabupaten Murung Raya dengan ibukota Puruk Cahu.
2. Topografi
Sebagian besar wilayah Kalimantan Tengah merupakan daerah
dataran rendah dengan topografi yang praktis relatif datar mulai dari wilayah
bagian selatan, tengah dan menerus dari barat hingga ke timur. Pada sektor
tengah wilayah Kalimantan Tengah mulai dijumpai perbukitan dengan variasi
topografi dari landai hingga kemiringan tertentu, dengan pola intensitas
kemiringan yang meningkat ke arah utara. Sektor utara merupakan rangkaian
pegunungan dengan dominasi topografi curam, bagian wilayah ini memanjang
dari barat daya ke timur. Titik tertinggi wilayah Kalimantan Tengah terdapat
di Gunung Batu Sambang dengan ketinggian mencapai 1660 Meter dpl.
Proporsi dari areal-areal yang bertopografi lebih berat banyak dijumpai di
daerah-daerah yang berada di kawasan atas, sebaliknya areal-areal
bertopografi lebih ringan terdapat di daerah-daerah yang berada di kawasan
bawah. Tabel 2.3 berikut merinci keadaan topografi menurut kemiringan
4
lahan di tiap-tiap kabupaten/kota. Tabel 2.3 Luas Areal Menurut Kemiringan
Lahan di Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah No Kabupaten/Kota.
5
- Batuan beku. - Batuan vulkanik tua, menghasilkan jenis tanah yang kaya
unsur hara.
- Batuan metamorf. Terkait dengan potensi kesuburan tanah, wilayah-
wilayah di Kalimantan Tengah tergolong memiliki potensi kesuburan
rendah.
Menurut tingkat kesuburannya, tanah di Kalimantan Tengah
termasuk dalam kelas IV, V dan III dengan jenis tanah terdiri dari Organosol,
Aluvial, Regosol, PMK, Podsol, Latosol, Litosol dan Laterit. Sementara, terkait
dengan sumber daya mineral, bumi Kalimantan Tengah mengandung:
1) Mineral Logam, berupa: emas primer, emas sekunder dan bijih besi.
Ditinjau dari kelayakan ekonomisnya, mineral logam yang layak
ditambang adalah emas. Selanjutnya, mengingat adanya peningkatan
kebutuhan terhadap baja di pasar dunia kini maka nilai kelayakan
ekonomis cadangan bijih besi bumi Kalimantan Tengah juga mengalami
kenaikan.
2) Mineral Non Logam, berupa: pasir kuarsa, bentonit, kaolin, mika dan
batu gamping. Mineral non logam yang memiliki prospek dan cukup
luas penyebarannya adalah pasir kuarsa dan kaolin. Untuk mineral non
logam jenis mika dapat ditemui khususnya di wilayah fisiografi
perbukitan dan pegunungan. Sedangkan jenis batu gamping dapat
dijumpai terutama di bagian timur, dekat perbatasan Provinsi
Kalimantan Selatan.
3) Batu Permata, berupa intan dan kecubung. Batu permata jenis intan
terdapat di aluvium pada aliran sungai Barito yang terletak di Puruk
Cahu, sedangkan jenis kecubung dapat dijumpai di bagian utara
Pangkalan Bun.
4) Mineral Energi, berupa minyak bumi dan batubara. Cadangan minyak
bumi terdapat di sektor tengah yang berbatasan dengan Kalimantan
Selatan. Sedangkan cadangan batubara terdapat di sektor timur laut,
menerus ke selatan dan ke barat.
6
4. Klimatologi
Iklim di Kalimantan Tengah termasuk dalam tipe A dengan iklim
tropis yang lembab dan panas. Wilayah ini rata-rata mendapat penyinaran
matahari lebih dari 50% sepanjang tahun dengan suhu udara berkisar 21,7ºC –
33,2ºC. Berdasarkan pengamatan tahun 2009 pada 5 stasiun, suhu maksimum
rata-rata mencapai 32,08˚C, sedangkan suhu minimum rata-rata 22,6˚C. Suhu
minimum terendah tercatat di Palangka Raya, sementara suhu maksimum
tertinggi tercatat di Muara Teweh. II - 7 Oleh karena dekatnya wilayah
Kalimantan Tengah ke khatulistiwa, perbedaan suhu antar tempat relatif kecil
dan hanya dibedakan oleh perbedaan altitude.
Suhu relatif siang hari berkisar antara 26˚C – 30˚C dan malam hari
15˚C – 26˚C. Keadaan suhu demikian menyebabkan tingginya intensitas
penguapan. Oleh sebab itu, cenderung selalu terdapat awan aktif dan udara
yang jenuh sehingga mengakibatkan seringnya turun hujan di Kalimantan
Tengah. Curah hujan tahunan pada tahun 2008, di wilayah Kalimantan Tengah
berkisar dari 2.323,3-3.037,2 mm, dimana nilai terendah berada di Pangkalan
Bun dan tertinggi ada di Muara Teweh.
7
Tabel. 2 Jumlah dan Kepadatan Kepadatan penduduk Provinsi Kalimantan
Tengah Tahun 2015.
8
BAB III
PEMBANGUNAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
9
Tabel 4. Produksi Daging Tahun 2011-2015
Produksi Daging (Ton) 2011 2012 2013 2014 2015
Sapi 3.118,0 4.152,0 4.277,2 3.843,99 4.056,24
Kerbau 28,0 28,0 44,95 56,14 67,15
Kambing 138,0 320,0 338,68 315,25 335,7
Domba 4,0 2,0 4,25 9,97 8,8
Babi 2.021,0 1.519,0 2.433,64 1.548,74 2.074,3
Ayam Buras 2.622,0 2.041,0 2.399,17 2.017,86 1.903,26
Ayam Ras Petelur 11,0 29,0 9,1 21,1 34,58
Ayam Ras Pedaging 4.483,0 15.566,0 7.338,3 10.912,01 11.487,45
Itik 156,0 149,0 143,12 148,43 139,7
10
2. Sarana dan Prasarana Peternakan
Hingga kini keberadaan infrastruktur serta sarana dan prasarana
pertanian dan peternakan masih kurang. Disatu sisi kebutuhannya sangat
diperlukan, di lain sisi adanya keterbatasan dalam pengadaannya disebabkan
unit cost untuk pelayanan sarana dan prasarana pertanian dan peternakan.
11
Uraian JUMLAH (Orang)
PKB/ATR 75
Pengawas Bibit Ternak (Wasbitnak) 0
Pengawas Mutu Pakan Ternak (Wasatukan) 0
Pengawas Kesmavet 4
Pengawas Daging (Meat Inspector) 5
12
5. Peraturan Daerah Pendukung Pengembangan Peternakan
Sampai dengan Tahun 2015 Peraturan Daerah yang mendukung
pengembangan peternakan baru sebatas pada Perda Restribusi Pemotongan
Ternak. Provinsi Kalimantan Tengah sedang merancang Peraturan Gubernur
tentang Kewajiban Perusahaan Sawit untuk mengembangkan peternakan sapi
potong di sekitar areal perkebunan sawit.
13
3) Tersedianya sarana dan srasarana peternakan dalam rangka
menunjang pengembangan pembangunan peternakan.
14
13. Dukungan Program Kalteng “Besuh”.
Tabel 10. Sasaran Rencana Strategis Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 –
2020
NO. Jenis Ternak TAHUN
15
Ayam Ras
Pedaging 10.538 11.081 11.659 12.277 12.924
Itik 144 151 158 166 175
16
BAB IV
ROAD MAP PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN
17
Untuk ternak kambing dan domba tidak menjadi pilihan strategis
dikarenakan belum ada suatu wilayah yang memiliki populasi yang memadai
untuk dikembangkan dalam suatu kawasan. Selain itu, di beberapa wilayah
yang telah dicoba untuk pengembangan kambing dan domba ternyata
memikiki iklim yang tidak sesuai sehingga banyak usaa ternak kambing dan
domba yang mengalami kegagalan (kurang memuaskan). Sala satu faktor
penyebabnya adalah kondisi yang lembab sehingga banyak kambing yang
mengalami kembung.
Demikian juga untuk ternak itik. Kendala utama pengembangan ternak
itik di Kalimantan Tengah adalah masalah iklim. Kondisi air yang pada saat-
saat tertentu mengalami kondisi peningkatan kadar keasaman menyebabkan
banyak itik yang mati.
Sementara untuk ternak ayam broiler walaupun secara umum setiap
tahun mengalami peningkatan populasi namun usaha peternakan tersebut
lebih ke arah peternakan plasma sehingga peran dinas terkait dalam hal ini
sangat minim.
18
perkebunan sangat potensi untuk pengembangan integrasi ternak sapi-
tanaman.
c. Komoditas Babi
Ternak babi merupakan salah satu ternak strategis di Kalimantan
Tengah. Keberadaan komoditas ini sesuai dengan kultur masyarakat lokal yang
sebagian mengkonsumsi ternak ini. Ketersediaan komoditas ini menjadi
alternatif bagi sebagian masyarakat Kalimantan Tengah dalam mencukupi
kebutuhan protein hewani asal ternak terutama disaat harga daging sapi tinggi.
Peternakan babi di Kalimantan Tengah yang dikembangkan ada dua
jenis yaiut ternak babi lokal dan ternak babi eks import Batam. Namun untuk
fokus pengembangan adalah komoditas babi eks Batam.
19
2. Pendekatan Model Pengembangan Ternak
Tindak lanjut dari penetapan komoditas strategis adalah penentuan model
pemeliharaan komoditas. Pendekatan ini juga berdasarkan kondisi wilayah
pengembangan kawasan yang meliputi: 1) kondisi eksisting yang meliputi
keberadaan perkebunan sawit dan dan padang penggembalaan dan kelembagaan
peternakan, 2) budaya pemeliharaan ternak (ekstensif dan semi intensif) dan 3)
Sistem sosial, budaya dan perekonomian masyarakat.
Berdasarkan kondisi tersebut maka konsep model pemeliharaan ternak
dalam kawasan peternakan disusun dalam tiga (tiga model) meliputi: 1) Model
pengembangan integrasi ternak-sawit, 2) Model pengembangan ternak semi
intensif di padang pengembalaan dan 3) Model pengembangan ternak secara
intensif.
20
Jumlah Luas Areal dan Produksi Wujud
No. Kabupaten/Kota
Luas (Ha) Produksi (Ton) Produksi
21
Model pengembangan integrasi sapi-sawit di Kalimantan Tengah
dikembangkan dalam sistem kandang koloni di sekitar perkebunan sawit yang
dikelola oleh kelompok peternak. Ternak diberi pakan yang terdiri dari
hijauan baik yang terdapat disekitar perkebunan sawit maupun yang
dikembangkan di lahan HPT dan juga pakan olahan berasal dari limbah sawit
yang telah dilakukan oleh beberapa kelompok peternak di Kalimantan Tengah.
Wilayah yang diusulkan untuk pengembagan kawasan peternakan
melalui sistem integrasi sapi meliputi Kabupaten Kotawaringin Barat,
Kotawaringin Timur , Seruyan, Lamandau, dan Sukamara. Penetapan lokasi ini
berdasarkan pertimbangan bahwa peternakan sapi melalui sistem ini telah
dikembangkan baik oleh masyarakat maupun perusahaan swasta di daerah
tersebut.
22
Beberapa wilayah yang sesuai untuk ditetapkan sebagai kawasan
peternakan untuk pengembangan peternakan sapi di padang penggembalaan
meliputi Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten
Katingan, Kabupaten Gunung dan Kabupaten Murung Raya. Pemilihan daerah
berdasarkan keberadaan usaha peternakan sapi potong yang dikembangkan
melalui model ini.
Khusus untuk pengembangan kerbau rawa di Kabupaten Barito selatan,
memiliki ciri khas tertentu yang mana padang penggembalaan berupa daerah
rawa. Daerah utama peternakan ini terletak di Desa Tampulang Kecamatan
Jenamas. Di daerah rawa tersebut ternak kerbau dilepas untuk mencari rumput
yang tumbuh dilahan yang dipenuhi air. Setelah seharian mencari makan, maka
ternak akan beristirahat di kandang dengan sistem kalang (pasang surut).
Secara umum pengembangan ternak kerbau rawa ini sangat baik. Naum
dikarenakan status lahan yang belum ditetapkan sebagai kawasan peternakan
kerbau rawa menyebabkan kondisi mulai terancam dengan aktifitas tambang
yang pengembangan komoditas sub sektor lain. Permasalahan lainnya adalah
masih terbatasnya pasar untuk ternak kerbau yang dipeliharaa masyarakat.
Hal ini disebabkan letak wilayah peternakan yang hanya bisa dijangkau melalui
transportasi air. Oleh karena itu, melalui penetapan kawasan peternakan dapat
menjadikan memberikan jaminan keberadaan lahan untuk pengembangan
kerbau rawa sekaligus pengembangan sarana prasarana penunjang lainnya
termasuk akses pasar, pengolahan paska panen dan akses transportasi.
23
memudahan dalam pemberian pelayanan teknis seperti IB dan pengobatan dan
4) meningkatkan tanggung jawab peternak karena ada kontrol sosial dari
sesama anggota.
Usulan Penetapan kawasan peternakan melalui sistem intensif ini
dimaksudkan sebagai upaya maksimalisasi pengembangan komoditas ternak.
Melalui penetetapan kawasan peternakan, program kerja dinas baik Provinsi
maupun Kabupaten/Kota, dapat difokuskan ke wilayah tersebut terutama
untuk pengembangan sarana dan prasarana pendukung.
Untuk pengembangan model ini, daerah yang direncanakan untuk
ditetapkan sebagai kawasan peternakan adalah Kaputen Kapuas, Kabupaten
Pulang Pisau dan Kabupaten Barito Utara. Hal ini mengingat di Kabupaten
tersebut terdapat wilayah yang memiliki populasi yang besar dan keberadaan
kelompok peternak yang telah terbina.
Untuk komoditas babi juga dikembangkan secara intensif mengingat
dampak keberadaan peternakan babi mempunyai dampak terhadap
lingkungan dan sosial di sekitarnya. Dampak sosialnya adalah sebagian
kalangan masyarakat yang keyakinanannya tidak berkenan dengan keberadaan
peternakan babi di lingkungan sekitarnya. Sementara dampak lingkungannya
adalah polusi suara dan limbah yang mengganggu masyarakat. Oleh karena itu
pengembangan ternak babi diupayakan dalam suatu kawasan dikembangkan
secara ramah lingkungan sehingga dapat menghindari dampak tersebut.
Daerah yang potensi untuk ditetapkan sebagai kawasan peternakan
babi adalah Kabupaten Barito Timur dan Kotamadya Palangkaraya. Kabupaten
Barito Timur berpotensi sebagai supplier untuk Provinsi Kalimantan Selatan.
Sementara Kotamadya Palangkaraya sebagai ibukota Provinsi Kalimantan
Tengah merupakan supplier ternak babi permintaan babi baik bibit maupun
bakalan untuk daerah lain di Kalimantan Tengah.
24
Tabel 12. Matriks Road Map Pengembangan Kawasan Peternakan
No. Komoditas Model Pengembangan Usulan Wilayah Faktor Pendukung
Strategis
1. Komoditas Sapi - Integrasi Sapi-Sawit Kabupaten Kotawaringin Barat - Potensi limbah sawit sebagai pakan
Potong Kabupaten Kotawaringin Timur - Eksistensi keberadaan kelompok peternak sapi
Kabupaten Seruyan – sawit
Kabupaten Lamandau - Dukungan Pemerintah Daerah untuk
Kabupaten Sukamara pengembangan integrasi sapi-sawit
Kabupaten Kotawaringin Barat
25
No. Komoditas Model Pengembangan Usulan Wilayah Faktor Pendukung
Strategis
2. Komoditas Padang Penggembalaan Kabupaten Barito Selatan - Keberadaan padang penggembalaan kerbau
Kerbau Rawa rawa yang telah beradaptasi baik dengan alam.
- Kultur peternak yang telah terbiasa
mengembangkan kerbau rawa
3. Komoditas Babi Intensif Kotamadya Palanga Raya - Eksistensi usaha ternak babi yang ramah
Kabupaten Barito Timur lingkungan.
- Kultur budaya lokal yang tinggi dalam konsumsi
daging babi.
26
Gambar 2. Peta Pengembangan Kawasan Peternakan
SP
SP
SP
SP
SP
K
SP SP
B B
SP SP
SP
SP
Keterangan Gambar:
SP : Sapi Potong
K : Kerbau Rawa
B `: Babi
27
C. Usulan Penetapan Kawasan Peternakan
Sesuai dengan arah kebijakan pengembangan peternakan
Indonesia, implementasi dari penyusunan road map pengembangan
kawasan peternakan adalah pengajuan daerah-daerah yang telah
diidentifikasi untuk ditetapkan sebagai kawasan pengembangan
peternakan. Pengajuan pentapan kawasan ini disampaikan kepada
Pemerintah Pusat melalui Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Pengajuan kawasan dibagi dalam dua tahap. Periode pertama
adalah adalah pengajuan penetapan tahun 2017 yang mana daerah yang
Kabupaten yang diajukan sebagi berikut:
1) Kawasan peternakan sapi potong meliputi:
- Kabupaten Kotawaringin Barat
- Kabupaten Kotawaringin Timur
- Kabupaten Seruyan
- Kabupaten Kapuas
- Kabupaten Pulang Pisau
- Kabupaten Barito Utara
- Kabupaten Murung Raya
2) Kawasan peternakan kerbau rawa meliputi:
- Kabupaten Barito Selatan
3) Kawasan peternakan babi meliputi:
- Kabupaten Barito Timur dan
- Kotamadya Palangka Raya.
Tahap kedua yaitu pengajuan kawasan peternakan sapi potong
yang meliputi Kabupaten Katingan, Kabupaten Sukamara dan
Kabupaten Gunung Mas. Sehingga diharapkan pada tahun hingga
tahun 2020 pada setiap Kabupaten/kota terdapat kawasan
peternakan sebagai sebagai fokus kegiatan pengembangan
peternakan didukung dengan program-program lainnya.
28
BAB V
PENUTUP
29
LAMPIRAN-LAMPIRAN
30
LAMPIRAN 1.
KONDISI EKSISTING PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
31
Lampiran 2.
RENCANA AKSI KABUPATEN KOTAWARINGIN
32
Lampiran 3.
RENCANA AKSI KABUPATEN BARITO UTARA
33
Lampiran 4.
RENCANA AKSI KABUPATEN BARITO SELATAN
34
Lampiran 5.
RENCANA AKSI KABUPATEN PULANG PISAU
35
Lampiran 6.
RENCANA AKSI KABUPATEN SUKAMARA
36
Lampiran 7.
RENCANA AKSI KABUPATEN SERUYAN
37
Lampiran 8.
RENCANA AKSI KABUPATEN GUNUNG MAS
38