Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Undang-Undang No 18 tahun 2012 menyatakan bahwa


Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati
produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan,
perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan,
dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.

Oleh karena itu pangan merupakan kebutuhan dasar manusia


yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak
asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Pangan berperan penting dalam menjaga stabilitas ekonomi


dan politik suatu bangsa, maka perwujudan Kemandirian Pangan
harus dapat dipenuhi oleh negara. Kemandirian Pangan merupakan
kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi pangan yang
beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan
kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan
dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial,
ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.

Perwujudan Kedaulatan Pangan bertujuan menjaga


penyelenggaraan sistem Ketahanan Pangan yang diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan pangan bagi masyarakat, yang tercermin dari

1
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,
beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat
hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

Permintaan pangan yang terus meningkat setiap tahun


dengan seiringnya laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Malang,
maka perlu adanya usaha peningkatan dan percepatan produksi
pangan dalam rangka terwujudnya stabilisasi harga dan ketersediaan
pangan, sehinggasistem Ketahanan Pangan sangat terkait dengan
kemampuan pemerintah untuk menjaga stabilisasi penyediaan
pangan serta daya dukung sektor pertanian.

Peningkatan sasaran Kedaulatan Pangan secara Nasional


melalui Program Nawacita dalam bidang Pertanian yaitu salah
satunya melalui tercapainya peningkatan ketersediaan pangan yang
bersumber dari produksi dalam negeri, didalamnya tercakup
peningkatan produksi Padi, Jagung, Kedelai (PAJALE) dalam
meningkatkan surplus, kebutuhan konsumsi dan kebutuhan
keragaman pangan dan pakan lokal.

Upaya Pemerintah Kabupaten Malang untuk mewujudkan


ketahanan pangan sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan dan Peraturan Presiden
Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan, yaitu
dengan menerbitkan Peraturan Bupati Nomor 27 Tahun 2012 tentang
Dewan Ketahanan Pangan dan Keputusan Bupati Nomor:
180/502/KEP/421.013/2012 tentang Dewan Ketahanan Pangan
Kabupaten Malang meliputi susunan Keanggotaan, Kelompok Kerja
Teknis, dan Kelompok Kerja Ahli. Sehubungan Peraturan dan
Keputusan Bupati tersebut maka dipandang perlu menyesuaikan
peran dan fungsi Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Malang untuk

2
bekerjasama secara baik, efektif dan efisien dalam mendukung
penyelenggaraan sistem Ketahanan Pangan sebagai usaha
perwujudan penyelenggaraan Kedaulatan Pangan di Kabupaten
Malang yang produktif secara berkelanjutan dan berdaya saing.

I.2 Tujuan

1. Pencapaian Swasembada Pangan (PJK) 2017 dengan target


utama komoditas Padi, Jagung, dan Kedelai, serta pencapaian
swasembada komoditas prioritas lain yaitu tebu, daging, cabe, dan
bawang merah
2. Peningkatan dan percepatan produksi pangan untuk menjaga
ketersediaan pangan dan penyediaan bahan baku untuk
mendukung industri pertanian/perkebunan seiring dengan laju
pertumbuhan penduduk dan adanya dampak perubahan iklim di
Kabupaten Malang
3. Memantapkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Malang melalui
penguatan sistem distribusi pangan dan konsumsi pangan serta
peningkatan kemampuan sumberdaya manusia pertanian.

I.3 Sasaran
Dengan memperhatikan potensi, peluang, dan pengembangan
teknologi yang ada maka sasaran ketahanan pangan Kabupaten
Malang adalah:
a. Terwujudnya peningkatan produksi Padi, Jagung, dan Kedelai
untuk mendukung Kedaulatan Pangan
b. Terwujudnya pemantapan kawasan pertanian, peternakan, dan
perikanan dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim yang
terjadi
c. Terwujudnya sumberdaya masyarakat tani yang mandiri dalam
menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean

3
I.4 Manfaat

1. Sebagai dasar kegiatan pada SKPD terkait yang termasuk dalam


keanggotaan Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Malang untuk
mengoptimalkan program dan sasaran kegiatan tahun 2016 dalam
mendukung peningkatan Kedaulatan Pangan di Kabupaten
Malang yang produktif secara berkelanjutan dan berdaya saing
2. Sebagai arah sinkronisasi dan sinergisitas antara pelaksana
program pada dinas terkait dengan pendamping/pengawalan yang
ada di lapangan
3. Sebagai bahan masukan bagi SKPD terkait dalam penyusunan
program kegiatan selanjutnya

I.5 Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan


2. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan
Pangan
3. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan
Ketahanan Pangan
4. Peraturan Bupati Malang No.27 Tahun 2012 dan Keputusan
Bupati Malang No.180/02/Kep/421.013/2012 tentang Dewan
Ketahanan Pangan

4
BAB II

KONDISI UMUM WILAYAH

II.1 Keadaan Umum Geografi dan Agroekologi Wilayah

Kabupaten Malang adalah sebuah kawasan yang terletak


pada bagian tengah selatan wilayah Propinsi Jawa Timur.
Berbatasan dengan enam kabupaten dan Samudera Indonesia,
secara rinci perbatasan antara lain:
1. Sebelah Utara-Timur, berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan
dan Kabupaten Probolinggo
2. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Lumajang
3. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudera Indonesia
4. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Blitar
5. Sebelah Barat-Utara, berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan
Mojokerto
Letak geografis sedemikian itu menyebabkan Kabupaten
Malang memiliki posisi yang cukup strategis. Hal ini ditandai dengan
semakin ramainya jalur transportasi utara maupun selatan yang
melalui Kabupaten Malang dari waktu ke waktu. Posisi koordinat
Kabupaten Malang terletak antara 112 017’,10,90” Bujur Timur dan
122057’,00,00” Bujur Timur dan antara 7 044’,55,11” Lintang Selatan
dan 8026’,34,45” Lintang Selatan.
Dengan luas wilayah sekitar 3.238,26 Km 2 (sumber; Balai
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Brantas yang termuat di Buku
Malang Dalam Angka Tahun 2013), Kabupaten Malang terletak pada
urutan terluas terbesar kedua setelah Kabupaten Banyuwangi dari
38 kabupaten/kota di wilayah Propinsi Jawa Timur.

Kondisi Topografi Kabupaten Malang merupakan daerah


dataran tinggi yang dikelilingi oleh beberapa gunung dan dataran
rendah atau daerah lembah pada ketinggian 250-500 meter diatas

5
permukaan laut (dpl) yang terletak di bagian tengah wilayah
Kabupaten Malang. Daerah dataran tinggi merupakan daerah
perbukitan kapur (Pegunungan Kendeng) di bagian selatan pada
ketinggian 0-650 meter dpl, daerah lereng Tengger-Semeru di
bagaian timur membujur dari utara ke selatan pada ketinggian 500-
3600 meter dpl dan daerah lereng Kawi-Arjuno di bagian barat pada
ketinggian 500-3.300 meter dpl.

Terdapat sembilan gunung dan satu pegunungan yang


menyebar merata di sebelah Utara, Timur, Selatan dan Barat wilayah
Kabupaten Malang. Beberapa gunung telah dikenal secara nasional
yaitu Gunung Semeru (3.676 meter) gunung tertinggi di Pulau Jawa,
Gunung Bromo (2.329 meter), Gunung Kelud (1.731 meter), Gunung
Welirang (2.156 meter) dan Gunung Arjuno (3.339 meter).

Kondisi topografi yang demikian mengindikasikan potensi


hutan yang besar. Hutan yang merupakan sumber air yang cukup,
yang mengalir sepanjang tahun melalui sungai-sungainya mengairi
lahan pertanian. Dari 18 sungai besar dan bernama di wilayah
Kabupaten Malang, diantaranya terdapat Sungai Brantas, sungai
terbesar dan terpanjang di Jawa Timur. Hulu Sungai Brantas bagian
atas terdapat di wilayah Kota Batu dan hulu bawah berada di wilayah
Kabupaten Malang. Kondisi topografi pegunungan dan perbukitan
menjadikan wilayah Kabupaten Malang sebagai daerah sejuk dan
banyak diminati sebagai tempat tinggal dan tempat peristirahatan.
Tinggi pusat pemerintahan kecamatan (Kantor Camat) dari
permukaan laut berkisar antara 240-1.299 meter dpl.

Berdasarkan hasil pemantauan tiga pos stasiun


klimatologi karangploso Malang pada tahun 2012 suhu udara
berkisar antara 170 C hingga 32,5 0
C. Kelembaban udara rata-rata
berkisar antara 30,0 persen hingga 100,0 persen dan curah hujan
rata-rata berkisar antara 1 mm hingga 474,0 mm. Curah hujan rata-
rata terendah terjadi pada bulan Juli, hasil pos pemantauan

6
karangkates. Sedangkan rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada
bulan Nopember, hasil pos pemantauan Lanud A. R. Saleh.

II.2 Karakteristik Demografi Wilayah

Berdasarkan data jumlah penduduk yang dikeluarkan oleh


Badan Pusat Statistik (BPS) hasil Susenas tahun 2010 untuk laju
pertumbuhan penduduk Kabupaten Malang per tahun selama
sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun 2000-2010 sebesar 0,82
persen. Sedangkan berdasarkan Susenas tahun 2010 jumlah
penduduk Kabupaten Malang adalah 2.447.051 jiwa, yang terdiri
atas 1.232.841 laki-laki dan 1.214.210 perempuan. Berdasarkan
Data BPS yang termuat dalam Buku Malang Dalam Angka Tahun
2013 bab Kependudukan pada tabel 3.1.4 menunjukkan bahwa
perkembangan penduduk Kabupaten Malang terus bertambah yaitu
tahun 2011 sebesar 2.459.982 jiwa, tahun 2012 sebesar 2.473.612.
Sedangkan dari hasil rapat koordinasi kelompok kerja teknis dewan
ketahanan pangan bahwa jumlah penduduk tahun 2013 sebesar
2.508.698 jiwa, jumlah penduduk Tahun 2014 adalah 2.527.087, dan
jumlah penduduk Tahun 2015 adalah 2.544.315 penduduk
(merupakan data proyeksi yang telah dikoreksi oleh Badan Pusat
Statistik Kabupaten Malang)

Dalam publikasi kali ini BPS Kabupaten Malang kembali bisa


menampilkan data penduduk yang diambil dari regristasi. Menurut
regristasi diantara 33 kecamatan di Kabupaten Malang, Kecamatan
Singosari memiliki jumlah penduduk terbesar, yaitu sebesar 178.534
jiwa. Kecamatan yang memiliki penduduk terkecil adalah kecamatan
Kasembon dengan jumlah penduduk 31.015 jiwa.

7
II.3 Karakteristik Ekonomi Masyarakat dan Wilayah

Sejak dahulu kala bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa


agraris. Alam Indonesia memiliki potensi yang besar pada sektor
pertanian. Dukungan iklim, kesuburan tanah dan hutansebagai
sumber air menyebabkan mayoritas penduduk Indonesia
menggantungkan mata pencahariannya sebagai petani. Demikian
pula kondisi geografis Indonesia, sebagai negara kepulauan yang
menyimpan potensi kekayaan lautnya, menyebebkan bangsa
Indonesia dikenal juga sebagai bangsa bahari.

Tidak terlepas Kabupaten Malang, mayoritas penduduknya


juga bekerja disektor pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor
andalan dalam perokonomian Kabupaten Malang.

Tabel 1. Jenis Lahan di Kabupaten Malang


No Jenis Lahan Luas (Ha) % Lahan

1. Lahan Sawah 45.888,23 24,13

2. Ladang/Tegal/Kebun 123.832 54,08

3. Perkebunan 20.992 11,04

4. Hutan 20.432 10,75

Sumber Data: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang, 2014

Sektor perdagangan adalah sektor tersier yang cukup


potensial untuk dikembangkan menjadi sektor andalan suatu daerah.
Sektor ini akan selalu menjadi wadah aktifitas rutin penduduk untuk
penyediaan kebutuhan pangan, sandang dan papan. Tersedianya
bahan kebutuhan yang cukup, harga terjangkau dan relatif stabil
adalah dambaan setiap penduduk.

Rata-rata harga produsen komoditi produk pertanian


memberikan gambaran harga padi dan palawija relatif stabil, kecuali
harga padi IR64 dan kacang tanah basah yang cenderung

8
mengalami kenaikan. Sedangkan untuk hortikultura, harga cabe
rawit, bawang putih dan bawang merah sangat berfluktuasi. Namun
harga cabe rawit yang mengalami kenaikan harga paling tajam.
Sedangkan untuk tanaman hortikultura cenderung stabil.

Harga sembako yang bersumber dari Enumerator Badan


Ketahanan Pangan dan Pelaksana PenyuluhanKabupaten Malang
Tahun 2015, setiap bulannya harga eceran komoditi yang tergabung
kedalam sembilan bahan pokok (sembako) mengalami fluktuatif.

9
BAB III

KONDISI KETAHANAN PANGAN

Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi


negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya
pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam,
bergizi,merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan
produktif secara berkelanjutan. (UU No.18 tahun 2012 Tentang Pangan).
Pembangunan Ketahanan Pangan di pengaruhi oleh ketersediaan
pangan, distribusi pangan, dan konsumsi pangan.
Adapun data-data tentang produksi komoditi pangan utama di
Kabupaten Malang meliputi :
 Produksi komoditi pangan pertanian
 Produksi komoditi pangan peternakan
 Produksi komoditi pangan perikanan
III.1 Produksi Komoditi Pangan
III.1.1 Produksi Komoditi Pangan Pertanian
Berdasarkan dari Dinas Pertanian dan Perkebunan
Kabupaten Malang diperoleh data prediksi capaian target
komoditas Padi, Jagung, Kedelai dan Gula tahun 2015
sebagai berikut :
Tabel 2. Data Produksi Padi, Jagung, Kedelai Kabupaten Malang
N
Komoditas Keterangan Realisasi Produksi
o

1 Padi Luas panen (ha) 67.636

Produktivitas (kw/ha) 70,81

Produksi (ton) 478.930

2 Jagung Luas panen (ha) 45.232

Produktivitas (kw/ha) 54,64

10
Produksi (ton) 247.150

Lanjutan Tabel N
2. Data Produksi Padi, Jagung, Kedelai Kabupaten Malang
Komoditas Keterangan Realisasi Produksi
o

3 Kedelai Luas panen (ha) 223

Produktivitas (kw/ha) 16,09

Produksi (ton) 359

4 Tebu Luas Panen (ha) 44.317

Produktivitas (ton/ha) 86,54

Produksi (ton) 3.835.193

5 Bawang Luas Panen (ha) 1.090


Merah
Produktivitas (ton/ha) 71,84

Produksi (ton) 7.831

6 Cabe Luas Panen (ha) 2.376


Besar
Produktivitas (ton/ha) 9,28

Produksi (ton) 22.042

7 Cabe Kecil Luas Panen (ha) 3185

Produktivitas (ton/ha) 7,01

Produksi (ton) 22.316

NB : Data Realisasi sampai dengan bulan Oktober 2015

Dari grafik dapat dilihat bahwa realisasi untuk produksi padi


dan jagung pada tahun 2015telah mencapai target produksi

11
478930
500,000
450,000
400,000
350,000
300,000
250,000
200,000
150,000
67636
100,000
50,000 70.81

0
Luas panen (ha) Produktivitas (kw/ha) Produksi (ton)
Grafik 1. Produksi Padi 2015

247150
250,000

200,000

150,000

100,000

45232
50,000
54.64

0
Luas panen (ha) Produktivitas (kw/ha) Produksi (ton)
Grafik 2. Produksi Jagung 2015

400 359

350

300
223
250

200

150

100
16.09
50

0
Luas panen (ha) Produktivitas (kw/ha) Produksi (ton)

Grafik 3. Produksi Kedelai 2015

12
3835193
4,000,000

3,500,000

3,000,000

2,500,000

2,000,000

1,500,000

1,000,000

500,000 44317 86.54

0
Luas Panen (ha) Produktivitas (ton/ha) Produksi (ton)
Grafik 4. Produksi Tebu 2015

7831
8,000

7,000

6,000

5,000

4,000

3,000

2,000 1090

1,000 71.84

0
Luas Panen (ha) Produktivitas (ton/ha) Produksi (ton)
Grafik 5. Produksi Bawang Merah 2015

25,000 22042

20,000

15,000

10,000

5,000 2376
9.28

0
Luas Panen (ha) Produktivitas (ton/ha) Produksi (ton)
Grafik 6. Produksi Cabe Besar 2015

13
25000 22316

20000

15000

10000

3185
5000
7.01

0
luas panen (ha) Produktivitas (ton/ha) Produksi (ton)

Grafik 7. Produksi Cabe Kecil 2015

Dari grafik dapat dilihat bahwa realisasi untuk


produksi komoditi pertanian pada tahun 2015 telah mencapai
target produksi. Sebagai upaya dalam peningkatan produksi
pangan komoditi padi, jagung, kedelai, maka di tahun 2016
pemerintah Kabupaten Malang menyusun rencana aksi per
kecamatan yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Sedangkan
rencana aksi tingkat Kabupaten dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 3. Sasaran Produksi Padi Kabupaten Malang tahun 2016

NO KRITERIA SASARAN RENSTRA

1 Luas Panen (ha) 67.711

2 Produktivitas (kw/ha) 70,81

3 Produksi (ton) 437.894

437894
450,000

400,000

350,000

300,000

250,000

200,000

150,000
67711
100,000

50,000 70.81

0
Luas Panen (ha) Produktivitas (kw/ha) Produksi (ton)
Grafik 8. Sasaran Produksi Padi 2016

14
Tabel 4. Sasaran produksi Jagung Kabupaten Malang tahun 2016
NO KRITERIA SASARAN RENSTRA

1 Luas Panen (ha) 52.057

2 Produktivitas (kw/ha) 54,64

3 Produksi (ton) 336.633

336633
350,000

300,000

250,000

200,000

150,000

100,000 52057

50,000
54.64

0
Luas Panen (ha) Produktivitas (kw/ha) Produksi (ton)
Grafik 9. Sasaran Produksi Jagung 2016

Tabel 5. Sasaran produksi Kedelai Kabupaten Malang tahun 2016


NO KRITERIA SASARAN RENSTRA

1 Luas Panen (ha) 330

2 Produktivitas (kw/ha) 16,09

3 Produksi (ton) 515

600 515

500

400 330

300

200

100 16.09

0
Luas Panen (ha) Produktivitas (kw/ha) Produksi (ton)
Grafik 10. Sasaran Produksi Kedelai 2016

15
Tabel 6. Sasaran produksi Tebu Kabupaten Malang tahun 2016
NO KRITERIA SASARAN RENSTRA

1 Luas Panen (ha) 44.318

2 Produktivitas (kw/ha) 873,00

3 Produksi (ton) 3.685.913

3685913
4,000,000

3,500,000

3,000,000

2,500,000

2,000,000

1,500,000

1,000,000

500,000 44318 873

0
Luas Panen (ha) Produktivitas (kw/ha) Produksi (ton)
Gambar . Sasaran Produksi Tebu 2016

Tabel 7. Sasaran produksi Cabe Besar Kabupaten Malang tahun 2016


NO KRITERIA SASARAN RENSTRA

1 Luas Panen (ha) 330

2 Produktivitas (kw/ha) 16,09

3 Produksi (ton) 515

600 515

500
330
400

300

200
16.09
100

0
Luas Panen (ha) Produktivitas (kw/ha) Produksi (ton)
Grafik 11. Sasaran Produksi Cabe Besar 2016

16
Tabel 8. Sasaran produksi Cabe Kecil Kabupaten Malang tahun 2016
NO KRITERIA SASARAN RENSTRA

1 Luas Panen (ha) 2.741

2 Produktivitas (kw/ha) 822

3 Produksi (ton) 225.390

250,000 225390

200,000

150,000

100,000

50,000
2741 822

0
Luas Panen (ha) Produktivitas (kw/ha) Produksi (ton)
Gambar . Sasaran Produksi Cabe Kecil 2016

III.1.2 Produksi Komoditi Pangan Peternakan


Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan ketahanan
pangan adalah dengan peningkatan produksi di komoditi
peternakan. Adapun data produksi komoditi peternakan di
Kabupaten Malang tahun 2014 hingga tahun 2015 :
Tabel 9. Data produksi peternakan tahun 2014 dan produksi tahun
2015
NO Komoditi Produksi 2014 Produksi 2015

1 Daging (ton) 22.325 38.885

2 Telur (ekor) 27.510 42.196

3 Susu (ton) 117.235 132.052

17
Berdasarkan Tabel 9. Menunjukkan bahwa produksi tahun 2015 lebih
besar dari jumlah produksi peternakan tahun 2014.
Sebagai upaya dalam peningkatan produksi komoditi pangan peternakan,
makan di tahun 2016 pemerintah Kabupaten Malang menyusun rencana aksi per
kecamatan yang dapat dilihat di Lampiran 2. Sedangkan rencana aksi tingkat
Kabupaten sebagai berikut sesuai dengan Tabel 10.
Tabel 10. Data Sasaran produksi komoditi peternakan tahun 2016
Target Produksi 2016
Realisasi
NO Komoditi
Produksi 2015
Nilai

1 Daging (ton) 38.885 39.935

2 Telur (ekor) 42.196 43.380

3 Susu (ton) 132.052 137.994

38,885 39,935

40,000

35,000

30,000
22,325
25,000

20,000

15,000

10,000

5,000

0
Produksi 2014 Produksi 2015 Sasaran Produksi 2016
Grafik 12. Sasaran dan Produksi Daging 2014, 2015, dan 2016

42,196 43,380
45,000

40,000

35,000
27,510
30,000

25,000

20,000

15,000

10,000

5,000

0
Produksi 2014 Produksi 2015 Sasaran Produksi 2016
Grafik 13. Sasaran dan Produksi Telur 2014, 2015, dan 2016

18
137,994
140,000

132,052
135,000

130,000

125,000

117,235
120,000

115,000

110,000

105,000
Produksi 2014 Produksi 2015 Sasaran Produksi 2016
Grafik 14. Sasaran dan Produksi Susu 2014, 2015, dan 2016

III.1.3 Produksi Komoditi Pangan Perikanan


Komoditi Perikanan merupakan bagaian dalam
parameter tingkat Ketahanan Pangan suatu daerah, maka
upaya peningkatan produksi terus dilakukan oleh pemerintah
Kabupaten Malang untuk memenuhi tingkat kebutuhan pasar
didalam daerah Kabupaten Malang sendiri maupun di luar
daerah Kabupaten Malang yang sangat besar dan terus
meningkat setiap tahunnya. Adapun data produksi tahun 2014
dan 201 5serta target produksi tahun 2016 tersaji di tabel
sebagai berikut :
Tabel 11. Produksi Perikanan tahun 2014 dan Produksi tahun 2015
No Komoditi Produksi 2014 Produksi 2015

1 Produksi Perikanan 11.077,66 11.727,62


Tangkap (ton)`

2 Produksi Perikanan 19.555,84 20.476,92


Budidaya (ton)

Data Produksi Tahun 2015 sampai dengan buln November

Berdasarkan Tabel 11. Menunjukkan produksi perikanan tangkap 2015


lebih tinggi dari tahun 2014, sedangkan produksi perikanan budidaya tahun 2015
lebih sedikit dari tahun 2015.

19
Sebagai upaya dalam peningkatan produksi komoditi pangan kelautan
dan perikanan, maka di tahun 2016 pemerintah Kabupaten Malang menyusun
rencana aksi per kecamatan yang dapat dilihat pada Lampiran 3. Sedangkan
sasaran rencana aksi tingkat Kabupaten sebagai dengan Tabel 12.

Tabel 12. Realisasi Produksi Perikanan tahun 2015 dan Target dan Realisasi
Produksi tahun 2016
Produksi Target Produksi 2016
NO Komoditi 2015
Nilai Target

1 Produksi Perikanan Tangkap (ton) 11.727,62 12.314,00

2 Produksi Perikanan Budidaya (ton) 20.476,92 21.500,77

12,400.00 12.314,00

12,200.00
12,000.00
11,800.00
11,600.00
11.727,62
11,400.00
11,077.66
11,200.00
11,000.00
10,800.00
10,600.00
10,400.00
Produksi 2014 Produksi 2015 Sasaran Produksi 2016

Grafik 15. Sasaran dan Produksi Perikanan Tangkap 2014, 2015, dan 2016

25,000.00 21.500,77

19,555.84
20.476,92
20,000.00

15,000.00

10,000.00

5,000.00

0.00
Produksi 2014 Produksi 2015 Sasaran Produksi 2016
Grafik 16. Sasaran dan Produksi Perikanan Budidaya 2014, 2015, dan 2016

III.2 Ketersediaan Pangan

Ketersediaan Pangan adalah kondisi tersedianya Pangan


dari hasil produksi dalam negeri dan cadangan pangan nasional

20
serta impor apabila kedua sumber utama tidak dapat memenuhi
kebutuhan.

III.2.1 Kemandirian Pangan Komoditi Pertanian


Kebutuhan Pangan komoditi utama di Kabupaten
Malang sebagian besar dapat dipenuhi dari produksi
domestik, untuk tahun 2015 di Kabupaten Malang telah
mencapai surplus beras sebesar 77.819 ton, sehingga
kebutuhan beras di wilayah Kabupaten Malang dapat
dicukupi dari produksi dalam daerah. Sedangkan untuk
komoditi jagung, ubi kayu, ubi jalar dan gula juga mencapai
surplus, kecuali untuk kedelai masih mengalami perikiraan
defisit sebesar 41.196 ton. Surplus pangan di Kabupaten
Malang selain didukung sumberdaya alam yang sesuai,
juga potensi sumberdaya manusia dan adanya dukungan
infrastruktur ekonomi yang lebih baik

Tabel 13. Data Ketersediaan Pangan Komoditi Pertanian tahun 2015


Produksi Ketersediaan Kebutuhan Surplus/Minus
No. KOMODITI
( Ton ) (Ton) (Ton) (Ton)
1 Padi* 459.169 290.195 212.376 77.819
2 Jagung 235.151 235.151 21.457 213.694
3 Kedele 319 319 41.515 (41.196)
4 Ubi kayu 336.709 336.709 63.205 273.504
5 Ubi jalar 13.930 13.930 2.799 11.131
6 Gula 97.626 97.626 20.757 76.869
Sumber data: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang sampai dengan bulan
November Tahun 2015

Keterangan: *Data ketersediaan padi (gkg) setelah dikonversi menjadi beras


273,504
300,000

250,000 213,694

200,000

150,000
77,819 76,869
100,000

50,000 11,131

0
Padi Jagung Kedele Ubi kayu Ubi jalar Gula

-50,000 -41,196
Grafik 17. Data Ketersediaan 2015

21
III.2.2 Kemandirian Pangan Komoditi Peternakan dan
Perikanan

Kebutuhan pangan untuk komoditi peternakan di


Kabupaten Malang telah terpenuhi dari produksi wilayah
Kabupaten Malang sendiri. Komoditi daging, susu dan telur
secara keseluruhan telah mencapai surplus, sedangkan
untuk kebutuhan pada komoditi perikanan masih mengalami
minus. Hal tersebut diakibatkan oleh kebutuhan yang terus
meningkat setiap tahun sedangkan produksi masih belum
memenuhi permintaan pasar yang cukup besar.

Tabel 14. Data Ketersediaan Pangan Komoditi Peternakan dan Perikanan Tahun
2015
Produksi Ketersediaan Kebutuhan Surplus/Minus
No. KOMODITI
( Ton ) (Ton) (Ton) (Ton)
1 Daging 38.885 38.885 6.615 32.270

2 Susu 132.052 132.052 4.579 127.473

3 Telur 42.196 42.196 15.265 26.931

4 Ikan* 29.516 29.516 36.129 (6.613)


Keterangan :
1. Sumber data produksi daging, susu, telur data tahun 2015
2. * Sumber data produksi dan konsumsi Ikan data tahun 2015

III.2.3 Data NBM (Neraca Bahan Makanan)

Indikator mengukur keberhasilan pembangungan


penyediaan pangan penduduk diperlukan suatu parameter.
Jumlah keragaman dan mutu gizi pangan secara sederhana
dapat diamati dari suatu susunan atau pola ketersediaan dan
konsumsi pangan. Oleh karena itu, salah satu parameter
sederhana yang dapat dipakai untuk menilai tingkat
keanekargaman dan mutu gizi pangan adalah Neraca Bahan
Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH). Neraca
Bahan Makanan (NBM) adalah penyajian data dalam bentuk
tabel yang dapat menggambarkan situasi dan kondisi

22
ketersediaan pangan untuk konsumsi penduduk di suatu
wilayah dalam suatu kurun waktu tertentu. NBM menyajikan
angka rata-rata jumlah pangan yang tersedia di tingkat
rumah tangga konsumen untuk konsumsi penduduk
perkapita (kg/kap/tahun). Kabupaten Malang pada tahun
2015 telah melakukan analisis NBM dan pola pangan
harapan ketersediaan untuk mengetahui kondisi penyediaan
pangan penduduk yang terdapat pada tabel dibawah ini:

Tabel 15. Analisis Sistuasi Ketersediaan Pangan Wilayah berdasarkan


Perhitungan PPH Ketersediaan Kabupaten Malang Tahun 2015
No Skor Skor Skor
Kelompok Pangan Kalori % % AKE*) Bobot
. AKE Maks PPH

1. Padi-padian 2490 49,8 103,8 0,5 51,9 25,0 25,0

2. Umbi-umbian 542 10,8 22,6 0,5 11,3 2,5 2,5

3. Pangan Hewani 237 4,7 9,9 2,0 19,8 24,0 19,8

4. Minyak dan Lemak 9 0,2 0,4 0,5 0,2 5,0 0,2

5. Buah/Biji Berminyak 0 0,0 0,0 0,5 0,0 1,0 0,0

6. Kacang-kacangan 7 0,1 0,3 2,0 0,6 10,0 0,6

7. Gula 971 19,4 40,4 0,5 20,2 2,5 2,5

8. Sayur dan Buah 746 14,9 31,1 5,0 155,4 30,0 30,0

9. Lain-lain 0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Jumlah 5.003 100,0 208,5 259,4 100,0 80,6

Keterangan =
Angka kecukupan energi (AKE) = 2.400 kkal/kap/hari

Dari data diatas dapat dilihat bahwa Ketersediaan


energi Kabupaten Malang tahun 2015 secara kuantitas dan
kualitas adalah sebagai berikut :
a. Tingkat Ketersediaan Energi di Kabupaten Malang
sebesar 5.003 kkal/kap/hr dan Protein 101,85 gr/kap/hr

23
yang memiliki pengertian bahwa secara umum jumlah
ketersediaan energi dan protein sudah cukup untuk
memenuhi kebutuhan jumlah penduduk Kabupaten
Malang .
b. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) ketersediaan sebesar
80,6 dari skor ideal sebesar 100 yang memiliki
pengertian perlunya adanya peningkatan ketersediaan
energi di kelompok pangan hewani, Minyak dan lemak,
buah/biji berminyak dan kacang-kacangan.
c. Skor AKE untuk padi-padian dan umbi-umbian sudah
melebihi skor maksimal yang memiliki pengertian bahwa
ketersediaan untuk kelompok pangan padi-padian dan
umbi-umbian mengalami surplus.
d. Demikian juga untuk skor AKE gula, sayur dan buah juga
sudah melebihi skor maksimal. Ada beberapa kelompok
pangan yang masih dibawah skor maksimal yaitu minyak
dan lemak, buah berminyak dan kacang-kacangan. Hal
ini disebabkan karena disamping areal tanamnya sedikit
juga belum terpantaunya kelompok pangan yang beredar
di pasaran.

Jadi dari kriteria klasifikasi diatas, bahwa tingkat


ketersediaan energi (% AKG) mencapai 5.003 atau 208,5 %
dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (norma gizi)
yaitu 2.400 kkal/kap/hari. Sedangkan untuk ketersediaan
protein telah mencapai 101,85 gr/kap/hari dibandingkan
dengan angka kecukupan gizi untuk ketersediaan sebesar
63 gr/kap/hari, maka Kabupaten Malang tahun 2015
Ketersediaan Energi dan protein secara kuantitas dan
kualitas adalah termasuk klasifikasi Kelebihan.

24
III.3 Distribusi Pangan

Distribusi Pangan merupakan subsistem dari Ketahanan


Pangan yang ada di Indonesia, terdiri dari stablitas harga pangan
dan aksesbilitas pangan antar waktu dan wilayah.

III.3.1 Harga Pangan

Data kenaikan dan penurunan harga bahan pangan


tahun 2015 bulan Januari sampai dengan bulan November di
pasar-pasar Kabupaten Malang dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:

Tabel 16. Data stabilitas harga pangan komoditi pangan utama di Kabupaten
Malang tahun 2015
Beras
Daging
Kualita Jagun Ubi Ubi Minyak
Gula Ayam Telur
s g Kayu Jalar Goreng
N (Ras)
Bulan Sedang
o
Rp/
Rp/kg Rp/kg Rp/kg Rp/kg Rp/Liter Rp/kg Rp/kg
kg

1 Januari 9050 3850 2225 3325 8625 10150 23325 14725

2 Februari 9000 3800 2200 3300 8600 10100 23300 14700

3 Maret 9080 3880 2290 3300 8690 10125 23360 14740

4 April 8820 5160 2700 3440 10130 10530 23300 16270

5 Mei 8650 4000 2930 3590 10840 10475 25710 18080

6 Juni 8870 4190 2660 3820 11630 10800 27310 19040

7 Juli 9030 4130 2880 3700 11390 10610 30720 17280

8 Agustus 9420 4160 4690 3520 10930 12010 31830 18980

Septembe
9 9300 4230 3040 3400 10550 9570 26650 17430
r

10 Oktober 9720 4300 2400 4300 10780 12050 28230 17180

11 November 9290 4500 3120 3500 11060 9550 26930 17320

Harga Rata- 2.83 3.56 10.29 26.42


Rata 9.110 4.200 0 0 0 10.540 0 16.890

NB : Sumber Data dari Enumerator harga BKP3 Kab. Malang pada 10 Kecamatan

25
35000

30000

25000

20000 Beras Kualitas Sedang


Jagung
15000 Ubi Kayu
Ubi Jalar
10000 Gula
Minyak Goreng
5000 Daging Ayam (Ras)
Telur
0

li
ei

ni
ril
et

r
i

s
ri

r
r
ar

be
Ju

tu

be
be
ua

Ju
Ap
ar
nu

us

to
em

m
br

M
Ja

Ok
Ag

ve
Fe

pt

No
Se
Grafik 18. Fluktuatif Harga Komoditi Pangan di atas 10 % Tahun 2015

Perkembangan yang terjadi pada tingkat fluktuasi


harga menunjukkan bahwa komoditi yang mengalami kenaikan
dan penurunan diatas 10% yaitu beras 12,02%, jagung
35,78%,ubi kayu 113,18%, ubi jalar 30,3%, gula 35,23%,
minyak goreng 26,18%, daging ayam 36,61%, dan telur
29,52%. Pada komoditi daging ayam di bulan Agustus dan telur
di bulan Juliterjadi peningkatan harga terbesar yaitu pada bulan
tersebut bertepatan dengan perayaan hari besar agama islam,
sehingga permintaan terhadap daging ayam dan telur
meningkat.

III.3.2 Akses Pangan

Hampir seluruh wilayah Kabupaten Malang


dihubungkan melalui sarana angkutan darat sehingga jalan
merupakan sarana angkuta utama. Pembangunan jalan baik
secara kuantitas (panjang jalan) maupun kualitas (kondisi
jalan) yang memadai sangat dibutuhkan pengguna jalan.
Dari tahun ke tahun perkembangan pengguna jalan/jumlah
kendaraan terus meningkat sehingga pemerintah terus-

26
menerus melakukan pembenahan sarana dan prasarana
jalan untuk melancarkan semua kegiatan dan mempermudah
mobiitas penduduknya.

Panjang jalan di Kabupaten Malang mencapai


1.899,32 Km, terbagi atas jalan negara sepanjang 115,63
Km, jalan propinsi sepanjang 114,93 km dan jalan kabupaten
1.668,76 km. Jika diamati menurut jenis permukaan, jalan
aspal merupakan propinsi terbesar dibanding dengan jalan
non aspal yaitu dengan komposisi sebesar 64,99 persen dari
total panjang jalan. Berikutnya berupa kerikil sebesar 34,09
persen. Gambaran mengenai kondisi permukaan jalan yang
dibawah wewenang Daerah Tingkat I, maupun di bawah
wewenang Tingkat II jika dilihat dari kondisinya pada tahun
2012 sekitar 83,04 persen termasuk dalam kategori baik,
16,96 persen rusak dan sisanya masuk kategori rusak berat.

III.4 Konsumsi Pangan

III.4.1 Situasi Kecupukan Gizi dan Energi

Pola Pangan harapan (PPH) adalah suatu komposisi


pangan yang seimbang untuk dikonsumsi guna memenuhi
kebutuhan gizi penduduk. PPH dapat dinyatakan (1) dalam
bentuk komposisi energi (kalori) anekaragam pangan dan/atau
(2) dalam bentuk komposisi berat (gram atau kg) anekaragam
pangan yang memenuhi kebutuhan gizi penduduk. Pola pangan
harapan mencerminkan susunan konsumsi pangan anjuran
untuk hidup sehat, aktif dan produktif.

27
Tabel 17. Tingkat konsumsi energi berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH)
Kabupaten Malang tahun 2015
Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
N
Kelompok Pangan % Skor Skor Skor Skor
o Kalori % Bobot
AKE*) Aktual AKE Maks PPH
1. Padi-padian 976,0 51,0 45,4 0,5 25,5 22,7 25,0 22,7
2. Umbi-umbian 101,9 5,3 4,7 0,5 2,7 2,4 2,5 2,4
3. Pangan Hewani 164,4 8,6 7,6 2,0 17,2 15,3 24,0 15,3
4. Minyak dan Lemak 231,2 12,1 10,8 0,5 6,0 5,4 5,0 5,0
5. Buah/Biji Berminyak 57,1 3,0 2,7 0,5 1,5 1,3 1,0 1,0
6. Kacang-kacangan 168,2 8,8 7,8 2,0 17,6 15,6 10,0 10,0
7. Gula 50,9 2,7 2,4 0,5 1,3 1,2 2,5 1,2
8. Sayur dan Buah 129,8 6,8 6,0 5,0 33,9 30,2 30,0 30,0
9. Lain-lain 35,4 1,8 1,6 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Total 1914,8 100,0 89,1 11,5 105,6 94,1 100,0 87,5

Keterangan =
*) Angka Kecukupan Energi (AKE) : 2150 kkal/kap/hari

Berdasarkan tabel tingkat konsumsi energi berdasarkan


Pola Pangan Harapan diatas menunjukkan bahwa pada tahun
2015 tingkat konsumsi energi telah mencapai
1914,8kkal/kap/hari atau sebesar 89,1% AKE, maka tingkat
konsumsi energi masyarakat Kabupaten Malang masih belum
mencukup standar Angka Kecukupan Gizi berdasarkan
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi atau WNPG VIII tahun
2012 dengan tingkat konsumsi energi 2150 kkal dan tingkat
konsumsi protein 57 gram. Sedangkan untuk target skor pola
pangan harapan (PPH) menunjukkan bahwa skor telah
mencapai angka 87,5 dari skor ideal nasional sebesar
100,sedangkan untuk target nasional diharapkan pada tahun
2016 skor PPH Kabupaten Malang mencapai skor 87,6.
Berdasarkan tabel analisis Pola Pangan Harapan menunjukkan
bahwa penyumbang penyerapan energi terbesar pada
kelompok pangan jenis padi-padian yang mencapai 976,0
kkal/kap/hari.

28
Tabel 18. Perkembangan skor PPH, Tingkat Konsumsi Energi dan Protein dari
tahun 2010 s/d 2014
N
JENIS DATA 2011 2012 2013 2014 2015
O
1 Skor PPH (Skor) 85,3 86,1 87 87,3 87,5
2 Tingkat Konsumsi Energi (AKE)
Kkal/kap/hr 1824,8 1840 1901,6 1912,3 1914,8
3 Tingkat Konsumsi Protein
Gram/kap/hr 51,7 51,8 51,9 52,1 57,5

Skor Pola Pangan Harapan (Skor)

88
87.5
87.5 87.3
87
87

86.5
86.1
86

85.5 85.3

85

84.5

84
2011 2012 2013 2014 2015

Grafik 19. Skor Pola Pangan Harapan Kab. Malang 2015

Tingkat Konsumsi Energi (AKE) Kkal/kap/hr


1940

1920 1912.3 1914.8


1901.6
1900

1880

1860
1840
1840
1824.8
1820

1800

1780

1760
2011 2012 2013 2014 2015

Grafik 20. Tingkat Konsumsi Energi (AKE) Kkal/kap/hr Kab. Malang 2015

29
Tingkat Konsumsi Protein Gram/kap/hr
58 57.5
57

56

55

54

53
51.9 52.1
52 51.7 51.8

51

50

49

48
2011 2012 2013 2014 2015

Grafik 21. Tingkat Konsumsi Protein Gram/kap/hr Kab. Malang 2015

Berdasarkan data perkembangan Pola Pangan


Harapan menunjukkan bahwa Kabupaten Malang untuk skor
PPH mengalami peningkatan dari tahun 2011 sebesar 85,3
hingga pada tahun 2014 mencapai 87,3,tahun 2015 mencapai
87,5, sedangkan untuk target nasional pada tahun 2016
diharapkan dapat mencapai skor 87,6. Tingkat konsumsi Energi
(AKE) pada masyarakat Kabupaten Malang juga mengalami
peningkatan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 yaitu
dari 1824,8 kkal/kap/hr hingga mencapai 1914,8 kkal/kap/hr
dari target ideal nasional sebesar 2150 kkal/kap/hr. Sedangkan
untuk Tingkat konsumsi protein menunjukkan bahwa juga
mengalami peningkatan dari tahun 2011 sebesar 51,7 gr/kap/hr
sampai dengan tahun 2015 sebesar 57,5 gr/kap/hr, maka hal ini
menunjukkan bahwa tingkat konsumsi protein masyarakat
Kabupaten Malang telah mencukupitarget ideal nasional
sebesar 57 gr/kap/hari. Hasil pada perkembangan tabel analisis
PPH menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Malang telah
memiliki peningkatan pengetahuan untuk menyediakan pangan
yang cukup gizi dalam memenuhi kebutuhan pangan di tingkat
keluarganya.

30
III.4.2 Situasi Kesehatan Dan Nutrisi

III.4.2.1 Angka Harapan Hidup Waktu Lahir (Eo)

Keberhasilan pembangunan di bidang


kesehatan di Jawa Timur antara lain ditandai oleh
semakin menurunnya angka kematian bayi (AKB) dan
semakin meningkatnya angka harapan hidup (AHH)
penduduk. Penurunan Angka Kematian Bayi secara
tidak langsung akan berpengaruh pada kenaikan umur
harapan hidup waktu lahir. Angka kematian bayi
sangat peka terhadap perubahan dengan kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan
derajat kesehatan tercermin pada penurunan AKB dan
Kenaikan Umur Harapan Hidup pada waktu lahir (Eo),
meningkatnya umur harapan hidup secara tidak
langsung juga memberi gambaran tentang adanya
peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan
masyarakat.

Menurut BPS rata-rata Angka Harapan Hidup


penduduk Indonesia (laki-laki dan perempuan) naik
dari 67,8 tahun pada periode 2000-2005 menjadi 73,6
tahun pada periode 2020 – 2025, sedangkan di Jawa
Timur AHH periode 2005-2010 sebesar 70 tahun dan
naik menjadi 71,9 tahun untuk periode 2010-2015.

Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa


Timur Angka Harapan Hidup di Kabupaten Malang
tahun 2009 sebesar 68,70 tahun, tahun 2011
meningkat sebesar 68,94 tahun, tahun 2012 sebesar
69,75 dan tahun 2013 sebesar 69,75 (* angka
dikoreksi). Angka ini sedikit lebih rendah bila
dibandingkan dengan angka Umur Harapan Hidup di

31
Jawa Timur sebesar 71,90 tahun. Untuk lebih jelasnya
disajikan pada Grafik sebagai berikut :

72

71

70

69

68

67

66
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Grafik 22. Umur Harapan Hidup Menurut BPS di Jawa Timur dan
Kabupaten Malang Tahun 2007 s/d 2013

III.4.2.2 Angka Kematian Bayi(AKB)

Tingkat mortalitas penduduk dari waktu


ke waktu dapat memberi gambaran
perkembangan derajat kesehatan penduduk
atau sebagai indikator dalam penilaian
keberhasilan pelayanan kesehatan. Kematian
bayi sangat berkaitan dengan kondisi
kehamilan ibu, penolong persalinan dan
perawatan bayi baru lahir.

Data kematian bayi dapat diperoleh


melalui survey, karena kematian terjadi di
rumah, sedangkan data kematian pada fasilitas
pelayanan kesehatan hanya memperlihatkan
kasus rujukan.

32
Jumlah kematian bayi di Kabupaten
Malang 5 (lima) tahun terakhir menurut laporan
puskesmas cenderung fluktuatif dari 154 bayi
(4,23 per 1.000 kelahiran hidup) tahun 2009,
tahun 2010 terjadi peningkatan jumlah
kematian sebesar 224 bayi (5,69 per 1.000
kelahiran hidup), tahun 2011 terjadi penurunan
jumlah kematian sebesar 219 bayi (5,34 per
1.000 kelahiran hidup) dan tahun 2012 terjadi
penurunan jumlah kematian sebesar 199 bayi
(4,88 per 1.000 kelahiran hidup). Sedangkan
tahun 2013 terjadi penurunan jumlah kematian
sebesar 193 bayi (4,42 per 1.000 kelahiran
hidup). Jumlah kematian bayi dapat dilihat
dalam gambar berikut :
250
224 219
199 193
200
154
Jumlah bayi ( jiwa )

147
150

100

50

0
2008 2009 2010 2011 2012 2013

Grafik. 23 Jumlah Kematian Bayi Di Kabupaten Malang

III.4.2.3 Status Gizi Balita

Status gizi balita merupakan salah satu


indikator yang digunakan untuk
menggambarkan tingkat kesejahteraan
masyarakat. Salah satu cara penilaian status
gizi balita adalah dengan pengukuran

33
anthropometri menggunakan indeks Berat
Badan menurut Umur (BB/U).

Dari hasil Pemantauan Status Gizi Balita


(PSG) yang dilaksanakan setiap tahun di
Kabupaten Malang menunjukkan persentase
gizi buruk dan gizi kurang fluktuatif, tahun
2005-2007 mengalami peningkatan dan tahun
2007-2009 mengalami penurunan meskipun
penurunannya relatif kecil, seperti terdapat
pada grafik berikut:

8.00

7.00 gizi buruk


gizi kurang
6.00

5.00

4.00

3.00

2.00

1.00

0.00
2009 2010 2011 2012 2013
Grafik 24. Perkembangan Kasus Gizi Buruk dan Gizi Kurang
di Kab. Malang tahun 2009 s/d 2013

Dari gambar tersebut dapat diketahui


secara umum di Kabupaten Malang tahun
2009-2013 prevalensi kasus gizi kurang
mengalami penurunan dari 7,161% tahun 2009
menjadi 4,93% tahun 2012 dan prevalensi gizi
buruk dari 1,42% tahun 2009 menjadi 0,84%
tahun 2012, sedangkan tahun 2013 prevalensi
gizi buruk naik sebesar 0,90%.

34
III.5 Analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)

Tabel 19. Analisa SWOT Ketahanan Pangan Kab. Malang tahun 2015
Lingkungan Internal
Strengths Weaknesses
(Kekuatan / Potensi) (Kelemahan)
Lingkungan Eksternal

Opportunities Strategi S – O Strategi W – O


(Peluang) Kekuatan – Peluang Kelemahan – Peluang

Threats Strategi S – T Strategi W – T


(Ancaman) Kekuatan – Ancaman Kelemahan– Ancaman

III.5.1 Strengths (Kekuatan / Potensi)

Secara umum kondisi Ketahanan Pangan Kabupaten


Malang memiliki kekuatan atau potensi sebagai berikut:

a. Kabupaten Malang terletak di wilayah yang strategis


untuk mendukung sektor pertanian dan perdagangan
dimana kondisi topografinya sangat mendukung
pengembangan pertanian dan pariwisata melalui Bumi
Agro Ekowisata
b. Potensi produksi bahan pangan lokal di wilayah cukup,
beragam dan memadaidimana setiap tahunnya produksi
komoditi pangan pertanian untuk Padi dan Jagung
mencapai surplus, dan sektor peternakan ,khususnya
daging, susu dan telur juga surplus
c. Perekonomian dominan Sektor pertanian tanaman
pangan, perkebunan, dan peternakan yang cenderung
fluktuatif dan penyumbang di Regional Jawa Timur
d. Adanya struktur kelembagaan Ketahanan Pangan dalam
bentuk Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana
Penyuluhan (BKP3) Kabupaten Malang, dimana di
dalamnya terdapat Dewan Ketahanan Pangan dan
lembaga penyuluhan tingkat Kabupaten hingga
kecamatan, dalam hal ini SDM penyuluh menjadi ujung
tombak fasilitator dan motor dalam program ketahanan

35
pangan termasuk dalam hal konsumsi dan
penganekaragaman pangan, sesuai dengan visi MADEP
MANTEB

III.5.2 Weaknesses (Kelemahan)

a. Belum optimalnya pengelolaan potensi sumber daya


alam
b. Tingkat kehilangan (losses) pasca panen pada produk
pertanian masih tinggi
c. Lemahnya posisi tawar harga di tingkat petani di
karenakan kurangnya sosialisasi mengenai informasi
khususnya akses pasar dan modal, serta peran
kelembagaan perekonomian di perdesaan belum optimal.
d. Masih adanya sebagian petani dan nelayan yang belum
mengoptimalkan penggunaan teknologi untuk
menghasilkan kualitas produk bermutu tinggi dan
berstandar ekspor
e. Konsumsi pangan masyarakat yang masih tergantung
pada beras sebagai bahan pokok pangan, dimana pola
pangan masyarakat yang belum memenuhi prinsip B2SA
(Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman)
f. Belum optimalnya kerjasama antar daerah
kabupaten/kota dalam membangun jejaring / kemitraan
perdagangan

III.5.3 Opportunities (Peluang)

a. Kebijakan Pemerintah Pusat dalam hal percepatan


swasembada PAJALE (padi, jagung, kedelai) sehingga
mendorong swasembada pangan di tingkat daerah

36
b. Kebijakan Kementerian Pertanian dalam hal membangun
cadangan pangan dan memasyarakatkan gerakan
penganekaragaman pangan di setiap Kabupaten/Kota
c. Tersedianya update teknologi budidaya dan pengolahan
pangan yang dapat dilakukan melalui kerjasama dengan
institusi dari Balai penelitian kementerian pusat
d. Adanya kebijakan pemerintah Jawa Timur membangun
infrastruktur jalan tol Pandaan-Malang-Kepanjen sebagai
jalur lalu lintas dan akses perkembangan perekonomian
e. Semakin meningkatnya pengusaha dan investor luar
daerah yang membangun modal investasi di Kabupaten
Malang
f. Dengan adanya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN),
semakin terbukanya pasar untuk produk lokal unggulan

III.5.4 Threats (Ancaman)

a. Secara geografis wilayah Kabupaten Malang termasuk


ke dalam wilayah yang memiliki rawan bencana alam
b. Semakin meningkatnya berdirinya bangunan industri dan
usaha properties perumahan pada lahan pertanian
sawah sehingga menyebabkan alih guna lahan yang
tidak tepat
c. Semakin meningkatnya penurunan kualitas lahan
pertanian akibat budidaya pertanian yang secara terus
menerus menggunakan bahan kimia
d. Tuntunan konsumen terhadap penyediaan pangan yang
bermutu prima dan aman yang cenderung meningkat
e. Kebijakan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) yang
dapat menurunkan daya saing produk pangan lokal
akibat bebasnya produk asing yang masuk ke
Kabupaten Malang

37
III.5.5 Strategi - Strategi dari Analisa SWOT untuk membangun
Ketahanan Pangan Kabupaten Malang di Tahun 2015

III.5.5.1 Strategi S – O (Kekuatan – Potensi/Peluang) yaitu


strategi yang menggunakan Kekuatan untuk
memanfaatkan Potensi/Peluang

a. Mengintegrasikan program ketahanan pangan


dengan program/kegiatan dari instansi terkait
untuk meningkatkan kemandirian pangan
b. Meningkatan produksi pangan pertanian,
peternakan, dan perikanan dengan pengawalan
teknologi modern dan tepat guna melalui
kerjasama MoU Kabupaten Malang dengan Balai
Penelitian dari Kementerian Pusat
c. Meningkatkan fasilitasi penyuluh sebagai ujung
tombak di tingkat desa dalam pengembangan
pangan berbasis potensi lokal (on farm & off
farm)
d. Meningkatkan fasilitasi penyuluh dalam
pembinaan kepada petani dan produsen pangan
olahan untuk menyediakan pangan yang
bermutu (on farm & off farm)
e. Mendorong tumbuhnya industri olahan pangan
berbasis potensi lokal dengan fasilitasi Balai
Penelitian Pusat melalui teknologi modern dan
tepat guna
f. Membangun jejaring/kemitraan usaha antara
petani dengan pengusaha atau investor melalui
kerjasama di bidang pertanian dan pariwisata
untuk mewujudkan Kabupaten Malang menjadi
Bumi Agro Ekowisata

38
III.5.5.2 Strategi W – O (Kelemahan – Peluang) yaitu
strategi yang meminimalkan kelemahan dengan
menggunakan Peluang

a. Mengoptimalkan sumber daya alam dan sumber


daya manusia untuk meningkatkan ketahanan
pangan khususnya untuk swasembada PAJALE

b. Menerapkan teknologi bagi petani/pelaku utama


baik pra maupun pasca panen yang berwawasan
lingkungan dan spesifikasi lokal

c. Meningkatkan kerjasama atau kemitraan untuk


memberikan fasilitas yang saling
menguntungkan kepada petani untuk
mengembangkan dan meningkatkan produksi
pertanian serta penganekaragaman konsumsi
pangan lokal

d. Mengembangkan jejaring/kemitraan kerjasama


perdagangan khususnya sektor pertanian yang
mantap antara Kabupaten Malang dengan
daerah Kabupaten/Kota lainnya

III.5.5.3 Strategi S – T (Kekuatan – Ancaman) yaitu


strategi yang menggunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman

a. Mengoptimalkan peran dan fungsi penyuluh


untuk memberikan pembinaan kepada petani
atau pelaku utama dalam implementasi
penerapan teknologi Praktek Pertanian yang
baik atau GAP (Good Agricultural Practices)
untuk mengatasi penurunan kualitas lahan

39
pertanian dan menghasilkan produk pertanian
berkualitas prima
b. Memfasilitasi produk olahan pangan lokal
dengan melakukan pembinaan serta
meningkatan kualitas mutu produk dan
keamanan pangan melalui PIRT
c. Regulasi terhadap alih fungsi lahan khususnya
lahan pertanian produktif
d. Memfasilitasi promosi dan pameran kepada
produk pangan lokal agar dapat meningkatkan
daya saing dalam menghadapi MEA
e. Meningkatkan pemberdayaan Kelembagaan
Kelompok Tani melalui penyuluh dalam
mewujudkan ketahanan pangan yang
berkelanjutan yang bertumpu pada sumberdaya
lokal yang ada agar mampu berdaya saing

III.5.5.4 Strategi W -T (Kelemahan – Ancaman) yaitu


strategi yang meminimalkan Kelemahan untuk
menghindari ancaman

a. Memanfaatkan media informasi untuk


mendukung ketahanan pangan dan sosialisasi
kepada masyarakat untuk mencintai produk
makanan dalam negeri khususnya pangan lokal
Kabupaten Malang;
b. Gerakan optimalisasi pemanfaatan pekarangan
melalui KRPL dapat memberikan alternatif
pemecahan paling tepat untuk Ketahanan
Pangan di tingkat Rumah Tangga
c. Meningkatkan kemampuan kompetensi SDM
melalui kegiatan dan pelatihan untuk
memberikan penyuluhan dalam hal ijin

40
pembuatan PIRT, pola konsumsi dan
penganekaragaman pangan
d. Melakukan kegiatan pengawasan mutu hasil
pangan pada industri rumah tangga dan pangan
segar asal tumbuhan yang disesuaikan dengan
standard MEA
e. Pembuatan mitigasi bencana sebagai isyarat dini
bahaya kepada masyarakat untuk mengatasi
kondisi geografis Kabupaten Malang yang
termasuk daerah rawan bencana

III. 5.6 Matriks SWOT

Matriks SWOT

0,67; 4,77
4

0
-0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8
-2

-4

-6
T

Gambar 1. Matriks SWOT Ketahanan Pangan Kab. Malang 2015

Berdasarkan perhitungan analisa startegi SWOT


maka didapatkan bahwa Badan Ketahanan Pangan dan
Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Malang berada di
kuadran I dimana BKP3 memiliki kekuatan dan peluang
sehingga dapat memanfaatkan peluang serta stategi yang
harus diterapkan pada kondisi ini adalah mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented
strategy).

41
BAB IV

PROGRAM DAN KEGIATAN


MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN

IV.1 DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN MALANG

Program dan dukungan kegiatan yang dilaksanakan untuk


mendukung peningkatan kemandirian pangan di Kabupaten Malang
antara lain :

1. Peningkatan Produktivitas, melalui kegiatan :


a. Pembinaan IP.300 (400 ha)
b. Pelatihan Tehnologi SRI (1Unit)
c. Subsidi Pupuk
d. Alsintan hand traktor (68 unit) untuk mendukung IP. 300
e. SL. Jagung komposit ( 5 ha )

2. Pengelolaan Lahan dan Air (PLA), melalui kegiatan :


a. Irigasi air tanah (sumur gali) 5 unit
b. Dam Parit 3 unit
c. Rehabilitasi Jaringan Irigasi 41 unit ( 2.000 ha)
d. Pelatihan HIPPA

3. Pengamanan Produksi
a. Sekolah Lapang Iklim 1 Unit
b. Sekolah Lapang Padi Organik 1 unit
c. Cadangan sarana Pengendalian ( Beveria, Rodentisida,
Fungisida dan insektisida )
d. Pemberdayaan RPH ( 2 unit )
e. Pembinaan pasca-panen ( 1 unit alat penggilingan padi )

4. Kelembagaan dan Pembiayaan


a. Pembinaan CF. 6 Unit (APBD.I)

42
b. Fasilitasi Pembiayaan ( KKPE, KUR dsb)
c. PUAP
d. Promosi / Pameran

Implementasi dalam peningkatan produksi pertanian


dilakukan melalui skenario rencana aksi dan sasaran pencapaian
produksi di tahun 2015 sebagai berikut :

a. Tabel 20. Skenario Peningkatan Produksi Padi tahun 2015

Luas Panen Prouktifitas Produksi


Kegiatan
(Ha) (Kw/ha) (Ton)

1. Pembinaan IP. 300 400 70,81 2.832


2. Pembinaan PLA 2.000 70,00 14.000
2. Crry Over 2014 9.000 79,40 71.460
3. Swadana. 53.836 69,40 373.622

Jumlah 65.236 70,81 461.914

b. Tabel 21. Skenario Peningkatan Produksi Jagung tahun 2015

LuasPanen Produktivitas Produksi


Kegiatan
( Ha ) ( Kw/ha ) ( Ton )
1. SL Jagung Komposit 5 56,60 28
2. Carry Over 1.000 75,00 7.500
4. Kemitraan 2.000 70,00 14.000
5. Swadana 47.857 51,04 244.282

Jumlah 50.862 54,64 265.810

5. Kegiatan Pengembangan Tebu Kabupaten Malang


a. Bongkar Ratoon
dengan melaksanakan budidaya tanaman tebu dengan
melakukan pembongkaran tanaman tebu yang telah dikepras
lebih dari 3 kali atau produktivitas dibawah 70 ton perhektar.

43
b. Rawat Ratoon
Rawat ratoon/keprasan dilakukan pada tanaman tebu yang
telah dikepras, diprioritaskan pada areal kegiatan bongkar
ratoon baik program maupaun swadaya.
c. Pembangunan Kebun Benih Datar (KBD)
Kebun benih bersertifikat yang diselenggarakan untuk
menyediakan bahan tanam bagi kebun tebu giling baik di
sawah maupun di lahan tegalan/kering menggunakan
sumber benih yang berasal dari benih konvensional atau
kulturjaringan (G2). Pembangunan KBD dapat dilakukan
secara Kerjasama Operasional (KSO) antara
Koperasi/Kelompok tani dengan PG, dimana lahannya milik
petani dan pelaksanaannya oleh PG berdasarkan MoU.
d. Fasilitasi Pupuk
Memfasilitasi dengan merekomendasikan Pupuk organik dan
pupuk majemuk (an-organik untuk program bongkar ratoon,
rawat ratoon, perluasan areal tebu dan pembangunan KBD
sesuai dengan rekomendasi PG/Dinas yang membidangi
Perkebunan setempat.
e. Fasilitasi Alat Mesin
Memberikan bantuan berupa: putus akar, traktor, mesin
tebang tebu (semimekanis), alat pengangkat
tebu,cultivator,dan pompa air.
f. PengembanganDatabaseTebu On-line
Melalui kegiatan pendataan lahan tebu rakyat yang
mencakup:data petani pemilik/penggarap kebun, luas kebun,
historis kebun yang berisi tentang waktu pertama
penanaman tebu, produksi dan produktivitas tebu.
Penentuan koordinat lokasi dan deliniasi luas menggunakan
GPS, hasilnya dimasukkan ke dalam aplikasi System
Informasi Geografis (SIG) Tebu dan Sistem Informasi
Manajemen (SIM)Tebu.

44
IV.2 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN
MALANG

Program dan dukungan kegiatan yang dilaksanakan untuk


mendukung peningkatan kemandirian pangan di Kabupaten Malang
antara lain:

1. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan:


- Kegiatan Pembibitan dan Perawatan Ternak;
- Kegiatan Pendistribusian Bibit Ternak kepada masyarakat;
- Kegiatan Pembelian dan Pendistribusian Vaksin dan Pakan
Ternak;
- Kegiatan Pengembangan Agribisnis Peternakan;
- Kegiatan Pendataan Potensi Peternakan;
- Kegiatan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Peternakan;
- Kegiatan Sarana dan Prasarana Perbibitan ternak.

2. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan:


- Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi Peternakan Tepat
Guna

3. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan:


- Pengolahan Hasil dan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan.

4. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak:


- Kegiatan Pemeliharaan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit
Menular Ternak;
- Kegiatan Pembinaan dan Pengawasan Bahan Asal Ternak dan
Obat Hewan;
- Kegiatan Pengamatan Penyakit Hewan;
- Kegiatan Sarana dan Prasarana Kesehatan Hewan

45
IV.3 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi perikanan yaitu


melalui beberapa program sebagai berikut :

1.Meningkatkan kemampuan operasional armada penangkapan


nelayan
2.Meningkatkan bantuan pengadaan alat tangkap yang produktif serta
pengadaan alat bantu penangkapan
3.Pengembangan pakan lokal atau pakan alternatif
4.Pemberian stimulan mesin pakan ikan
5.Peningkatan produksi dan nilai tambah produk
6.Peningkatan daya saing dan nilai tambah produk kelautan dan
perikanan
7.Pengembangan sentra-sentra produksi perikanan
8.Meningkatkan produktifitas usaha penangkapan ikan oleh nelayan
9.Meningkatkan mutu hasil tangkapan nelayan agar harga jualnya
meningkat

46
IV.4 BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN
KABUPATEN MALANG

a. Stabilitas harga gabah/ bahan pangan lainnya melalui Penguatan


Modal Lembaga Pembeli Gabah (LPG)/Bahan Pangan Lain.
Kegiatan Program Pembelian Gabah/Bahan Pangan Lain
merupakan bentuk kepedulian pemerintah dalam melindungi
petani dari fluktuasi harga musiman dan sekaligus untuk
mengendalikan harga jual gabah sesuai dengan Harga
Pembelian Pemerintah (HPP). Diharapkan dapat memberikan
sumbangan yang signifikan bagi upaya pengendalian harga
gabah/beras maupun bahan pangan yang lain (jagung dan
kedelai) pada saat panen raya, sehingga dapat meningkatkan
ketahanan pangan ditingkat rumah tangga, wilayah dan nasional.

Tabel 22. Lembaga Pembeli Gabah (LPG) Tahun 2015

Pinjaman
N
Nama Penerima Bantuan Kec- Permodalan Keterangan
o
(Rp)

1 UD Makmur Jaya Sumberpucung 350.000.000 Belum Jatuh Tempo

b. Pengembangan Sistem Tunda Jual


Pada sistem tunda jual ini Gapoktan/ kelompok tani diberi
pinjaman lunak dari Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa
Timur melalui Bank Jatim sebesar Rp 50 juta per gapoktan
sebanyak 7 gapoktan yang dikembalikan dua tahun kemudian
dengan bunga 3 % / tahun flat. Gapoktan/ kelompoktani yang
dapat mengakses program ini harus melalui proses : identifikasi
administrasi, indentifikasi kinerja gapoktan/ kelompoktani dan
verifikasi.
Di Kabupaten Malang untuk tahun 2015 ada 7 (tujuh)
gapoktan/kelompok tani yaitu sebagai berikut :

47
Tabel 23. Nama Gapoktan/Kelompok penerima pinjaman Lunak untuk
Pengembangan Sistem Tunda Jual

Pinjaman
N
Nama Kelompok/Gapoktan Kec- Permodalan Keterangan
o
(Rp)

1 KT. Setyo Sri Sedono Bantur 50.000.000 Lunas


2 Gapoktan Tani Asri Pakis 50.000.000 Lunas
3 Al Hidayah Bantur 50.000.000 Lunas
4 Sarinah Bantur 50.000.000 Lunas
5 Ridomulyo Bantur 50.000.000 Lunas
6 Sukamakmur Singosari 50.000.000 Lunas
7 Tani Jaya I Pakis 50.000.000 Lunas

c. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-


LDPM)
Melalui Bantuan Dana yang dipergunakan untuk
meningkatkan Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) dalam
mengelola kegiatan distribusi agar memperoleh harga yang
optimal pada saat panen raya dan menghasilkan nilai
tambah serta memupuk cadangan pangan.
Penyaluran Dana Bansos Kegiatan Penguatan-LDPM
(APBN) yang digunakan untuk mendukung kegiatan
pemberdayaan dan penguatan modal usaha Gapoktan terdiri
dari 4 tahapan yaitu : 1). Tahap Penumbuhan tahun 2012
dan 2015 (1 Gapoktan), 2). Tahap Pengembangan Tahun
2011 ( 1 Gapoktan ), 3) Tahap Mandiri Tahun 2010 (3
Gapoktan) dan 3). Tahap Pasca Mandiri tahun 2009 (3
Gapoktan ), Kegiatan 2013 monitoring evaluasi terhadap
Gapoktan, penggunaan dana bansos untuk pembelian padi
dan jagung, selanjutnya dijual kepada masyarakat dengan
harga subsidi. Kegiatan 2015 yaitu penumbuhan gapoktan
dan evaluasi persiapan menuju tahap pengembangan tahun
2016 LDPM

Tabel 24. Nama penerima Penyaluran Dana Bansos Kegiatan


Penguatan-LDPM

48
N
Nama Gapoktan Kecamatan Tahun/ Tahapan
o
1 Sri Banturono Bantur 2009/ Pasca Mandiri
2 Sri Rejeki Sumberpucung 2009/ Pasca Mandiri
3 Tani Mulyo Tumpang 2009/ Pasca Mandiri
4 Makmur Santosa Singosari 2010/ Pasca Mandiri
5 Tani Asri Pakis 2010/ Pasca Mandiri
6 Subur Rahayu Bululawang 2010/ Pasca Mandiri
7 Sido Beres Gedangan 2011/ Pasca Mandiri
8 Alam Sari Dampit 2012/ Pasca mandiri
Karya Mandiri
9 Tajinan 2013/ Mandiri
Sejahtea
10 Sekar Jaya Pakis 2015/ Pengembangan

d. Cadangan Pangan
Pengembangan cadangan pangan masyarakat dilakukan
melalui kegiatan pengembangan lumbung pangan
masyarakat yang dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu
tahap penumbuhan, tahap pengembangan dan tahap
kemandirian. Adapun lokasi lumbung pangan dimulai tahun
2008 sampai dengan 2015 di Kabupaten Malang sebagai
berikut :
Tabel 25. Lokasi Lumbung Pangan Tahun 2008 (DAU/APBD II)
NO
KECAMATAN DESA KELP TANI
.
1 Sumberpucung Senggreng Tani Rasa
2 Wonosari Kluwut Lawangsari
3 Singosari Banjararum Morodadi
4 Bantur Bantur Setyo Sri Sedono
5 Gedangan Sidodadi Sumber Rejeki

Tabel 26. Lokasi Lumbung Pangan Tahun 2009 (DAU/APBD II)


NO
KECAMATAN DESA KELP TANI
.
1 Kepanjen Curungrejo Cinde Wilis
2 Karangploso Kepuharjo Gemah Ripah

Tabel 27. Lokasi Lumbung Pangan Tahun 2010 ( DAK/APBN )

49
NO
KECAMATAN DESA KELP TANI
.
1 Pagelaran Clumprit Dewi Sri II
2 Ngajum Banjarsari Subur I
3 Tajinan Randugading Sarigading
4 Pakis Banjarejo Banjar Tani I
5 Jabung Slamparejo Sumbersuko
6 Sumbermanjing Kedungbanteng Tani Makmur
7 Pakisaji Sutojayan Podo joyo I
8 Bululawang Gading Gading Makmur
9 Wagir Parangargo Merak I
10 Wajak Sukolilo Bangun Karyo
11 Dampit Pamotan Tani Makmur
12 Ngantang Sumberagung Sri Rejeki
13 Kasembon Pait Sri Rejeki III

Tabel 28. Lokasi Lumbung Pangan 2011 (DAK/APBN)


NO
KECAMATAN DESA KELP TANI
.
1 Gondanglegi Sukorejo Sri Rejeki
2 Pagak Sumberjo Subur Lanjut
3 Tumpang Slamet Mekar Tani IV
4 Poncokusumo Jambesari Kertoyoso I
5 Singosari Gunungrejo Hidup Mulyo I
6 Kromengan Peniwen Karya I
7 Kalipare Kalipare Karya Tani
8 Donomulyo Tlogosari Margo Rukun
9 Pakis Ampeldento Sampoerna II
10 Ampelgading Sonowangi Antan Utama
11 Turen Talangsuko Suko Tani
12 Ngantang Banturejo Bina Karya
13 Lawang Mulyoarjo Tani Mulyo II
14 Gedangan Sumberjo Sri Rejeki
15 Dampit Bumirejo Sumber Makmur
16 Bantur Rejoyoso Sarinah

Tabel 29. Lokasi Lumbung Pangan 2013 (APBD I)


KECAMATA
NO. DESA KELP LMBG
N
1 Poncokusumo Pajaran Ngudi Makmur
2 Bantur Wonorejo Tani Maju
3 Pagak Pagak Tani Lestari
4 Donomulyo Purwodadi Nekad IV
5 Kalipare Arjosari Ngudi Lestari
Tabel 30. Lokasi Lumbung Pangan 2015 (APBD I)

50
NO
KECAMATAN DESA KELP LMBG
.
1 Sumbermanjing Sitiarjo Harapan Jaya I
2 Tumpang Malangsuko Sumber Makmur I
3 Gondanglegi Bulupitu Mekar Sari I
4 Dampit Rembun Subur Makmur

e. Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan melalui


Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari

Pemerintah Kabupaten Malang melaksanakan


Gerakan Desa P2KP/KRPL yang dimulai pada tahun 2013
untuk mewujudkan konsumsi pangan beragam dan bergizi
seimbang dan aman pada masyarakat.
Pada tahun 2015 Pemerintah Kabupaten Malang
melalui Badan Ketahanan Pangan Dan Pelaksana Penyuluhan
merencanakan tindak lanjut kegiatan P2KP/KRPL dengan
bersumber dana dari APBN yaitu di 6 desa lama tahun 2014
dan desa baru tahun 2015 sebanyak 6 desa yang tersebar
pada kecamatan/desa di Kabupaten Malang sebagaimana
berikut :

Tabel 31. Nama Kelompok penerima KRPL tahun 2014 (APBN)


Nama Keterangan
No Kecamatan Desa/Kelurahan Kelompok
KRPL
1 KW PKK
Kalipare Sukowilangun
RW 03
2 Tumpang Malangsuko KWT Melati
3 KWT
Tirtiyudo Sumbertangkil P2KP KRPL
Unggul
TA. 2014
4 KWT
Wonosari Plandi
Lestari
5 Pagelaran Kanigoro KWT Melati
6 Wajak Sukolilo KWT Dahlia
No Kecamatan Desa/Kelurahan Nama Keterangan

51
Lanjutan Tabel 31. Nama Kelompok penerima KRPL tahun 2014
(APBN)

Kelompok
KRPL
7 KWT
Singosari Toyomarto
Srikandi
8 KWT
Tumpang Duwet
Sarirejo 3
9 KWT
Ngajum Babadan Rahayu
P2KP KRPL
Lestari
TA. 2015
10 KWT Dewi
Dau Petungsewu
Sartika
11 KWT
Kromengan Jambuwer
Mekartani
12 KWT
Ampelgading Tawangagung
Mekarsari

f. Peningkatan Konsumsi Pangan menuju B2SA dengan


slogan “Panganku Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman“
Kegiatan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah
Kabupaten Malang dalam kaitannya dengan upaya
penganekaragaman pangan adalah Lomba Cipta Menu
Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman Berbasis Sumber
Daya Lokal (berbasis umbi-umbian potensi lokal) untuk
memenuhi kebutuhan anggota keluarga. Lomba ini
dimaksudkan agar setiap individu yang bertanggung jawab
menyediakan menu keluarga (Ibu), mampu menyajikan
menu B2SA berbasis sumber daya lokal yang dapat
diterapkan sebagai menu keluarga sehari-hari, dan bukan
hanya pada saat lomba saja.

g. Penanganan pada daerah terindikasi rawan pangan


Upaya yang dilakukan Kabupaten Malang dalam
penanganan daerah rawan pangan yaitu melalui kegiatan
Desa Mandiri Pangan yang bertujuan memberdayakan

52
masyarakat miskin/rawan pangan menjadi kaum mandiri
untuk mengurangi kemiskinan dan mewujudkan ketahanan
pangan dan gizi. Kegiatan ini dilaksanakan dalam 4 (empat)
tahapan (4 tahun), meliputi Tahap Persiapan, Penumbuhan,
Pengembangan, dan Kemandirian. Kegiatan ini dengan
memberikan pembinaan dan bantuan sosial untuk usaha
peternakan sebesar 50 juta. Adapun desa yang termasuk
Desa Mandiri Pangan pada tahun 2015 antara lain :

Tabel 32. Lokasi Kegiatan Desa Mandiri Pangan Kabupaten Malang Tahun 2015

NO KECAMATAN DESA KETERANGAN

1. Sumbermanjingwetan Ringinkembar Desa Inti


2. Jabung Slamparejo Desa Inti
3. Pujon Sukomulyo Desa Inti
4. Kasembon Pait Desa Inti
5. Poncokusumo Ngadireso Desa Inti
6. Tajinan Gunungsari Tahap Kemandirian

KET
.
- Bansos dari dana APBN mulai tahun 2009 - 2012 melalui kegiatan Desa Mandiri
Pangan

Upaya yang dilakukan untuk mendeteksi dan


peramalan tentang situasi pangan dan gizi guna
mengantisipasi terjadinya kondisi kerawanan pangan per-
Kecamatan yaitu melalui kegiatan SKPG atau Sistem
Kewaspadaan Pangan Dan Gizi yang berperan dalam
perumusan kebijakan dan perencanaan program terkait
pencegahan penanggulangan pangan dan gizi di Kabupaten
Malang. Kegiatan SKPG melalui investigasi untuk
mengetahui langsung kondisi pangan dan gizi di masyarakat
serta intervensi untuk memberikan bantuan pangan pokok
kepada balita yang terindikasi mengalami kekurangan gizi.
Adapun pada tahun 2015 tim SKPG Kabupaten Malang telah

53
memberikan bantuan kepada balita kekurangan gizi yang
terdapat pada lokasi sebagai berikut :

Tabel 33. Lokasi Penerima bantuan bahan pangan pokok SKPG


kepada balita kekurangan gizi di Kabupaten Malang
tahun 2015
Jumlah
No Kecamatan Desa
Bantuan

 Ngajum
 Palaan
 Ngasem
 Banjarsari
1 Ngajum  Kranggan 15 paket
 Kesamben
 Babadan
 Balesari
 Maguan

h. Penanganan Keamanan Konsumsi Pangan

Pelatihan Mutu dan Keamanan Pangan, Kegiatan


untuk dukungan penanganan keamanan pangan juga
dilakukan dalam bentuk Survey Rapid Tes Pestisida.
Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pendataan dan
memberikan informasi kandungan pestisida pada PSAT
(Pangan Segar Asal Tumbuhan) yang banyak dikonsumsi
oleh masyarakat.
Untuk memperoleh seluruh informasi akan
ketersediaan data tersebut, cara yang dilakukan adalah
dengan mengunjungi dan mengambil langsung Pangan
Segar Asal Tumbuhan (PSAT) yakni sayur dan buah di 33
UPT-BP kecamatan dengan 3 sasaran yaitu:

54
 Produsen/pedagang sayur di pasar tradisional;
 Supermarket/pasar modern yang menjual sayur dan buah;
 Kebun/lahan petani.

Dari hasil uji tes pestisida menunjukkan bahwa


sampel produk Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) pada
setiap Kecamatan hasilnya beragam, sebagai berikut:
1. Komoditi sayur yang diuji berjumlah 36 jenis:
a. Komoditi sayur yang negatif (tidak mengandung
pestisida) terbanyak adalah terong yang berjumlah 15
sampel;
b. Sedangkan komoditi sayur sampling positif
(mengandung pestisida) terbanyak adalah tomat yang
berjumlah 6 sampel;
c. Komoditi sayur yang telah diuji mengandung pestisida
adalah: tomat, kubis, cabe besar, timun, kacang
panjang, sawi, buncis, kol, kacang, kangkung, bawang
merah, terong, dan kentang;
d. Penggunaan pestisida pada sayur yang diuji sebesar
36%.

2. Komoditi buah yang diuji berjumlah 19 jenis:


a. Komoditi buah yang negatif (tidak mengandung
pestisida) adalah apel yang berjumlah 10 sampel;
b. Sedangkan hasil uji sampling positif (mengandung
pestisida) terbanyak adalah apel dan anggur, masing-
masing berjumlah 2 sampel.
c. Komoditi buah yang mengandung pestisida adalah:
apel, anggur, jeruk, buah naga, semangka, melon,
tomat, apel manalagi, dan apel import;
d. Penggunaan pestisida pada buah sebesar 47,36%.

55
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

1. Realisasi untuk produksi padi sebesar 392.001 ton dan jagung


sebesar 228.781 ton pada tahun 2015. Produktivitas padi
sebesar 70,81 kw/ha dan jagung sebesar 54,64 kw/ha.
2. Sebagai upaya dalam peningkatan produksi pangan komoditi
padi, jagung, kedelai, maka di tahun 2016 pemerintah
Kabupaten Malang menyusun rencana aksi target produksi
untuk padi sebesar 472.332 ton, jagung sebesar 269.788 ton,
dan kedelai sebesar 534 ton
3. Kebutuhan Pangan komoditi utama di Kabupaten Malang
sebagian besar dapat dipenuhi dari produksi domestik sendiri,
untuk tahun 2015 di Kabupaten Malang telah mencapai surplus
beras sebesar 77.819 ton, sehingga kebutuhan beras di
wilayah Kabupaten Malang dapat dicukupi dari produksi dalam
daerah. Sedangkan untuk komoditi jagung, ubi kayu, ubi jalar
dan gula juga mencapai surplus, kecuali untuk kedelai masih
mengalami defisit sebesar 41.196 ton
4. Produksi peternakan melebihi jumlah produksi peternakan
tahun 2013. Jumlah produksi peternakan tahun 2015 antara
lain antara lain daging sebesar 38.885 ton, telur sebesar
42.196 ton, dan susu sebesar 132.052 ton.
5. Komoditi peternakan secara keseluruhan telah mencapai
surplus yaitu daging 16.265 ton, susu 13.081 ton, telur 16.665
ton, sedangkan untuk produksi perikanan mengalami kenaikan
setiap tahunnya, hanya saja potensi kebutuhan yang terus
meningkat setiap tahun maka masih produksi masih belum
memenuhi permintaan pasar yang cukup besar.

56
6. Produksi untuk perikanan tahun 2015 antara lain produksi
perikanan tangkap sebesar 11.251,41 ton dan perikanan
budidaya sebesar 18.264,59 ton
7. Tingkat Ketersediaan Energi dari Neraca Bahan Makanan
(NBM) di Kabupaten Malang sebesar 259,64% dan Protein
179,77% yang memiliki pengertian bahwa secara umum jumlah
ketersediaan energi dan protein cukup untuk memenuhi
kebutuhan jumlah penduduk Kabupaten Malang
8. Tingkat ketersediaan energi (% AKG) mencapai 5.712 atau
259,64 % dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (norma
gizi) yaitu 2.200 kkal/kap/hari. Sedangkan untuk ketersediaan
protein telah mencapai 102,47 gr/kap/hari atau sebesar
179,77%, dibandingkan dengan angka kecukupan gizi untuk
ketersediaan sebesar 57 gr/kap/hari, maka Kabupaten Malang
tahun 2013 Ketersediaan Energi dan protein secara kuantitas
dan kualitas adalah termasuk klasifikasi Kelebihan. Skor Pola
Pangan Harapan (PPH) ketersediaan sebesar 77,5 dari skor
ideal sebesar 100 yang memiliki pengertian perlunya adanya
peningkatan ketersediaan energi di kelmpok pangan hewani,
Minyak dan lemak, buah/biji berminyak dan kacang-kacangan.
9. Tingkat konsumsi energi berdasarkan Pola Pangan Harapan
pada tahun 2015 tingkat konsumsi energi telah mencapai
1.914,8 kkal/kap/hari atau sebesar 89,1% AKE dan konsumsi
protein sebesar 57,5 gr.kap/hr, sedangkan standar nasional
untuk tingkat konsumsi energi sebesar 2150 kkal dan tingkat
konsumsi protein sebesar 57 gram. Sedangkan untuk target
skor pola pangan harapan (PPH) menunjukkan bahwa skor
telah mencapai angka 87,5 dari skor ideal nasional sebesar
100, sedangkan untuk target nasional diharapkan pada tahun
2016 skor PPH Kabupaten Malang mencapai skor 87,6.
10. Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur Angka
Harapan Hidup di Kabupaten Malang tahun 2009 sebesar

57
68,70 tahun, tahun 2011 meningkat sebesar 68,94 tahun, tahun
2012 sebesar 69,75 dan tahun 2013 sebesar 69,75 (* angka
dikoreksi).
11. Jumlah kematian bayi di Kabupaten Malang 5 (lima) tahun
terakhir menurut laporan puskesmas cenderung fluktuatif dari
154 bayi (4,23 per 1.000 kelahiran hidup) tahun 2009, tahun
2010 terjadi peningkatan jumlah kematian sebesar 224 bayi
(5,69 per 1.000 kelahiran hidup), tahun 2011 terjadi penurunan
jumlah kematian sebesar 219 bayi (5,34 per 1.000 kelahiran
hidup) dan tahun 2012 terjadi penurunan jumlah kematian
sebesar 199 bayi (4,88 per 1.000 kelahiran hidup). Sedangkan
tahun 2013 terjadi penurunan jumlah kematian sebesar 193
bayi (4,42 per 1.000 kelahiran hidup).
12. Kabupaten Malang tahun 2009-2013 prevalensi kasus gizi
kurang mengalami penurunan dari 7,161% tahun 2009 menjadi
4,93% tahun 2012 dan prevalensi gizi buruk dari 1,42% tahun
2009 menjadi 0,84% tahun 2012, sedangkan tahun 2013
prevalensi gizi buruk naik sebesar 0,90%.

58
V.2 Saran/Rekomendasi

Bahwa ketahanan pangan daerah merupakan bagian


integritas dari ketahanan pangan Nasional, maka ketahanan
pangan daerah harus diwujudkan dan dijadikan prioritas dalam
rencana serta implementasi pembangunan daerah di Kabupaten
Malang. Pemerintah daerah khususnya SKPD yang tergabung
dalam keanggotaan Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Malang
perlu adanya peningkatan peran dan fungsi untuk bekerja bersama
serta berkoordinasi untuk membangun ketahanan pangan di
Kabupaten Malang secara terpadu dengan memperhatikan aspek :
a. Subsistem Ketersediaan pangan
- Pengembangan usaha di pedesaan
- Optimalisasi penggunaan lahan dengan peningkatan indeks
tanaman (IP)
- Mewujudkan ketahanan pangan di daerah khususnya setiap
rumah tangga
- Intensifikasi budidaya ikan serta penangkapan di perairan
umum
- Peningkatan populasi dan produksi ternak serta olahannya
- Peningkatan sarana prasarana irigasi dan pemanfaatan
sumberdaya air
- Peningkatan produktivitas pangan pertanian, peternakan dan
perikanan melalui penerapan tehnologi baru dan tepat guna
b. Subsistem Distribusi pangan
- Pengembangan cadangan pangan daerah oleh masyarakat
dengan pengawasan pemerintah dalam bentuk lumbung
pangan dan kelembagaan lainnya
- Mengembangankan kerjasama jaringan distribusi dan
informasi dengan mengoperasionalkan sistem pemantauan
dan intervensi pasar

59
- Membangun infrastruktur dan sistem distribusi di wilayah
kecamatan
c. Subsistem konsumsi pangan
- Pengembangan diversifikasi pangan melalui pengembangan
pangan dan sumberdaya lokal, gerakan pangan beragam,
bergizi seimbang dan aman (B2SA), serta pemanfaatan
teknologi pengolahan pangan yang tepat
- Deteksi dini tentang produk segar asal tumbuhan dan hasil
olahan pangan (keracunan, penggunaan pengawet,
kadaluarsa dan bahan kimia lainnya)
- Peningkatan kualitas keamanan pangan olahan dan hasil
usaha kecil menengah
- Peningkatan kualitas kemananan pangan hasil industri
rumah tangga
d. Pengembangan kesehatan dan sanitasi
- Revitalisasi posyandu dan peningkatan peran PKK dalam
program kesehatan dan sanitasi lingkungan
-

60
Padi Jagung Kedelai Cabe Kecil Cabe Besar Bawang Merah Tebu
Sasaran Per Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas
No Produktivitas Produksi Produktivitas Produksi Produktivita Produksi Produktivita Produksi Produktivitas Produksi Produktivita Produksi Produktivitas Produksi
Kecamatan Panen Panen Panen Panen Panen Panen Panen
(kw/Ha) (Ton) (kw/Ha) (Ton) s (kw/Ha) (Ton) s (kw/Ha) (Ton) (kw/Ha) (Ton) s (kw/Ha) (Ton) (kw/Ha0 (Ton)
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
1. Donomulyo 3.925 69,96 27.459 5.643 54,32 30.653 9 16,15 15 18 474,14 853 26 444,62 1.156 8 586,25 469 112,76 810 9.133
2. Kalipare 3.308 67,99 22.491 4.351 54,38 23.658 260 16,25 423 281 495,33 13.919 49 425,10 2.083 0 0 0 743 622 46.189
3. Pagak 1.148 64,90 7.450 1.882 54,08 10.179 0 0 0 20 516,62 1.033 97 1.772,06 17.189 0 0 0 1.957,31 682 133.454
4. Bantur 2.667 66,78 17.809 1.951 54,96 10.725 0 0 0 2 282,80 57 6 360 216 0 0 0 1.722,48 839 144.516
5. Gedangan 1.007 67,72 6.819 736 54,86 4.039 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1.395,56 839 117.087
6. Sumbermanjing 2.271 69,90 15.874 850 55,27 4.696 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1.239,35 809 100.263
7. Dampit 3.900 69,90 27.260 4.022 54,23 21.814 50 16,15 81 34 272,06 925 34 271,76 924 0 0 0 1.008,58 830 83.711
8. Tirtoyudo 787 69,92 5.503 567 54,41 3.088 0 0 0 3 603,33 181 9 287,78 259 0 0 0 231,87 729 16.903
9. Ampelgading 836 69,36 5.798 615 54,04 3.324 0 0 0 26 283,85 738 22 294,55 648 0 0 0 177,20 837 14.831
10 Poncokusumo 1,180 70,55 8.325 3.463 54,39 18.837 0 0 0 197 2.174,82 42.844 678 1.639,54 111.161 1 610 61 988 651 63.349
.
11 Wajak 1.290 70,95 9.153 8.361 54,10 45.234 0 0 0 392 1.185,15 46.458 100 969,10 9.691 0 0 0 475,50 849 40.370
.
12 Turen 2.787 71,17 19.834 2.219 56,06 12.437 0 0 0 37 1.746,76 6.463 40 1.156,50 4.626 0 0 0 764,70 781 59.723
.
13 Bululawang 1.288 70,56 9.089 334 53,87 1.797 0 0 0 5 392 196 7 271,43 190 0 0 0 2.621,64 938 245.988
.
14 Gondanglegi 1.327 71,77 9.524 193 54,30 1.049 0 0 0 28 215 602 37 192,97 714 0 0 0 4.264,83 1.061 452.522
.
15 Pagelaran 1.678 70,89 11.895 777 55,99 4.350 0 0 0 2 3.255 651 12 1.722,50 2.067 0 0 0 1.200,16 1.035 124.163
.
16 Kepanjen 5.230 71,10 37.185 46 54,47 250 0 0 0 5 728 364 0 0 66 0 0 0 595 708 42.140
.
17 Sumberpucung 2.606 71,02 18.509 823 54,60 4.491 0 0 0 15 296 444 15 478 717 0 0 0 1.001 740 74.069
.
18 Kromengan 2.795 70,21 19.623 427 54,57 2.332 0 0 0 18 320 576 19 296,32 563 0 0 0 1.165 693 80.693
.
19 Ngajum 2.126 69,62 14.802 260 54,51 1.418 0 0 0 24 128,33 308 0 0 0 0 0 0 1.737 667 115.780
.
20 Wonosari 990 69,03 6.834 721 55,74 4.019 0 0 0 27 281,85 761 26 297,31 773 0 0 0 548 650 35.608
.
21 Wagir 950 70,16 6.665 449 54,21 2.433 0 0 0 69 382,46 2.639 30 385,67 1.157 0 0 0 1.079 588 63.456
.
22 Pakisaji 2.644 70,58 18.662 167 54,97 918 0 0 0 6 323,33 194 0 0 0 0 0 0 1.319 715 94.297
.
23 Tajinan 1.951 69,94 13.646 1.354 54,25 7.343 0 0 0 21 930,95 1.955 19 685,26 1.302 0 0 0 793 661 52.450
.
24 Tumpang 2.781 70,43 19.586 1.159 54,81 6.352 0 0 0 154 1.772,34 27.294 92 1.238,59 11.395 0 0 0 1.414 645 91.144
.
25 Pakis 2.219 70,24 15.586 232 54,48 1.262 0 0 0 83 265,18 2.201 79 300,25 2.372 0 0 0 1.325 666 88.202
.
26 Jabung 2.172 70,46 15.305 276 54,69 1.510 0 0 0 59 243,05 1.434 71 270,56 1.921 0 0 0 1.317,50 573 75.521
.
27 Lawang 1.937 70,53 13.661 2.518 54,13 13.628 0 0 0 26 1.783,08 4.636 24 1.692,92 4.063 21 1.435,71 3.015 782,78 633 49.515
.
28 Singosari 3.739 70,47 26.350 1.224 54,93 6.722 24 15,79 38 48 921,67 4.424 51 808,04 4.121 8 643,75 515 1.310,42 626 81.967
.

61
29 Karangploso 2.335 69,64 16.262 636 54,90 3.489 0 0 0 97 332,78 3.228 236 316,06 7.459 65 651,08 4.232 551 602 33.159
.
30 Dau 630 69,49 4.378 882 55,43 4.889 0 0 0 140 345,57 4.838 108 1.395,74 15.074 82 157,68 1.293 442,28 757 33.480
.
31 Pujon 379 67,43 2.556 588 54,29 3.192 0 0 0 308 397,44 12.241 212 319,20 6.767 81 692,10 5.606 0 0 0
.
32 Ngantang 1.288 70,44 9.072 1.480 54,56 8.076 0 0 0 489 809,04 39.562 125 972,40 12.155 772 778,30 60.085 0 0 0
.
33 Kasembon 1.778 70,27 12.494 2.114 54,44 11.509 0 0 0 105 320,95 3.370 63 221,27 1.394 64 596,56 3.813 0 0 0
.
JUMLAH 279.71
66.770 2.303 475.459 51.320 1.803 343 64 557 2.739 22.479 225.389 2.287 19.486 222.223 1.102 6.151 79.089 34.283 22.236 2.663.683
3

LAMPIRAN

Lampiran 1

SASARAN PRODUKSI 2016 PER KECAMATAN KOMODITAS PERTANIAN

62
Lampiran 2

SASARAN PRODUKSI 2016 PER KECAMATAN KOMODITAS PETERNAKAN

Sasaran Per Komoditi


No
Kecamatan Daging (ton) Telur (butir) Susu (ton)
1. Donomulyo 1.263,78 655,39 235,86
2. Kalipare 1.624,14 1.441,80 266,40
3. Pagak 973,64 61,96 113,69
4. Bantur 1.039,87 212,79 1.650,99
5. Gedangan 925,14 792,62 83,14
6. Sumbermanjin 419,10 136,52 -
g
7. Dampit 2.751,30 1.597,83 89,93
8. Tirtoyudo 182,54 76,29 -
9. Ampelgading 78,56 27,80 676,11
10. Poncokusumo 950,65 2.423,82 4.065,84
11. Wajak 1.267,62 1.995,58 3.330,82
12. Turen 2.484,09 3.201,33 1.136,86
13. Bululawang 3.825,56 1.396,51 156,11
14. Gondanglegi 995,47 995,08 505,65
15. Pagelaran 1.449,05 1.001,11 1.057,11
16. Kepanjen 564,70 417,84 468,32
17. Sumberpucung 514,78 236,00 198,53
18. Kromengan 456,66 815,56 37,33
19. Ngajum 1.987,99 777,83 12.614,21
20. Wonosari 626,15 674,99 398,34
21. Wagir 2.189,66 514,71 724,53
22. Pakisaji 91,37 138,71 108,60
23. Tajinan 790,74 224,97 480,19
24. Tumpang 2.307,31 10.004,75 748,29
25. Pakis 808,94 944,07 383,60
26. Jabung 2.417,46 1.261,12 18.591,84
27. Lawang 1.293,09 4.261,81 1.918,69
28. Singosari 583,61 4.976,23 951,90
29. Karangploso 2.413,59 362,43 4.370,96
30. Dau 340,15 78,32 2.377,22
31. Pujon 482,14 284,12 40.887,79
32. Ngantang 537,75 277,66 26.011,94
33. Kasembon 715,73 564,08 8.731,73
JUMLAH 39.352,32 42.831,62 133,372,49

63
Lampiran 3

SASARAN PRODUKSI 2016 PER KECAMATAN KOMODITAS PERIKANAN

Komoditi
Sasaran Per
No Perikanan Budidaya Perikanan Tangkap
Kecamatan
(ton) (ton)
1. Donomulyo 479,64 131,46
2. Kalipare 2.464,80 49,10
3. Pagak 2.007,71 71,60
4. Bantur 171,36 639,99
5. Gedangan 1.362,29 340,64
6. Sumbermanjing 519,02 9.271,01
7. Dampit 280,43 1,22
8. Tirtoyudo 905,72 842,10
9. Ampelgading 173,78 673,68
10. Poncokusumo 261,56 0,00
11. Wajak 1.026,07 0,00
12. Turen 610,74 0,00
13. Bululawang 377,08 0,00
14. Gondanglegi 548,28 8,16
15. Pagelaran 517,90 24,49
16. Kepanjen 385,07 38,77
17. Sumberpucung 4.133,90 79,98
18. Kromengan 1.482,62 53,45
19. Ngajum 291,40 0,00
20. Wonosari 453,30 0,00
21. Wagir 205,33 0,00
22. Pakisaji 531,43 0,00
23. Tajinan 212,73 0,00
24. Tumpang 297,97 0,00
25. Pakis 255,38 0,00
26. Jabung 290,45 0,00
27. Lawang 236,83 0,00
28. Singosari 577,35 0,00
29. Karangploso 110,86 0,00
30. Dau 263,72 0,00
31. Pujon 20,90 0,00
32. Ngantang 13,56 88,36
33. Kasembon 49,62 0,00
JUMLAH 21.500,77 112.314,00

64

Anda mungkin juga menyukai