Anda di halaman 1dari 4

BAB I Pendahuluan

1. Latar Belakang

 Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang membentang dari Sabang
sampai Menuke dan terletak di garis khatulistiwa. Luas wilayah Indonesia seluruhnya
adalah 5,2 juta km2 yang terdiri atas 1,9 juta km2 daratan dan 3.3 juta km2 lautan.
 Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan
sebanyak 278,69 juta jiwa pada 2023. Jumlah tersebut naik 1,1% dibandingkan pada
tahun lalu yang sebanyak 275,7 juta jiwa. Seiring dengan bertambahnya jumlah populasi,
Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat ternyata konsumsi beras di dalam negeri juga
terus naik.
 Susenas BPS September 2022 menunjukkan 98,35% rumah tangga di Indonesia
mengonsumsi beras. Data juga menunjukkan per September 2023, rata-rata konsumsi
beras per kapita di Indonesia, baik lokal, kualitas unggul, maupun impor, tercatat
mencapai 6,81 kg per bulan.
 Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya menjadikan sektor
pertanian sebagai sumber mata pencarian, hal ini didukung oleh letak astronomis
Indonesia yang berada di garis khatulistiwa. Indonesia merupakan negara beriklim tropis
dan memiliki 2 musim yaitu musim hujan dan kemarau.
 Kondisi ini membuat Indonesia layak dan berpeluang menjadi salah satu lumbung pangan
dunia, meskipun tetap harus dibarengi dengan kemampuan memproduksi dan
menyediakan pangan setiap saat (Pujiasmanto, Samanhudi, & Yunus, 2017).
 Kondisi geografis yang menguntungkan nyatanya tidak menjadikan Indonesia bebas dari
permasalahan ketahanan dan kerentanan pangan.
 Masalah dan tantangan yang dihadapi Indonesia untuk mencapai status ketahanan pangan
yang mantap cukup berat. Rata-rata rasio cadangan pangan (beras) terhadap penggunaan
baru mencapai 4,38, padahal yang diperlukan untuk mencapai status mantap adalah 20
persen ke atas. Di sisi lain, angka kemiskinan juga masih cukup tinggi.
 Bagi Indonesia upaya yang harus ditempuh untuk memantapkan ketahanan pangan
mencakup aspek kuantitatif maupun kualitatif. Pola konsumsi pangan penduduk negeri
ini sangat terdominasi beras, padahal kebergantungan yang berlebihan terhadap satu jenis
komoditas sangatlah rawan. Dari sisi konsumsi, mengakibatkan penyempitan spektrum
pilihan komoditas yang mestinya dapat dimanfaatkan untuk pangan.
 Dalam perkembangannya permasalahan ketahanan dan kerentanan pangan masih banyak
terdapat di beberapa daerah di Indonesia padahal daerah tersebut memiliki potensi
pertanian yang cukup menjanjikan.
 Contohnya adalah daerah Sumatra Utara, menurut studi Bapanas yang mengukur
indeks ketahanan pangan, beberapa kota di Sumatra Utara memiliki Ketahanan
pangan tinggi seperti Kota Medan meraih skor 80,93 pada 2021.
 Sumatra Utara juga memiliki potensi pertanian yang sangat besar, dalam mendukung
terwujudnya ketahanan dan kedaulatan pangan karena Sumatra Utara memiliki wilayah
yang luas, baik darat maupun laut.
 Contoh lain kerentanan pangan juga terjadi di salah satu Kabupaten yang ada di Sumatera
Utara yang secara umum merupakan salah satu lumbung pangan nasional, yaitu
Kabupaten Asahan.
 Sementara itu luas baku sawah di Kabupaten Asahan turut mengalami degradasi hampir
setiap tahun dan mengalami devisit beras di hampir setiap kecamatan pada tahun 2022.
 Di Kabupaten Asahan sendiri, terdapat berbagai potensi yang bisa dikembangkan mulai
dari pertanian (hortikultura, perkebunan, dan tanaman pangan), peternakan dan juga
perikanan. Kabupaten Asahan juga merupakan salah satu sentral perkebunan di Sumatera
Utara.
 Beberapa komoditas penting yang dihasilkan perkebunan di Kabupaten Asahan adalah
karet, kelapa sawit, coklat dan kelapa. Selain tanaman padi, terdapat beberapa tanaman
pangan lainnya sepeti jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dan
kacang hijau.
 Dalam konteks penyediaan pasokan, penganekaragaman pangan adalah salah satu cara
adaptasi yang efektif untuk mengurangi risiko produksi akibat perubahan iklim dan
kondusif untuk mendukung perkembangan industri pengolahan berbasis sumber daya
lokal.
 Sedangkan dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan, pemerintah Indonesia juga
mengeluarkan peraturan sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan yang kemudian di revisi dan kemudian
diterbitkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2012.
 Untuk mendukung kegiatan diversivifikasi dan ketahanan pangan, pemerintah kembali
mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 15 tentang Program Peningkatan
Diversifikasi Dan Ketahanan Pangan Masyarakat Badan Ketahanan Pangan Tahun
Anggaran 2013.
 Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 15 tentang Program Peningkatan
Diversifikasi Dan Ketahanan Pangan Masyarakat Tahun Anggaran 2013, memuat
beberapa pedoman untuk menjadikan sebuah daerah dapat terdiversifikasi dan
meningkatkan ketahananan pangan seperti yang dijelaskan sebelumya.
 Namun ada beberapa pedoman yang selanjutnya dikembangkan setelah beberapa tahun,
yang pertama adalah pedoman terkait Petunjuk Teknis Gerakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan yang dikembangkan kembali pada tahun 2016.
 Sejak tahun 2010 Kementerian Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan
sesungguhnya telah melaksanakan kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi
Pangan (P2KP).
 Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan dengan konsep KRPL
dilaksanakan dalam 2 (dua) tahapan yaitu Tahap Pertumbuhan dan Tahap Pembangunan.
 Pada tahun 2016 kegiatan optimalisasi lahan pekarangan dikembangkan melalui
pemberdayaan masyarakat, khususnya wanita, dengan teknik yang tepat dalam
pelaksanaannya.
 Kegiatan yang kedua adalah Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L).
 Tahap-tahap pelaksanaan program ini diantaranya, yaitu tahap Perencanaan Proses
Produksi, Pengadaan Mesin dan Peralatan, Pengujian dan Analisis Produk MP3L serta
Kegiatan operasional.
 Kegiatan yang terakhir adalah Sosialisasi dan Promosi P2KP. Kegiatan Sosialisasi dan
Promosi P2KP dimaksudkan untuk memasyarakatkan dan membudayakan pola konsumsi
pangan B2SA.
 Pedoman selanjutnya adalah Kegiatan Kawasan Mandiri Pangan tahun 2016 yang
merupakan pengembangan dari kegiatan Desa Mandiri Pangan tahun 2013 dan adalah
salah satu upaya penanggulangan kemiskinan dan kerawanan pangan.
 Tujuan kegiatan Kawasan Mandiri Pangan adalah memberdayakan masyarakat
miskin/rawan pangan menjadi kaum mandiri untuk mengurangi kemiskinan dan
mewujudkan ketahanan pangan dan gizi.
 Pengembangan LPM merupakan salah satu upaya strategis dalam membangun sistem
ketahanan pangan di tingkat masyarakat. Keberadaan LPM menjadi sangat relevan
karena memberikan kemudahan akses pangan, baik secara fisik maupun ekonomi (daya
beli).
2. Gambaran Umum Kondisi Daerah
 Kabupaten Asahan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara,
Indonesia. Kabupaten ini terletak di bagian tenggara provinsi dan berbatasan
langsung dengan Laut Natuna. Luas wilayahnya mencapai sekitar 8.871 kilometer
persegi.
 Kabupaten Asahan terdiri dari 22 kecamatan dan 420 desa/kelurahan. Dalam hal
demografi, kabupaten ini memiliki populasi yang cukup besar. Berdasarkan data
terakhir, jumlah penduduk kabupaten Asahan mencapai sekitar 632.000 jiwa.
 Pertanian merupakan sektor ekonomi utama di kabupaten Asahan. Berbagai jenis
tanaman seperti padi, kelapa sawit, karet, dan sayuran ditanam di daerah ini. Selain
itu, peternakan dan perikanan juga menjadi bagian penting dari perekonomian lokal.
 Peran dinas pertanian dalam meningkatkan produksi pertanian harus direalisasikan
dengan membuat beberapa program pengembangan pertanian, menjaalankan
pelaksanaan penyuluh pertanian, pemantauan dan evaluasi di bidang pertanian
sehingga diharapkan agar Dinas Pertanian dapat memaksimalkan program-program
dibidang pertanian agar tujuan peningkatan produksi bidang pertanian dapat lebih
maksimal.
 Dalam melaksanakan tugasnya seorang Kepala Dinas Pertanian mempunyai tugas
membantu Sekretaris Daerah dalam mengkoordinasikan pelaksanaan urusan Rumah
Tangga Daerah dalam bidang pertanian meliputi perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian pelayanan pertanian.

Anda mungkin juga menyukai