boleh memiliki lebih dari 95.000 kilometer garis pantai, akan tetapi
negara kepulauan ini masih harus mengimpor garam dari negara
lain dalam kisaran 1,5 - 2 juta ton setiap tahunnya untuk memenuhi
kebutuhan nasional mencapai 3,2 - 3,5 juta ton.
1
Produksi garam di Indonesia umumnya dilakukan dengan
menguapkan air laut di atas lahan luas menggunakan energi panas
matahari (solar evaporation). Dikutip dari Badan Pengkajian dan
Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan
(Kemendag), faktor-faktor desain lokasi area produksi garam yang
menentukan adalah “air laut” sebagai bahan baku, “tanah” sebagai
faktor sarana utama, dan “iklim” sebagai faktor sumber tenaga.
2
Kawasan Iptek Garam Universitas Trunojoyo Madura, Makhfud
Efendy, pun turut mengkonfirmasi bahwa iklim tropis dan garis
pantai terpanjang kedua di dunia bukan keunggulan komparatif
Indonesia untuk produksi garam. Berbagai keuntungan kondisi alam
telah membuat produksi garam dengan teknik penguapan air laut di
negara-negara subtropis lebih baik dibandingkan di Indonesia.
3
Pemerintah, jelasnya, minim melibatkan teknologi guna peningkatan
produksi dan produktivitas garam rakyat. Intervensi teknologi dapat
dilakukan misalnya dengan lebih banyak menggunakan teknologi
prisma dan geomembran. Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan
Bioteknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Tekonologi (BPPT)
Eniya Listiani Dewi juga turut menambahkan bahwa salah satu
langkah yang bisa dilakukan untuk menggenjot produktivitas dan
kualitas garam nasional adalah dengan melaksanakan integrasi
lahan dan program di satu area.
Kendala di sektor hilir atau niaga dan regulasi impor ternyata juga
berkontribusi pada rendahnya produksi garam nasional.
4
Tren impor garam merepresentasikan ketidakmampuan pemerintah
mengelola tata niaga garam nasional yang lebih baik, terutama
perlindungan terhadap petani garam dari para kartel garam. Kasus
dugaan penyalahgunaan izin impor yang menyeret nama Direktur
Utama PT Garam (Persero) Achmad Boediono seolah
mengonfirmasi ada yang tidak beres dalam pengaturan importasi
garam dan perlindungan terhadap petambak garam di Indonesia.
Boediono sendiri setelah ditangkap pada pertengahan 2017,
kemudian ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan
penyalahgunaan izin importasi distribusi garam sebanyak 75.000
ton.
5
kasar. Menurut KNTI, selama ini petambak garam tradisional lokal
mengalami pemiskinan dengan harga jual yang rendah di pasaran,
dimana PT Garam membeli garam konsumsi dari petambak lokal
dengan harga standar KW 3 yaitu Rp 200 – 250/kg, standar KW 2
Rp 450/kg, dan standar KW 1 Rp 650-700/kg. Dengan harga
tersebut, petambak tidak memperoleh keuntungan yang optimal,
bahkan tidak bisa menutupi biaya produksi. Merujuk pada data
Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA), jumlah petani
tambak garam di Indonesia
memang menurun drastis yakni dari 30.688 jiwa pada 2012 menjadi
21.050 jiwa pada 2016. Adanya selisih kebijakan impor garam
antara Kementerian Perdagangan dan Kementerian Kelautan dan
Perikanan juga mengindikasikan data stok dan produksi garam
nasional yang tidak valid antar instansi.