Anda di halaman 1dari 26

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN DAN EFEKTIVITAS KEBIJAKAN

IMPOR GARAM INDONESIA

Determinant Factors of the Demand and Effectiveness of Indonesia’s Salt Import Policy

Ahmad Syariful Jamil1, Netty Tinaprilla2, Suharno2


1Program Studi Agribisnis, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
2 Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Jl. Kamper-Kampus IPB Dramaga Bogor, Lantai 5, Bogor, Jawa Barat 16680, Indonesia
email: ahmadsyarifuljamil@gmail.com

Abstrak
Garam merupakan komoditas strategis Indonesia yang permintaannya akan terus meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Adanya ketidakseimbangan antara
kebutuhan garam dalam negeri dengan produksi garam domestik mendorong pemerintah
untuk melakukan impor garam. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi volume permintaan dan efektivitas kebijakan impor garam Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode regresi data panel dari tahun 2004-2013. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap
volume permintaan impor garam Indonesia yaitu: produksi garam domestik, harga garam
impor, Produk Domestik Bruto (PDB) riil Indonesia, PDB riil negara sumber impor dan nilai
tukar riil. Produksi garam domestik dan harga garam impor memiliki hubungan yang negatif
dengan volume impor, sedangkan variabel lainnya memiliki hubungan yang positif. Temuan
lain adalah kebijakan impor yang telah dikeluarkan oleh pemerintah belum sepenuhnya
efektif diterapkan pada saat studi ini dilakukan. Rekomendasi kebijakan yang seharusnya
dapat diterapkan oleh pemerintah yaitu sinkronisasi data, penguatan pengawasan kebijakan
impor, serta intensifikasi dan ekstensifikasi lahan untuk meningkatkan produksi garam
domestik.
Kata kunci: Produksi Garam, Permintaan Impor Indonesia, Kebijakan Impor Garam
Indonesia

Abstract
Salt is a strategic commodity which its demand will continue to increase along with the
increasing population. The imbalance between the demand and the supply of salt in
Indonesia encourages the government to import salt. This study aimed to analyze: the
factors that influence the demand of salt import, the effectiveness of salt import and
alternative formulation of domestic salt policies. The panel regression model was conducted
to address the problem. The study found that the variables that significantly influenced the
import demand of salt in Indonesia were domestic salt production, imported salt price, real
GDP of Indonesia, real GDP of importing source country and real exchange rate. Domestic
salt production and imported salt price had a negative relationship towards import volume,
while other variables had a positive relationship. Another finding is that the goverment policy
of importing salt has not been fully implemented at the time of this study. The policies that
should be further improved by the goverment can be done by synchronizing the data,
strenghtening the monitoring import policy, land intensification and extension support in
order to produce salt.
Keywords: Salt Production, Indonesia Import Demand, Salt Import Policy of Indonesia
JEL Classification: C23, Q11, Q17

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Efektivitas.., A.S. Jamil, N. Tinaprilla, Suharno | 43


PENDAHULUAN

Garam sebagai salah satu lahan produksi di Madura tersebut


komoditi strategis belakangan ini menguasai lahan garam sekitar 5.130
mengalami ketidakseimbangan antara hektar dengan produksi pada tahun
penawaran dan permintaan 2014 mencapai 330.000 ton atau
(Metrotvnews, 2015). Padahal, sebesar 30% dari total produksi garam
Indonesia merupakan salah satu nasional (Tempo, 2015). Sementara
negara maritim yang memiliki garis itu, menurut Kementerian Kelautan
pantai terpanjang di dunia. Kondisi dan Perikanan (KKP) pada tahun 2015
geografis yang dimiliki Indonesia petani garam memiliki lahan yang
tersebut dinilai lebih dari cukup untuk tersebar di beberapa wilayah di
dapat berdaulat atas komoditi garam. Indonesia dengan total sebesar
Namun kenyataannya, dari daftar 60 25.830,34 ha. Dengan kata lain, total
negara produsen garam terbesar di luas lahan yang dimiliki oleh petani
dunia, Indonesia hanya berada di mencapai 70% dari total luas lahan
urutan ke 30 (Merdeka, 2014). Hal ini garam domestik.
salah satunya disebabkan belum Produksi garam nasional yang
maksimalnya penggarapan potensi diproduksi dari luasan lahan tersebut
lahan tambak garam di Indonesia. cenderung mengalami fluktuasi. Hal ini
Pada tahun 2011 lahan garam salah satunya disebabkan masih
Indonesia mencapai 33.854,36 hektar, sangat tergantungnya kegiatan
dengan pemanfaatan lahan hanya produksi garam dengan kondisi alam
mencapai 24.130,93 hektar atau seperti cuaca dan iklim, sehingga
sekitar 71% dari total tersebut produksi garam domestik cenderung
(Ihsannudin, 2012). berfluktuatif. Kondisi tersebut
Secara umum garam di disebabkan karena seluruh produksi
Indonesia diproduksi oleh petani garam di Indonesia berasal dari
garam rakyat dan PT Garam. PT penguapan air laut di meja garam,
Garam merupakan satu-satunya sehingga sangat tergantung terhadap
badan usaha milik negara (BUMN) iklim dan cuaca. Oleh karena itu,
yang membidangi komoditi garam. adanya fenomena anomali iklim
Perusahaan yang hanya memiliki dimana cuaca dan iklim tidak dapat

44 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.11 NO.1, JULI 2017


diprediksi akan sangat memengaruhi pemerintah untuk melakukan impor
produksi garam nasional. Kondisi garam. Produksi garam Indonesia
tersebut terjadi pada tahun 2010, seakan tidak berdaya dalam
dimana produksi nasional hanya memenuhi kebutuhan garam nasional,
mencapai sekitar 30.600 ton (KKP, khususnya untuk garam industri yang
2012 dalam Alham, 2013). hampir 100% kebutuhannya dipenuhi
Produksi garam nasional oleh garam impor. Selain itu,
tersebut umumnya digunakan untuk berdasarkan data Badan Pusat
memenuhi kebutuhan garam domestik. Statistik (2014) pada tahun 2011 impor
Secara umum kebutuhan garam garam Indonesia mengalami
domestik dibedakan menjadi garam peningkatan menjadi 2.8 juta ton.
yang diperuntukkan untuk konsumsi Besarnya jumlah impor garam
(kandungan NaCl > 94%) dan industri Indonesia tersebut mengindikasikan
(kandungan NaCl > 97%). Berdasar- produksi garam domestik tidak mampu
kan data Kementerian Perindustrian mengimbangi peningkatan kebutuhan
(2012) (dalam Aligori (2013)) tercatat garam domestik. Namun apabila lebih
bahwa proporsi kebutuhan garam dicermati, persoalan fenomena besar-
industri untuk industri Chlor Alkali nya impor garam tidak hanya berkaitan
Plant (CAP) saja pada tahun 2011 dengan faktor penawaran dan
mencapai 55% dari total kebutuhan permintaan semata. Hal tersebut dapat
garam Indonesia. Industri tersebut diamati dari data neraca garam nasio-
membutuhkan garam dengan tingkat nal pada tahun 2011 (Kementerian
kemurnian yang sangat tinggi yaitu Perindustrian, 2012), dimana kebu-
memiliki kandungan NaCl lebih besar tuhan garam domestik pada tahun
dari 97%. Sementara produksi garam tersebut sebesar 1.800.000 ton untuk
domestik hanya mampu memproduksi garam industri dan 1.100.000 ton
garam dengan kandungan NaCL 80- untuk garam konsumsi. Produksi
95%. Dengan kata lain, produksi domestik yang mencapai 1.113.118
domestik hanya mampu memenuhi ton pada tahun tersebut seharusnya
kebutuhan garam konsumsi. telah dapat memenuhi kebutuhan
Ketidakseimbangan antara garam konsumsi, sehingga kebutuhan
kebutuhan garam dengan kapasitas impor garam untuk memenuhi
produksi garam nasional mendorong kebutuhan domestik hanya didasarkan

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Efektivitas.., A.S. Jamil, N. Tinaprilla, Suharno | 45


pada kebutuhan garam industri. terbentuk: Model OLS pooled, model
Namun, realisasi impor garam fixed effects (FEM), dan model random
Indonesia pada tahun tersebut effect (REM). Model umum regresi
mencapai 2.835.870 ton, dimana data panel adalah sebagai berikut.
besarnya volume tersebut menunjuk- Yit = α + βXit + µit.............................(1)
kan adanya kelebihan (excess) impor Dimana:
sekitar 1 juta ton. Kondisi tersebut i : 1, 2,. . ., N menunjukkan data
menunjukkan bahwa faktor produksi cross section (dimensi subjek);
garam domestik bukan merupakan t : 1, 2, . . ., N menunjukkan dimensi
satu-satunya faktor yang memenga- waktu;
ruhi besarnya volume impor garam α : intersep yang merupakan skalar;
Indonesia. Berdasarkan permasalahan β : koefisien slope dengan dimensi K
diatas, penelitian ini bertujuan untuk x 1, dimana K adalah banyaknya
menganalisis faktor-faktor memenga- peubah bebas;
ruhi impor garam, efektivitas kebijakan Yit : Peubah tak bebas untuk unit
impor garam dan merumuskan alter- individu ke-i dan unit waktu ke-t;
natif kebijakan garam nasional dalam Xit : Peubah bebas untuk unit individu
menanggulangi peningkatan impor. ke-i dan unit waktu ke-t.

Umumnya dalam mengaplika-


METODE sikan data panel digunakan komponen
Data panel merupakan data sisaan satu arah (one way error
gabungan antara data time series dan component model) untuk ganguan
data cross section atau sebagai studi (disturbance) dengan:
terhadap suatu unit objek/ individu µit = µi + ʋit ......................................(2)
yang sama dari waktu ke waktu. Sama dimana µi menunjukkan efek spesifik
halnya dengan data cross section atau individu yang tidak terobservasi
time series, data panel juga dapat (unobservable) dan ʋit menunjukkan
menggunakan pendekatan regresi faktor gangguan (disturbance) sisanya.
yang disebut model regresi data panel. 1. Model Koefisien Konstan (Pooled
Juanda (2012) menyatakan bahwa Least Square/ PLS)
dalam melakukan analisis regresi Model ini merupakan model regresi
menggunakan data panel terdapat tiga data panel yang paling sederhana.
kemungkinan model yang akan

46 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.11 NO.1, JULI 2017


Pada analisis ini data time series karena dalam model ini
dan cross section digabungkan menggunakan peubah dummy
menjadi suatu kesatuan sebanyak unit cross section
pengamatan dan mengestimasi dikurangi satu (n-1) maka hal ini
model tersebut dengan metode menyebabkan berkurangnya derajat
Ordinary Least Square (OLS). Hal kebebasan (degree of freedom)
ini menjadikan model tersebut sehingga akan mengurangi efisiensi
mengasumsikan setiap unit individu parameter. Bentuk Model Fixed
(unit cross section) memiliki intersep Effect sebagai berikut (Juanda,
dan slope yang sama. Namun 2012):
menurut Gujarati & Porter (2013) Yit = β0i + β1X1it+ β2X2it + µit...........(3)
dengan menggabungkannya Dimana
diasumsikan bahwa model tersebut i : 1,2 ,3,....,N (sebanyak jumlah
telah menutupi heterogenitas unit cross section); dan
(individualitas atau keunikan) yang t : 1, 2, 3,..., N (sebanyak jumlah
bisa terjadi diantara individu atau unit time series).
waktu. Dengan β0i merupakan intersep
2. Fixed Effect Model (FEM) dan β1 merupakan slope. Pada
Keunikan atau heterogenitas slope tersebut terdapat
antar subjek baru dapat penambahan subscript i pada
diakomodasi pada model Fixed intersep yang menunjukkan bahwa
Effect. Hal ini sejalan dengan adanya perbedaan keunikan pada
Gujarati & Porter (2013) dan Juanda masing-masing unit cross section.
(2012) yang menyatakan bahwa Selain itu, intercept tersebut
heterogenitas antar subjek tersebut menunjukkan bahwa masing-
dicerminkan dari nilai intersep yang masing unit cross section tidak
unik dari masing-masing subjek. berbeda antar waktu atau time
Dimana dalam membedakan invariant.
masing-masing intersep tersebut Juanda (2012) menyatakan
digunakan peubah dummy, bahwa apabila diasumsikan intersep
sehingga model ini juga dikenal tersebut berbeda antar individu dan
sebagai model Least Square waktu (time variant), dapat
Dummy Variable (LSDV). Oleh digunakan differential dummy

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Efektivitas.., A.S. Jamil, N. Tinaprilla, Suharno | 47


variable, dimana bentuk model dengan suatu nilai rata-rata dari β1
secara matematis sebagai berikut: (tanpa subscript i). Nilai masing-
Yit = α1 + α2D2i + β0i + β1X1it+ β2X2it + masing individu dapat dinyatakan
µit .................................................(4) sebagai:
Dimana D2i merupakan dummy unit β0i = β0 + ℮i...................................(5)
cross section dan dummy peubah
dimana ℮i adalah sisaan acak
pada model tersebut dapat muncul
(error term) dengan rata = 0 dan
sebanyak jumlah unit cross section
ragam= 2. Dengan mensubtitu-
dikurangi dengan satu. Hal tersebut
sikan persamaan tersebut ke
dilakukan untuk menghindari
persamaan Fixed Effect maka
dummy variable trap.
menjadi:
3. Random Effect Model (REM)
Model Random Effect muncul Yit = β0 + β1X1it+ β2X2it + ℮it + µit...(6)
pada awalnya salah satunya = β0 + β1X1it+ β2X2it + wit..........(7)
disebabkan oleh tanggapan dari
Dimana
Kemnta dalam (Gujarati & Porter,
2013) yang menyatakan bahwa wit = ℮it + µi...................................(8)

penggunaan peubah dummy dan Ketiga model tersebut kemudian


konsekuensinya dengan berku- diuji untuk mendapatkan model regresi
rangnya degree of freedom benar- panel terbaik yang dapat
benar memiliki dampak yang berarti menggambarkan suatu kondisi aktual.
yaitu menurunnya tingkat efisiensi Pemilihan model regresi data panel
dari parameter yang akan terbaik tersebut didasarkan pada dua
diestimasi. Sehingga hal tersebut jenis pengujian (Juanda, 2012):
memunculkan suatu saran untuk 1. Pemilihan antara model PLS
mewakili keterbatasan pengetahuan dengan FEM (Uji Chow)
bukan dengan dummy tetapi Uji Chow digunakan untuk menguji
dengan menyatakannya dalam apakah Fixed Effect Model (FEM)
bentuk galat. Dimana Juanda lebih baik dibandingkan model
(2012) menyatakan bahwa β0i pada Pooled Least Square (PLS) dengan
persamaan Fixed Effect Model tidak meilihat signifikansi uji F. Hipotesis
lagi dianggap konstan, namun nol (H0) yang digunakan adalah
dianggap sebagai peubah random

48 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.11 NO.1, JULI 2017


intersep dan slope adalah sama. Hipotesis nol ditolak jika nilai
Adapun uji F statistiknya adalah statistik Hausman lebih besar
sebagai berikut: daripada nilai kritis statistik chi-
square. Hal ini berarti bahwa model
F hitung = ..............(9) yang tepat untuk regresi data panel

Dengan n adalah jumlah individu; T adalah model FEM.

merupakan jumlah periode waktu; K Setelah dilakukan estimasi dan

adalah banyaknya parameter model pemilihan model terbaik, dilakukan uji

FEM; serta RSSp dan RRSf asumsi regresi klasik. Uji asumsi

berturut-turut adalah residual sum of regresi klasik tersebut dimaksudkan

squares untuk model PLS dan untuk memperoleh estimasi model

model FEM. Apabila nilai Chow yang memenuhi sifat Best Linier

Statistics (F-Stat) hasil pengujian Unbias Estimation (BLUE). Adapun

lebih besar dari F tabel, maka cukup pengujian asumsi regresi klasik yang

bukti untuk melakukan penolakan harus dilakukan antara lain Uji

terhadap Ho sehingga model yang normalitas, uji homoskedastisitas, uji

digunakan adalah model FEM, autokorelasi dan uji multikolinieritas.

begitu juga sebaliknya. Model Regresi Panel Faktor-Faktor


2. Pemilihan antara model FEM dan yang Memengaruhi Volume
REM Permintaan Impor Garam
Uji mengenai pemilihan antara Peubah-peubah yang diguna-
model FEM dan REM kan untuk menganalisis faktor-faktor
menggunakan uji Hausman. yang memengaruhi impor garam
Dengan mengikuti kriteria Wald, Indonesia berupa peubah terikat dan
nilai statistik Hausman akan peubah bebas. Peubah terikat berupa
mengikuti distribusi chi-square volume impor garam dari negara
sebagai berikut: eksportir garam utama di Indonesia.
W = 2 [K] = [β, βGLS] -1[β-βGLS]...(10) Peubah bebas berupa produksi garam
Statistik uji Hausman tersebut domestik, harga garam impor, GDP riil
mengikuti distribusi statistik chi- Indonesia, GDP riil negara sumber
square dengan derajat bebas impor dan nilai tukar riil rupiah
sebanyak jumlah peubah bebas (p). terhadap mata uang negara sumber

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Efektivitas.., A.S. Jamil, N. Tinaprilla, Suharno | 49


impor (LCU). Peubah-peubah tersebut dimana sebagian besar literatur
didapatkan dari penelusuran pustaka, menganalisis aliran ekspor komoditas
berikut peubah bebas, sumber dan (Khairani 2015; Gunawan 2015;
hipotesis tanda yang diharapkan pada Setyawati 2015; Abidin et al 2013; De
masing-masing peubah bebas. Paul & Cheng 2012; Elshehawy et al
Tabel 1 menunjukkan bahwa 2014 dan Doumbe & Belinga 2015).
masing-masing peubah bebas dalam Model yang digunakan juga turut
model diharapkan memiliki tanda yang membedakan penelitian ini dengan
sesuai dengan teori ekonomi. Pada penelitian sebelumnya, dimana pada
peubah volume produksi, harga garam penelitian ini model yang diestimasi
impor dan nilai tukar riil diharapkan menggunakan model regresi panel.
memiliki tanda negatif. Sebaliknya, Secara matematis persamaan
peubah GDP Indonesia dan GDP model tersebut sebagai berikut:
negara sumber impor diharapkan LMit = β0 + β1LQit + β2LYIt + β3LYJit +
koefisiennya memiliki tanda positif. β4LPit + β5LXit + µit……….….(11)
Dengan kata lain, volume produksi, Β0 dan µit secara berturut-turut
harga garam impor dan nilai tukar adalah intersep dan error term
memiliki hubungan yang terbalik persamaan model. β1, β2, β3, β4 dan
dengan besarnya volume impor garam β5 adalah koefisien masing-masing
Indonesia begitu juga sebaliknya pada peubah bebas LQ, LYI,LYJ, LP dan
peubah lainnya. LX. LM adalah logaritma nilai impor
Perbedaan yang sangat garam Indonesia dari negara sumber
mendasar penelitian ini dengan impor i pada tahun t, LYI adalah
penelitian sebelumnya terletak pada logaritma GDP Indonesia pada tahun t,
komoditas yang dibahas yaitu garam. LYJ adalah GDP riil negara sumber
Hingga kini jarang penelitian yang impor i pada tahun t, LP adalah
menganalisis garam dari perspektif logaritma harga garam impor dari
perdagangan. Diduga karena keterba- negara sumber impor i pada tahun t
tasan ketersediaan data garam yang dan LX adalah nilai tukar riil rupiah
akurat. Selain itu, perbedaannya juga terhadap mata uang negara sumber
terletak pada arah aliran perdagangan, impor i pada tahun t.

50 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.11 NO.1, JULI 2017


Tabel 1. Peubah Bebas, Hipotesis dan Sumber Pustaka
Peubah bebas Hipotesis Sumber
Volume produksi Negatif (-) De Paul & Cheng (2012), Iswahyuni (2015), Silitonga
(2014)
Gross Domestic Product Positif (+) Iswahyuni (2015), Gunawan (2015); Khairani (2015),
(GDP) Indonesia Doumbe & Belinga (2015); Elshehawy et al (2014)
Gross Domestic Product Positif (+) De Paul & Cheng (2012); Gunawan (2015); Khairani
(GDP) negara sumber (2015), Doumbe & Belinga (2015); Elshehawy et al
impor (2014); Crescimanno (2013)
Harga impor Negatif (-) -Iswahyuni (2015)
Nilai tukar Negatif (-) Ayuwangi (2013), Setyawati (2015); Gunawan (2015);
Abidin et al (2013)

Data yang digunakan dalam perdagangan, data makroekonomi dan


penelitian ini data sekunder berupa data neraca garam domestik. Data
data panel. Pada penelitian ini data perdagangan berupa data impor
panel yang digunakan terdiri dari data garam dengan kode pos tariff/HS 4
time series selama 10 tahun yaitu digit yaitu 2501. Jenis dan sumber
mulai tahun 2004 hingga 2013 dan data yang digunakan dalam penelitian
data cross section sebanyak tiga ini ditampilkan pada Tabel 2.
negara yaitu Australia, India dan Pengolahan data-data tersebut diolah
Selandia. Data terdiri dari data menggunakan Eviews 7 dan SPSS.

Tabel 2. Jenis dan Sumber Data


Jenis data Sumber
Volume produksi Kementerian Kelautan dan Perikanan
Gross Domestic Product (GDP) Indonesia World Bank
Gross Domestic Product (GDP) negara World Bank
sumber impor
Harga impor UN Comtrade
Nilai tukar www.fx-sauder.com
Volume & nilai impor UN Comtrade & Trademap

HASIL DAN PEMBAHASAN terintegrasinya perdagangan dunia


Gambaran Umum Pergaraman memunculkan alasan baru bagi negara
Indonesia tertentu untuk melakukan impor yaitu
Pada dasarnya suatu negara salah satunya adanya perbedaan
melakukan impor akibat tidak harga. Adanya perbedaan harga
mampunya produksi domestik dalam tersebut didasarkan pada keunggulan
memenuhi permintaan komoditi komparatif masing-masing negara
tertentu. Seiring dengan semakin terhadap komoditi tertentu, sehingga

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Efektivitas.., A.S. Jamil, N. Tinaprilla, Suharno | 51


negara yang tidak memiliki keunggulan fluktuatif dengan produksi rata-rata
komparatif pada komoditi tersebut sebesar 1.3 juta ton/tahun. Penurun-
akan meningkatkan impornya. Bahkan an produksi tertinggi terjadi pada tahun
negara tersebut akan mengandalkan 2010, dengan produksi garam
impor untuk memenuhi permintaan domestik hanya mencapai 30.600 ton.
domestik akan komodti tersebut. Selain itu, kebutuhan garam domestik
Garam sebagai salah satu cenderung meningkat setiap tahunnya,
komoditi strategis di Indonesia juga dimana kebutuhan rata-rata garam
mengalami kondisi dimana produksi domestik mencapai sekitar 2.8 juta
garam domestik belum memiliki ton. Adanya kesenjangan antara
keunggulan komparatif dibandingkan produksi dan kebutuhan tersebut
dengan produsen garam di belahan menyebabkan pemerintah melakukan
dunia lain. Tabel 3 menunjukkan bah- impor garam.
wa produksi garam domestik sangat

Tabel 3. Volume Produksi, Kebutuhan, Impor dan Rasio Impor dan


Ketersediaan Garam Indonesia, Tahun 2004-2014
Rasio impor/
Tahun Produksi Kebutuhan Impor ketersediaan (%)
2004 1.382.980 2.485.434 2.181.247 61.20
2005 1.150.000 2.760.246 1.404.375 54.98
2006 1.288.000 2.836.990 1.552.750 54.66
2007 1.352.400 3.056.130 1.661.488 55.13
2008 997.000 3.079.700 1.657.548 62.44
2009 1.371.000 2.960.250 1.701.418 55.38
2010 30.600 3.003.550 2.083.343 98.55
2011 1.575.663 3.251.691 2.835.871 64.28
2012 2.473.716 3.251.691 2.314.844 48.34
2013 1.163.607 3.573.954 2.020.933 63.46
2014 2.501.891 3.611.990 2.251.577 47.37
Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan (2015)

Importasi garam yang dilakukan tersebut dibuktikan dengan fakta


oleh Indonesia nampaknya telah bahwa sejak tahun 1980an Indonesia
menjadi upaya yang tidak dapat telah melakukan impor garam dengan
terpisahkan dalam memenuhi kecenderungan yang semakin mening-
kebutuhan garam domestik. Kondisi kat (UN Comtrade, 2014). Importasi

52 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.11 NO.1, JULI 2017


garam tetap terjadi bahkan ketika garam domestik. Rasio rata-rata impor
Indonesia telah mencapai swasem- garam Indonesia dari tahun 2004
bada garam konsumsi pada tahun hingga 2014 mencapai 57%. Berda-
2012. Tercapainya swasembada sarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa
garam tersebut seharusnya dapat terjadi fluktuasi rasio volume impor
menghentikan impor garam khususnya terhadap ketersediaan garam
impor garam konsumsi. Namun Indonesia. Penurunan proporsi impor
kenyataannya, Indonesia tetap terjadi hanya pada tahun 2012 (terjadi
melakukan importasi garam konsumsi swasembada) dan 2014 yaitu men-
hingga mencapai 495.073 ton capai di bawah 50%. Meskipun
(Santoso, 2013). demikian proporsi impor garam di
Selain itu, ketergantungan Indonesia masih relatif besar, karena
Indonesia terhadap garam impor juga rata-rata sekitar 60.53% ketersediaan
dapat dilihat dari perkembangan rasio garam domestik dipasok oleh garam
volume impor terhadap ketersediaan impor.

Tabel 4. Model Estimasi Faktor yang Memengaruhi Permintaan Impor Garam


Model PLS Model FE Model RE
Faktor
Koefisien Nilai p Koefisien Nilai p Koefisien Nilai p
Q -0.0946 0.6308 -0.1020 0.3492 -0.08083 0.4496
P -1.676** 0.0000 -1.2169** 0.0000 -1.23909** 0.0000
YI 1.0999** 0.0406 0.7892 0.3571 1.020302** 0.0009
YJ 0.1055** 0.0002 0.5556 0.5621 0.151887* 0.0867
X 0.0683 0.7099 1.5868 0.3159 0.155012 0.7926
C -13.928 0.3534 -28.014 0.1443 -15.7519 0.1166
R2 77.47% 94.04% 59.37%
Uji Likelihood Ratio 26.888950 0.0000
Uji Hausman 0.000000 1.0000
Keterangan: (**) nyata pada taraf 5% (0.05)
(*) nyata pada taraf 10% (0.1)

Estimasi Regresi Panel Faktor- Square, Fixed Effect Model dan


faktor yang Memengaruhi Volume Random Effect Model. Hasil output
Impor Garam yang disajikan pada Tabel 4
Pemodelan regresi data panel menunjukkan bahwa ketiga model
pada penelitian ini menggunakan tiga tersebut sebagian besar memiliki
pendekatan yaitu model Pool Least peubah bebas yang tidak signifikan

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Efektivitas.., A.S. Jamil, N. Tinaprilla, Suharno | 53


pada taraf nyata 5%. Selain itu, ketiga impor garam Indonesia adalah fixed
model tersebut memiliki nilai R square effect model.
yang berbeda masing-masing sebesar Pengujian Asumsi Regresi Klasik
77.47% untuk PLS, 94.04% untuk Fixed Effect Model terpilih
FEM dan 59.37% untuk REM. dilakukan pengujian asumsi klasik
Hasil uji Likelihood Ratio untuk mendapatkan model dengan
menunjukkan p value yang diperoleh penduga yang BLUE (Best, Linier and
lebih kecil dari taraf nyata 5% atau Unbiased Estimation). Hal ini
dengan kata lain tolak Ho atau terima disebabkan model FE diestimasi
H1. Pengujian Hausman diperoleh nilai dengan metode Ordinary Least Square
p value lebih besar dari p-value (OLS) sehingga diperlukan pengujian
sehingga keputusannya adalah cukup terkait dengan asumsi regresi klasik.
bukti untuk menerima Ho. Hasil dari Beberapa asumsi yang diuji adalah
kedua uji tersebut menyimpulkan kenormalan, ragam sisaan yang
bahwa model estimasi terpilih yang homogen, sisaan yang bebas dari
digunakan untuk menganalisis faktor- autokorelasi dan bebas dari
faktor yang memengaruhi permintaan multikolinieritas.
3

-1

-2

-3
1 - 04
1 - 06
1 - 08
1 - 10
1 - 12
2 - 04
2 - 06
2 - 08
2 - 10
2 - 12
3 - 04
3 - 06
3 - 08
3 - 10
3 - 12
4 - 04
4 - 06
4 - 08
4 - 10
4 - 12
5 - 04
5 - 06
5 - 08
5 - 10
5 - 12
6 - 04
6 - 06
6 - 08
6 - 10
6 - 12
7 - 04
7 - 06
7 - 08
7 - 10
7 - 12

Standardized Residuals

Gambar 1. Uji Heteroskedastisitas Model

Hasil uji normalitas Jarque-Bera nyata 5%, sehingga sisaan model


diperoleh nilai-p sebesar 0.814006. telah menyebar normal. Masalah
Nilai tersebut lebih besar dari taraf heteroskedastisitas dapat dideteksi

54 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.11 NO.1, JULI 2017


secara deskriptif yaitu dengan melihat Tabel 5. Nilai Variance Inflation
Factor (VIF) untuk Peubah
residual graph, dimana sisaan
Bebas dalam Model FE
cenderung menyebar di sekitar nol. Peubah Bebas VIF
Oleh karena itu, dapat disimpulkan Q 1.024528
P 1.763202
ragam residual homogen (Gambar 1). YI 1.029223
Autokorelasi dalam model YJ 1.539485
X 1.364672
tersebut diuji dengan melihat nilai
Durbin watson hitung sebesar Penanganan Asumsi Regresi Klasik
1.615829, dengan Nilai DW tabel yang Tidak Terpenuhi

diperoleh nilai dL= 1.46 dan dU= 1.77. Model Fixed Effect melanggar
Nilai DW model FE yang diperoleh asumsi bebasnya sisaan dari
berada diantara dL < d < dU, maka autokorelasi. Adanya masalah
berdasarkan kriteria keputusan uji DW autokorelasi menyebabkan variansi
hitung berada di wilayah tidak ada sampel tidak dapat menggambarkan
kesimpulan. Oleh karena itu, dilakukan variansi populasi, model yang
uji formal lainnya yaitu uji Run dan dihasilkan tidak dapat digunakan untuk
didapatkan nilai p-value sebesar 0.030 menduga nilai peubah terikat dari nilai
atau p-value < 0.05. Sehingga dapat peubah bebas tertentu (Gujarati &
disimpulkan cukup bukti untuk Porter, 2013). Dengan kata lain,
menolak Ho, dimana Ho menyatakan penduga yang diperoleh dengan
bahwa sisaan tidak random (terdapat menggunakan OLS tidak lagi BLUE,
autokorelasi). Hasil dari uji Run sekalipun tidak bias dan konsisten
tersebut menunjukkan bahwa model (Nachrowi, 2006). Penanganan yang
FE masih mengandung masalah dilakukan terhadap asumsi
autokorelasi. autokorelasi yang dilanggar adalah
Asumsi multikolinieritas dide- melakukan transformasi data
teksi dengan menggunakan nilai VIF menggunakan metode Cochran Orcutt
pada setiap peubah bebas. Tabel 5 (Nachrowi, 2006; Juanda, 2012 dan
menunjukkan bahwa nilai VIF untuk Lestari, 2015). Selain itu, digunakan
setiap peubah bebas kurang dari 10. pembobotan cross section weight dan
Oleh karena itu, dapat disimpulkan Coefficient covariance method yaitu
bahwa asumsi multikolinieritas White Cross-section untuk mengatasi
terpenuhi. keheterogenan ragam residual. Hal ini

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Efektivitas.., A.S. Jamil, N. Tinaprilla, Suharno | 55


dilakukan untuk memastikan bahwa 5%. Penanganan asumsi yang
model terpilih sudah tidak dilanggar juga meningkatkan nilai R
mengandung heteroskedastisitas. square menjadi 97.84, yang berarti
Hasil pemodelan baru dengan keragaman peubah volume impor
dilakukan pembobotan dan garam dapat dijelaskan oleh
transformasi data dapat dilihat pada keragaman peubah bebas dalam
Tabel 6. Semua peubah bebas model sebesar 97.84% dan sisanya
memiliki pengaruh nyata terhadap dijelaskan oleh peubah bebas di luar
volume impor garam pada taraf nyata model.

Tabel 6. Hasil Estimasi Model Faktor-Faktor yang Memengaruhi Volume


Permintaan Impor Garam Indonesia yang Baru
Faktor Koefisien t-statistik Prob
Q -0.040967** -2.023928 0.0476
P -1.087371** -5.168081 0.0000
YI 0.837945** 6.758602 0.0000
YJ 0.117788** 2.201509 0.0317
X -0.714251** -3.366833 0.0014
C -3.969891* -1.906601 0.0615
Weighted Statistics
R-squared 0.978428 Residual Sum Squared 54.93544
Prob (F stat) 0.000000 Durbin Watsonstat
Unweighted Statistics
R-squared 0.924894 Residual Sum Squared 65.07352
Durbin Watsonstat 1.877756
Keterangan: (**) nyata pada taraf 5% (0.05)
(*) nyata pada taraf 10% (0.1)

Pengujian asumsi autokorelasi 0.9 > 0.05, yang berarti tidak ada
kembali dilakukan untuk memastikan autokorelasi.
model Fixed Effect tersebut bersifat Tabel 7 menunjukkan bahwa
BLUE. Tabel 5 di atas menunjukkan nilai pengaruh spesifik negara yang
nilai statistik d sebesar 1.877756, terbesar dimiliki oleh Australia yaitu
dimana nilai tersebut berada wilayah sebesar -0.48334 (3.486554 +
dU < d < 4-dU yang artinya model (-3.96989)). Intersep tersebut memiliki
telah terbebas dari autokorelasi. Hasil arti bahwa apabila diasumsikan
yang sama juga ditunjukkan dari hasil peubah bebas tidak berubah maka
uji Run dengan nilai p-value sebesar volume impor garam Indonesia hanya

56 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.11 NO.1, JULI 2017


akan bergantung pada pengaruh negara sehingga ketika terjadi
spesifik individu sebesar -0.48334. kenaikan GDP Indonesia maka akan
meningkatkan pendapatan total
Tabel 7. Pengaruh Spesifik Individu
Model Fixed Effect Terpilih masyarakat. Dengan demikian
Negara Pengaruh Spefisik meningkatnya GDP suatu negara
Individu
Australia 3.486554 berarti terjadi peningkatan daya beli
Belanda -0.063086 yang pada akhirnya akan
China -0.762154
India -1.128717 meningkatkan nilai impornya terutama
Jerman 0.926033 disumbang oleh peningkatan
Selandia Baru -2.207803
Singapura -0.250827 kebutuhan untuk kebutuhan industri
(garam industri). Pada tahun 2012,
Nilai tersebut juga kebutuhan garam impor untuk garam
mengindikasikan bahwa Australia industri mencapai 75% atau sekitar 1.5
relatif lebih berpengaruh terhadap juta ton. Kebutuhan tersebut akan
perubahan volume impor garam terus meningkat seiring dengan
dalam tingkat hubungan kerja sama bertambahnya jumlah industri yang
bilateral, kebutuhan terhadap garam membutuhkan garam tersebut.
Australia sehingga dapat Bahkan berdasarkan Kementerian
meningkatkan volume impor garamnya Perindustrian dalam Aligori (2013)
(cateris paribus). menyatakan bahwa dalam jangka
Interpretasi Model Permintaan waktu yang tidak akan lama akan
Impor Garam Indonesia mencapai 10 juta ton per tahun. Hal
Koefisien dari peubah GDP riil tersebut disebabkan produksi garam
Indonesia memiliki hubungan yang domestik belum mampu memenuhi
positif terhadap volume impor garam kebutuhan garam industri atau hampir
Indonesia (Tabel 4). Koefisien tersebut 100% kebutuhan garam industri
sebesar 0.837945, yang berarti bahwa dipasok dari garam impor.
setiap peningkatan GDP riil Indonesia Tanda positif juga dimiliki oleh
sebesar 1% maka volume impor nilai koefisien GDP riil negara sumber
garam meningkat sebesar 0.837945%, impor yaitu sebesar 0.117788, yang
begitupun sebaliknya (ceteris paribus). berarti bahwa setiap peningkatan GDP
Hal itu terjadi karena GDP riil negara sumber impor sebesar 1%
menunjukkan economic size suatu maka akan meningkatkan volume

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Efektivitas.., A.S. Jamil, N. Tinaprilla, Suharno | 57


impor garam Indonesia sebesar (garam) luar negeri relatif lebih mahal
0.117788%, begitu juga sebaliknya sedangkan barang-barang domestik
(ceteris paribus). Menurut Mankiw relatif lebih murah. Oleh karena itu,
(2007) GDP sering digunakan sebagai kondisi tersebut akan menurunkan
suatu indikator dalam menentukan permintaan impor garam Indonesia
arah pembangunan. Hal ini dari negara eksportir.
disebabkan GDP riil merupakan nilai Produksi garam domestik dalam
total barang dan jasa yang diproduksi negeri berpengaruh negatif dan
oleh suatu negara. Oleh karena itu, signifkan terhadap volume impor
barang dan jasa yang diproduksi garam Indonesia. Hasil estimasi model
tersebut secara tidak langsung regresi data panel menunjukkan nilai
memengaruhi jumlah penawaran koefisien produksi garam domestik
domestik negara tersebut, sehingga sebesar -0.040967, yang berarti
besarnya produksi dalam negeri peningkatan sebesar 1% pada
tersebut pada akhirnya akan produksi garam domestik maka akan
meningkatkan penawaran ekspor menurunkan permintaan volume impor
komoditi tersebut. garam Indonesia sebesar 0.040967%.
Impor garam secara signifikan Pada dasarnya impor terjadi ketika
juga dipengaruhi oleh nilai tukar riil produksi garam domestik tidak mampu
rupiah terhadap mata uang negara memenuhi kebutuhan nasional. Oleh
sumber impor. Nilai koefisien peubah karena itu, peningkatan produksi
kurs riil sebesar -0.714251, yang garam domestik Indonesia akan
berarti bahwa setiap kenaikan rasio menurunkan volume impor garam.
nilai tukar rupiah terhadap Local Hubungan negatif juga
Currency Unit (LCU) atau dengan kata ditunjukkan oleh peubah harga garam
lain terjadi depresiasi sebesar 1% impor masing-masing negara sumber
maka akan menurunkan permintaan impor garam. Koefisien peubah
impor garam Indonesia yang tersebut sebesar -1.087371, yang
digambarkan oleh besarnya volume berarti bahwa ketika terjadi
impor garam Indonesia. Hal ini peningkatan harga impor sebesar 1%
disebabkan ketika terjadi depresiasi maka akan menurunkan volume impor
pada nilai mata uang riil suatu negara garam Indonesia sebesar 1.087371%.
(importir) maka serasa barang-barang Hubungan negatif antara harga impor

58 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.11 NO.1, JULI 2017


dan volume impor tersebut telah Standar Nasional Indonesia (SNI) dan
sesuai dengan hipotesis penelitian. penggunaan tanda SNI secara wajib
Kondisi tersebut sesuai dengan teori terhadap 10 macam pokok produk
permintaan dimana ketika suatu harga industri termasuk diantaranya adalah
komoditas tertentu naik maka akan garam konsumsi dengan nomor SNI
secara langsung menurunkan 01-3556-1994. Pada sisi teknis
permintaan akan komoditi tersebut dikeluarkan Surat Keputusan Menteri
atau dengan kata lain terdapat Perindustrian Nomor 77/M/SK/5/1995
hubungan negatif. mengenai persyaratan teknis
Kebijakan Impor Garam Indonesia pengolahan (pencucian dan iodisasi),
Pada awalnya masuknya impor pengemasan dan pelabelan garam
garam ke Indonesia diawali dengan beriodium.
adanya kampanye internasional untuk Dampak dari diterapkannya
memerangi Gangguan Akibat berbagai kebijakan tersebut menim-
Kekurangan Yodium (GAKY) pada bulkan efek yang beragam pada
tahun 1980an oleh World Health semua tingkat baik dari sisi pemerintah
Organization (Abhisam, Ary, & Harian maupun sisi produsen. Pada tingkat
2012). Hasil dari kampanye tersebut pemerintah, pemerintah tidak mem-
adalah dikeluarkannya Keputusan punyai cukup dana dan sumberdaya
Presiden Republik Indonesia Nomor manusia untuk menjalankan penga-
69 Tahun 1994 mengenai pengadaan wasan terhadap penyebaran garam
garam beryodium. Kebijakan tersebut beryodium. Selain itu, pemerintah
secara eksplisit mewajibkan kepada terkesan tidak kunjung melakukan
para produsen garam konsumsi untuk upaya menyeluruh dan berkelanjutan
melakukan fortifikasi yodium pada untuk memastikan bahwa industri
garam konsumsi. garam rakyatnya telah mampu
Sebagai tindak lanjut menerapkan peraturan tersebut.
penerapan Keppres tersebut, Lain halnya di tingkat produsen,
dikeluarkan peraturan pendukung terjadi peningkatan ketimpangan
diantaranya Surat Keputusan Menteri antara produsen kecil dan berskala
Perindustrian Nomor 21/M/SK/2/1995 besar. Hanya industri garam berskala
mengenai pengesahan dan penerapan besar yang mampu bersaing,
sedangkan petani garam rakyat

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Efektivitas.., A.S. Jamil, N. Tinaprilla, Suharno | 59


terpinggirkan. Hasil produksi garam 2. Larangan impor garam apabila
rakyat yang melimpah tidak mampu harga kualitas K1, K2 dan K3
diserap oleh pabrik garam dan secara masing-masing berada dibawah
langsung menyebabkan produksi harga dasar garam di titik
garam yodium domestik tidak mampu pengumpul yang ditetapkan
memenuhi kebutuhan nasional. pemerintah masing-masing
Adanya kesenjangan tersebut sebesar Rp.145.000/ton,
mendorong pemerintah pada saat itu Rp.100.000/ton dan Rp.70.000/ton
untuk melakukan impor garam. dalam bentuk curah.
Permintaan impor tersebut umumnya 3. Perusahaan yang ingin mengimpor
dipasok oleh Australia sebgai negara garam wajib memenuhi perolehan
yang ditunjuk oleh WHO dalam garam paling sedikit 50% berasal
mengatasi masalah GAKY di kawasan dari garam rakyat.
Asia Tenggara termasuk Indonesia di Pada dasarnya kebijakan
dalamnya (Imran et al, 2006). tersebut merupakan langkah protektif
Kondisi di atas menunjukkan yang diambil oleh pemerintah untuk
bahwa Indonesia telah melakukan menyelamatkan industri pergaraman
impor garam sejak tahun 1980an, domestik akibat semakin banyaknya
yang salah satunya akibat kampanye impor garam. Namun belum
GAKY tersebut. Namun kebijakan sepenuhnya kebijakan tersebut
formal yang mengatur mengenai diterapkan dengan baik, pemerintah
legalisasi impor garam Indonesia baru melakukan inkonsistensi kebijakan.
dikeluarkan pada tahun 2004. Inkonsistensi kebijakan tersebut
Kebijakan legalisasi tersebut tercermin tercermin dari dikeluarkannya
dari Keputusan Menperindag Keputusan Menteri Perindustrian dan
No.360/MPP/Kep/6/2004 yang meng- Perdagangan No.455/MPP/Kep/2004
atur berbagai hal diantaranya: yang mengecualikan larangan impor
1. Larangan impor garam sebulan garam apabila impor garam tersebut
sebelum masa panen raya garam diperuntukkan sebagai upaya
rakyat hingga dua bulan setelah memenuhi permintaan garam industri
musim panen (SK Menperindag dalam negeri. Adanya kebijakan
Np.422/MPP/Kep/5/2004: 1 Juli tersebut menimbulkan celah bagi
sampei 31 Desember) oknum importir garam untuk mengeruk

60 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.11 NO.1, JULI 2017


keuntungan melalui penyimpangan Kondisi inilah yang tampak di ruang
peruntukan impor garam. Hal ini publik akibat Menteri Kelautan dan
disebabkan dengan adanya SK Perikanan tahun 2011 melakukan
tersebut maka importir akan lebih pembongkaran terhadap gudang
leluasa melakukan impor garam penyimpanan garam yang berisi
dengan dalih bahwa garam yang garam impor konsumsi yang akan
diimpor tersebut adalah garam dilempar ke pasar untuk menurunkan
industri, padahal sebenarnya garam harga garam di tingkat petani di
impor tersebut adalah garam Madura (Kompas, 2011).
konsumsi. Inkonsistensi pemerintah juga
Penyimpangan peruntukan terus berlanjut ketika berbagai
tersebut terjadi diduga akibat tidak kebijakan yang dikeluarkan tidak
jelasnya kode pos tarif atau HS antara sepenuhnya diterapkan atau lemah
garam konsumsi dan industri dalam dalam bentuk pengawasan. Kondisi ini
Keputusan Menteri Perdagangan RI terlihat dari penerapan harga dasar
N0.58/M-DAG/PER/9/2012. Kondisi garam di titik pengumpul yang
tersebut secara eksplisit dalam pasal 1 dikeluarkan oleh pemerintah melalui
menyatakan bahwa kode pos tarif/HS keputusan menteri. Berdasarkan Tabel
untuk garam konsumsi dengan kadar 8 menunjukkan bahwa mulai tahun
NaCl paling rendah 94.7% yaitu 2004 hingga tahun 2012 pemerintah
2501.00.90.10, sedangkan kode pos telah menetapkan harga dasar garam
tarif untuk garam industri dengan rakyat pembelian di titik pengumpul.
kadar NaCl paling rendah 97% yaitu Harga tersebut juga merupakan syarat
2501.00.90.10. Kesamaan pos tarif yang harus dipenuhi untuk melakukan
tersebut menimbulkan celah bagi para impor garam bagi perusahaan garam.
importir untuk melakukan Namun kondisi tersebut jarang terjadi,
penyimpangan meskipun hanya harga di tingkat petani umumnya
dibedakan dalam hal kadar NaCl. berada di bawah harga dasar tersebut.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Efektivitas.., A.S. Jamil, N. Tinaprilla, Suharno | 61


Tabel 8. Kebijakan Mengenai Penetapan Harga Garam Rakyat di Titik
Pengumpul
Harga dasar garam rakyat
Bentuk kebijakan
KI KII KIII

Kepmenperindag No. 360/MPP/Kep/6/2004 145.000 100.000 70.000


Permendag RI No.20/M-Dag/Per/9/2005 200.000 150.000 80.000
Permendag RI No.44/M-DAG/PER/10/2007 200.000 150.000 80.000
Kep. Dirjen Perdagangan Luar Negeri No.07/DAGLU/PER/7/2008 325.000 250.000 -
Kep. Dirjen Perdagangan Luar Negeri No.02/DAGLU/PER/5/2008 750.000 550.000 -
Permendag RI No.58/M-DAG/PER/9/2012 750.000 550.000 -

Sumber: Kementerian Perdagangan (2015)


(pedagang pengumpul). Gambar 2
Menurut Alham (2013),
menunjukkan bahwa secara umum
Widiharto (2012) dan Jamil (2014)
harga garam di lapangan yang
menyatakan bahwa penentuan harga
diterima oleh petani lebih rendah dari
di tingkat petani sepenuhnya
harga dasar yang ditetapkan oleh
ditentukan oleh perusahaan garam
pemerintah.
bersama dengan mata rantainya

Gambar 2. Grafik Perkembangan Harga Garam Domestik di Tingkat Titik


Pengumpul Tahun 2004-2014

Sumber: Kementerian Perdagangan 2015 (diolah)


Keterangan: : Harga dasar pemerintah; : Harga di lapangan

62 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.11 NO.1, JULI 2017


Selain itu, penentuan harga yang yang diolah menjadi garam beryodium.
diterima petani sepenuhnya tidak Sedangkan 90% lagi dijual ke
berdasarkan atas kualitas yang telah perusahaan lain sebagai bahan baku.
ditetapkan dalam peraturan harga Berbagai fakta mengenai
dasar pemerintah. Secara eksplisit kebijakan di atas akhirnya relatif tidak
dalam peraturan tersebut menyatakan memberikan dampak yang berarti
bahwa penetapan kualitas garam terhadap upaya pemerintah dalam
dibedakan menjadi 3 kualitas yaitu melakukan pengurangan volume impor
KP1, KP2 dan KP3. Namun di garam yang masuk ke Indonesia.
lapangan penentuan kualitas garam Kondisi tersebut ditunjukkan oleh
milik petani sepenuhnya ditetapkan volume impor garam yang cenderung
oleh pabrik garam dengan kriteria memiliki tren positif, mengikuti
penentuan tertentu (Jamil, 2014). pertumbuhan kebutuhan domestik.
Pabrik garam menetapkan setiap KP Dimana besarnya impor garam
menjadi 3 sub KP yaitu KP1a, KP1b cenderung tidak berpengaruh terhadap
dan KP1c. Konsekuensi dari kebijakan-kebijakan protektif yang
penetapan kualitas tersebut telah dilakukan oleh pemerintah.
menyebabkan harga yang diterima Kondisi tersebut terjadi pada tahun
oleh petani semakin rendah. 2004 ketika dikeluarkannya kebijakan
Peraturan mengenai minimal mengenai legalisasi impor garam
50% penyerapan garam rakyat terjadi kenaikan impor garam dengan
sebagai syarat bagi perusahaan besaran hampir mencapai 90% dari
garam domestik untuk dapat total kebutuhan domestik.
melakukan impor garam juga tidak Rochwulaningsih (2013)
pernah ada jaminan terealisasi dari menambahkan bahwa keinginan
pemerintah. Kondisi tersebut terjadi pemerintah sebagaimana tercermin
umumnya akibat lemahnya dalam berbagai kebijakan yang telah
pengawasan. Menurut Alham (2013) dikeluarkan tersebut tidak serta merta
yang terjadi di lapangan, garam rakyat dapat diimplementasikan sesuai
harus bersaing dengan garam yang dengan harapan. Hal ini akibat
diproduksi oleh PT Garam. Dari total pemerintah pada kenyataannya tidak
kapasitas produksi PT Garam sebesar memiliki kontrol terhadap para pemain
340.000 ton, hanya sekitar 10% saja di pasar garam. Dimana sebagian

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Efektivitas.., A.S. Jamil, N. Tinaprilla, Suharno | 63


besar pasar garam domestik hanya terhadap volume impor garam,
didominasi oleh beberapa perusahaan sebaliknya faktor GDP riil Indonesia
garam besar dan memiliki rantai dan GDP riil negara sumber impor
pemasaran yang kuat. Kuatnya memiliki hubungan positif. Selain itu,
dominansi perusahaan garam dari sisi kebijakan impor garam,
domestik ditunjukkan dengan adanya terdapat kecenderungan bahwa
temuan Komisi Pengawasan berbagai kebijakan mengenai impor
Persaingan Usaha (KPPU) bahwa garam yang dikeluarkan oleh
terjadinya kasus kartel garam pada pemerintah Indonesia belum
tahun 2005 di Sumatera Utara, dimana sepenuhnya diterapkan. Hal ini
garam rakyat tidak dapat masuk ke diakibatkan lemahnya pengawasan
wilayah tersebut (Dharmayanti, dalam penerapan kebijakan tersebut.
Suharno & Rifin, 2013). Oleh karena Besarnya jumlah impor garam
itu, persoalan impor garam masih akan Indonesia yang cenderung mengalami
terus berlangsung meskipun tren peningkatan menyebabkan
pemerintah telah memberikan proteksi Indonesia sangat tergantung terhadap
apabila tanpa pengawasan yang garam impor baik secara kuantitas
sungguh-sungguh. maupun kualitas. Hal tersebut akan
menjadikan Indonesia relatif memiliki
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI poisi lemah dalam menjaga ketahanan
KEBIJAKAN pangan nasional. Oleh karena itu,
Berdasarkan hasil analisis pemerintah perlu menyadari bahwa
menunjukkan secara umum bahwa diperlukan upaya untuk menye-
faktor-faktor yang signifikan ber- lamatkan industri garam nasional
pengaruh terhadap volume permintaan dengan lebih menitikberatkan pada
impor garam Indonesia adalah pembenahan industri pergaraman
produksi garam domestik, GDP riil nasional dari sisi produksi.
Indonesia, GDP riil negara sumber Hal tersebut didasarkan pada
impor, harga garam impor dan nilai hasil analisis regresi yang
tukar riil rupiah terhadap mata uang menunjukkan bahwa faktor produksi
negara sumber impor. Faktor produksi, merupakan satu-satunya faktor yang
harga garam impor dan nilai tukar riil dapat dimanipulasi oleh pemerintah
memiliki hubungan yang negatif untuk mengurangi volume impor.

64 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.11 NO.1, JULI 2017


Selain karena tandanya, faktor lain dalam menghadapi persaingan dari
seperti nilai tukar riil dan harga impor garam impor.
berada di luar kontrol pemerintah. Selain itu, seharusnya peme-
Pada faktor harga impor, Indonesia rintah melakukan pembenahan
tidak memiliki kontrol untuk menaikkan mengenai ketersediaan data garam
harga impor dengan kebijakan tarifnya. nasional. Selama ini, data mengenai
Hal ini diakibatkan saat ini Indonesia garam domestik baik data produksi
telah melibatkan diri kedalam Asean- garam domestik dan kebutuhan garam
Australia-New Zealand Free Trade domestik relatif belum dapat
Area (AANZFTA) dengan konsekuensi dipercaya. Faktanya, masing-masing
pengurangan hambatan perdagangan. kementerian yang membidangi garam
Pada sisi nilai tukar, Indonesia relatif yaitu Kementerian Kelautan dan
tidak dapat memanipulasi akibat Perikanan, Kementerian Perindustrian
sistem nilai tukar yang dianut oleh dan Kementerian Perdagangan
Indonesia yaitu nilai tukar memiliki perbedaan data garam
mengambang (mekanisme pasar). nasional. Oleh karena itu, pemerintah
Peningkatan produksi dapat seharusnya melakukan penataan
dilakukan dengan peningkatan jumlah melalui sinkronisasi data mengenai
riset garam untuk dapat meningkatkan garam domestik. Sinkronisasi tersebut
produksi dan mutu garam domestik khususnya perlu dilakukan dalam
seperti yang telah dilakukan oleh India berbagai Kementerian yang membi-
dengan mengembangkan Central Salt dangi garam. Hal tersebut dimaksud
and Marine Chemicals Research untuk memberikan kejelasan dan
Institute. Peningkatan produksi juga transparansi mengenai kebutuhan
perlu dilakukan dengan melakukan garam yang harus diimpor setelah
intensifikasi dan ekstensifikasi lahan melalui perhitungan kemampuan
khususnya di wilayah dengan inten- produksi garam domestik dalam
sitas penyinaran tinggi seperti Nusa memenuhi kebutuhan garam domestik.
Tenggara Timur. Peningkatan kuan- Kebijakan lain yang harus
titas dan kualitas produksi domestik dilakukan adalah melakukan revisi
tersebut dilakukan sebagai upaya pada SK Menteri Perdagangan RI
mempersiapkan produksi domestik Nomor 58 tahun 2012 khususnya pada
penetapan kode pos tarif antara garam

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Efektivitas.., A.S. Jamil, N. Tinaprilla, Suharno | 65


konsumsi dan garam industri. DAFTAR PUSTAKA
Pemerintah harus melakukan peme- Aligori, A. (2013). Efisiensi Produksi
Usaha Garam Rakyat di
cahan kode pos tarif antara dua jenis Kabupaten Indramayu. Tesis.
Bogor: Sekolah Pascasarjana,
garam tersebut untuk meminimalkan
Institut Pertanian Bogor.
bentuk penyimpangan bagi oknum- Abidin, I.S.Z., N.A.A. Bakar, & R. Sahlan.
oknum importir garam. Selain itu, (2013). The Determinants of
Exports between Malaysia and the
diperlukan pemberian subsidi pada OIC Member Ountries: A Gravity
Model Apporach. Prodia
sektor pergaraman nasional khusus- Economics and Finance 5, 12-19.
nya dalam bentuk bantuan non modal Abhisam, D.M., H. Ary, & M. Harian.
pada petani rakyat untuk dapat (2011). Membunuh Indonesia:
Konspirasi Global Penghancuran
meningkatkan produksi garam baik Kretek. Ed ke-1. Jakarta (ID):
Penerbit Kata-kata.
secara kuantitas maupun kualitas. Hal
Alham, F. (2013). Analisis Pemasaran
ini dimungkinkan untuk mengurangi Garam di Kabupaten Sumenep
biaya produksi petani rakyat sehingga Jawa Timur. Tesis. Bogor:Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian
mampu bersaing dengan garam impor. Bogor.
Pada akhirnya setelah berbagai Ayuwangi. (2013). Analisis Faktor-faktor
yang Memengaruhi Volume Impor
kebijakan tersebut direalisasikan, Indonesia dari Asean+6 Melalui
Moda Transportasi Laut. Skripsi.
pemerintah sebagai pemangku kebi-
Bogor: Departemen Ilmu Ekonomi
jakan seharusnya melakukan Institut Pertanian Bogor.

pengawasan yang berimbang agar Badan Pusat Statistik. (2014). Statistik


Impor komoditi. Diunduh tanggal
upaya yang dilakukan efektif dan 23 Mei 2014 dari
http://www.bps.go.id/all_newtempla
berkelanjutan. te.php.
Crescimanno, M., A. Galati, & D. Yahioui.
UCAPAN TERIMA KASIH (2013). Determinants of Italian
Agri-Food Exports in Non-EU
Penulis mengucapkan rasa Mediterranean Partner Countries:
A Gravity Model Approach. New
terima kasih kepada Dr. Ir. Ratna Medit Journal, 4, pp..45-54.
Winandi Asmarantaka, M.S dan Dr De Paul, & Cheng. (2012). Trade Analysis
Amzul rifin atas masukannya selama Of Fresh Apple Using A Gravity
Model. Taiwan: National Taiwan
penulisan penelitian ini. Penulis juga University.
mengucapkan terima kasih kepada Doumbe, E.D., & T. Belinga. (2015). A
Gravity Model Analysis for Trade
teman-teman Magister Sains between Cameroon and Twenty-
Eight European Union Countries.
Agribisnis angkatan 2013 atas
Open Journal of Social Sciences,
dukungan yang diberikan. 2, 114-122.

66 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.11 NO.1, JULI 2017


http://dx.doi.org/10.4236/jss.2015.3 Departemen Agribisnis, Institut
8013. Pertanian Bogor.
Dharmayanti, S., Suharno & A. Rifin. Juanda, B.,et.al (2012). Ekonometrika
(2013). Analisis Ketersediaan Deret Waktu. Bogor: IPB Press.
Garam Menuju Pencapaian
Kementerian Perdagangan. (2015).
Swasembada Garam Nasional
Kebijakan Harga Dasar Garam di
yang Berkelanjutan (Suatu
Titik Pengumpul. Diunduh pada 20
Pendekatan Model Dinamik).
Juni 2015 dari
Jurnal Sosial Ekonomi. Vol.8 (1).
http://www.kemendag.go.id/en/new
Elshehawy, M.A., H.F. Shen, & R.A. sroom/regulations.
Ahmed. (2014). The Factors
Kementerian Perindustrian. (2012).
Affecting Egypt’s Exports:
Neraca Garam Nasional 2005-
Evidence from the Gravity Model
2010. Jakarta (ID): Kemenperin.
Analysis. Open Journal of Social
Sciences, 2, 138-148. Kementerian Kelautan dan Perikanan.
http://dx.doi.org/10.4236/jss.2014.2 (2015). Analisis Produksi Garam
11020. Indonesia. Diunduh 30 September
2015 dari
Gujarati, D.N, et al. (2013). Dasar-Dasar
http://statistik.kkp.go.id/sidatik-
Ekonometrika Jilid 2. Ed ke-5.
dev/Berita/Analisis%20Produksi%2
Mangunsong, penerjemah; Halim,
0Garam%20Indonesia.pdf
DA dan Febrina, L, editor. Jakarta
(ID): Salemba Empat. Terjemahan Khairani, R. (2015). Posisi Dayasaing dan
dari: Basic Econometrics 5th. Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Ekspor Bubuk Kakao Indonesia ke
Gunawan, I.R. (2015). Daya Saing dan
Negara Tujuan Ekspor Utama.
Determinan Ekspor Udang Beku
Skripsi. Bogor: Departemen Ilmu
Indonesia di Negara Tujuan
Ekonomi, Institut Pertanian Bogor.
Ekspor. Skripsi. Bogor (ID):
Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Kompas. (2011, Agustus 11). Fadel
Pertanian Bogor. Geram Mari Pangestu Impor
Garam. Diunduh tanggal 30
Ihsannudin. (2012). Pemberdayaan Petani
November 2015 dari
Penggarap Garam Melalui
http://bisniskeuangan.kompas.com/
Kebijakan Berbasis Pertanahan.
read/2011/08/11/15281321/Fadel.
Activita, Jurnal Pemberdayaan
Geram.Mari.Pangestu.Impor.Gara
Mahasiswa dan Masyarakat UNS.
m.
Vol 2.
Lestari, F.R. (2015). Penerapan Analisis
Imran, M. et al. (2006). Petambak Garam
Regresi Data Panel pada Ekspor
Indonesia: dalam Kepungan
Karet Alam Indonesia. Skripsi.
Kebijakan dan Modal. Jakarta:
Bogor: Departemen Statistika,
Ininnawa.
Institut Pertanian Bogor.
Iswahyuni. (2015). Faktor-Faktor yang
Mankiw G.N. (2007). Makroekonomi Edisi
Memengaruhi Volume Impor
Keenam. Liza Fitria, Nurmawan
Komodtas Apel Indonesia. Skripsi.
Imam, penerjemah; Hardani Wibi,
Bogor : Departemen Ilmu Ekonomi
Bardani Devri, Saat Suryadi, editor.
Institut Pertanian Bogor.
Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan
Jamil, A.S. (2014). Analisis Tataniaga dari: Macroeconomics 6th .
Garam Rakyat (Studi Kasus: Desa
Merdeka. (2012, Februari 29). Haruskah
Lembung Kecamatan Galis
Impor Garam? (2): Laut membagi
Kabupaten Pamekasan Jawa
adil asinnya. Diunduh tanggal 31
Timur). Skripsi. Bogor:
Desember 2014 dari

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Efektivitas.., A.S. Jamil, N. Tinaprilla, Suharno | 67


http://www.merdeka.com/uang/har Perdagangannya ke Amerika
uskah-impor-garam-2-laut- Selatan. Tesis. Bogor : Sekolah
membagi-adil-asinnya.html. Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Metrotvnews. (2015, Maret 31). Garam,
Komoditas Strategis Pendorong Silitonga. (2014). Faktor – faktor yang
Ekonomi Nasional. Diunduh Memengaruhi Volume Impor
tanggal 23 November 2016 Komoditas Jeruk di Indonesia.
darihttp://ekonomi.metrotvnews.co Skripsi. Bogor: Institut Pertanian
m/read/2015/03/31/379329/garam- Bogor.
komoditas-strategis-pendorong-
Tempo. (2015, November 7). Hujan
ekonomi-nasional
Diperkirakan Datang Lebih Cepat,
.Nachrowi, N.D., et al. (2006). Pendekatan Produksi PT Garam Meleset.
Populer dan Praktis Ekonometrika Diunduh Tanggal dari
Untuk Analisis Ekonomi dan https://m.tempo.co/read/news/2015
Keuangan. Depok: LP-FEUI. /11/07/058716694/hujan-
diperkirakan-datang-lebih-cepat-
Rochwulaningsih, Y. (2013). Tata Niaga
produksi-pt-garam-meleset.
Garam Rakyat dalam Kajian
Struktural. Jurnal Sejarah Citra United Commodity Trade [Comtrade].
Lekha. Vol. 17(1), pp. 59-66. (2014). Commodity Statistic.
Diunduh tanggal 6 Maret 2016 dari
Santoso, D.L. (2013). Analisis atas
http://comtrade.un.org/db.
Pengawasan Intern terhadap
Kegiatan Pemberdayaan Usaha Widiharto, S.B. (2012). Kajian Efektifitas
Garam Rakyat (PUGAR) pada Implementasi Program
Kementerian Kelautan dan Pemberdayaan Usaha Garam
Perikanan. Skripsi. Depok: Rakyat di Desa Losarang
Universitas Indonesia. Kecamatan Losarang Kabupaten
Indramayu. Tesis. Bogor: Sekolah
Setyawati, D. (2015). Produk Ekspor
Pascasarjana, Institut Pertanian
Prospektif Indonesia ke Peru dan
Bogor.
Faktor Penentu Aliran

68 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.11 NO.1, JULI 2017

Anda mungkin juga menyukai