Anda di halaman 1dari 14

http://cakrawalajournal.org/index.

php/cakrawala
Volume X Nomor X Juni 2019

Kajian Kebutuhan Garam Industri dan Upaya Peningkatan Kualitas


Garam Rakyat

Study Of Industrial Salt Needs and Efforts To Improve Salt Quality


Guntur1, A. Kurniawan1,2, Riski A. L.,1,2, A. A. Amin2, A. A. A. Prihanto1,2, A. A. Jaziri1,2,
dan W. Setiawan3
1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang
2 Pusat Studi Pesisir dan Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang
3 PT. Kencana Tiara Gemilang, Singosari, Malang

Abstrak:
Garam merupakan salah satu produk yang memiliki peran penting dalam mendukung
kemajuan perekonomian. Kebutuhan garam pada beberapa tahun terakhir mengalami
peningkatan yang tinggi. Namun, peningkatan pertumbuhan kebutuhan garam ternyata tidak
Received : xxxxx diimbangi dengan produksi garam yang memadai untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kebutuhan garam dan upaya peningkatan kualitas
Accepted : xxxxx garam di Kabupaten Sampang, Probolinggo, Gresik, dan Tuban. Berdasarkan hasil analisis
Publish : xxxxx sistem dinamis, ketersediaan garam bahan baku di Kabupaten Sampang, Gresik, Probolinggo,
dan Tuban diproyeksi mengalami pertumbuhan. Pada segi ketersediaan garam industri aneka
pangan (SNI 8207-2016), garam industri soda konstik (SNI 0303-2012), dan industri farmasi
menunjukkan bahwa total kebutuhan ketiga garam tersebut dipasok dari impor. Disisi lain,
kebutuhan garam konsumsi selama periode simulasi di Kabupaten Sampang, Gresik,
Probolinggo, dan Tuban diproyeksi mengalami pertumbuhan. Kawasan produksi di
Kabupaten Sampang, Gresik, Probolinggo, dan Tuban memiliki Indeks Kesesuaian Garam
(IKG) dengan kisaran 82% sampai 85%. Berdasarkan kondisi tersebut, strategi
pengembangan yang tepat diterapkan di Kabupaten Sampang, Gresik, Probolinggo, dan
Tuban adalah dengan pengoptimalan teknologi produksi rumah kristalisasi dengan harapan
dapat memperbaiki kualitas garam rakyat

Kata kunci: Garam, ketersediaan garam, kebutuhan garam,

Abstract:
Salt is one product that has an important role in supporting economic progress. The need for
salt in the last few years has experienced a high increase. However, the increased growth in
salt demand has not been matched by adequate salt production to meet market needs. This
study aims to examine the salt needs and efforts to improve the quality of salt in the Regency of
Sampang, Probolinggo, Gresik, and Tuban. Based on the results of dynamic system analysis,
the availability of raw material salts in the Regency of Sampang, Gresik, Probolinggo, and
Tuban is projected to experience growth. In terms of the availability of various food industry
salt (SNI 8207-2016), the salt of the constricted soda industry (SNI 0303-2012), and the
pharmaceutical industry shows that the total needs of the three salts are supplied from
imports. On the other hand, the need for consumption salt during the simulation period in the
Regency of Sampang, Gresik, Probolinggo, and Tuban is projected to experience growth.
Production areas in Sampang, Gresik, Probolinggo, and Tuban Regencies have a Salt
Conformity Index (IKG) ranging from 82% to 85%. Based on these conditions, the right
development strategy implemented in the Regency of Sampang, Gresik, Probolinggo, and
Tuban is by optimizing the production technology of crystallization houses in the hope of
improving the quality of salt.

Keywords: Salt, supply a salt, demand a salt

How to Cite:
Susanto, H., Rokhati, N., and Santoto, G.W. (2014). Development of Traditional Salt Production Process
for Improving Product Quantity and Quality in Jepara District, Central Java, Indonesia.
Procedia Environmental Sciences 23 : 175 – 178

* Corresponding Author: © 2019 Badan Penelitian dan Pengembangan


Nama : Provinsi Jawa Timur
Email :
p-ISSN 1978-0354 | e-ISSN 2622-013X
Contact :
Guntur,
2 | Guntur, A.A. Kurniawan,
Kurniawan, Riski
Riski A.L.
A.L. dkk,
dkk, Kajian
Kajian Kebutuhan
Kebutuhan Garam
Garam Industri
Industri

Pendahuluan untuk menyerap garam rakyat minimal


Garam memiliki peran penting dalam 50% dari total produksi; (2) tidak ada
mendukung kemajuan perekonomian ketentuan penetapan harga patokan
sebuah bangsa. Berdasarkan data dari garam rakyat; dan (3) mengutamakan
Kementerian Kelautan dan Perikanan importasi garam, baik untuk konsumsi
(KKP) kebutuhan garam pada beberapa maupun industri. Salah satu dampak
tahun terakhir semakin meningkat. dari impor garam yang tidak terkendali,
Kebutuhan garam nasional tahun 2017 produksi garam rakyat tidak terserap,
mencapai 3,61 juta ton, terdiri dari dan harga jual turun mencapai Rp. 275 -
garam konsumsi sebesar 1,48 juta ton 300/kg.
dan garam industri 2,13 juta ton. Selain Berbagai upaya dilakukan oleh
itu, tingkat pertumbuhan kebutuhan pemerintah untuk meningkatkan
garam juga menunjukkan kenaikan kualitas dan kuantitas garam nasional
yang cukup signifikan dimana untuk memenuhi target swasembada
pertumbuhan kebutuhan garam industri garam. Pada beberapa tahun terakhir,
mencapai 5,82 % sedangkan pemerintah mendorong produksi garam
pertumbuhan garam konsumsi mencapai nasional, khususnya garam rakyat
1,40% per tahun. melalui pemberian bantuan alat
Peningkatan pertumbuhan geomembrane kepada 35.000 petambak
kebutuhan garam ternyata tidak garam di 40 Kota/Kabupaten di
diimbangi dengan produksi garam yang Indonesia, termasuk di Jawa Timur.
memadai. Pada sisi penawaran Sebagai produsen utama garam di
komoditas garam, stok awal garam pada Indonesia, Jawa Timur berkontribusi
tahun 2017 sebesar 789,9 ribu ton, 36,5% dari total produksi garam
sementara jumlah pasokan mencapai 2,2 nasional. Pada tahun 2017, total
juta ton. Nilai tersebut berasal dari produksi garam Jawa Timur mencapai
produksi garam nasional sebesar 916,9 410.9 ribu ron. Sumenep, Lamongan,
ribu ron ditambahkan dengan impor Sampang, Probolingo, Tuban, dan
garam sejumlah 2,2 juta ton. Secara Gresik merupakan kontributor utama
akumulatif, persediaan garam pada produksi garam rakyat di Jawa Timur.
tahun tersebut mencapai 3,5 juta ton. Teknologi produksi garam
Sementara itu, penggunaan garam untuk berkembang dengan menggunakan
konsumsi dan industri di dalam negeri geomembran sebagai pelapis dasar
mencapai 3,55 juta ton, sehingga stok media produksi garam. Plastik mulsa
akhir garam nasional tersisa 349,5 ribu tersebut mampu menampung dan
ton. mempercepat produksi garam karena
Adanya ketidakseimbangan dari intersitas serapan panas tinggi sehingga
segi permintaan dan segi penawaran membantu dalam proses presipitasi,
komoditas garam, pemerintah melalui evaporasi dan pembentukan kristal
Kementerian Perdagangan melakukan garam. Selain itu, kualitas garam yang
impor garam dari berbagai negara, dihasilkan lebih higienis dari teknologi
antara lain Australia, Jerman, Prancis, tradisional madurese.Selain itu, muncul
China dan India. Pada sisi lain, teknologi baru dalam pembuatan garam,
kebijakan Kementerian Perdagangan yaitu teknologi ulir filter (TUF)
terkait Impor Garam dinilai (Susanto et al., 2014). Prinsip utama
bertentangan dengan Nawacita Presiden TUF adalah mempercepat proses
Joko Widodo, yaitu; (1) tidak adanya pembuatan air tua (20 °Be) dengan cara
kewajiban importir garam konsumsi memperpanjang aliran dengan tetap
3 | Guntur, A. Kurniawan, Riski A.L. dkk, Kajian Kebutuhan Garam Industri

mempertahankan kebersihan air dan Tinjauan Pustaka


meja garam, dengan cara memasang 2.1. Produksi Garam di Indonesia
filter pada saluran air dan atau Garam diklasifikasikan sebagai
memasang terpal pada meja garam. garam konsumsi dan garam industri di
Sampai dengan saat ini, Indonesia. Klasifikasi tersebut
teknologi produksi garam di masing- berdasarkan pada kandungan zat kimia
masing kabupaten di Provinsi Jawa yang diperlukan. Garam konsumsi
Timur, masih belum terpetakan secara misalnya mensyaratkan kandungan
spesifik. Hal ini menyebabkan lokasi NaCl minimal 94%, sementara garam
sentra produksi garam belum untuk diet mensyaratkan kandungan
berproduksi secara optimal sesuai NaCl maksimal 60%. Garam untuk
dengan karakteristik kondisi lokal kebutuhan industri, kualitas garam yang
wilayahnya. Pengumpulan informasi diperlukan juga sangat bervariasi
terkait kawasan produksi garam (Gatra, 2015).
merupakan salah satu pendekatan Berdasarkan data Kementerian
fungsional yang sangat strategis dalam Kelautan dan Perikanan (KKP, 2015),
menentukan strategi pengembangan produksi garam nasional pada tahun
usaha produksi garam rakyat. Selain itu, 2015 mencapai 2,84 juta ton. Akibat
informasi terkait supply dan demand peningkatan jumlah penduduk dan
garam konsumsi dan industri, pemetaan industri, kebutuhan garam nasional dari
kawasan dan karakteristik produksi, dan tahun ke tahun semakin meningkat, dari
penggunaan teknologi garam menjadi hanya 2,7 juta ton pada tahun 2007
informasi yang penting guna menyusun meningkat menjadi 3,75 juta ton pada
rencana pengembangan kawasan tahun 2015. Dari jumlah tersebut, 647,6
produksi garam menuju swasembada ribu ton (17,3%) merupakan kebutuhan
garam nasional. garam konsumsi dan 3,1 juta ton
Adapun Tujun dalam penelitian (82,7%) merupakan garam industri
ini yaitu (1) Melakukan analisis supply (BPS, 2015).
dan demand garam konsumsi dan garam Garam yang dibutuhkan sektor
industri di kawasan sentra produksi industri menuntut kualitas yang lebih
garam di Kabupaten Sampang, tinggi dibandingkan dengan garam
Probolinggo, Gresik dan Tuban, (2) untuk konsumsi rumah tangga.
Melakukan analisis karakteristik pemerintah untuk mengupayakan
produksi yang meliputi kawasan, berbagai terobosan baru yang mampu
produksi, kesesuaian lokasi produksi memberikan insentif kepada produsen
dan teknologi yang digunakan untuk garam dalam negeri untuk dapat
produksi garam di setiap Kabupaten memproduksi garam dengan kualitas
Sampang, Probolinggo, Gresik dan tinggi (Sulistyono, 2015). Ada banyak
Tuban, (3) Melakukan pemetaan faktor yang diperkirakan berkontribusi
kawasan sentra produksi garam dan terhadap rendahnya produktivitas garam
karakteristik produksi garam di setiap di Indonesia antara lain yaitu (1) teknik
Kabupaten Sampang, Probolinggo, produksi dan peralatan yang digunakan
Gresik dan Tuban, dan (4) Menyusun masih sangat tradisional serta produksi
strategi pengembangan kawasan garam yang sangat bergantung pada
produksi garam berkualitas sesuai cuaca yang secara umum hanya
standar industri disetiap Kabupaten memungkinkan memproduksi garam
Sampang, Probolinggo, Gresik dan hanya dalam waktu 4 bulan (KKP,
Tuban. 2014), (2) Produksi garam di Indonesia
4 | Guntur, A. Kurniawan, Riski A.L. dkk, Kajian Kebutuhan Garam Industri

sebagian besar juga merupakan Menteri Perindustrian No. 88/M-


produksi garam rakyat dengan luas areal IND/PER/10/2014 tentang perubahan
rata-rata sebesar 0,5-3 hektar dengan atas Peraturan Menteri Perindustrian
letak yang terpencar-pencar sehingga No. 134/M-IND/PER/10/2009 tentang
menyulitkan untuk dilakukan peta panduan (roadmap) pengembangan
pengembangan dalam skala besar yang klaster industri garam. Perbedaan
terintegrasi dan efisien (Puska PKDN, klasifikasi garam dunia dan garam
2012), (3) usaha garam hanyalah nasional tentu menimbulkan
merupakan mata pencaharian musiman. permasalahan dalam perdagangan luar
negeri khususnya pada saat impor.
2.2. Sumber dan Jenis Garam Klasifikasi garam dunia berdasarkan
Secara umum, terdapat tiga kode HS tidak membedakan peruntukan
sumber utama garam, antara lain garam konsumsi ataupun garam industri
(Burhanuddin, 2001): (a) Air laut dan sehingga garam impor yang masuk ke
dalam negeri masih sulit dibedakan
air danau asin, (b) Tambang garam, (c)
apakah garam tersebut garam konsumsi
Air dalam tanah. Selain pengelompokan atau garam produksi yang
berdasarkan sumber asal garam, garam meningkatkan resiko merembesnya
di dunia dikelompokkan menjadi empat garam impor sebagai garam konsumsi.
jenis berdasarkan nomenklatur
perdagangan internasionalnya yaitu 2.3.Garam dan faktor yang
klasifikasi barang menurut ASEAN mempengaruhi Produksi
Garam adalah benda padat
Harmonized Tarif Nomenclature
berwarna putih berbentuk kristal yang
(AHTN). AHTN merupakan merupakan kumpulan senyawa dengan
nomenklatur klasifikasi barang yang bagian terbesar NaCl (>80%) serta
bertujuan untuk menyederhanakan senyawa lainnya, seperti magnesium
transaksi perdagangan intra ASEAN klorida, magnesium sulfat, dan kalsium
melalui suatu nomenklatur yang klorida. Sumber garam yang didapat di
seragam. AHTN terdiri dari 6 digit kode alam berasal dari air laut, air danau asin,
deposit dalam tanah, tambang garam,
numerik HS yang dibuat oleh World sumber air dalam tanah. Purbani (2003)
Custom Organization (WCO) dan menyatakan bahwa ada bermacam-
kemudian disusun ke dalam 8 digit kode macam cara pembuatan garam yang
numerik HS yang seragam untuk telah dikenal manusia, tetapi cara yang
seluruh ASEAN. Jenis garam dinilai masih tepat untuk diterapkan
berdasarkan klasifikasi tersebut antara perkembangan teknologi dan ekonomi
di Indonesia pada waktu sekarang
lain: 1) Garam meja/ table salt (HS:
adalah cara pembuatan garam yang
2501.00.10), 2) Rock salt (HS: proses pemguapannya menggunakan
2501.00.20), 3) Sea water (HS: tenaga matahari. Pembuatan garam dari
2501.00.50) dan other (HS: 2501.00.90) air laut pada dasarnya terdiri dari proses
(Kemenkeu, 2016). pemekatan (dengan menguapkan
klasifikasi garam nasional secara airnya) dan pemisahan garamnya
garis besar dikelompokkan menjadi dua (dengan kristalisasi). terjadi kristalisasi
jenis garam yaitu garam konsumsi dan komponen garam tersebut diatur pada
garam industri. Pengklasifikasian tempat-tempat yang berlainan secara
tersebut didasarkan pada Peraturan berturut-turut maka dapatlah diusahakan
5 | Guntur, A. Kurniawan, Riski A.L. dkk, Kajian Kebutuhan Garam Industri

terpisahnya komponen garam yang produksi pada industri kimia, industri


relatif lebih murni. Proses kristalisasi aneka pangan, industri farmasi, industri
demikian disebut kristalisasi bertingkat. perminyakan, industri penyamakan kulit
Purbani (2003), faktor-faktor teknis dan water treatment.
yang mempengaruhi produksi garam
adalah (a) Air laut, mutu air laut 2.4.Teknologi Pembuatan Garam di
terutama dari segi kadar garamnya Indonesia
(termasuk kontaminasi dengan air Secara umum, pembuatan garam
sungai), sangat mempengaruhi waktu air laut dengan metode tersebut
yang diperlukan untuk pemekatan, (b) dilakukan melalui proses pemekatan
Keadaan cuaca, curah hujan (intensitas) dan proses pemisahan garam
dan pola hujan distribusinya dalam (kristalisasi) (Assadad dan Utomo,
setahun rata-rata merupakan indikator 2011). Proses pemekatan dilakukan
yang berkaitan erat dengan panjang dengan menguapkan airnya dengan
kemarau yang kesemuanya panas matahari. Setelah garam melalui
mempengaruhi daya penguapan air laut, proses kristalisasi maka garam akan
(c)Tanah, sifat porositas tanah mengandung berbagai macam unsur
mempengaruhi kecepatan perembesan mineral lainnya yang disebut dengan
(kebocoran) air laut kedalam tanah yang impurities yaitu sulfat, magnesium dan
di meja, (d) Pengaruh air, pengaturan kalsium. Proses produksi garam di
aliran dan tebal air dari peminihan satu Indonesia umumnya menggunakan dua
ke berikutnya dalam kaitannya dengan jenis konstruksi, yaitu konstruksi tangga
faktor-faktor arah kecepatan angin dan (getrapte) dan konstruksi komplek meja
kelembaban udara merupakan gabungan (tafel complex).
penguapan air, dan (e) Air bittern, air
sisa kristalisasi yang sudah banyak 2.5. Perkembangan Produksi Garam
mengandung garam-garam magnesium Produksi garam rakyat di
(pahit). Indonesia masih belum mampu
mencapai target produksi yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Usaha yang
dilakukan oleh pemerintah untuk
meningkatkan produksi garam rakyat
masih jauh dari harapan petani garam.
Bahkan, melalui Kepmen Perdagangan
No. 125 tahun 2015 tentang importasi
Gambar 1. Pengelompokan Garam Berdasarkan
Pemenperin No. 88/M-IND/PER/10/2014.
garam menjadikan bumerang sendiri
bagi rakyat.
Berdasarkan Permenperin No. Target pencapaian produksi
88/M-IND/PER/10/2014 yang garam nasional menuju kedaulatan
dimaksud dengan garam konsumsi pangan sebesar 3,7 juta ton pada tahun
adalah garam yang digunakan untuk 2017. Namun, usaha produksi garam
konsumsi masyarakat atau dapat diolah rakyat masih banyak yang
menjadi garam rumah tangga dan garam menggunakan metode tradisional, yaitu
diet. Garam industri pada peraturan teknologi garam tradisional yang hanya
Menteri Perindustrian No. 88 Tahun mengandalkan kolam tanah sebagai
2014 tersebut adalah garam yang media presipitasi, evoporasi dan
digunakan sebagai bahan baku/bahan kristalisasi garam. petani garam kelas
penolong yang digunakan pada proses menengah sudah menggunakan metode
6 | Guntur, A. Kurniawan, Riski A.L. dkk, Kajian Kebutuhan Garam Industri

geomembran dengan plastik HDPE Metode Penelitian.


untuk mempercepat pembentukan A. Lokasi dan waktu penelitian
kristal garam dan garam yang Lokasi kegiatan dari penelitian ini
dihasilkan bersih walaupun kandungan akan dilaksanakan di empat (4)
NaCl masih di bawah 95%. Menurut kabupaten yang terdiri dari
Suhendra (2016) melaporkan bahwa Kabupaten Tuban, Sampang,
produksi garam dengan menggunakan Gresik dan Probolinggo. Penelitian
teknologi geomembran mampu ini dilaksanakan selama 6 (enam)
meningkatkan produktivitas mencapai bulan mulai dari bulan April 2019,
3-4 kali lipat dari teknologi tradisional. sampai dengan Oktober 2019.
Teknologi pembuatan garam
berkembang dengan penemuan B. Pendekatan penelitian
teknologi baru yaitu teknologi ulir filter Kajian ini melakukan pendekatan
(TUF). Prinsip utama dalam pembuatan metode penelitian dengan
garam dengan TUF adalah evaporasi air mengkombinasikan metode
laut dengan bantuan sinar matahari penelitian kualitatif, kuantitatif dan
melalui pengaliran air pada petakan- metode gabungan sehingga akan
petakan berseri dalam proses diperoleh data yang lebih
penuaannya dan penambahan material komprehensif, valid, realibel, dan
alam yang berperan sebagai filter. objektif. Tujuan dari metode
Penggunaan TUF bertujuan menyaring dekriptif adalah untuk memaparkan
pengotor yang terlarut dalam air. secara sistematis, aktual dan akurat
Menurut Susanto et al., (2014) mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat
menyatakan bahwa produksi garam dari populasi tertentu, data
dengan menggunakan TUF dapat dikumpulkan sesuai tujuan dan
meningkatkan produktivitas garam dan secara rasional kesimpulan diambil
kualitas garam. Kualitas garam (NaCl) dari data-data tersebut (Suharjono,
meningkat dari 90% naik menjadi 1995).
98,4%.
Walaupun penerapan teknologi C. Metode Pengumpulan Data
geomembran dan TUF mampu Sumber data adalah subjek dimana
menaikkan produktivitas dan kualitas data tersebut dapat diperoleh. Bila
garam yang didapatkan, kedua perolehan data dengan cara
teknologi tersebut mengalami kendala menggunakan kursioner atau
jika musim hujan tiba. Artinya, adanya wawancara, maka sumber data
faktor cuaca (curah hujan tinggi/ musim disebut responden. Namun jika
hujan tiba) menjadi hal yang patut sumber data berupa benda atau
diperhatikan. Sehingga muncul proses tertentu disebut teknik
teknologi rumah kaca (Guntur et al., observasi. Apabila menggunakan
2018). Namun, teknologi tersebut dokumentasi, maka dokumen atau
belum memberikan peningkatan catatan yang menjadi sumber data
produksi garam dan kualitas garam (Arikunto, 2006).
yang signifikan, tetapi melalui teknologi
rumah kaca masalah ketidakstabilan D. Analisis Data
cuaca dapat diminimalisir. Adapun analisis yang digunakan
untuk menjawab tujuan masing-
masing tujuan yaitu antara lain :
7 | Guntur, A. Kurniawan, Riski A.L. dkk, Kajian Kebutuhan Garam Industri

(a) pertama penelitian, digunakan garam dalam kajian ini


pendekatan sistem dinamis dijelaskan dalam diagram sebab
untuk menganalisis supply dan akibat pada gambar 2.
demand komoditas garam di
setiap kabupaten, yaitu;
Sampang, Probolinggo, Gresik
dan Tuban, melalui penyusunan
model dinamis sistem
ketersediaan garam. Analisis
sistem dinamis yang akan
dilakukan terbagi menjadi tiga
Gambar 2 Diagram Sebab Akibat Model Supply dan
tahap, meliputi (1) Membangun Demand Komoditas Garam.
model supply dan demand
komoditas garam, (2) Validasi, (c) Penelitian untuk menganalisis
dan (3) Simulasi. Simulasi kesesuaian lokasi produksi ini
pemodelan sistem dinamis dilakukan analsis Indeks
supply dan demand komoditas Kesesuaian Garam yang dapat
garam dilakukan guna dituliskan sebagai berikut:
menganalisis kondisi 𝑁𝑖
𝐼𝐾𝐺 = ∑ 𝑥 100%
penawaran dan permintaan 𝑁𝑀𝑎𝑘𝑠
komoditas garam konsumsi dan Dimana:
industri di masing-masing IKG : Indeks Kesesuaian
kabupaten tersebut diatas. Garam
(b) Menganalisis supply dan Ni : Nilai parameter ke-i
demand komoditas garam (bobot x skor)
N maks : Nilai maksimum dari
konsumsi di beberapa suatu kategori fisik tambak
kabupaten terpilih, ditentukan garam
tiga kelompok utama pengguna Guna menjawab tujuan ketiga,
komoditas garam, meliputi (1) penelitian ini menggunakan
Rumah tangga, (2) Industri metode GIS dengan pengujian
aneka pangan, dan (3) Industri ketepatan. Pengujian ketepatan
pengasinan ikan. Pada sub- atau Accuracy Assesment
model kebutuhan garam adalah perbandingan metode
industri, supply dan demand klasifikasi dengan data dasar
komoditas garam industri yang benar untuk
ditentukan oleh besarnya mengevaluasi seberapa baik
kebutuhan untuk (1) Industri klasifikasi yang digunakan
chlor alkali; (2) Industri mewakili dunia nyata.
pengeboran minyak; dan (3) Pengujian dilakukan dengan
Industri lainnya. Hubungan mengecek langsung tempat
antar komponen pada model yang diuji dan
supply dan demand komoditas membandingkannya dengan
8 | Guntur, A. Kurniawan, Riski A.L. dkk, Kajian Kebutuhan Garam Industri

metode klasifikasi yang 1:


2:
1: PENYEDIAA N GRM KONS
60000
35000
2: KEBUTUHA N GRM KONS

digunakan. 2

Terkait dengan tujuan 1 2

1: 30000 1
penelitian keempat, proses 2: 25000

1
2

penentuan strategi 2
1

pengembangan kawasan 1:
2:
0
15000
1.00 3.20 5.40 7.60 9.80 12.00

produksi garam dilakukan Page 1 Y ears 08:30


Proyeksi Penyediaan dan Kebutuhan Garam di Kabupaten Pr obolinggo
25 Sep 2019

melalui 3 tahapan, yaitu; (1) (c)


1: PENYEDIAA N GRM KONS 2: KEBUTUHA N GRM KONS

Tahap pengumpulan data (the 1:


2:
40000
35000 1

input stage), (2) Tahap 1


2

pencocokan (the matching 1 2

1: 20000 1
2: 25000
stage), dan (3) Tahap 2

pengambilan keputusan terkait 2 1

strategi pengembangan 1:
2:
0
15000
1.00 3.20 5.40 7.60 9.80 12.00

kawasan garam (the decision Page 1 Y ears


Proyeksi Penyediaan dan Kebutuhan Garam di Kabupaten Tuban
08:32 25 Sep 2019

stage). (d)
Gambar 3. (a) Proyeksi Penyediaan dan Kebutuhan
Garam di Kabupaten Sampang, (b) Proyeksi
Hasil dan Pembahasan Penyediaan dan Kebutuhan Garam di Kabupaten
A. Supply dan Demand Garam Gresik, (c) Proyeksi Penyediaan dan Kebutuhan
Garam di Kabupaten Probolinggo, (d) Proyeksi
Konsumsi dan Garam Industri Penyediaan dan Kebutuhan Garam di Kabupaten
Berikut adalah hasil analisis Tuban.
penyediaan dan kebutuhan garam bahan
baku di Kabupaten Sampang, Gresik, Berdasarkan hasil analisis pada
Probolinggo, dan Tuban yang dapat submodel garam bahan baku, produksi
dilihat pada gambar 3. garam pada kondisi aktual berfluktuasi
selama periode simulasi. Beberapa
faktor yang mempengaruhi ketersediaan
garam bahan baku adalah luas lahan
tambak garam, produktivitas tambak
garam, dan jumlah hari panen garam.
Produksi garam bahan baku di
Kabupaten Sampang, Gresik,
(a) Probolinggo, dan Tuban diproyeksi
1:
2:
1: KEBUTUHA N GRM KONS
35000
30000
2: PENYEDIAA N GRM KONS
mengalami pertumbuhan sebesar 8,16%
(gambar 2.a), 6,98% (gambar 2.b),
1
2
4,09% (gambar 2.c), dan 8,18%
1: 25000 2
2: 15000
2
1
(gambar 2.d). Disisi lain, hasil analisis
2
1
menunjukkan bahwa kebutuhan garam
1

1:
2:
15000
0
konsumsi di Kabupaten Sampang,
0.00 3.00 6.00 9.00 12.00
Page 1 Y ears 08:16
Proyeksi Penyediaan dan Kebutuhan Garam di Kabupaten Gresik
25 Sep 2019
Gresik, Probolinggo, dan Tuban
(b) diproyeksi mengalami pertumbuhan per
tahun sebesar 0,03% (gambar 2.a),
9 | Guntur, A. Kurniawan, Riski A.L. dkk, Kajian Kebutuhan Garam Industri

0,33% (gambar 2.b), 0,07% (gambar submodel kebutuhan garam konsumsi


2.c), dan 0,04% (gambar 2.d). beriodium (SNI 3556:2010) dan garam
Proyeksi ketersediaan garam bahan baku untuk industri iodisasi /
bahan baku di Kabupaten Sampang, aneka pangan (SNI 4435:2017), hasil
Gresik, Probolinggo, dan Tuban analisis menunjukkan bahwa kebutuhan
mengikuti pola Oscilation. Siklus La akan kedua garam tersebut semakin
Nina yang membawa kemarau basah meningkat selama periode simulasi
(cuaca ekstrem) diduga menjadi dengan mengikuti pola linear growth.
penyebab utama terjadinya pola Selain itu, kebutuhan garam
Oscilation terhadap ketersediaan garam bahan baku untuk industri iodisasi /
bahan baku dibeberapa daerah aneka pangan juga diprediksi
penelitian. Pola tersebut menyebabkan mengalami pertumbuhan sebesar 5,7%
produksi garam bahan baku di per tahun. Hasil proyeksi menunjukkan
Kabupaten Sampang, Gresik, bahwa kebutuhan garam bahan baku
Probolinggo, dan Tuban merosot tajam untuk industri iodisasi / aneka pangan
ketika siklus La Nina terjadi. Pada (SNI 4435:2017) melonjak sebesar
periode simulasi, hasil analisis 30.567,22 ton pada akhir tahun
menunjukkan bahwa siklus La Nina simulasi. Berdasarkan hasil analisis
diprediksi terjadi antara tahun kedua yang dilakukan terkait ketersediaan
(2020) – ketiga (2021) dan tahun kelima garam bahan baku, kebutuhan garam
(2025) – keenam (2026). Merujuk pada konsumsi, dan kebutuhan garam untuk
hasil analisis sistem dinamis. industri iodisasi / aneka pangan, dapat
Berikut adalah hasil analisis disimpulkan bahwa Kabupaten
penyediaan dan kebutuhan garam Sampang, Gresik, Probolinggo, dan
industri dapat dilihat pada gambar 5. Tuban telah mengalami surplus
1:
2:
1: KEBUTUHAN GARAM INDUSTRI
1000000
1
2: PENY EDIAAN GARAM INDUSTRI
produksi garam bahan baku.
Hasil analisis terhadap submodel
1

kebutuhan garam industri soda kostik


1: 850000 2 2 2 2
2: 0 1
(SNI 0303:2012), industri farmasi, dan
1
industri aneka pangan (SNI 8207:2016),
1:
2:
700000
-1
1
menunjukkan bahwa pertumbuhan
0.00 3.00 6.00 9.00 12.00
Page 1 Y ears
Proy eksi Ketersediaan Garam Industri
7:25 PM Tue, Sep 24, 2019
kebutuhan garam untuk ketiga industri
Gambar 4. Proyeksi Penyediaan dan Kebutuhan tersebut mengikuti pola exponential
Garam Industri di Jawa Timur.
growth. Kebutuhan garam industri di
Jawa Timur didominasi oleh industri
Hasil analisis pada submodel
Chlor Alkali Plan (CAP), industri
ketersediaan garam industri aneka
farmasi, dan industri pengolahan garam
pangan (SNI 8207:2016), garam
untuk kebutuhan aneka pangan (food
industri soda kostik (SNI 0303:2012),
industry). Pada tahun 2018, total
dan industri farmasi menunjukkan
kebutuhan garam industri di Jawa
bahwa total kebutuhan ketiga garam
Timur mencapai 723.915 ton. Total
tersebut dipasok dari impor yang
kebutuhan garam industri tersebut
dilakukan oleh pemerintah. Pada
10 |Guntur, A. Kurniawan, Riski A.L. dkk, Kajian Kebutuhan Garam Industri

tersebar kedalam 3 kelompok industri, Garam (IKG) sebesar 82% masuk


yaitu; kebutuhan garam industri untuk kategori S2 atau kategori cukup sesuai
Chlor Alkali Plan mencapai 120.000 untuk dijadikan lokasi produksi garam.
ton, sedangkan industri farmasi Sedangkan teknologi yang digunakan
membutuhkan garam industri sebesar yaitu teknologi terbuka baik
1.945 ton. Kebutuhan terbesar garam konvensional ataupun teknologi
industri di Jawa Timur berasal dari pelapisan tanah dengan geomembran.
industri pengolah garam untuk Kabupaten Probolinggo
kebutuhan aneka pangan (food industry) memiliki kawasan produksi garam di 4
yang mencapai 601.250 ton. Selama Kecamatan yaitu Kecamatan Gending,
periode simulasi, hasil analisis Kecamatan Pajarakan, Kecamatan
menunjukkan bahwa kebutuhan garam Kraksan dan Kecamatan Paiton.
industri untuk Chlor Alkali Plan (CAP), Berdasarkan data hasil penilaian IKG di
industri farmasi, dan industri Kabupaten Probolinggo yang dilakukan
pengolahan garam untuk kebutuhan di Kecamatan Kraksaan dan Paiton
aneka pangan (food industry) didapatkan nilai IKG sebesar 85 % di
mengalami pertumbuhan sebesar kedua Kecamatan tersebut. Hal ini
1,22%, 0,3%, dan 2,78% per tahun. mengindikasikan bahwa Kabupaten
Berdasarkan analisis supply dan Probolinggo masuk dalam kategori S1
demand garam konsumsi dibedakan yang berarti sesuai untuk produksi
menjadi 2 yaitu garam bahan baku yang garam. Sedangkan Teknologi yang
digunakan untuk kebutuhan garam digunakan terdiri dari teknologi
rumah tangga sebesar 1.437.580 ton dan konvensional, campuran, geoisolator
garam bahan baku yang digunakan dan rumah garam ON-OFF (tunnel).
untuk kebutuhan garam aneka pangan Kabupaten Gesik memiliki
sebesar 15.529 ton. Sedangkan pada kawasan produksi di 3 Kecamatan yaitu
garam industri kebutuhan garam Kecamatan Panceng, Kebomas dan
industrI CAP pada tahun terakhir Manyar. Berdasarkan nilai Indeks
mencapai 120.000 ton meliputi industri Kesesuaian Garam di Kabupaten Gresik
kertas, industri sabun, industri PVC, yang dilaksanakan di tiga Kecamatan
sabun (deterjen), dan tekstil. Manyar, Kecamatan Kebomas, dan
Kecamatan Panceng didapatkan nilai
B. Kawasan Produksi pada Masing- IKG di Kecamatan Panceng adalah
masing Kabupaten 82%, Kecamatan Kebomas adalah 75%,
Kabupaten Sampang memiliki dan Kecamatan Manyar adalah 82%.
kawasan produksi sebanyak 6 Berdasarkan data tersebut dapat di
Kecamatan yaitu Kecamatan Sampang, kategorikan bahwa Kecamatan Panceng
Camplong, Torjun, Torjun, Jrengik dan dan Kecamatan Manyar masuk kategori
Sreseh, diperoleh penilaian indeks S2 yaitu cukup sesuai, Kecamatan
kesesuaian garam yang terletak dilokasi Kebomas S3 yaitu sesuai bersyarat, dan
Kecamatan Sreseh dan Sampang Kecamatan panceng S2 yaitu cukup
mempunyai nilai Indeks Kesesuaian sesuai. Sedangkan teknologi yang
11 |Guntur, A. Kurniawan, Riski A.L. dkk, Kajian Kebutuhan Garam Industri

digunakan keseluruhan untuk produksi Produktivitas garam di


garam di Kabupaten Gresik masih Kabupaten Probolinggo berdasarkan
menggunakan teknologi tradisional. Indeks Kesesuaian Garam yang paling
Kabupaten Tuban memiliki 2 tinggi yaitu di Kecamatan Kraksaan,
kawasan produksi garam yaitu disusul Kecamatan Pajarakan, Gending
Kecamatan Palang dan Kecamatan dan Paiton. Berdasarkan hasil analisis
Tambakboyo. Berdasarkan data Indeks Kesesuaian garam di Kabupaten
penilaian Indeks Kesesuaian Garam Probolinggo dilakukan pada Kecamatan
(IKG) pada kabupaten Tuban yang Kraksaan dan Paiton yang termasuk
dilakukan di dua Kecamatan yaitu wilayah yang direkomendasikan. Hasil
Kecamatan Palang dan Tambak Boyo analisis IKG menunjukakan kategori
didapatkan nilai indeks kesesuaian sangat sesuai (>85%). Sedangkan
garam di Kabupaten Tuban adalah 85%. tingkat produktivitas garam tertinggi di
Kategori tersebut menyatakan bahwa Kabupaten Probolinggo Kecamatan
Kabupaten Tuban termasuk kategori S1 Kraksaan dan jenis teknologi yang
yang berarti sangat sesuai dalam digunakan menggunakan geoisolator
produksi garam. Sedangkan teknologi dan rumah kristalisasi.
yang digunakan untuk produksi garam Hasil indeks kesesuaian lokasi
rakyat yaitu metode konvensional. garam di Kabupaten Gresik dilakukan
di Kecamatan Manyar sebesar 82%
C. Peta Kawasan Sentra Produksi (cukup sesuai), Kecamatan Kebomas
Garam dan Karakteristik sebesar 75% (sesuai bersyarat), dan
Produksi di Kawasan Sentra Kecamatan Panceng sebesar 82%
produksi Garam (cukup sesuai). Berdasarkan peta
Kabupaten Sampang terdapat produktivitas garam di Kabupaten
sentra tambak garam di 6 Kecamatan Gresik menunjukan Kecamatan Manyar
(Kecamatan Sampang, Camplong, dan Panceng cukup sesuai sedangkan
Torjun, Pangarengan, Jrengik dan Kebomas sesuai bersyarat. Peta
Sreseh). Pada analisis indeks kesesuian Teknologi Produksi di Kecamatan
garam di Kecamatan Sampang dan Gresik menunjukan Kecamatan Bungah
Sreseh dalam kategori sangat sesuai dan Panceng menggunakan teknolgi
untuk produksi garam. Pada peta geoisolator, sedangkan Kecamatan
produktivitas garam menunjukan urutan Manyar dan Kebomas masih
tertinggi Kecamatan Sreseh, Torjun, menggunakan teknologi tradisional.
Sampang, Banyuates, Jrengik dan Berdasarkan peta poduktivitas
Camplong. Berdasarkan pemetaan garam di Kabupaten Tuban yang
karakteristik garam di Kabupaten memiliki nilai produktifvitas yaitu
Sampang dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Palang dan Tambakboyo.
hasil analisis Indeks Kesesuaian Lokasi Sedangkan pemetaan karakteristik
Garam pada Kecamatan Sampang dan menurut indeks kesesuaian garam
Sreseh adalah masuk dalam kategori Kecamatan Palang dan Tambakboyo
sangat sesuai.
12 |Guntur, A. Kurniawan, Riski A.L. dkk, Kajian Kebutuhan Garam Industri

adalah masuk dalam kategori sangat pendampingan petambak garam dalam


sesuai proses pemasaran.
Strategi pengembangan di
D. Strategi Pengembangan Kawasan kawasan uji kesesuaian lahan produksi
Produksi Garam Berkualitas di garam rakyat di Kabupaten Tuban yang
Kawasan Sentra Produksi tepat diterapkan adalah menerapkan
Garam strategi SO (Strength Opportunities).
Strategi pengembangan di Pengoptimalan teknologi desain rumah
kawasan uji kesesuaian lahan produksi kristalisasi juga tepat diterapkan dan
garam rakyat di Kabupaten Sampang pengotimalan gudang garam untuk
yang tepat diterapkan saat ini adalah pengoptimalan produksi garam rakyat.
strategi ST (Strength Threats) dengan
pengoptimalan teknologi produksi juga Simpulan
tepat diterapkan sebagai langkah Berdasarkan hasil penelitian,
strategi guna menjaga produksi garam dapat disimpulkan bahwa analisis
rakyat, kualitas garam yang berstandar supply dan demand garam konsumsi
dibedakan menjadi 2 yaitu garam bahan
baik dan dengan produksi garam yang
baku yang digunakan untuk kebutuhan
melimpah akan lebih optimal dengan garam rumah tangga sebesar 1.437.580
menggunakan teknologi produksi rumah ton dan garam bahan baku yang
kristalisasi yang tepat guna. digunakan untuk kebutuhan garam
Pada Kabupaten Gresik aneka pangan sebesar 15.5529.
diperlukan strategi pengembangan di Sedangkan pada garam industri
kawasan produksi garam rakyat dengan kebutuhan garam industry CAP pada
tahun terakhir mencapai 120.000 ton.
menerapkan strategi SO (Strength
Karakteristik produksi di
Opportunities) yaitu melakukan Kabupaten Sampang, Gresik,
pengoptimalan pendampingan kepada Probolinggo dan Tuban memiliki
petambak garam rakyat, memberikan Indeks Kesesuaian Garam (IKG)
pelatihan pembuatan teknologi produksi sebesar 82%, 85%, 82%, dan 85%.
garam rakyat dan peningkatan kualitas Sehingga karakteristik wilayah dapat
garam yang berstandar baik dan dikategorikan sesuai hingga sangat
sesuai. Teknologi yang dapat digunakan
penggunaan teknologi desain rumah adalah teknologi terbuka baik
kristalisasi yang sesuai dengan konvensional ataupun teknologi
kesesuian lahan untuk peningkatkan pelapisan tanah dengan geomembran.
produksi. Peta sebaran produksi dan
Strategi untuk kawasan tambak karakteristik kawasan produksi garam
garam Probolinggo, yaitu menerapkan di Kabupaten Sampang, Gresik,
Probolinggo, dan Tuban. Di Kabupaten
startegi ST (strengths dan threats)
Sampang terdapat sentra tambak garam
dengan pengoptimalan teknologi rumah yaitu Kecamatan Sampang, Camplong,
kristalisasi sebagai metode produksi Torjun, Pangarengan, Jrengik dan
garam untuk memperbaiki kualitas Sreseh dengan kategori sesuai.
garam dengan menggunakan desain Produktivitas garam di Kabupaten
rumah kristalisasi serta perlu Probolinggo yang paling tinggi adalah
13 |Guntur, A. Kurniawan, Riski A.L. dkk, Kajian Kebutuhan Garam Industri

di Kecamatan Kraksaan, disusul oleh Daftar Pustaka


Kecamatan Pajarakan, Gending dan Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian
Paiton. Peta teknologi produksi di Suatu Pendekatan Praktik.
Kecamatan Gresik menunjukan Rineka Cipta. Jakarta.
Kecamatan Bungah dan Panceng
Burhanuddin, S. (2001). Proceeding:
teknolgi geoisolator, sedangkan
Kecamatan Manyar dan Kebomas masih Forum Pasar Garam Indonesia.
menggunakan teknologi tradisional. Forum Pasar Garam Indonesia.
Berdasarkan peta poduktivitas Jakarta: Pusat Riset Wilayah
garam di Kabupaten Tuban yang Laut dan Sumberdaya Non
memiliki nilai produktifvitas yaitu Hayati, KKP.
Kecamatan Palang dan Tambakboyo. Gatra. 2015. Hingga Akhir 2015,
Strategi pengembangan di
Kebutuhan Garam Nasional 2,6
kawasan uji kesesuaian lahan produksi
garam rakyat yang tepat di terapkan saat Juta Ton. Diunduh tanggal 15
ini adalah menerapkan metode SWOT Februari 2016 dari
dengan pengoptimalan teknologi http://www.gatra.
produksi, dimana dapat diterapkan com/ekonomi/industri/143400-
sebagai langkah strategi guna untuk hingga-akhir-2015,-
menjaga kuantitas produksi garam kebutuhangaram-nasional-2,6-
rakyat, kualitas garam yang berstandar
juta-ton.
baik. Dengan strategi tersebut produksi
garam yang melimpah akan dapat Guntur, Jaziri, A.A., Prihanto, A.A.,
dimanfaatkan lebih optimal dengan Arisandi, D.M., and Kurniawan,
menggunakan teknologi produksi rumah A. 2017. Develepment of Salt
kristalisasi yang tepat guna. Production Technology Using
Ucapan Terima Kasih Prism Greenhouse Method. IOP
Peneliti menyampaikan terima Conf. Series: Earth and
kasih kepada pihak-pihak yang Environmental Science 106.
mendukung dan memberikan masukan 012082.
dalam penelitian ini, diantara lain Kementerian Kelautan dan Perikanan
adalah: PSPK-UB, Lutfi Ni’matus, (KKP). (2014). Laporan Kinerja
Zulkisam Pramudia, Lisa Nurhidayah,
Kementerian Kelautan dan
Yogita Ayu Dwi Susanti, Rosalinda
Rahmadhini, Imam Mohammad Bagus. Perikanan Tahun 2014. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kelautan dan
Daerah Provinsi Jawa Timur, Dinas Perikanan (KKP).
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kementerian Kelautan dan Perikanan
Tuban, Dinas Perikanan dan Peternakan (KKP). (2015). Laporan Kinerja
Kabupaten Gresik, Dinas Perikanan dan Kementerian Kelatuan dan
Kelautan Kabupaten Probolinggo,
Perikanan Tahun 2014. Diunduh
Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Sampang, PT. Kencana tanggal 17 Februari 2016 dari
Tiara Gemilang, dan Badan Penelitian http://kkp.go.id/assets/uploads/2
dan Pengabdian Kepada Masyarakat 015/03/ LAKIP-KKP-2014.pdf.
Pasca Sarjana UB. Susanto, H., Rokhati, N., and Santoto,
G.W. 2014. Development of
14 |Guntur, A. Kurniawan, Riski A.L. dkk, Kajian Kebutuhan Garam Industri

Traditional Salt Production


Process for Improving Product
Quantity and Quality in Jepara
District, Central Java,
Indonesia. Procedia
Environmental Sciences 23 : 175
– 178.
Suharjono D. 1995. Percobaan Hewan
Laboratorium. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai