Abstrak
Garam sebagai salah satu produk sumberdaya perikanan non hayati yang memiliki
prospek bisnis yang cukup bagus, karena garam merupakan kebutuhan yang sangat penting
bagi manusia seperti bahan pangan, bahan kimia, dan bahan pengawet. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis kinerja finansial dan keragaan produksi tambak garam di
Desa Pengarengan. Penelitian ini dilakukan dengan metode studi kasus dengan teknik
wawancara dan kuesioner. Kedua skala kelompok usaha tambak garam terdiri dari lahan
pribadi dan lahan sewa menunjukkan menguntungkan dan layak untuk dijalankan. Kinerja
finansial usaha garam lahan pribadi yakni pendapatan sebesar Rp. 35.210.000, GPM
(53%), R/C rasio (1,86), PP (9 bulan), dan NPV hingga 5 tahun mendatang sebesar Rp.
198.139.803. Sedangkan kinerja finansial usaha garam sewa lahan yakni pendapatan
sebesar Rp.32.355.000, GPM (53%), R/C rasio (1,74), PP (10 bulan), dan NPV hingga 5
tahun mendatang sebesar Rp. 195.075.632. Secara keseluruhan, benefit yang diterima
petambak termasuk baik karena dapat menutupi biaya operasional yang dikeluarkannya
dan memperoleh keuntungan.
Abstract
Salt is one non-biological products fishery resources has a good business prospect,
Because because salt is a very important requirement in humans such as additive, chemical
material, and food preservative. This study aims to analyze the financial performance and
performance of salt pond production at Desa Pengarengan. This research was conducted by
case study method with interview technique and questionnaire. Two scale salt ponds
business group comprising of private land and land rents show a profitable and feasible.
Business financial performance of private land that is revenue of Rp. 35.210.000, GPM
(53%), R / C ratio (1.86), PP (9 months), and NPV for the next 5 years Rp. 198.139.803.
While, business financial performance of land rents that is revenue of Rp. 32.355.000,
GPM (53%), R/C rasio (1,74), PP (10 months), dan NPV for the next 5 years Rp.
195.075.632. Overall, the benefits received by the farmers are good because it can cover
the operating costs incurred and make a profit.
168
Jason Trikobery : Analisis Usaha Tambak Garam Di Desa Pengarengan...........
169
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. VIII No. 2/Desember 2017 (168-175)
170
Jason Trikobery : Analisis Usaha Tambak Garam Di Desa Pengarengan...........
budidaya ikan air payau, serta wilayah adalah 5 bulan (Tabel 1). Namun
laut untuk aktivitas perikanan tangkap. fluktuasi musim yang terjadi saat ini
Sumberdaya alam tersebut dieksploitasi menjadi kendala dalam memperkirakan
agar menjadi lapangan pekerjaan waktu ideal untuk persiapan tambak dan
masyarakat lokal. operasionalnya. Hal ini disebabkan faktor
Mata pencaharian tambak garam cuaca seperti hujan dapat mempengaruhi
lebih mirip dengan usaha pertanian produksi garam karena tidak terjadi
karena pola produksi dan pendapatan penguapan akibat kurang intensitas panas
yang terima petambak pada waktu matahari pada proses kristalisasi air
tertentu saja. Menurut Sulistiyono dkk. garam.Faktor cuaca seperti hujan dapat
(2015) menyatakan Indonesia terdiri dari mempengaruhi produksi garam karena
dua musim yaitu kemarau dan penghujan tidak terjadi penguapan akibat kurang
yang berpengaruh terhadap operasional intensitas panas matahari pada proses
pertanian dan penangkapan. Usaha kristalisasi air garam. Hal ini
pertanian sangat produktif bila musim menyulitkan petambak memperkirakan
hujan, karena saat tersebut air diperlukan waktu ideal untuk persiapan tambak dan
petani untuk mengaliri tanaman. Petani operasionalnya. Menurut Adi dkk.
memperoleh pendapatan hanya waktu (2012), usaha penggaraman yang
tertentu saja, yaitu saat musim panen. dilakukan oleh petambak garam rakyat di
Indonesia umumnya masih menggunakan
Keragaan Produksi Usaha Tambak teknologi yang sederhana dan sangat
Garam bergantung kepada intensitas panas
Keragaan usaha tambak garam matahari, kelembaban dan kecepatan
merupakan rangkaian kegiatan produksi angin. Hujan merupakan faktor
dan faktor-faktor yang mempengaruhi penghambat produksi garam karena air
produksi garam. Keragaan usaha tambak hujan dapat membuat kristal garam
garam terbagi menjadi dua yaitu aspek kembali menjadi air garam pada proses
non finansial dan aspek finansial. Aspek kristalisasi.
non finansial menggambarkan fasilitas
produksi garam, kepemilikan lahan, Aspek Non Finansial
teknik produksi garam, dan kelembagaan Teknik produksi garam dapat
yang terdapat di Desa Pengarengan. dibedakan menjadi tiga bagian yaitu
Aspek finansial menganalisis kinerja persiapan lahan, memasukkan air laut ke
finansial berdasarkan struktur biaya dan meja garam, dan pemanenan. Ketiga
kriteria-kriteria keuntungan dan proses tersebut akan menentukan jenis
kelayakan investasi. tenaga kerja yang dibutuhkan. Pada
Berdasarkan hasil penelitian rata- persiapan lahan dan memasukkan air laut
rata waktu produksi setiap tahunnya ke meja garam merupakan pekerja
hanya 4 bulan dengan waktu pengolahan perorangan. Pada pemanenan garam
lahan yang dilakukan sebelumnya selama merupakan pekerja yang tergabung ke
1 bulan, sehingga total masa produksi dalam kelompok (Wijaya dkk. 2014).
171
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. VIII No. 2/Desember 2017 (168-175)
Tabel 1 Tahapan produksi garam dalam satu siklus (selama satu tahun).
No. Bulan Perkiraan panen Perkiraan Keterangan
Tahapan Kegiatan
harga
1 Pengolahan Lahan Mei - Petak
2 Panen 1 Juni 300 kg/petak merupakan
Rp. 500/kg
3 Panen 2 Juli 500 kg/petak meja garam
4 Panen 3 Agustus 700kg/petak tempat
5 September 1 ton/petak Rp. 150/kg proses
Panen 4 kristalisasi
7 Pengangkutan Juni hingga - garam.
garam dari gudang September Ukuran 250
2
ke jalan raya m
172
Jason Trikobery : Analisis Usaha Tambak Garam Di Desa Pengarengan...........
usaha sewa lahan. Berdasarkan hasil sebesar Rp. 13.366.588 per satu hektar
penelitian ditetapkan satuan luas tambak lahan garam.
antara 7.500 m2 – 8.500 m2. Hal ini
diharapkan dapat mempermudah dalam Gross Profit Margin (GPM)
interpretasi struktur biaya dan GPM sebesar 53% menunjukkan
manajemen finansial pada kedua usaha efektivitas manajemen yang sedang
garam di Desa Pengarengan. dalam pengendalian harga pokok
Analisis usaha ditinjau dari penjualan atau biaya produksi pada usaha
komponen biaya dan penerimaan. tambak garam tersebut. Berdasarkan
Komponen biaya yang dikeluarkan Rostika dan Rizal (2015), efektivitas
selama masa produksi terdiri dari biaya usaha sangat rendah jika 0% ≤ GPM ≤
investasi dan biaya operasional. Biaya 25%, efektivitas usaha rendah jika 26% ≤
investasi merupakan modal yang GPM ≤ 49, efektivitas usaha sedang jiika
dikeluarkan satu kali untuk memperoleh 50% ≤ GPM ≤ 74%, efektivitas usaha
beberapa kali manfaat sampai secara tinggi jika 75% ≤ GPM ≤ 99%. Artinya
ekonomis tidak menguntungkan lagi. biaya variabel sebesar Rp.35.655.000
Biaya operasional merupakan biaya tetap mempengaruhi biaya produksi garam
dan variabel yang dikeluarkan selama sehingga keuntungan yang diterima
satu siklus (satu tahun) usaha tersebut petambak termasuk tingkat efektif
dijalankan. Penerimaan merupakan hasil sedang. Jadi usaha tersebut layak untuk
penjualan garam selama satu tahun dijalankan.
(Amaliyah 2007). Biaya variabel mencerminkan
harga pokok penjualan karena biaya
Kriteria Keuntungan dan Kelayakaan tersebut sangat mempengaruhi besar
Investasi Keuntungan kecilnya biaya produksi garam. Menurut
Pendapatan yang diterima Kasmir (2012), harga pokok penjualan
usaha garam lahan pribadi sebesar menunjukkan biaya material, tenaga kerja
Rp.35.210.000 dan pendapatan yang (upah), dan pengeluaran lain yang terkait
diterima usaha garam sewa lahan sebesar langsung dengan produksi, sedangkan
Rp.32.355.000. Hal ini menunjukkan biaya distribusi, tenaga kerja yang tidak
kedua pendapatan tersebut bernilai positif terkait dengan proses produksi tidak
yang berarti usaha tambak garam dengan termasuk harga pokok produksi.
lahan pribadi maupun sewa lahan di Desa
Pengarengan menguntungkan. Jadi usaha Net Present Value (NPV)
tambak garam di Desa Pengarengan Hasil proyeksi arus kas usaha
layak. Menurut Amani dan Ihsannudin tambak garam hingga 5 tahun umur
(2016), analisis kelayakan usaha garam di teknis diperoleh NPV sebesar Rp.
Kabupaten Sampang, Madura pada tahun 198.139.803 dan Rp. 195.075.632.
2015 diketahui pendapatan petambak
173
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. VIII No. 2/Desember 2017 (168-175)