Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN KERJA (TERMS OF REFERENCE/TOR)

TAHUN ANGGARAN 2021

PEMBANGUNAN WASHING PLANT (Pilot Project)


GUDANG GARAM NASIONAL (GGN)
LEARNING AND BUSINESS CENTER (LBC)
PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA GARAM RAKYAT
(PUGaR)

OUTPUT :
KRO: Sarana niaga Garam Rakyat yang dibangun
RO: Pembangunan sarana dan/atau prasarana di sentra ekonomi garam

DIREKTORAT JASA KELAUTAN


DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
TA. 2021
KERANGKA ACUAN KERJA/TOR (TERM OF REFERENCE)

Kementerian negara/lembaga : Kementerian Kelautan dan Perikanan


Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut
Unit Eselon II / Satker : Direktorat Jasa Kelautan
Program : Program Pengelolaan Perikanan dan Kelautan
Sasaran Program : Kesejahteraan petambak garam meningkat
Poduktivitas dan usaha garam nasional meningkat
Output Program : Nilai Tukar petambak garam
Produksi garam
Indikator Kinerja Program : Nilai Tukar petambak garam
Kegiatan : Penataan dan Pemanfaatan Jasa Kelautan
Sasaran Kegiatan : Terbangunnya Sarana Niaga Garam Rakyat
Indikator Kinerja Kegiatan : Sarana dan/atau prasarana di kawasan garam terpadu
yang dibangun
Indikator Keluaran (Output) : Beroperasinya Washing Plant, Gudang Garam Nasional
(GGN), Gudang Garam Rakyat (GGR), Learning and
Business Center (LBC)
Satuan Ukur Keluaran (Output) : Unit
Volume Keluaran (Output) : 4 Unit Washing Plant
1 Unit Gudang Garam Nasional (GGN)
50 Unit Gudang Garam Rakyat (GGR)
1 Unit Learning and Business Center (LBC)

I. PENDAHULUAN
Pandemi COVID-19 saat ini telah dirasakan dampaknya disemua sektor perekonomian
Indonesia tanpa terkecuali sektor perikanan dan kelautan. Petambak garam, yang dalam
hal ini merupakan salah satu elemen penting sektor perikanan dan kelautan tentunya juga
tidak luput dari hal ini. Karenanya, diperlukan upaya pemerintah untuk menggiatkan
kembali perekonomian di sektor ini, dengan tetap mengedepankan prosedur kesehatan
yang benar, serta kelestarian lingkungan.
Disisi lain, dengan semakin terbatasnya peluang peningkatan aktivitas ekonomi akibat
pandemi dampak COVID-19 ini, permintaan garam tentunya tidak sebanyak seperti tahun-
tahun sebelumnya, yang tentunya mengakibatkan semakin ketat pula kompetisi penjualan
produk garam yang dihasilkan petambak lokal. Hal ini kemudian semakin diperparah
dengan banyak beredarnya garam impor yang secara kualitas lebih baik karena model
produksi yang lebih baik dan terintegrasi, serta telah mengalami perlakuan terlebih dahulu
(diolah) sebelum dipasarkan di Indonesia. Tentunya secara head to head, persaingan ini
tidak seimbang dan akan sangat merugikan petambak dalam waktu yang lama. Karenanya,
diperlukan suatu usaha sistematis yang dapat secara langsung memberikan kesempatan
bagi petambah untuk mengingkatkan kualitas garam yang dihasilkan sekaligus
memperluas jangkauan pasar melalui peningkatan kualitas garam.
Dalam rapat terbatas penyerapan garam rakyat tanggal 5 oktober 2020 yang lalu, Presiden
RI menegaskan perlunya membangun suatu sistem pengelolaan garam rakyat yang
terkoneksi hulu-hilir. Hal ini selain untuk menjawab kebutuhan garam nasional yang tinggi,
juga agar terjadi hubungan antara garam rakyat dan industri yang saling menguntungkan.
Karenanya, Penerapan inovasi teknologi washing plant dirasa menjadi bagian penting
untuk menjawab rendahnya kualitas garam rakyat yang belum dapat memenuhi kebutuhan
industri.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Program Pengembangan Usaha Garam Rakyat
(PUGaR), sebagai program nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas garam
rakyat sekaligus mensejahterakan petambak garam, selain turut mendukung Program
Pemulihan Ekonomi nasional (PEN) Penanggulangan Dampak COVID-19 lingkup KKP,
pada tahun 2021 direncanakan akan lebih terlibat dalam skala hulu-hilir komoditas
pergaraman melalui Pilot Project Pembangunan Washing Plant. Hal ini karena Washing
Plant dalam skala luas, dapat menjadi bagian penting (hilir) dari satu rangkaian kegiatan
program PUGaR yang telah dilakukan sebelumnya yakni integrasi lahan, pembangunan
Gudang Garam Nasional (GGN) dan Gudang Garam Rakyat (GGR). Sehingga dengan
adanya Washing Plant ini akan terdapat satu kesatuan untuh proses bisnis pengelolaah
garam rakyat mulai dari hulu (produksi), hingga pengolahan yang menjadikan garam rakyat
lebih berkualitas, kompetitif, serta dapat memenuhi kebutuhan pasar.

Lebih lanjut, mengingat banyaknya stakeholder yang terlibat dalam proses bisnis
pergaraman, penerapan skema“Triple Helix” dirasa tepat untuk dilaksanakan pada kasus
garam rakyat ini. Adanya sinergi dan penyatuan tiga kalangan yang terdiri dari kalangan
akademia (yang mengembangkan teknologi dan proses produksi yang baik), bisnis/industri
(yang mengembangkan rantai bisnis terpadu dan saling menguntungkan) dan pemerintah
(yang memberikan dukungan melalui pengembangan kebijakan dan dukungan dana),
diharapkan dapat mewujudkan satu kesatuan untuh proses bisnis pengelolaah garam
rakyat hulu-hilir yang berkelanjutan, efektif dan efisien serta memberikan manfaat optimal
bagi semua stakeholder yang terlibat sesuai tujuan masing-masing serta mampu untuk
menghasilkan kreativitas dan inovasi yang tangguh yang memiliki potensi ekonomi dan
berkelanjutan.

II. URAIAN PROGRAM

Dasar Kebijakan

a) Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang


Nasional Tahun 2005 – 2025

b) Undang-Undang No. 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan,


Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam
c) Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 27 tahun
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

d) Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 63 tahun 2015 Tentang Kementerian


Kelautan dan Perikanan.

e) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER. 03/MEN/2014 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan 2014-2019

f) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER. 48/PERMEN-KP/2020 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan

Gambaran Umum

Pembangunan sarana dan/atau prasarana di sentra ekonomi garam melalui program PUGaR
ditahun 2021 rencananya akan dialokasikan untuk pembangunan pilot project pembangunan
washing plant skala besar, pembangunan washing plant skala kecil, Gudang Garam Nasional
(GGN) skala besar dan Learning and Business Center (LBC).

Bila pembangunan Washing Plant Skala kecil ditujukan untuk peningkatan kualitas garam
rakyat secara reguler seperti yang telah dilakukan sebelumnya, Pilot project washing plant
skala besar direncanakan menjadi prototype keterlibatan petambak dibawah payung badan
hukum Koperasi yang berkorporasi pada sektor hilir komoditas pergaraman sebagaimana
tindak lanjut arahan presiden pada rapat terbatas 5 Oktober 2020 yang lalu. Beberapa
persyaratan penting mulai dari audit kinerja koperasi, evaluasi jaringan pasar, rencana usaha
dan kerjasama dengan swasta/BUMN/BUMD, serta persyaratan lainnya tentunya harus
dipenuhi sebelumnya guna menjamin keberlanjutan dari pilot project ini. Dalam jangka
panjang pilot project Washing Plant ini juga akan didorong untuk dapat direplikasi lebih banyak
lagi dengan melibatkan Swasta / BUMN / BUMD dan akademisi sesuai skema triple-helix
tersebut diatas.

Guna mendukung aktivitas (pilot Project) Washing Plant diatas, tentunya diperlukan upaya
untuk mengelola keberlanjutan bahan baku dan hasil olahan yang lebih baik. Dalam hal ini
pembangunan GGN skala besar akan ditujukan untuk mendukung aktivitas Washing Plant
tersebut diatas. Sehingga pasokan bahan baku washing plant dapat terjaga melalui jaringan
GGN reguler serta Gudang Garam Rakyat (GGR) yang juga mulai direvitalisasi sejak tahun
2020. Demikian pula halnya dengan Learning and Business Center (LBC) yang dibangun,
akan digunakan untuk peningkatan kapasitas SDM petambak, penyediaan klinik bisnis usaha
pergaraman serta tempat uji mutu hasil produksi.

Dalam skala luas, guna mengejar target yang telah dicanangkan Bapak Presiden tersebut
diatas, agar efektif dan tepat sasaran, kegiatan PUGaR pada tahun-tahun selanjutnya baik
pembangunan Integrasi Lahan, GGN, Washing Plant dan kegiatan lainnya baik dalam format
kegiatan pilot project maupun kegiatan reguler, akan diintegrasikan dalam pengelolaan garam
hulu-hilir melalui konsep sentra ekonomi basis provinsi. Sentra ini selanjutnya akan disebut
Sentra Ekonomi Garam Rakyat (SEGaR). Guna mendukung hal tersebut, pola anggaran
Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan di beberapa lokasi daerah penghasil garam akan terus
dijalankan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan dilapangan. Demikian pula halnya
agar kegiatan di daerah melalui Tugas Pembantuan dapat berjalan baik, perlu dukungan dari
Pusat baik berupa koordinasi antara pusat dan daerah, koordinasi antar
instansi/kelembagaan, koordinasi dengan stakeholder garam, maupun dukungan berupa
penyiapan bahan petunjuk dan aturan antara lain : pedoman teknis pelaksanaan kegiatan,
bahan sosialisasi nasional dan sebagainya serta pembangunan fisik yang secara struktur
digunakan untuk beroperasi secara nasional ataupun regional.

Uraian Program

Administrasi Kegiatan Usaha Garam Rakyat

Pembangunan sarana dan/atau prasarana di sentra ekonomi garam rencananya akan


dilaksanakan di:

1. Kabupaten Tuban untuk pembangunan Pilot Project Washing Plant skala besar

2. Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Bima 3 untuk pembangunan Washing Plant


reguler

3. Kabupaten Tuban untuk pembangunan 1 Unit Gudang Garam Nasional (GGN) skala
besar, yang menjadi buffer stok bagi Pilot Project Washing Plant skala besar

4. Kabupaten Indramayu, Brebes, Demak, Pati, Pamekasan, Sumenep dan Bima untuk
revitalisasi 50 Unit Gudang Garam Rakyat (GGR)

5. Kabupaten Indramayu untuk pembangunan satu unit Learning and Business Center
(LBC)

Pembangunan/revitalisasi rencananya akan dilakukan dalam bentuk kontraktual fisik yang


melalui tahap perencanaan dan pengawasan.
Penerima Manfaat
Petambak Garam sebagai penerima manfaat utama;
Pemerintah daerah (Kabupaten dan Provinsi)
Para stakeholder/pihat terkait dalam pengembangan usaha garam rakyat;

Anda mungkin juga menyukai