1. LATAR BELAKANG
Udang merupakan salah satu komoditas primadona di sub sektor perikanan yang
diharapkan dapat meningkatkan devisa negara. Permintaan pasar di luar negeri yang
cenderung meningkat serta sumber daya yang cukup tersedia di Indonesia memberikan
peluang sangat besar untuk dapat dikembangkan budidayanya. Permintaan akan komoditi
udang untuk pasar domestik juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dapat
dilihat dalam nilai ekspor perikanan Indonesia. Udang menyumbang nilai ekspor sebesar
USD 2.040,07 juta (39,21%), disusul tuna USD 724,1 juta (13,92%), kemudian cumi-
cumi sotong gurita USD 509,22 juta (9,79%) (Kementrian Kelautan dan Perikanan,
2020).
Udang yang paling banyak diproduksi untuk diekspor umumnya adalah udang vaname.
Industri dan ekspor udang di Indonesia diperkirakan akan semakin tumbuh seiring dengan
meningkatnya kebutuhan konsumsi udang di beberapa negara. Selain kebutuhan
konsumsi yang meningkat, adanya wabah penyakit udang di sebagian negara eksportir
udang seperti Vietnam juga mengakibatkan suplai udang dunia menjadi berkurang. Hal
ini merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk bisa tampil menjadi produsen udang
utama dunia.
Sejalan dengan misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-
2025, yaitu mewujudkan negara kepulauan yang mandiri, maju, dengan berbasis
kepentingan nasional dan arah kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2020-2024 yaitu percepatan pembangunan di berbagai bidang yang
menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan
kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing,
maka budi daya udang vaname adalah potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia
menunjukkan bahwa potensi lahan tambak udang sebesar 2.964.331,24 Ha dengan
pemanfaatan lahan baru mencapai 605.908,818 Ha atau sekitar 20% dari keseluruhan
potensi lahan yang dimiliki. Data lain menunjukkan bahwa, ekspor udang Indonesia baru
memenuhi 7% dari total kebutuhan udang dunia. Hal ini mendorong pemerintah untuk
mengembangkan usaha budidaya udang vaname.
Salah satu program pemerintah untuk meningkatkan produksi udang adalah melalui
Budidaya Udang Terintegrasi (Integrated Shrimp Farming). Program ini bertujuan untuk
menghasilkan skema budidaya udang terintegrasi berskala besar dari hulu hingga hilir
berada dalam satu kawasan dan dalam satu pengelolaan. Kabupaten Sumba Timur telah
dipilih untuk menjadi lokasi program dengan pertimbangan ketersediaan lahan yang
besar, dan sesuai dengan teknis budidaya udang serta mendapat dukungan penuh dari
pemerintah daerah setempat.
Dengan melihat potensi dan dukungan berbagai pihak, program ini diharapkan akan
menjadikan produksi udang hasil budidaya menjadi “tulang punggung” ekonomi
Indonesia. Mampu meningkatkan produktivitas dan produksi dalam rangka
meningkatkan ekspor udang nasional, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani
2
2.2. Tujuan
Membangun Budidaya Udang Terintegrasi (Integrated Shrimp Farming) untuk
meningkatkan produksi udang dengan teknologi yang ramah lingkungan dengan
mengedepankan keseimbangan ekologi serta bernilai ekonomis tinggi bagi peningkatan
kesejahteraan pembudidaya udang yang meliputi konsep Budidaya Udang Terintegrasi
(Integrated Shrimp Farming), tingkat teknologi yang direncanakan, proyeksi siklus
budidaya, kebutuhan benih udang dan pakan, pengelolaan kesehatan udang dan
lingkungan, ketenagalistrikan, pengelolaan manajemen kawasan dan pemasaran.
3. SUMBER PENDANAAN
Kegiatan Rancang dan Bangun Pekerjaan Budidaya Udang Terintegrasi (Integrated
Shrimp Farming) di Kabupaten Sumba Timur Kecamatan Pendawai Desa Palakahembi
Keseluruhan biaya tersebut diperoleh dari dana Pinjaman Hibah Luar Negeri (PHLN) dan
Rupiah Murni Pedamping (RMP) dengan kontrak tahun jamak 2023-2026 melalui DIPA
Satuan Kerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya.
6. LOKASI PEMBANGUNAN
6.1. Batas Lokasi
Batas lokasi mengacu pada DPPT yang telah disusun. Sesuai dengan ketentuan
kontrak, penggunaan Lapangan oleh Penyedia Jasa harus mematuhi:
a. Setiap kondisi yang berlaku untuk hak Pengguna Jasa dalam menggunakan tanah
yang dijelaskan dalam atau dilampirkan pada ketentuan PPK.
b. Persyaratan dalam Perizinan Lingkungan yang berlaku.
c. Setiap peraturan nasional atau daerah yang berlaku serta peraturan/persyaratan
dari organisasi Pemerintah atau non-Pemerintah yang memiliki yurisdiksi atas
wilayah dan lokasi Budidaya Udang Terintegrasi (Integrated Shrimp Farming).
ada, survei topografi dan geoteknik tambahan, dan survei lainnya. Persiapan meliputi
manajemen dan pekerjaan tanah. Manajemen lokasi mencakup ketentuan
lingkungan, keamanan, layanan sementara, serta K3 selama durasi tersebut.
6.5. Pematokan
Perencanaan dan Pembangunan Budidaya Udang Terintegrasi (Integrated Shrimp
Farming) harus mengacu pada hasil pematokan lahan berdasarkan Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) yang telah disusun.
Tidak ada jaminan yang diberikan oleh Pengguna Jasa kepada Penyedia Jasa
mengenai akurasi dari data lokasi pekerjaan atau informasi mengenai kondisi lokasi
pekerjaan yang di berikan oleh Pengguna Jasa.
7
7. RANCANGAN AWAL
7.1. Konsep Rancangan
Konsep Rancangan Pekerjaan Budidaya Udang Terintegrasi (Integrated Shrimp
Farming) berdasarkan asumsi sesuai tabel berikut:
Tabel 7-1 Konsep Rancangan Pekerjaan Budidaya Udang Terintegrasi (Integrated Shrimp
Farming)
URAIAN
Luas Lahan ±3,700 Ha
Luas Kawasan Budidaya ±2,085 Ha
(Intake, Jalur Pipa Transmisi, Quarantine Pond (QP,
Saluran Pembawa, Klaster Culture Pond (CP) /
Tambak Budidaya, IPAL, Fasilitas Kawasan)
Luas per Kolam (50 m x 50 m) 2,500 M2
Jumlah Kolam 1,536 Kolam
Padat Tebar 225-250 Ekor/m2
Survival Rate 80 %
Target Produktivitas 55 Ton/ha/siklus
Siklus Budidaya 2.5 Kali/tahun
Ukuran Panen rata-rata 20 Gram/ekor
Tabel 7-2 Detail Komponen Bangunan Budidaya Udang Terintegrasi (Integrated Shrimp
Farming)
Komponen Keterangan
Bangunan
Jaringan Pipa Intake Jaringan Pipa Intake adalah Sistem Pengambilan Air Laut sampai
dengan Reservoir
8
Komponen Keterangan
Bangunan
Pump Station dan Pump Station dan Reservoir merupakan bangunan bak penampung
Reservoir Bak penampung air laut yang dilengkapi dengan pintu air untuk
operasional dan pemeliharaan, rumah pompa beserta
perlengkapannya, rumah genset, rumah tangki BBM dan oli,
Rumah trafo, Pos Satpam, Pagar Beton 3m + Kawat Duri,
Jalur Jaringan Pipa Jalur Pipa dari Intake Menuju Quarantine Pond (QP) Utama
Transmisi Termasuk Jalan Inspeksi
Quarantine Pond (QP) Kolam Penampung Utama Untuk Persediaan Air Budidaya
Saluran Pembawa Saluran yang mengalirkan air dari Quarantine Pond (QP) Utama
menuju Seluruh Treatment Pond beserta sistem jaringannya
Klaster Culture Pond Bangunan Treatment Pond (TP), Culture Pond (CP), Jembatan
(CP) / Tambak Anco, Auto Feeder, Pengadaan dan Pemasangan Perpipaan
Budidaya Tambak, Bangunan Nursery Pond, Bangunan Gudang Pakan dan
Saprokan, Bangunan Gerbang Klaster, Bangunan Kolam
Disifektan Kendaraan Transportasi, Bangunan Bilik Disinfektan,
Bangunan Kantor Klaster, Bangunan Laboratorium Klaster,
Bangunan Asrama 2 Unit, Bangunan Pantry dan Kantin,
Bangunan Power Station 2 Unit, Bangunan Workshop, Mekanikal
Elektrikal Klaster, Bangunan Shelter Panen, Bangunan Tempat
Pembuangan Sampah Sementara (Rumah Tangga), Bangunan
Tempat Pembuangan Sampah Sementara (Budidaya), Bangunan
Lapangan Parkir, UV, Water Monitoring
IPAL Kolam Pengolahan IPAL per Klaster (Area Sedimentasi) beserta
Aksesorisnya, IPAL Kawasan (Area Sedimentasi dan Area
Bioindikator), Bangunan Saluran Pembuangan
Fasilitas Kawasan Gerbang dan Jalan Masuk Utama, Pagar Kawasan, Jalan Kawasan,
Jalan Klaster, Kantor Kawasan, Laboratorium Utama, Perumahan
Pimpinan Pengelola Kawasan, Perumahan Karyawan Pengelola
Kawasan, Klinik, Gereja Kawasan, Masjid Kawasan, Sport Center
Kawasan, Pos Satpam dan Sterillisasi, Pos Pantau, Mekanikal
Elektrikal Kawasan, Landscape, Revitalisasi Sungai dan
Pembangunan Jembatan, Helipad