Anda di halaman 1dari 15

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK )

SATKER/SKPD : DINAS TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA DAN

PERKEBUNAN

NAMA PEKERJAAN : Survey Investigasi Desain JUT Kmp. Amun Kay (20 Unit)

TAHUN ANGGARAN 2022


PEMERINTAH KABUPATEN MERAUKE
DINAS TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA
DAN PERKEBUNANAN
JALAN AHMAD YANI. TELP : -

KERANGKA ACUAN KERJA


(TERM OF REFERENCE)

Kegiatan : Pembangunan/Peningkatan Jalan Usaha Tani


Lokasi : Kampung Amun Kay - Distrik Tanah Miring
Tahun Anggaran : 2022

1. LATAR BELAKANG

Peranan infrastruktur pertanian dalam pembangunan pertanian semakin

strategis dan penting, hal ini sangat berkaitan dengan upaya pencapaian

sasaran program ketahanan pangan nasional. Selain itu dukungan infrastruktur

pertanian yang memadai seperti jalan sangat dibutuhkan guna menunjang

pembangunan pertanian yang efisien. Dengan adanya jalan pengangkutan

sarana produksi pertanian ke lokasi kegiatan, demikian juga hasil pertanian ke

tempat pengumpulan sementara, penyimpanan, pemrosesan dan pemasaran

menjadi lebih mudah dan murah sehingga usaha pertanian menjadi lebih

efisien.

Infrastruktur pertanian khususnya jalan pertanian merupakan salah satu

komponen dalam subsistem hulu yang diharapkan dapat mendukung

subsistem usaha tani, subsistem pengolahan dan subsistem pemasaran hasil

khususnya pada sentra - sentra produksi hortikultura, perkebunan dan

peternakan rakyat. Jalan pertanian merupakan unsur penting sebagai sarana

infrastruktur dalam pengembangan pertanian dalam rangka peningkatan

ketahanan pangan, pengembangan agribisnis dan peningkatan kesejahteraan

petani.
Didalam UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan terdapat Klausul Jalan

Khusus yaitu jalan yang pembangunan dan pembinaannya merupakan

tanggung jawab Kementerian terkait. Sehubungan dengan itu maka jalan

pertanian dikategorikan Jalan Khusus pada kawasan pertanian ( hortikultura,

perkebunan dan peternakan rakyat ) sehingga pembinaannya menjadi

tanggung jawab Kementerian Pertanian.

Mengacu pada UU Jalan tersebut maka pengembangan jalan pertanian

harus berdasarkan asas kemanfaatan, keamanan, keselamatan, keserasian,

keselarasan, keseimbangan, keadilan, transparansi, dan akuntabilitas,

keberdayagunaan dan keberhasilgunaan serta kebersamaan dan kemitraan.

Pada saat ini banyak lokasi lahan pertanian belum mempunyai /

terdapat jalan pertanian yang memadai sehingga sangat menghambat

masyarakat tani dalam berusaha tani di lahannya. Oleh karena itu perlu

pengembangan jalan pertanian dengan pengertian sebagai pembangunan

baru, peningkatan kapasitas atau rehabilitasi jalan pertanian agar memenuhi

standar teknis untuk dilalui kendaraan yang mengangkut sarana produksi

pertanian, hasil pertanian dan alat mesin pertanian.

Melalui Dana Alokasi Khusus ( DAK ) Fisik Tahun Anggaran 2022,

Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Ditjen Prasarana dan Sarana

Pertanian melakukan kegiatan pengembangan jalan pertanian pada kawasan

sentra produksi hortikultura, perkebunan dan peternakan rakyat.

2. MAKSUD DAN TUJUAN

a. Maksud

Kegiatan pembuatan jalan usaha tani untuk pembangunan, perbaikan

dan penyempurnaan jalan usaha tani dan bangunan pelengkapnya yang


mengalami kerusakan, serta sarana pendukung lainnya yang diperlukan

guna meningkatkan fungsi dan pelayanan dapat dimanfaatkan secara

optimal.

b. Tujuan

Tujuan dari kegiatan adalah :

1) Meningkatkan prasarana pertanian sehingga dapat meningkatkan

fungsi layanan transportasi pertanian.

2) Meningkatkan produksi padi melalui penambahan intensitas

pertanaman (IP).

3) Meningkatkan partisipasi petani dalam pengelolaan sawah.

3. SASARAN

Sasaran utama kegiatan ini adalah memperbaiki suatu jaringan

jalan usaha tani sehingga berfungsi sebagaimana mestinya guna dan

menambah peningkatan hasil produksi panen pertanian oleh masyarakat

setempat dan Meningkatnya partisipasi petani terhadap pelaksanaan kegiatan

Pembuatan Jalan Usaha Tani di Kampung Amun Kay Distrik Tanah Miring

dengan volume panjang adalah 10.000 M’.

4. PENGERTIAN

Dalam pelaksanaan pengembangan jalan pertanian terdapat

pengertian-pengertian / istilah untuk dipahami bersama, sebagai berikut :

1. Jalan pertanian adalah jalan produksi atau jalan usahatani yang

merupakan prasarana transportasi pada kawasan pertanian (hortikultura,

perkebunan dan peternakan rakyat) untuk memperlancar mobilitas alat

mesin pertanian, pengangkutan sarana produksi menuju lahan pertanian

dan mengangkut hasil produk pertanian dari lahan menuju tempat

penyimpanan, tempat pengolahan atau pasar.


2. Pengembangan jalan pertanian adalah pembuatan, peningkatan

kapasitas dan rehabilitasi jalan pertanian dengan ketentuan sebagai

berikut:

a) Pembuatan jalan pertanian adalah membuat jalan produksi atau jalan

usaha tani baru sesuai kebutuhan.

b) Peningkatan kapasitas jalan pertanian adalah jalan produksi atau

jalan usahatani yang sudah ada ditingkatkan tonase / kapasitasnya

sehingga bisa dilalui oleh kendaraan yang lebih berat / lebih besar.

c) Rehabilitasi jalan pertanian adalah memperbaiki kualitas jalan produksi

atau jalan usaha tani yang sudah rusak tanpa ada peningkatan

kapasitas.

5. LOKASI KEGIATAN

Lokasi pekerjaan Pembuatan Jalan Usaha Tani di Kampung Amun

Kay, dengan volume panjang adalah 10.000 M’. Distrik Tanah Miring

Kabupaten Merauke.

6. SUMBER PENDANAAN

Untuk pelaksanaan kegiatan Pembuatan Jalan Usaha Tani di

Kampung Telaga Amun Kay volume panjang adalah 10.000 M’ bersumber dari

Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan jumlah biaya sebesar Rp.

3.092.359.000,00

7. NAMA DAN ORGANISASI PEJABAT PENGGUNA ANGGARAN

Nama Pejabat Pengguna Anggaran : YULIANA KATRINCE, S.P., M.Si

Satuan Kerja : Dinas Tanaman Pangan

Hortikultura dan Perkebunan

Kabupaten Meruke.
Alamat : Jalan Martadinata - Merauke.
8. DATA DASAR

Dalam data dasar meliputi : Jaringan jalan usaha tani yang sudah

terbangun, Peta Topografi, Peta Geologi, Data hidrologi, Data

klimatologi dan Gambar Rencana, Spesifikasi Teknis.

9. STANDAR TEKNIS

Standar teknis yang digunakan dalam kegiatan ini diantaranya :

Undang-Undang Sumber Daya Air, Permen PU RI No . : 45/PRT/M/2007

tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Negara. Undang -

Undang Sumber Daya Air, Peraturan Pemerintah tentang Sungai, Keputusan

Menteri Pekerjaan umum tentang pengaturan dan pengendalian sungai, SNI

atau NSPM tentang pengaturan sungai, SNI atau NSPM tentang Konstruksi

beton dan atau baja serta standar teknis lainnya yang ditetapkan oleh pihak

Penanggung Jawab Kegiatan. Sumber data : Badan Litbang Pertanian dan

Kementerian PUPR, 2014). Sebagai acuan dipakai pedoman, kriteria

dan standar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen

Pekerjaan Umum.

10. STUDI - STUDI TERDAHULU

Adapun KAK ini dapat menggunakan Studi – Studi terdahulu yang

dilakukan oleh perencana / peneliti yang telah memiliki Sertifikat Keahlian

atau Standarisasi dari BSN dengan terlebih dahulu disetujui oleh penaggung

jawab kegiatan.
11. REFERENSI HUKUM

Didalam UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan terdapat Klausul Jalan

Khusus yaitu jalan yang pembangunan dan pembinaannya merupakan

tanggung jawab Kementerian terkait. Sehubungan dengan itu maka jalan

pertanian dikategorikan Jalan Khusus pada kawasan pertanian ( hortikultura,

perkebunan dan peternakan rakyat ) sehingga pembinaannya menjadi

tanggung jawab Kementerian Pertanian.

Mengacu pada UU Jalan tersebut maka pengembangan jalan pertanian

harus berdasarkan asas kemanfaatan, keamanan, keselamatan, keserasian,

keselarasan, keseimbangan, keadilan, transparansi, dan akuntabilitas,

keberdayagunaan dan keberhasilgunaan serta kebersamaan dan kemitraan.

Pada saat ini banyak lokasi lahan pertanian belum mempunyai /

terdapat jalan pertanian yang memadai sehingga sangat menghambat

masyarakat tani dalam berusaha tani di lahannya. Oleh karena itu perlu

pengembangan jalan pertanian dengan pengertian sebagai pembangunan

baru, peningkatan kapasitas atau rehabilitasi jalan pertanian agar memenuhi

standar teknis untuk dilalui kendaraan yang mengangkut sarana produksi

pertanian, hasil pertanian dan alat mesin pertanian.

Melalui Dana Alokasi Khusus ( DAK ) Fisik Tahun Anggaran 2022,

Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Ditjen Prasarana dan Sarana

Pertanian melakukan kegiatan pengembangan jalan pertanian pada kawasan

sentra produksi hortikultura, perkebunan dan peternakan rakyat.

12. RUANG LINGKUP KEGIATAN

Ruang lingkup kegiatan pengembangan jalan pertanian terdiri dari :


1. Persiapan

a. Ruang Lingkup / batasan lingkup pengadaan pekerjaan yaitu pekerjaan

tanah.

b. Lokasi pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah Kampung Amun Kay,

Distrik Tanah Miring di Kabupaten Merauke.

c. Fasilitas penunjang yang disediakan oleh PA/PPK : _tidak ada__

d. Pembuatan Petunjuk Pelaksanaan

e. Pembuatan Petunjuk Teknis

f. Koordinasi dengan Instansi Terkait

g. Sosialisasi

h. Inventarisasi Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL)

i. Penetapan Lokasi dan Petani Pelaksana

j. Musyawarah Kelompok Tani atau Rembug Desa

k. Pembuatan Rekening Kelompok

l. Pembuatan Rancangan Teknis Sederhana

m. Penyusunan RUKK (Rencana Usulan Kegiatan Kelompok)

n. Transfer dana

2. Pelaksanaan

1. Konstruksi

a. Penyediaan bahan / material

b. Pelaksanaan Fisik

c. Pemeliharaan

2. Monitoring

3. Evaluasi

4. Pelaporan
13. KELUARAN

Keluaran / output yang dihasilkan adalah Peningkatan jalan usaha

tani melalui Pembuatan Jalan Usaha Tani di Kampung Amun Kay

dengan volume panjang adalah 10.000 M’. Pembuatan laporan dan album

foto pada Pembuatan Jalan Usaha Tani di Kampung Amun Kay dengan

volume panjang adalah 10.000 M’. Meningkatnya partisipasi petani

terhadap pelaksanaan kegiatan rehabilitasi / pembangunan irigasi rawa.

14. JANGKA WAKTU PENYELESAIAN KEGIATAN

Jangka waktu penyelesaian kegiatan Pembuatan Jalan Usaha Tani di

Kampung Amun Kay dengan volume panjang adalah 10.000 M’ adalah 90

(Sembilan Puluh) Hari kalender terhitung dari dikeluarkan dan ditanda

tanganinya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) yang dikeluarkan oleh PA /

PPK pada pekerjaan ini.

15. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN KONSTRUKSI

1. Penggunaan bahan / material menggunakan bahan Dalam Negeri

2. Peralatan yang dibutuhkan :

 Motor Grader
 Vibrator Roller
3. Tenaga Kerja yang digunakan diutamakan dari penduduk setempat

4. Penyedia jasa wajib memberikan uraian Metode Kerja / Prosedur untuk

pekerjaan yang akan dilaksanakan dengan memperhatikan penggunaan

SNI yang berlaku

5. Berdasarkan Gambar rencana yang ada, penyedia jasa kemudian

membuat Gambar Kerja secara lebih detail sebagai pedoman pelaksanaan

kerja di lapangan
6. Perhitungan prestasi pekerjaan untuk pembayaran disesuaikan dengan

satuan dan bobot yang tertera dalam RAB

7. Pembuatan laporan bulanan berisi uraian laporan mingguan dan harian,

diserahkan pada minggu pertama tiap bulannya disertai dokumentasi yang

menggambarkan progres pekerjaan

8. Penyedia jasa wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3) dalam melaksanakan kegiatan konstruksi,

dengan merencanakan Identifikasi bahaya dan pengendalian Risiko

Bahaya. Sasaran dan program K3 disusun berdasrkan hasil identifikasi

bahaya dan penetapan pengendalian risiko, yang terukur secara kualitatif

maupun kuantitatif. Semua ini dilaksanakan melalui pengorganisasian K3

yang jelas.

SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 1 : PENGUKURAN DAN PEMATOKAN

Yang dimaksud pekerjaan pengukuran adalah pengukuran untuk

mendapatkan data dan informasi serta gambaran yang jelas dan benar

sesuai dengan bentuk dan relief dari permukaan tanah, dengan alat ukur

dan pematokan.

1. Bahan

Bahan - bahan yang diperlukan dalam pekerjaan

pengukuran dan pematokan, antara lain :

 Tanah Pilihan (Selmat

 Patok kayu ukuran 5/5 dan dia 5 cm

 Cat kilat warna merah


2. Peralatan

Peralatan yang diperlukan dalam pekerjaan

pengukuran dan pematokan, antara lain :

 Meter rol, kuas, gergaji dan palu

 Pesawat ukur (waterpass, dll).

 GPS

3. Cara Pengerjaan

Sebelum pekerjaan dimulai, penyedia jasa bersama-sama

dengan pihak Direksi / Pengawas mengadakan pengukuran dan

pematokan untuk menentukan batas - batas.

4. Lain-lain

Pengukuran disini meliputi pengukuran seluruh bagian

yang akan dikerjaan terutama terhadap kelandaian dan

kemiringan melintang. Alat ukur yang digunakan harus

memenuhi syarat atau sesuai dengan persetujuan direksi.

Design dan pengukuran lainnya dilaksanakan oleh

penyedia jasa atas petunjuk dari pihak direksi. Pengukuran harus

dilaksanakan secara cermat dan teliti yang dimana penyedia

jasa bertanggung jawab atas ket elitian dari hasil pengukuran

terhadap semua akibatnya.

Pasal 2 : PEKERJAAN TIMBUNAN DAN PEMADATAN TANAH

1. Uraian

 Pekerjaan ini mencakup pengambilan tanah pilihan (selmat)

dari quary menggunakan dump truck.


 Tanah yang dimbil harus sesuai dengan spesifikasi

yang ditentukan dan dilihat dari pihak Direksi / Pengawas

(Supervisi).

2. Prosedur Penghamparan dan Pemadatan Tanah

a. Prosedur Umum

- Penghamparan dilakukan dengan alat motor grader dengan

lebar dan dan ketebalan tanah timbunan sesuai yang ada

pada gambar kerja.

b. Penyiapan / Pembentuk Jalan Usaha Tani.

Uraian :

- Pekerjaan ini meliputi pembentukan Jalan Usaha Tani

- Proses penyiapan dilakukan dengan peralatan yang

dibutuhkan atau sesuai dengan petunjuk Direksi / Pengawas.

1. Peralatan.

Dalam proses penyiapan atau pembentukan jalan usaha

tani ini menggunakan peralatan Motor Grader dan

Vibrator Roller.

2. Pelaksanaan.

Dalam pembentukan menggunakan alat berat seperti

yang telah diuraikan diatas, setelah proses penimbunan

dan pembentukan Jalan Usaha tani, maka perlu dilakukan

proses perapihan yang harus memenuhi ketentuan atau

berdasarkan gambar rencana / kerja.


3. Pelaksanaan Pekerjaan

 Penyiapan Lapangan

1. Sebelum pembentukan jalan usaha tani terlebih

dahulu dilakukan pengukuran, pematokan, serta

pembersihan dan semua bahan-bahan yang tidak cocok

harus dibuang atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi

Teknik dan Konsultan Pengawas.

2. Jika timbunan harus dibuat diatas sisi bukit atau

dipasang diatas timbunan baru atau timbunan lama

kemiringan yang ada harus dipotong untuk membuat

permukaan dudukan yang cukup lebar memikul berat

peralatan pemadatan.

Pasal 3 : PEKERJAAN FINISHING

1. Membersihkan / merapikan sisa-sisa pekerjaan yang ada dan lokasi

pekerjaan harus dibersihkan sesuai dengan petunjuk Pengawas

lapangan.

2. Pekerjaan dapat diserah-terimakan untuk pertama kalinya

(PHO) setelah semua perkerjaan tersebut sesuai dengan rencana.

3. Perkerjaan dapat diserah-terimakan untuk kedua kalinya

(FHO) setelah selesai masa pemeliharaan dan telah memperbaiki

semua kerusakan dalam arti sempurna.

Pasal 4 : PENUTUP

Hal - hal lain yang belum tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat-

Syarat (RKS) ini, akan ditambahkan dalam Berita Acara Penjelasan

Pekerjaan (Aanwijzing) dan Jika masih ada peraturan-peraturan yang


belum tercantum dalam RKS ini, maka masih mengikat sesuai dengan

kondisi setempat.

Merauke, 2022

Menyetujui :
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DINAS TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA
DAN PERKEBUANAN
KABUPATEN MERAUKE

YULIANA KATRINCE, S.P., M.Si


NIP. 19740430 200212 2 006

Anda mungkin juga menyukai