2, Juni 2018
Pengalengan rajungan merupakan produk tinggi protein, rendah lemak, dan produk makanan laut yang
serbaguna.Limbah yang dihasilkan dari industri pengalengan rajungan membutuhkan penanganan dan pengolahan
agar tidak berdampak negatif bagi lingkungan. Kegiatan penelitian limbah produksi pengalengan rajungan sangat
penting dilaksanakan karena mahasiswa dapat mempelajari secara langsung tentang proses produksi pengalengan
rajungan, penerapan manajemen pengolahan limbah, dan mengetahui permasalahan yang timbul dalam penerapan
manajemen pengolahan limbah di PT. Sumber Mina Bahari Rembang, Jawa Tengah.Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui penerapan manajemen pengolahan limbah pada pengalengan rajungan (Portunus pelagicus) di
PT. Sumber Mina Bahari Rembang, Jawa Tengah. Limbah yang dihasilkan dari produksi pengalengan rajungan
adalah limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berupa cangkang, kaleng rusak, dan pasir. Limbah cair berupa
air sisa keperluan selama proses produksi, keperluan sanitasi, dan perebusan. Hasil pengamatan kegiatan
dilaksanakan di PT. Sumber Mina Bahari menunjukkan bahwa limbah yang dihasilkan terdiri atas dua jenis yaitu
limbah padat dan limbah cair. Limbah tersebut sudah dikelola dengan baik yaitu sistem pengelolaan limbah cair
telah dilaksanakan dan limbah padat telah dikelola sesuai standar dan tersertifikasi.
Abstract
Blue crab canning is a high protein, low fat, and multi functional product. Waste that produced from blue
crab canning needs handling and processing that couldn’t make a negative impact to the enviroment. The study
on waste management, is a very important for student because they can learn about how to make a canned blue
crab directly from the factory, get to know about the waste implementation and also get to know about the
problem that caused from the waste implementation management at PT. Sumber Mina Bahari Rembang, Central
Java. The purpose from this activity is to get to know the implementation of waste mangement from blue crab
canning ( Portunus pelagicus )PT. Sumber Mina Bahari Rembang, Central Java. According to Saptadewi
(2013), the waste that produced from blue crab canning are solid waste and liquid waste. The solid waste are like
blue crab shell, broken cans, and sand. Meanwhile the liquid waste are like the leftover water from production,
sanitary needs, and boiling processing. The study have been done on January 23rd 2017 until February 21st
2017. This activity was held at at PT. Sumber Mina Bahari Rembang - TubanHighway 31st KM, Sumber Sari
Village, Kragan Disctrict, Rembang Regency, Central Java. The waste that produced by PT. Sumber Mina
Bahari are separeted in two types that liquid waste and solid waste. The waste has been processed quite well, it
has been proven with a cooperative contract between PT. Sumber Mina Bahari with the Rembang City sanitary
agency at a solid waste processing. The liquid waste certification shown that PT. Sumber Mina Bahari is very
keeping the enviroment clean meanwhile the management functions like planning, organizing, actuating,
controlling, and evaluating didn’t mention very well. It is happen because there is no special division in waste
processing in between PT. Sumber Mina Bahari.
78
Diterima/Received: 16 April 2018
Diterima/Accepted: 28 Mei 2018
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 7 No.2, Juni 2018
yang dihasilkan namun juga Mina Bahari yang terletak di Jalan raya Rembang-
tuban Km. 31 Rembang, Jawa Tengah 59273.
menghasilkan limbah dalam bentuk cair,
Kegiatan Praktek Kerja Lapang dilaksanakan mulai
padat, dan lainnya. Edukasi kepada
tanggal 23 Januari sampai dengan 21 Februari
pelaku usaha industri terkait masalah
2016.
penanganan dan pengolahan limbah
79
Diterima/Received: 16 April 2018
Diterima/Accepted: 28 Mei 2018
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 7 No.2, Juni 2018
80
Diterima/Received: 16 April 2018
Diterima/Accepted: 28 Mei 2018
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 7 No.2, Juni 2018
harus diperhatikan jika perbandingan ikan sampah yang mengandung senyawa organik
terlalu banyak sedangkan jumlah es dan tersusun oleh unsur karbon, hidrogen, dan
terlalu sedikit menyebabkan ikan oksigen. Sampah organik mudah didegradasi
mengalami pembusukan (Nurcahya, oleh mikroba, sedangkan sampah anorganik
2008). tidak dapat didegradasi oleh mikroba sehingga
sulit terurai (Kuncoro, 2009).
Penerapan Manajemen Pengolahan
Jumlah limbah cair yang dihasilkan
Limbah
sebanyak 30 ton setiap hari. Limbah cair yang
Limbah pada PT. Sumber Mina
ada di PT. Sumber Mina Bahari berupa air
Bahari terdapat tiga jenis yaitu limbah
bekas sanitasi dan air bekas pasteurisasi.
padat, limbah cair, dan limbah B3 (Bahan
Karakteristik limbah cair PT. Sumber Mina
Berbahaya dan Beracun). Jumlah limbah
Bahari yaitu sedikit berbau dan bewarna
padat yang dihasilkan produksi
cokelat. Timbulnya bau busuk disebabkan oleh
pengalengan rajungan setiap harinya
dekomposisi lanjut protein, yang kaya akan
yaitu 20 kwintal. Limbah padat yang ada
asam amino bersulfur (sistein), menghasilkan
di PT. Sumber Mina Bahari berupa
asam sulfide, gugus thiol, dan amoniak. Asam
plastik, toples rusak, kardus,shell
lemak rantai pendek hasil dekomposisi bahan
rajungan, daging lunak, daging basi,
organik juga menyebabkan bau busuk. Minyak
isolasi, masker bekas, dan sarung tangan
dan lemak di permukaan air akan menghambat
bekas. Dalam satu ekor rajungan
proses biologis dalam air dan menghasilkan gas
menghasilkan limbah proses yang terdiri
yang berbau (Suyasa, 2011).
dari 57% cangkang, 3% body reject, dan
Limbah B3 di PT. Sumber Mina Bahari
air rebusan 20% (Hastuti dkk., 2012).
berupa kaleng rusak, lampu rusak, baterai
Menurut Kusumawati (2014) limbah
bekas, oli, cairan pest control, dan bahan bakar
rajungan kaya akan protein (32,95%),
(Gambar 4.2). Karakteristik limbah B3 yaitu
serat kasar (10,89%), kalsium (22,93),
mudah meledak, mudah terbakar, bersifat
dan phosphor (0,78%).
reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan
Limbah padat tersebut termasuk
bersifat korosif. Menurut peraturan pemerintah
limbah organik dan anorganik. Limbah
nomor 18 tahun 1999 tentang pengolahan
organik meliputi shell rajungan, daging
limbah dalam pasal tujuh menyebutkan limbah
lunak, dan daging basi, sedangkan limbah
B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) meliputi
anorganik meliputi plastik, toples rusak,
limbah B3 dari sumber tidak spesifik, limbah
kardus, isolasi, masker bekas, dan sarung
B3 dari sumber spesifik, dan limbah B3 dari
tangan bekas. Sampah organik adalah
bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas
81
Diterima/Received: 16 April 2018
Diterima/Accepted: 28 Mei 2018
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 7 No.2, Juni 2018
tipe A biasanya diambil oleh rumah tertentu sebagai Tempat Pembuangan Akhir
makan untuk diolah kembali menjadi (TPA). Limbah padat yang mengandung unsur
makanan sedangkan tempe tipe B diambil kimia beracun dan berbahaya harus diolah
oleh industri pembuatan pakan ternak terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat
sebagai bahan campuran pakan ternak tertentu yaitu dengan cara mendaur ulang dan
Limbah tersebut sudah menjual ke pasar loak (Dewi, 2008).
dimanfaatkan sebagai bahan tambahan PT. Sumber Mina Bahari menggunakan
pakan ternak. Menurut Rochimah (2005) sistem IPAL (Instalasi Pengelolaan Air
limbah rajungan mempunyai nilai gizi Limbah) dengan teknologi penyaringan,
yang cukup tinggi terutama kandungan pengendapan, dan aerasi dalam pengolahan
kalsium dan fosfor. Kandungan gizi pada limbah cair hasil produksi pengalengan
limbah rajungan berpotensi apabila rajungan. Proses pertama yaitu limbah cair dari
diproses menjadi bahan tambahan ruang proses produksi dialirkan ke bak
pangan, selama ini limbah rajungan penampungan dengan lebar 30x30 meter,
hanya dimanfaatkan sebagai bahan baku didalam bak tersebut terdapat kain penyaring
industri pakan dan pembuatan kitin dan yang berfungsi menyaring antara air dengan
kitosan. Upaya pemanfaatan limbah daging atau benda padat lain. Kuantitas padatan
rajungan dapat berupa diversifikasi yang tersaring dipengaruhi oleh celah bar,
produk pangan yaitu sebagai bahan baku semakin besar celah maka semakin kecil
pembuat perisa dan dapat diaplikasikan kuantitas padatan yang tersaring (Herlambang,
sebagai bahan tambahan alami dalam 2002).
produk (Hastuti dkk., 2012) Proses kedua yaitu limbah cair dari bak
Penanganan limbah padat PT. penampungan dialirkan ke kolam penyaringan
Sumber Mina Bahari sesuai dengan dan pengendapan yang berfungsi untuk
sumber bahwa limbah untuk pakan ternak menyaring kembali dan mengendapkan benda
harus dipisahkan, fasilitas penampungan padat seperti pasir dan kerikil. Terdapat dua
sampah harus beridentitas jelas, mudah kolam penyaringan dan pengendapan,
dibersihkan dan desinfektan, dikosongkan tujuannya supaya limbah cair yang akan
secara rutin, tempat pembuangan dalam dialirkan ke laut benar-benar bersih dan tidak
kadaan tertutup (British Retail mencemari perairan laut. Kedua kolam tersebut
Concortium, 2011). Limbah padat yang mempunyai kedalaman masing-masing 150
tidak mengandung unsur kimia beracun sentimeter dan berjarak kurang lebih 15 meter
dan berbahaya harus diolah terlebih (Gambar 4.6). Menurut Said (2000)
dahulu sebelum dibuang ke tempat penyaringan merupakan cara yang efisien untuk
83
Diterima/Received: 16 April 2018
Diterima/Accepted: 28 Mei 2018
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 7 No.2, Juni 2018
Setiap tiga bulan sekali limbah cair dijalankan secara maksimal. Fungsi planning
produksi diuji oleh Badan Penelitian dan dijalankan sebatas adanya IPAL (Instalasi
Pengembangan Industri Balai Besar Pengelolaan Air Limbah) untuk limbah cair dan
Teknologi Pencegahan Pencemaran TPS (Tempat Pembuangan Sementara) untuk
Industri (BBTPPI), hal tersebut limbah padat dan limbah B3 (Bahan Berbahaya
dibuktikan dengan sertifikat pengujian. dan Beracun). Fungsi organizing belum
Hasil tersebut menjadi acuan PT. Sumber terlaksana, oleh karena itu perlu struktur
Mina Bahari bahwa limbah cair produksi organisasi dan kebijakan khusus penanganan
pengalengan rajungan tersebut aman limbah di PT. Sumber Mina Bahari.
untuk dibuang ke lingkungan sekitar. Kegiatan pengolahan limbah dilakukan oleh
Hasil uji kualitas air limbah PT. Sumber bagian sanitasi dan laboratorium. Fungsi
Mina Bahari yang akan dibuang ke actuating sudah terlaksana dengan penggunaan
lingkungan dapat dilihat pada Tabel 1 IPAL untuk limbah cair dan adanya TPS untuk
Tabel 1. Analisis kimia limbah produksi limbah padat dan B3. Fungsi evaluating
pengalengan rajungan pengolahan limbah di PT. Sumber Mina Bahari
No. Parameter Batas Hasil dilakukan secara rutin 3 bulan sekali oleh
Maksimal Analisa pihak laboratorium untuk limbah cair dan
(Mg/L) dilakukan pengangkutan sampah setiap hari
1 TSS 100 58 Selasa, Kamis, dan Sabtu oleh pihak
2 Sulfida 1 6,260 kebersihan kota Rembang.
3 Amonia 5 0,305
4 Klor bebas 1 0,11 Hambatan Pengolahan Limbah Produksi
5 BOD5 75 86,75 Pengalengan Rajungan
6 COD 150 218,0 Hambatan dalam pengolahan limbah
7 Ph 6,0-9,0 7,0 produksi pengalengan rajungan di PT.
8 Debit - - Sumber Mina Bahari antara lain tidak adanya
maksimum oganisasi khusus dalam manajemen
(m3/ton) pengolahan limbah produksi pengalengan
Sumber : PT. Sumber Mina Bahari (2016) rajungan di PT. Sumber Mina Bahari, juga
terdapat nilai parameter TSS, BOD5, dan COD
Manajemen Pengelolaan Limbah pada hasil analisa tanggal 25 November 2016
Fungsi manajemen seperti yang melebihi batas maksimum yang telah
planning, organizing, actuating, ditetapkan. Beberapa Limbah padat belum
controlling, dan evaluating belum
85
Diterima/Received: 16 April 2018
Diterima/Accepted: 28 Mei 2018
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 7 No.2, Juni 2018
termanfaatkan dan dibuang begitu saja perlu diberikan identitas yang jelas pada
tanpa diolah seperti shell rajungan. limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
seperti jenis limbah, nama limbah, sumber
KESIMPULAN DAN SARAN limbah, dan tanggal masuknya limbah ke TPS
Limbah produksi pengalengan (Tempat Pembuangan Sementara).
rajungan di PT. Sumber Mina Bahari
terdiri dari limbah padat, limbah cair, DAFTAR PUSTAKA
dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Achillas, C., N. Moussiopoulos, N., A.
Beracun). Limbah padat berasal dari Karagiannidis., G. Banias ., and G.
proses receiving, sortasi, dan casing. Perkoulidis. 2013. The Use of Multi
Limbah cair berasal dari proses sanitasi Criteria Decision Analysis to Tackle
dan pasteurisasi. Limbah B3 (Bahan Waste Management Problems: A
Berbaya dan Beracun) berasal dari Literature Review. Waste Management &
proses seamer, sanitasi, dan bagian Research, 31 (2) : 115-129.
teknik,
Aulia, v., W. Subchan., J. Waluy. 2014.
Limbah padat produksi dikelola Toksisitas Limbah Cair Industri
dengan dua cara, yaitu pertama Pengalengan Ikan di Muncar Terhadap
Mortalitas Ikan Mas (Cyprinus carpio)
ditempatkan di TPS (Tempat dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus L).
Pembuangan Sementara) dan kedua Artikel Ilmiah Mahasiswa Universitas
Jember. Jember.
diolah kembali sebagai tempe tipe A dan
tempe tipe B. Limbah cair produksi Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil
Perikanan. 1995. Laporan Pengembangan
dikelola dengan cara penyaringan, Pengolahan Kepiting Bakau dan
pengendapan, dan aerasi kemudian Rajungan. Direktorat Jenderal Perikanan.
Jakarta.
dialirkan ke laut yang ada di belakang
pabrik. Sedangkan untuk limbah B3 Basaran, B. 2013. What Makes Manufacturing
Companies More Desirous of Recycling?.
ditempatkan di TPS (Tempat Management of Environmental Quality:
Pembuangan Sementara). An International Journal, 24 (1) : 107-
122.
Saran yang dapat diusulkan perlu
Dewi, T.Q. 2008. Penanganan dan Pengolahan
pembentukan organisasi khusus untuk
Sampah. Penebar Swadaya. Jakarta.
menerapkan fungsi manajemen seperti
Hastuti,S., S. Arifin., D. Hidayati . 2012.
planning, organizing, actuating, Pemanfaatan Limbah Cangkang Rajungan
controlling, dan evaluating supaya (Portunus pelagicus) Sebagai Perisa
Makanan Alami. Jurnal Agrointek, 6 (2) :
manajemen pengelolaan limbah berjalan 88-92.
dengan maksimal. Pada setiap limbah
86
Diterima/Received: 16 April 2018
Diterima/Accepted: 28 Mei 2018
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 7 No.2, Juni 2018
Julianti, E dan Burminah. 2007. Buku Rauf, R. 2013. Sanitasi Pangan dan HACCP.
Ajar Tekonolgi Pengemasan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Departemen Teknologi Pertanian.
Fakultas Pertanian Universitas Saptadewi, Y., J. Sitorus., T. Manurung. 2013.
Sumatera Utara. Medan. Analisis Degradasi Polutan Limbah Cair
Pengolahan Rajungan (Portunus
Kangas, M. 2000. Synopsis of The pelagicus) Dengan Penggunaan Mikroba
Biology and Exploitation of The Komersial. Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik,
Blue Swimmer Crab (Portunus 9 (1) : 0216-1184.
pelagicus) in Western Australia.
Journal of Fisheries Research in Setiyono dan Yudo. 2010. Prototipe Instalasi
Western Australia, 121 : 1-22. Pengolahan Air Limbah Industri
Pengolahan Ikan di Kecamatan Muncar
Kusumawati, E. 2014. Evaluasi Nilai Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Teknologi
Nutrisi Limbah Rajungan dan Lingkungan 11 (1) : 7-26.
Kajian Potensi Sebagai Pakan
Unggas. [Skripsi]. Fakultas Sugeng, S dan P. Subiyanto. 2003. Budidaya
Peternakan Universitas Mataram. Rajungan ( Portunus pelagicus ) di
Tambak. BBPBAP Jepara.
Mata Diklat. 2010. Penanganan dan
Penyimpanan Hasil Tangkap. Pusat Sunarto. 2011. Karakteristik Bioekologi
Pengembangan dan Pemberdayaan Rajungan (Portunus pelagicus) di
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Perairan Laut Kabupaten Brebes.
Pertanian. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Mohanty, M. 2012. New Renewable
Energy Source, Green Energy Susanto, B., Syahidah, G., Haryati, I., Setyadi.,
Development and Climate Change Marzuqi. 2004. Pengamatan Aspek
Implications to Pacific Island Biologi Rajungan (Portunus pelagicus)
Countries. Management of dalam Menunjang Teknik Pembenihan.
Environmental Quality: An Warta Penelitian Perikanan Indonesia, 1
International Journal, 23 (3) : 264- (1) : 1-2
274.
Susanto, H. 2006. Budidaya Ikan di Pekarangan
Moeljanto. 1992. Pengawetan dan (Edisi Revisi). Penebar Swadaya. Jakarta.
Pengolahan Hasil Perikanan.
Penebar Swadaya. Jakarta. Suyasa, I. 2011. Isolasi Bakteri Pendegradasi
Minyak atau Lemak Dari Beberapa
Nasir, M dan Fatkhurohman. 2010. Sedimen Perairan Tercemar dan Bak
Model Pembentukan Kesadaran Penampungan Limbah.
Kolektif Terhadap Manajemen
Lingkungan Pengusaha Kecil Tahu Wilson, D., D. Parker., J. Coc., K. Strange., P.
- Tempe di Solo. Laporan Hibah Willis., N. Blakey., L. Raw. 2012.
Bersaing. Dikti. Business Waste Prevention: A Review of
The Evidence. Waste Management &
Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Research, 30 (9) : 17-28.
Ghalia Indonesia. Bogor.
87
Diterima/Received: 16 April 2018
Diterima/Accepted: 28 Mei 2018
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 7 No.2, Juni 2018
Winarno, F.G. 1993. Pangan, Gizi, Xue, M., J. Li., Z. Xu. 2013. Management
Teknologi dan Konsumen. Strategies on The Indurtrialization Road
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. of State of The Art Technologies For E-
Waste Recycling. The Case Study of
Wulansari, P. 2011. Pengelolaan Limbah Electrostatic Separation: A Review.
Pada Pabrik Pengolahan Ikan di PT. Waste Management & Research, 31 (2) :
Kelola Mina Laut Gresik. Jurnal 130-140.
Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 3
(1) : 123-126.
88
Diterima/Received: 16 April 2018
Diterima/Accepted: 28 Mei 2018