Anda di halaman 1dari 14

ARTICLE IN PRESS

Vol. 1, No. 1, 2020, hlm. 1-15 DOI: 10.17977/um020v13i22019p1

ISSN - 2086-133

JURNAL DIMENSI SEJARAH


Journal homepage: www.jurnaldimensisejarahum.com

PENGARUH PRODUKSI GARAM TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI


MASYARAKAT SUMENEP MADURA SEJAK 1910-2020
Rofiatul Azizah
Rofiatulazizah20@gmail.com

Abstact
Salt farming has become one of the economic sources for the
Sumenep community since 1913 when Raffles held a salt monopoly
throughout his territory, both production and distribution. This
research was conducted to describe and see the changes regarding the
economic condition and social life of salt farmers in Sumenep from
1960-2020. Qualitative descriptions and literature studies were used as
writing methods. And the authors argue that salt production in
Sumenep must be done better so that the economic needs and welfare
of the community, especially salt farmers, can be achieved. Given that
the life of salt farmers continues to decline every year.

Keywords: Salt Farmers, Social, Economy

Abstrak
Pertambakan garam menjadi salah satu sumber perekonomian bagi
masyarakat sumenep sejak tahun 1913 pada saat Raffles
menyelenggarakan monopoli garam diseluruh daerah
kekuasaannya, baik produksi maupun distribusi. Penelitian ini
dilakukan untuk mendeskripsikan dan melihat perubahan mengenai
keadaan perekonomian serta kehidupan sosial petani garam di
Sumenep tahun 1960-2020. Deskripsi kualitatif dan studi literatur
digunakan sebagai metode penulisan. Serta penulis berpendapat
bahwa produksi garam di Sumenep harus dilakukan lebih baik lagi
agar kebutuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat terutama
para petani garam tercapai. Mengingat kehidupan petani garam
terus menurun setiap tahunnya.

Kata Kunci: Petani garam, Sosial, Ekonomi

*Received: 11 th January 2020 *Revised: 28 th March 2020

Nama penulis | 1
ARTICLE IN PRESS
Vol. 1, No. 1, 2020, hlm. 1-15 DOI: 10.17977/um020v13i22019p1

*Accepted: 5 th May 2020 *Published: 30 th June 2020

Pendahuluan
Garam merupakan komoditas strategis dunia. Dalam perjalanan waktu, garam
telah memainkan peran penting dalam menentukan kekuatan dan lokasi kota besar di
dunia, seperti Liverpool di Inggris dan Munich di Jerman. Begitu pula yang terjadi di
Madura. Sejak pergantian abad ke-19, pemerintah kolonial membuat pusat indstri garam
Madura, di Kalianget, Sumenep. Kalianget merupakan muara dari industri garam di
Madura. Di Sumenep, garam dipasok dari para petani yang ada di sekitaran Kecamatan
Kalianget yaitu Desa Pinggirpapas, Karanganyar dan Gresikputih. Memasuki wilayah ini,
sejauh mata memandang adalah hamparan tambak garam. Lahan-lahan ini seolah ingin
menunjukkan betapa kuatnya ketahan garam di Madura. Daerah-daerah inilah yang
menjadi hilir dari garam-garam Sumenep, yang terus mengalir menyuplai industri garam
di Kalianget. Petani-petani garam di wilayah ini mengolah garam secara tradisional.
Mereka mewarisi keterampilan itu dari leluhurnya. Hal ini menunjukkan bahwa garam
bagi masyarakat Madura, khususnya di Sumenep, tidak sekadar bisa dibaca dengan
perspektif sosio-ekonomi semata. Garam mesti dibaca dengan perspektif spiritual dan
sosio-kultural pula. Dalam perspektif ini, maka menjadi petani garam bukan motif
ekonomi semata, tetapi juga berarti turut menjaga warisan leluhur.
(sumeneptempodoloe.ig.com)
Sumenep memiliki lahan garam terbesar di Madura. Dimana areal penggunaan
ladang garam yang dimiliki PN Garam sendiri tercatat seluas : 6.399.773 ha. Produksi
Garam Rakyat memproduksi garam tiap tahunnya sebanyak 119 ribu ton dan sebanyak
68.368 ton pada tahun 1974, dengan areal ladang garam yang digunakan seluas 2.640,21
Ha.4 Wilayah penggarapan garam sendiri tersebar di 8 Kecamatan, yakni : Kecamatan
Kalianget, Kecamatan Saronggi, Kecamatan Pragaan, Kecamatan Gapura, Kecamatan
Dungkek. Kecamatan di atas merupakan kecamatan yang ada di Pulau Madura sendiri,
Kecamatan tersebut ada di Kota Sumenep, sedangkan untuk Kecamatan lainnya yang
berada di Sumenep Kepulauan, yakni : Kecamatan Giligenting, Kecamatan Talango,
Kecamatan Raas. (Adviana, 2019)
Di kabupaten sumenep terdapat dua jenis produksi garam yaitu garam rakyat dan
garam negara. Garam rakyat yaitu garam yang diproduksi diatas tempat para pemilik
lahan, pengolahan garam rakyat masih menggunakan metode pembuatan garam
sederhana atau dilakukan secara tradisional, garam yang dibuat lebih sederhana dan
tidak beryodium. Biasanya garam rakyat ini dijual kembali ke pabrik garam negara untuk
diolah menjadi garam yang beryodium, selain itu masyarakat setempat biasanya
menggunakan sebagai pengasinan ikan laut untuk diproduksi dan dijual sebagai oleh-
oleh khas daerah. Selain itu juga digunakan sebagai campuran untuk ikan-ikan kecil yang
kemudian digunakan sebagai umpan bubu atau alat penangkap kepiting nelayan.

Nama penulis | 2
ARTICLE IN PRESS
Vol. 1, No. 1, 2020, hlm. 1-15 DOI: 10.17977/um020v13i22019p1

Berbeda dengan garam rakyar, proses produksi garam negara dalam pembuatannya
sudah didukung oleh teknologi berupa alat dan mesin sehingga mampu menghasilkan
garam beryodium. Alat dan mesin tersebut mulai digunakan sejak didirikannya pabrik
briket garam di sumenep sekitar tahun 1900 an.
Pada tahun 1985, terjadi konflik sosial berupa sengketa lahan yang melibatkan
petani pemilik lahan dengan pihak Perusahaan Garam, dimana pada waktu itu
Perusahaan Garam melakukan pematokan di lahan yang sebelumnya milik pemilik lahan,
dimana pematokan lahan ini erat hubungannya dengan proyek modernisasi yang
dilakukan Perusahaan Garam. Pematokan lahan tersebut menimbulkan gugatan yang
berasal para pemilik lahan atau para penduduk yang tanahnya terkena proyek renovasi.
Beberapa orang yang mengadakan tuntutan pada umumnya menyatakan bahwa
mereka tidak merasa menjual tanah miliknya, selain itu mereka juga melakukan kritik
bahwa pelaksanaan pembebasan tanah dilakukan melalui tekanan dan harga tanah
dilakukan secara sepihak tanpa melalui musyawarah. (Adviana, 2019)
Hal tersebut tentu menimbulkan rasa ketidak adilan bagi para penduduk lokal
didaerah tersebut mengingat mayoritas masyarakat mencari nafkah sebagai seorang
petani garam. Kondisi seakan memaksa para petani garam untuk melepaskan lahan
miliknya yang biasanya digunakan untuk pertambakan garam. Padahal jika dilihat lebih
lanjut, masyarakat pada saat itu sangant menitik tumpukan sumber perekonomian
mereka pada hasil pertanian pertambakan garam sehingga jika tiba-tiba mendapatkan
dampak dari modernisasi tersebut maka sumber perekonomian satu-satunya
masyarakkat akan lenyap.
Corak kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat petani garam sejak 1960-2020
akan sangat menarik jika ditelaah lebih lanjut dan mendalam. Sebab petani garam sudah
merupakan salah satu pekerjaan utama yang dilakukan mayoritas masyarakat di
sumenep sejak 1960 bahkan sampai sekarang ini. Selain itu garam sudah menjadi salah
satu komoditas strategis internasional “Salt is super power over water” bukanlah
ungkapan yang berlebihan. Garam yang selalu tersedia di atas meja makan kita adalah
salah satu kunci pembuka sejarah planet dan kosmos. Maka sepanjang sejarah
peradaban manusia takkan terlepas dari garam.

Metode Penelitian
Faktanya, metode dan metodologi adalah dua tahapan aktivitas yang berbeda
dari tugas yang sama. Sartono Kartodirjo (dalam Helius Sjamsuddin, 2007: 14)
membedakan antara metode (sebagai "bagaimana orang memperoleh pengetahuan"
(bagaimana mengetahui)) dan metodologi (sebagai "tahu bagaimana mengetahui"
(tahu bagaimana mengetahui)). Mengenai ilmu sejarah, metode sejarah itu sendiri
adalah "bagaimana memahami sejarah", dan metodologi ini adalah "mengetahui
bagaimana mengetahui sejarah".

Nama penulis | 3
ARTICLE IN PRESS
Vol. 1, No. 1, 2020, hlm. 1-15 DOI: 10.17977/um020v13i22019p1

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi peneliti dan untuk memajukan proses


penelitian sejarah, peneliti menggunakan metode penelitian sejarah. Beberapa ahli telah
memberikan definisi yang lebih rinci tentang metode sejarah. Menurut Gilbert J.
Garragan, SJ (dalam A.Daliman, 2012: 27-28) mendefinisikan metode sejarah sebagai
seperangkat prinsip dan aturan sistematis yang dirancang untuk membantu
mengumpulkan sumber daya sejarah secara efektif, melakukan penilaian kritis dan
memberikan Sintesis hasil. - Prestasinya, biasanya dalam bentuk tertulis.
Metode yang digunakan dalam kepenulisan ini yaitu deskripsi kualitatif dan studi
literatur dalam tulisan ini, peneliti menggunakan metode kualitatif yang bersifat
deskriptif untuk me-maparkan peranan perempuan dalam pergerakan kebangsaan
indonesia. Untuk mencapai hal tersebut, dijelaskan mengenai Pengaruh Produksi Garam
Terhadap Kehidupan Sosial Dan Ekonomi Masyarakat Sumenep Madura Sejak 1910-2020
Peneliti mengumpulkan data dengan mempelajari berbagai dokumen yang
berkaitan dengan pertanyaan yang diajukan, seperti file buku dan jurnal ilmiah yang
mendukung teori terkait pertanyaan penelitian, dan beberapa referensi online, seperti
situs media yang mendukung kebutuhan menulis yang sebenarnya. Dengan metode
deskriptif kualitatif dan studi literatur, Pengaruh Produksi Garam Terhadap Kehidupan
Sosial Dan Ekonomi Masyarakat Sumenep Madura Sejak 1910-2020.

Pembahasan

LETAK DAN KONDISI GEOGRAFIS SUMENEP

Picture 1 : Peta Pulau Madura


Sumber : koranmadura.com

Nama penulis | 4
ARTICLE IN PRESS
Vol. 1, No. 1, 2020, hlm. 1-15 DOI: 10.17977/um020v13i22019p1

Secara Geografis wilayah Daerah Tingkat II Sumenep terletak diantara 113°34'


– 116°30' Bujur Timur dan diantara 4°59' - 7°16' Lintang Selatan, dengan luas wilayah
1980,78 km2. Dimana batas-batas wilayah Sumenep yang terdiri dari Bagian : Utara
Laut Jawa, Bagian Timur : Laut Flores, Bagian Selatan : Selat Madura serta Bagian
Barat : Kabupaten Daerah Tingkat II Pamekasan, dan terbagi atas 2 (dua) bagian yaitu,
yakni wilayah daratan dan kepulauan, yang meliputi 66 buah Pulau yang tersebar di
seluruh Kecamatan. Sedangkan Pulau yang paling utara adalah Pulau Karamean
dengan kurang lebih 151 Mil dari Kecamatan Kalianget, dan Pulau yang paling Timur
adalah Pulau Sakala dengan Jarak kurang lebih 165 Mil dari Kecamatan Kalianget.
(Adviana, 2019)
Kabupaten sumenep terletak diujung timur pulau madura, setelah melalui 3
kabupaten sebelumnya yaitu : Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, dan
Kabupaten Pamekasan. Kondisi geografis dari ke 4 kabupaten di madura tidak terlalu
berbeda yaitu memiliki minimal suhu 30oC pada musim panas dan 20oC saat musim
dingin. Hal tersebut menjelaskan bahwa betapa panasnya cuaca dipulau madura. Cuaca
panas tersebut kemudian dimanfaatkan untuk melakukan pertanian yaitu pertambakan
garam, hal tersebut pertama kali setelah Kerajaan Sumenep berperang dengan Kerajaan
Klungkung dari Bali. Pertempuran ini terjadi karena Klungkung Job menuntut balas
dendam kepada orang Madura yang dikenal sebagai Jokotole, karena telah membunuh
Raja Blambangan. Dalam pertempuran ini, tentara Bali berhasil dikalahkan oleh tentara
Madura. Pasukan Bali yang tersisa mengungsi ke daerah Gir Papas dan menyerah kepada
Raja Sumenep. Mereka diampuni oleh Raja Sumenep dan memperoleh tanah untuk
membangun desa. Demi kelangsungan hidup Gir Papas, seorang panglima Bali bernama
Anggosuto pernah berpikir untuk membuat garam dari air laut.
Pada masa kolonial, garam merupakan komoditas monopoli, dan produksi garam
dilakukan di bawah pengawasan pemerintah Belanda; sentra produksi garam meluas di
sepanjang pantai selatan Madura, dan berlokasi di Kalianget, Kampo, dan Mangu.
Membangun pabrik pengolahan garam di Mangunan dan tempat lainnya. Pada masa
kemerdekaan, pabrik dinasionalisasi menjadi PT Garam.
Pada pemerintahan Hindia-Belanda (VOC) terjadi monopoli garam terutama
mengontrol produksi garam industri Garam Sumenep setelah mengambil alih
pengelolaan garam dari Raffles memiliki sejarah hampir seratus tahun, yaitu selama
kurun waktu 1818-1915. Selama periode ini, pemerintah Hindia Belanda berusaha
melanjutkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk garam, mereka
berusaha modernisasi industri garam dan terus perbanyak lahan yang dimilikinya. Pada
tahun 1918, total luas wilayah garam madura tercatat Itu sekitar 3000 hektar, dimana
hasil lahan sekitar 216.000 ton. Ladang garam diolah oleh penduduk setempat dan dijual
lebih dari 1,2 juta gulden Pada tahun yang sama, pemerintah menjual industri garam
untuk menghasilkan 16 juta gulden. Area tanah di Sumenep sendiri garam meningkat dari

Nama penulis | 5
ARTICLE IN PRESS
Vol. 1, No. 1, 2020, hlm. 1-15 DOI: 10.17977/um020v13i22019p1

1.102 hektar menjadi 1.106 hektar antara 1920 dan 1930, dan menghasilkan sekitar 127.487
ton garam pada tahun 1930. Pada tahun 1932, jumlah ini meningkat menjadi sebanyak
207.619 ton. Terus berkembang hingga mencapai 441.000 ton pada tahun 1952. (Adviana,
2019)
Jumlah garam yang dihasilkan adalah industri garam Sumenep termasuk industri
garam proprietary garam negara bagian dan pribadi. Garam diperoleh dari area ini
pegaraman tersebar di seluruh Summerp, daerah pegaraman yang ada di Kepulauan
Sumenep dan Sumenep, namun hanya sedikit yang apakah berpotensi menghasilkan
garam paling banyak, sehingga menjadi sentra produksi garam bahkan sejak zaman
kolonial. Berdasarkan hasil jelajah sumber “pertambakan garam mengalami penurunan
dari tahun 1976 sampai tahun 1985.” (Adviana, 2019)

Picture 2 : Pertambakan garam abad XIX-XX


Sumber : wawasansejaraharsip.com

Nama penulis | 6
ARTICLE IN PRESS
Vol. 1, No. 1, 2020, hlm. 1-15 DOI: 10.17977/um020v13i22019p1

Sumenep sejak awal adanya pertanian tambak garam memiliki beberapa daerah
khusus yang terkenal memiliki tanah subur dan produksi garam yang melimpah,
bahkan sampai sekarang ini. Daerah-daerah tersebut yaitu :
- Gresik putih
Desa Gresik Putih merupakan salah satu desa yang terletak di Jalan Gapura
Kabupaten Sumenep yang letaknya sangat terpencil, berada di pesisir pantai
antara Pulau Poteran dan Kalianget dimana tanahnya kering berupa pasir putih
halus. Sebagian besar kawasan ini merupakan garam, sehingga tidak
mengherankan jika sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani.
Sebagian juga sebagai tenaga kerja di perusahaan garam. Kawasan Gresik Putih
juga didominasi oleh kawasan pertanian dan laut, sehingga jumlah penduduk
(nelayan) yang bergerak di bidang pertanian dan perikanan tidak sedikit. Pada
tahun 1976, wilayah Gresik Putih tercatat menghasilkan garam sebanyak
8.805,508 ton garam milik PN. Garam dengan pendapatan sebesar Rp.
39.531.359,56 ribu dan hal tersebut meningkat pesat pada tahun 1977 sebanyak
32.822,391 ton dengan total pendapatan sebesar Rp. 133.322.911,12 ribu,
sedangkan jumlah stok garam milik garam swasta (rakyat) sebesar
5.929,72626ton.
Mayoritas penduduk yang tinggal didaerah gresik putih memiliki mata
pencaharian sebagai petani garam, maka tidak heran suasana perjalanan dari kota
menuju daerah gresik putih tersebut depenuhi dengan lahan pertambakan garam
sepanjang jalannya, para petani garam akan pergi pagi-pagi buta sekali untuk
melakukan perawatan dilahan pertambakan garam. Setelah melalukan hal
tersebut kemudian laham dibiarkan terpapar sinar matahari agar garam dapat
mengendap dengan baik.
- Nambakor
Nambakor adalah sebuah desa yang terletak di daerah kecamatan saronggi sudah
termasuk dalam wilayah pegaraman sejak jaman dahulu kala pada saat Koloni
Belanda. Desa Nambakor memiliki luas sekitar 12,54 hektar, termasuk 3 Desa.
Sebagian warga biasanya berprofesi sebagai petani garam beraktifitas di siang
hari karena butuh sinar matahari untuk menjemur lalu ayunkan garam bolak-balik,
saat musim panen tiba, biasanya di sepanjang jalan pedesaan, ada tumpukan
karung penuh garam. Garam bersebut menunggu pengangkutan untuk dikirim ke
gudang untuk diproses. Jika kita melintasi area ini anda bisa melihat banyak kincir
angin yang digunakan untuk mengontrol aliran air. Pada tahun 1970-an, kincir
angin digunakan sebagai pengganti tenaga 22 untuk memasukkan air atau
menuangkan air ke kolam garam. Selain kincir angin, di kawasan itu juga tersedia
beberapa pompa air dengan teknologi canggih.Pompa ini juga digunakan untuk
pengontrolan irigasi garam dan tambak ikan.Sampai saat ini kita masih bisa

Nama penulis | 7
ARTICLE IN PRESS
Vol. 1, No. 1, 2020, hlm. 1-15 DOI: 10.17977/um020v13i22019p1

membangun di sepanjang sungai besar dan sengaja mengairi mereka untuk


garam dan air. Kolam ikan.
- Pinggir papas (wilayah pelabuhan)
Wilayah ini terletak pada sepanjang pelabuhan kalianget yaitu terletak di ujung
Kabupaten Sumenep dan menjadi miliknya di daerah pesisir. Karena itu di bagian
paling akhir, jadi jika sebagian besar penduduk bekerja di sektor air tawar dan
perikanan. Kawasan tersebut termasuk jalan Kalianget yang terdiri dari dua desa.
Hampir semua desa yang ada merupakan desa potensial garam diproduksi karena
sebagian wilayah pelabuhan, daerah yang kering dan tandus, oleh karena itu tidak
dapat dimanfaatkan di sektor ini pertanian, tapi karena wilayahnya dekat laut, ada
air laut dapat mengalir melalui daerah tersebut dengan mudah dan cepat.
Produksi garam di daerah tersebut bahkan meningkat pada masa pemerintahan
pemerintahan Koloni atau senyawa organik yang mudah menguap menguasai
Sumenep, mereka sangat memperhatikan daerah jajahannya karena banyaknya
alat dan mesin. Diimport dari luar negeri untuk memproduksi garam, dan
membangun tanggul atau saluran sungai agar air laut dengan mudah dapat
mengalir ke tambak atau ladang garam yang sudah ada, sehingga hingga saat ini,
tidak mengherankan jika terdapat populasi tertentu di daerah ini. Pelabuhan
tersebut masih bekerja di sektor air tawar dan perikanan.
Pelabuhan Kalianget merupakan akses gerbang dan tempat terbuka jalur
perdagangan, sehingga dengan bantuan kapal atau kapal pengangkut garam,
produk garam dapat dengan mudah diekspor ke luar Madura dengan
menggunakan jalur angkutan. Desa Kertasada dan Pinggirpapas merupakan
beberapa desa penghasil garam di wilayah pelabuhan dan berkontribusi dalam
produksi garam. Kedua desa ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh salah satu
budaya asing Daerah-daerah tersebut khususnya penduduk Desa Pinggirpapas
yang sebagian besar penduduknya adalah petani garam, menjadikan tambak
garam sebagai sumber mata pencaharian.

Nama penulis | 8
ARTICLE IN PRESS
Vol. 1, No. 1, 2020, hlm. 1-15 DOI: 10.17977/um020v13i22019p1

Pengaruh Pertambakan Garam terhadap Konsisi Sosial Ekonomi mayarakat

Picture 3 : Teknik produksi garam


Sumber : instagram sumeneptempodulu

Kehidupan petani garam dalam bidang ekonomi meliputi jenis pekerjaan,


upah atau penghasilan, dan penggunaan upah tersebut. Petambak garam adalah
masyarakat yang melakukan kegiatan produksi dengan garam sebagai komoditas
utamanya. Tentu saja mereka menggunakan air laut, sinar matahari, dan lahan
pertanian untuk menghasilkan garam tersebut. Petambak garam dapat
memproduksi garam secara manual atau dengan alat. Namun hingga saat ini para
petani garam masih menggunakan cara manual dalam pembuatan garam. Selama ini
masyarakat masih menggunakan peralatan sederhana untuk memproduksi garam,
sehingga produksinya masih mengandalkan tenaga kerja. Tenaga kerja yang terlibat
dalam produksi garam dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu pekerja yang
berpartisipasi langsung dan pekerja yang tidak berpartisipasi langsung. Secara umum
penggunaan tenaga kerja dapat dibagi menjadi dua sistem, yaitu sistem yang berlaku
sebelum reorganisasi, yaitu penggunaan tenaga kerja sebagai bagian dari
keberadaan Pancen, dan petani penyewa harus dipesan oleh pemilik tanah. Sebagian
besar tenaga kerja yang digunakan para petani garam untuk keperluan produksi
terbatas pada tenaga kerja keluarga atau

Nama penulis | 9
ARTICLE IN PRESS
Vol. 1, No. 1, 2020, hlm. 1-15 DOI: 10.17977/um020v13i22019p1

Desa.
- Tradisi Nyader Sebagai salah satu aktivitas sosial budaya petani garam
Masyarakat petani garam disumenep melakukan tradisi nyader sebagai bentuk
rasa syukur terhadap pertambakan garam. Terlebih khususnya masyarakat yang
bermukim di Desa Pinggirpapas dan Kebundadap Barat. Pertanian. Tradisi ini disebut
"Tradisi Nyadhar" atau Nazar, yang artinya Anda dapat melakukan sesuatu jika Anda
mencapai tujuan Anda. Tradisi ritual Nyadhar yang dilakukan oleh masyarakat
Pinggirpapas dan Desa Kebundadap Barat ini erat hubungannya dengan nenek
moyang mereka yaitu Angasuto yang merupakan pembuat garam pertama. Tradisi ini
sama dengan tradisi bersyukur kepada petani tanah menikmati hasil panen padi atau
sayur mayur tidak ada bedanya dengan tradisi petik laut yang dilakukan oleh nelayan.

Picture 4 : Upacara Nyader


Sumber : netsyber.com

Dalam skripsinya yang berjudul Ritual Tradisi Nyadhar dan Pengaruhnya Bagi
Kehidupan Sosial Warga Desa Pinggirpapas di Madura, Chosnos Khotimah
menjelaskan bahwa dengan ditemukannya garam pertama kali oleh Anggasuto,
maka masyarakat Pinggirpapas mempunyai sumber kehidupan yang layak dalam hal
memproduksi garam hingga saat ini. Tradisi Nyadhar bermula ketika kedua adik dari
Anggasuto, yang pertama bernama Kuasa, dimana beliau ber Nazar jika garam yang
dibuat jadi bulan depan, maka ia akan selamatan bersama-sama dengan seluruh
masyarakat. Selain itu juga adik Anggasuto yang perempuan yang bernama Indusari,

Nama penulis | 10
ARTICLE IN PRESS
Vol. 1, No. 1, 2020, hlm. 1-15 DOI: 10.17977/um020v13i22019p1

juga ber Nazar, jika garam yang dibuat jadi bulan depan, maka ia akan melaksanakan
Nazar dirumahnya sendiri. Dan kata “Nazar” yang kemudian berubah menjadi
“Nyadhar”. Tradisi Nyadhar dilakukan selama tiga kali dalam setahun, yakni pada
bulan Juli, Agustus dan September.
- Adanya stratifikasi sosial dalam status petani garam
Masyarakat petani garam di Madura khususnya Sumenep memiliki tradisi dan rasa
syukur tersendiri atas panen garam, khususnya yang bermukim di Desa Pinggirpapas
dan Kebundadap Barat. Pertanian. Tradisi ini disebut "Tradisi Nyadhar" atau Nazar,
yang artinya Anda dapat melakukan sesuatu jika Anda mencapai tujuan Anda. Tradisi
ritual Nyadhar yang dilakukan oleh masyarakat Pinggirpapas dan Desa Kebundadap
Barat ini erat hubungannya dengan nenek moyang mereka yaitu Angasuto yang
merupakan pembuat garam pertama. Tradisi ini sama dengan tradisi bersyukur
kepada petani tanah menikmati hasil panen padi atau sayur mayur tidak ada bedanya
dengan tradisi petik laut yang dilakukan oleh nelayan.

Picture 5 : stratifikasi sosial petani garam


Sumber : koleksi bapersip jawa timur dalam Adviana, 2019

- Mantri : Seseorang yang menempati kelas sosial tertinggi dalam produksi


garam perusahaan garam. Mantri juga dikenal sebagai direktur produksi
garam. Garam mantri adalah orang yang menjual garam negara, dengan kata
lain garam mantri adalah koordinator pengumpulan garam negaranya. Garam
yang sudah dibuat dan dikumpulkan kemudian dijual atau disimpan ke
perusahaan garam.

Nama penulis | 11
ARTICLE IN PRESS
Vol. 1, No. 1, 2020, hlm. 1-15 DOI: 10.17977/um020v13i22019p1

- Mandor pembuatan garam : seseorang yang dipercayai perusahaan atau


pemilik garam Tanah atau majikan, dan dapatkan bayaran mingguan atau
bulanan. Mandor garam masih terpisah yaitu ada karung garam, yang terlibat
pembuat garam, dan ada juga mandor atau pekerja pengangkut garam yang
biasanya mengangkut garam dari wajan garam ke gudang. Upah untuk
penyimpanan dan penghasilan garam biasanya diberikan dengan sistem
borongan, karena pekerja angkutan biasanya tidak hanya satu orang, tetapi
juga terdiri dari beberapa orang, karena mengangkut garam membutuhkan
lebih banyak tenaga.
- Antek : Pelayan atau pembantu yang bergabung dengan garam membantu
membuat garam. Minion biasanya bertanggung jawab untuk membantu
Proses irigasi dan salinitas.
- Pekerdja : seseorang yang memiliki tugas untuk membantu-bantu dalam
proses pertanian garam.
Stratifikasi atau stratifikasi sosial industri garam rakyat telah berubah, yaitu
sebelum dan sesudah penjajahan, pada masa pra-penjajahan Sumenep (Sumenep)
kelas sosial petani garam didasarkan pada wilayah atau lahan yang dimilikinya. Dari
segi kepemilikan, hanya ada dua tingkatan, yaitu yang memilikinya. Yantian dan yang
tidak memiliki tanah, jadi jika seseorang memiliki tanah atau kolam garam luasnya
mencapai hektar kemudian menempati lantai atas, orang-orang ini biasa disebut
Panglako atau pemilik tanah, sedangkan yang tidak memiliki tanah berada di lantai
bawah dan biasa disebut Mantong masih sepuluh petani.

Nama penulis | 12
ARTICLE IN PRESS
Vol. 1, No. 1, 2020, hlm. 1-15 DOI: 10.17977/um020v13i22019p1

Kesimpulan
Petambak garam adalah masyarakat yang melakukan kegiatan produksi
dengan garam sebagai komoditas utamanya. Petambak garam memanfaatkan air
laut dan sinar matahari untuk menghasilkan garam, dapat dilakukan secara manual
atau dengan bantuan alat. Ada keterkaitan antara petani garam, dan biasanya atasan
akan memberikan arahan dan arahan. Bawahan menghasilkan garam. Para petani
garam juga mempraktikkan tradisi ungkapan rasa syukur atas panen garam, tradisi
nyadhar, yang merupakan bentuk ungkapan terima kasih kepada leluhur para petani
garam, karena telah menguasai ilmu pembuatan garam. Petambak Garam terbagi
dalam beberapa lapis, dan masing-masing lapis terbagi dalam jenis produksi Dalam
produksi garam rakyat, Petambak Garam terbagi dalam tiga (tiga) lapis yang dibagi
sesuai dengan bahan yang dimilikinya. Artinya, pengusaha garam termasuk pedagang
dan penyewa yang menempati lahan. Kemudian panglako atau pemilik tanah, dan
terakhir mantong atau petani penyewa dan buruh. Dalam produksi garam nasional,
stratifikasi sosial terbagi dalam jenis pekerjaan yang dipilih berdasarkan jabatan dan
pangkat yang diemban yaitu mantri (pengawas produksi garam), mandor pembuat
garam dibagi menjadi mantong dan mandor biasa, kemudian asisten pembuat garam
atau biasa disebut antek, dan terakhir pekerja yang membantu atasannya.

Nama penulis | 13
ARTICLE IN PRESS
Vol. 1, No. 1, 2020, hlm. 1-15 DOI: 10.17977/um020v13i22019p1

Daftar Rujukan
Aulia Adviana. 2019. Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Garam Di Sumenep Madura
Tahun 1960-1985 (Skripsi)
Jonge, de Huub. 2011. Garam, Kekerasan dan Aduan Sapi. Yogyakarta : LKIS Group.

Kuntowijoyo. 2002. Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris : Madura 1850-1940.


Yogyakarta : IRCiSod. Radikalisasi Petani. Yogyakarta : Bentang Intervisi Utama.
1993

Mochammad Wahyu Irwanto, Industri Zoutregie Di Madura. Mahasiswa Universitas


Airlangga, Surabaya, 2017. (Skripsi)
Nur Hidayati. “Produksi Garam di Madura tahun 1910-1940”. Mahasiswa Universitas
Airlangga, Surabaya. 2006. (Skripsi)
Nurhajarini, Dwi Ratna, dkk,. 2005. Kerusuhan Sosial di Madura Kasus Waduk Nipah
dan Ladang Garam. Tim Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta.

Perjanjian Kerja Sama Antara PT. Garam (Persero) dengan Petani Garam Yang
Tergabung Dalam Yayasan Tanah Luhur di Pulau Madura, 2006.
Pranoto, Suhartono W. 2010. Teori dan Metodologi Sejarah. Graha Ilmu :
Yogyakarta.
Wawancara dengan Bapak Samone selaku petani garam. Sumenep, 1 November
2020

Nama penulis | 14

Anda mungkin juga menyukai