Anda di halaman 1dari 64

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PERMINTAAN PASIR DI TANGKAHAN SUNGAI ASAHAN
KABUPATEN ASAHAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh lokasi, harga pasir,


dan kualitas pasir terhadap permintaan pasir di Tangkahan Sungai Asahan
Kabupaten Asahan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
diperoleh melalui observasi dan penyebaran kuesioner terhadap 50 responden
yang terdiri dari pengusaha panglong, produsen batako, produsen pot dan
produsen batu nisan yang ada di Kecamatan Aek Kuasan, Air Batu, Rahuning,
Pulau Rakyat dan Teluk Dalam. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis regresi linier berganda dengan program SPSS (Social Package of
Statistics Sofware).
Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel lokasi
berpengaruh negatif tidak signifikan, harga pasir berpengaruh negatif signifikan
dan kualitas pasir berpengaruh positif signifikan terhadap permintaan pasir di
Tangkahan Sungai Asahan Kabupaten Asahan. Dengan nilai R2 sebesar 0,274. Hal
ini menjelaskan bahwa variabel bebas secara bersamaan memberikan
pengaruhnya terhadap variabel terikat sebesar 27,4% sedangkan sisanya 72,6 %
dijelaskan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam estimasi model atau
disebabkan disturbance error. Secara simultan menunjukkan bahwa variabel
lokasi, harga pasir dan kualitas pasir, berpengaruh positif signifikan terhadap
permintaan pasir di Tangkahan Sungai Asahan Kabupaten Asahan.
Kata Kunci: Permintaan Pasir, Lokasi, Harga Pasir, Kualitas Pasir
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada hakikatnya sumber daya alam merupakan sesuatu yang amat
berharga dan harus disyukuri keberadaannya di muka bumi ini, dimana hal
tersebut merupakan titipan yang amat berharga dari yang Maha Kuasa agar dapat
dimanfaatkan dengan sebaik mungkin oleh manusia. Seperti yang terkandung
dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33, dimana dalam Pasal ini disebutkan
bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah
pokok-pokok kemakmuran rakyat”. Sebab itu harus dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebaik mungkin untuk kemakmuran rakyat.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara yang
kaya akan sumber daya alam, salah satunya adalah sumber daya mineral yang
lebih banyak dipergunakan sebagai bahan baku Industri. Pemerintah Republik
Indonesia sendiri membagi bahan galian menjadi 3 golongan, antara lain: Bahan
galian golongan A, bahan galian golongan B, bahan galian golongan C.
Penggolongan tersebut membuktikan bahwa begitu banyaknya sumber daya
mineral yang ada di Indonesia.
(https://makalahpertambanganpasirbesicipatujah.wordpress.com/2017/04/08/perta
mbangan-pasir-besi-di-daerah-cikawungading-kabupaten-tasikmalaya/).
Pengelolaan merupakan istilah yang dipakai dalam ilmu Manajemen.
Secara Etimologi pengelolaan berasal dari kata kelola (To Manage) dan biasanya
merujuk pada proses mengurus atau menangani sesuatu untuk mencapai tujuan.
Hal ini menggambarkan bahwa pengelolaan adalah suatu usaha atau tindakan atau
kegiatan penyempurnaan yang dilakukan melalui proses yang disertai usaha
pertumbuhan tersebut sehingga dapat berdaya guna dan berhasil guna untuk
memperoleh yang lebih baik.
Pujiono (1992:23) mendefinisikan pengelolaan/kegiatan adalah kegiatankegiatan
pelaksanaan harus menuju kearah tujuan yang hendak dicapai dan tetap
dalam arah kebijaksanaan yang ditetapkan. Dalam rangka pelaksanaan ini, unsurunsur
dalam siklus Manajemen adalah unsur pimpinan dan pengendalian, kedua
unsur ini merupakan alat untuk menjamin bahwa pelaksanaan diarahkan kepada
tujuan. Menurut UU No. 11 Tahun 1967, bahan tambang tergolong menjadi 3
jenis, yaitu : Golongan A (yang disebut sebagai bahan Strategis), Golongan B
(bahan Vital), Golongan C (bahan tidak Strategis dan tidak Vital).
Pertambangan sebagai rangkaian proses untuk memanfaatkan kekayaan
alam yang terkandung di dalam bumi Indonsia. Penyebaran mineral atau bahan
tambang di Indonesia tidak merata sesuai kondisi Geologi di sepanjang bentang
kepulauan nusantara. Sumber daya mineral tersebar dari Sabang sampai Marauke
mulai dari pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lain
seperti Halmahera dan Irian Jaya. Menurut Sumaatmadja (1988,hlm76) “di
Daratan Indonesia yang luasnya 2.027.087 tersebar berbagai sumber daya
alam seperti mineral, hutan, air, dan manusianya sendiri“. Pemanfaatan kekayaan
alam tersebut harus di laksanakan seefektif demi tercapainya tujuan yang
diharapkan yakni kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Mineral yang tersebar di Indonesia terdiri dari mineral organik,
Bijih/Logam, mineral industri,dan mineral-mineral lain yang kualitas dan
kuantitasnya belum ditelitih. Mineral di Indonesia paling banyak tersebar di Pulau
Jawa dan Pulau Sumatera dengan jenis mineral yang dominan berupa emas,
minyak, batu bara dan pasir. Beberapa mineral telah menjadi andalan sektor
pertambangan di Indonesia, sebagaimana di kemukakan oleh Sudrajat (1999,hlm
160) “ ada mineral Indonesia yang selama ini menjadi andalan yaitu Timah, Nikel,
Tembaga, Bauksit, Perak, Minyak Bumi.
(antologi.upi.edu/2017/04/Respon-Masyarakat-Pemilik-Lahan-Terhadap-Upaya-
Reklamasi-Lahan-Bekas-Penambangan-Pasir-Besi-di-Desa-Mandalajaya-
Kecamatan-Cikalong-pdf).
Setiap daerah memiliki potensinya masing-masing. Pemanfaatan
potensi alam tersebut boleh untuk apa saja dan siapa saja, tetapi tetap ada aturan
dan norma yang harus di taati dan “disepakati”. Sungai yang mengalir di
bentangan alam ini juga menyediakan potensi yang bisa dimanfaatkan salah
satunya adalah bahan tambang galian C. Galian C adalah bahan tambang yang
biasanya digunakan untuk pembangunan infrastruktur. Baik bangunan pribadi,
swasta maupun pemerintah.
Usaha di bidang pertambangan dimaksudkan untuk memanfaatkan mineral
tambang guna meningkatkan kenyamanan hidup manusia yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup bahkan kebutuhan primer manusia. Di dalam
pengelolaan dapat dengan berasaskan pelestarian kemampuan agar hubungan
manusia dengan lingkungannya selalu berbeda pada kondisi optimum, dalam arti
manusia dapat memanfaatkan sumber daya alam dengan kegiatan secara
terkendali dan lingkungannya mampu menciptakan sumber daya untuk
dibudidayakan dan dapat bermanfaat untuk kehidupan manusia.
Salah satu contoh Pertambangan yang ada di Sungai Asahan, Kabupaten
Asahan . jenis pertambangan yang ada di sungai ini adalah galian C yang berupa
Pasir. Pertambangan galian C ini terdiri dari beberapa pelaku usaha penggalian
pasir, dimana jenis yang mereka galian tetap sama yaitu pasir, galian C di sungai
Asahan ini sangat membantu perekonomian masyarakat, meningkatkan
pendapatan masyarakat, menciptakan lapangan pekerjaan, dan membantu
pembangunan infrastruktur daerah karna dalam pembangunan sangat
membutuhkan pasir. kegiatan pembangunan yang semakin meningkat
menyebabkan kebutuhan Pasir juga meningkat. akibatnya aktivitas penambangan
pasir juga meningkat.
Salah satu contoh kongkrit galian C yang berasal dari sungai adalah pasir.
Di Kabupaten Asahan bahan galian C tersebut semuanya di eksploitasi dan kelola
di aliran sungai oleh pihak swata. Pengelolaan oleh swasta tersebut tentunya
mendatangkan pemasukan bagi daerah, baik yang berhubungan langsung dengan
lokasi maupun pemerintah daerah. Bagi yang berhubungan langsung dengan
lokasi, seperti desa. Karena di lokasi galian C di daerah ini berada sangat dekat
dengan permukiman masyarakat (Desa), maka biasanya pihak pengelola
memberikan kesempatan kepada masyarakat desa sekitar untuk mencari nafkah
dengan berkerja sebagai pekerja kasar “Pengumpul Pasir” di tambang galian C
tersebut.
Asahan dipilih sebagai lokasi untuk penelitihan ini dikarnakan hanya satu
pertambangan galian C di sekitaran Kecamatan Rahuning, Pulau Rakyat, Aek
Kuasan, Air Batu, dan Teluk Dalam. Sehingga Tangkahan Asahan merupakan
salah satu tempat persedian pasir untuk masyarakat. Hal ini di tandai dengan
meningkatnya pembangunan infrastruktur seperti pembangunan jalan, rumah sakit
dan pembangunan lainnya. Tambang galian C Asahan juga memberikan dampak
bagi kesejahteraan masyarakat baik dalam meningkatkan pendapatan maupun
dalam menciptakan lapangan pekerjaan.
Potensi endapan pasir sungai Asahan dan sungai Silau cukup besar,
khususnya mulai dari muara sungai Asahan hingga daerah pelabuhan. Sampai saat
ini pemerintah daerah belum melibatkan peran serta investor untuk memanfaatkan
hasil tambang pasir yang melimpah itu. Dengan panjang 12 km dan lebar 40
Meter serta kedalaman 2 Meter, diperkirakan kedua sungai itu bisa menghasilkan
pasir yang cukup banyak untuk ditambang. Hasil Penelitian PT Sucopindo, pasir
tambang Sungai Asahan dan Sungai Silau memiliki kandungan Silica, Alumina,
Ferric Oxida, Calcium Oxcida, Sodium Oxcida, Potassium Oxida, Mangan Oxcida,
Loss on Agminition. Pertambahan Sedimentasi pasir di kedua sungai itu 3
cm/bulan. Dengan pertambahan ini menjadikan pendangkalan yang serius pada
aliran sungai dan memerlukan perbaikan lingkungan berupa pengerukan.
Pengusaha/Investor telah banyak berminat untuk penambangan pasir dengan
tujuan eksport, tetapi terkendala dengan SK Menteri Perindustrian dan Perdagangan
No.117/MPP/kep/2/2003 Tanggal 28 Februari 2003. Kebijakan Menteri
Perindag ini bertentangan dengan upaya Pemko Tanjungbalai untuk memperbaiki
lingkungan alam sungai. Biaya pengerukan reklamasi sungai yang cukup tinggi
akan dapat diatasi dengan mencabut SK Menteri ini untuk tidak melakukan
pelarangan ekspor.
Hal senada diungkapkan Sekdakot Drs Abdi Nusa didampingi Kepala
Bappeda Pemko Tanjungbalai Ir Solihin alias Lopo di ruang kerjanya. Jalan
keluar mengatasi masalah pasir di sungai Asahan dan Silau harus melakukan
ekspor pasir dan mencabut SK Menteri Perindag. Pihak pemerintah Kota
Tanjungbalai sedang berupaya agar SK Menteri ini dapat ditinjau kembali.
(https://www.jurnalasia.com/2017/april/08/endapan-sungai-asahan-sangatbesar.
html).
Data permintaan akan pasir di tangkahan sungai Asahan Kabupaten
Asahan secara Statistik belum ada, karna belum terdokumentasi dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara yang di lakukan penulis dengan beberapa pelaku
usaha penggalian pasir yang ada di Tangkahan sungai Asahan, peningkatan
permintaan akan pasir di tangkahan sungai Asahan mengalami peningkatan yaitu
sekitar 10 % per tahun, Hal ini di sebabkan karna meningkatnya pembangunan
properti yang menggunakan bahan material pasir. Konsumen pasir di sungai
Asahan Kabupaten Asahan paling banyak adalah para pengusaha panglong,
produsen batako, produsen pot dan produsen Rehel (batu nisan). Permintaan
mereka terhadap pasir sangat tinggi karna semua kegiatan pembanguan
membutuhkan pasir, semakin meningkatnya pembangunan infrastruktur maka
semakin meningkatlah permintaan pasir di kalangan masyarakat. Para konsumen
yang meminta pasir di tangkahan sungai Asahan ini melakukan transaksi jual beli
langsung mendatangi tangkahan sungai Asahan dan bertemu langsung dengan
pelaku usaha penggalian pasir dengan harga yang telah di sepakati. Permintaan
pasir yang di minta konsumen meningkat atau menurun banyak di sebabkan oleh
beberapa faktor.
Faktor yang mempengaruhi permintaan pasir di Tangkahan sungai Asahan
Kabupaten Asahan yaitu lokasi , dimana lokasi adalah jarak antara tempat yang di
diami responden ke tangkahan sungai Asahan. Semakin dekat jarak yang di
tempuh responden untuk ke tangkahan maka akan semakin memungkinkan
konsumen membeli pasir di tangkahan sungai Asahan.
Harga pasir juga merupakan faktor yang mempengaruhi peningkatan atau
penurunan jumlah permintaan pasir, karena semakin rendah harga pasir yang
ditawarkan pelaku usaha penggalian pasir maka akan semakin banyak jumlah
pasir yang diminta masyarakat. Dan pada kenyataannya yang ada dilapangan,
harga pasir yang ditawarkan oleh pelaku usaha penggalian pasir yang ada di
Tangkahan sungai Asahan memang relatif berbeda. Faktor lainnya adalah kualitas
pasir itu sendiri, kualitas pasir yang baik adalah pasir yang tidak bercampur
dengan bahan organik lainnya seperti sampah dan lumpur.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis bermaksud untuk
melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Permintaan Pasir di Tangkahan sungai Asahan Kabupaten Asahan “
1.2 Rumusan Masalah

Seiring dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur di tengah-tengah


kehidupan masyarakat, maka permintaan terhadap bahan bangunan juga meningkat seperti
meningkatnya permintaan pasir. Untuk mengetahui faktorfaktor
apa saja yang mempengaruhi permintaan terhadap pasir, maka perlu di
lakukan kajian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan pasir di Tangkahan sungai Asahan Kabupaten Asahan. Maka
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah Lokasi berpengaruh terhadap permintaan pasir di tangkahan
sungai Asahan Kabupaten Asahan ?
2. Apakah Harga Pasir berpengaruh terhadap permintaan pasir di tangkahan
sungai Asahan Kabupaten Asahan ?
3. Apakah Kualitas Pasir berpengaruh terhadap permintaan pasir di
tangkahan sungai Asahan Kabupaten Asahan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka Penelitian


ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui apakah Lokasi mempengaruhi permintaan pasir di
tangkahan sungai Asahan Kabupaten Asahan.
2. Untuk mengetahui apakah Harga Pasir mempengaruhi permintaan pasir di
tangkahan sungai Asahan Kabupaten Asahan.
3. Untuk mengetahui apakah Kualitas Pasir mempengaruhi permintaan pasir
di tangkahan sungai Asahan Kabupaten Asahan.

1.4.Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan evaluasi bagi produsen atau penjual untuk membuat


implikasi kebijakan pemasaran sehingga produsen atau penjual dapat
mengetahui apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen.
2. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
kepentingan akademik sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya.
3. Dan bagi penulis, penelitian ini juga memberikan kesempatan belajar dan
menambah pengalaman serta sebagai salah satu sarana penerapan ilmuilmu
yang telah diperoleh selama perkuliahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertambangan
Kegiatan pertambangan di Indonesia telah berlangsung sejak awal sejarah
bangsa Indonesia. Kualitas dan kuantitas eksploitasi mineral sangat di pengaruhi
oleh penerapan teknologi dan kemajuan sumber daya manusianya. Ladang-ladang
tambang Indonesia yang bernilai ekonomis lebih banyak di kuasai oleh pihak
asing dan orang Indonesia sendiri kurang berperan aktif di dalamnya. Pemerintah
beranggapan bahan-bahan tambang Indonesia mempunyai potensi yang tinggi
untuk menghasilkan devisa negara. Oleh karna itu, pemerintah memberikan
kesempatan bagi pengusaha-pengusaha asing yang memiliki modal dan teknologi
tinggi untuk mengusahakan bahan-bahan galian tersebut.
(repository.upi.edu/2017/4/S_GEO_100794_Chapter1.pdf )
Hasil tambang Indonesia dari tahun ketahun sebagian besar di ekspor ke
berbagai negara dunia dan hanya pasir lah yang lebih banyak di manfaatkan di
dalam negeri. Pasir di anggap sebagai salah satu sumber daya yang kurang
ekonomis dan penggunaan nya kurang optimal. Akan tetapi, seiring dengan
perkembangan teknologi dan teknik pertambangan, sumber daya pasir yang
dulunya di nilai tidak ekonomis, sekarang dapat berubah menjadi sumber daya
yang layak tambang. Hal ini di pengaruhi oleh perkembangan industrialisasi yang
meningkatkan permintaan pasir seiring dengan peningkatan kebutuhan pasir di
dunia. Pasir di manfaatkan untuk bahan baku di sektor industri dan produksi.
dengan mengolahnya menjadi bahan dasar bangunan. Untuk memenuhi kebutuhan
pasir yang terus meningkat, pengusaha pasir melakukan eksploitasi ke berbagai
wilayah yang di anggap memiliki sumber daya pasir dalam jumlah yang besar.
(repository.upi.edu/2017/4/S_GEO_100794_Chapter1.pdf)

2.1.1. Fungsi Pertambangan

Guna mendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan fungsi


Pengolahan mineral berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Tahun
2009 Tentang Pertambangan Mineral :
1. Menjamin Efektivitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha
pertambangan secara berdaya guna, berhasil guna, dan berdaya saing.
2. Menjamin manfaat pertambangan mineral secara berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan hidup.
3. Menjamin tersedianya mineral sebagai bahan baku dan sebagai sumber
energi untuk kebutuhan dalam negeri.
4. Mendukung dan menumbuh kembangkan kemampuan nasional agar lebih
mampu bersaing di tingkat.
5. Meningkatkan pendapatan masyarakta lokal, daerah, dan negara serta
menciptakan lapangan pekerjaan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan
rakyat.
6. Menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan usaha
pertambangan mineral.

2.1.2 Dampak Pertambangan

Produksi pertambangan memiliki peran penting dalam mendukung


pembangunan ekonomi nasional dan regional. Indutri pertambangan mampu
menciptakan pembangunan berkelanjutan dengan menciptakan kesejahteraan
masyarakat. Produksi pertambangan memiliki peran besar dalam medukung
pembanguan nasional dan daerah melalui penerimaan negara dan penciptan
lapangan pekerjaan dan memberikan konstribusi terhadap kesejahteraan
masyarakat, melalui penyediaan lapangan kerja, jasa pelayanan dan dana untuk
pembangunan daerah.
Dalam peran pertambangan yaitu kesejahteraan masyarakat. Teori
kesejahteraan masyarakat menjelaskan ada dua perbedaan pada dasarnya yaitu :
teori kesejahteraan sosial dan teori kesejahteraan ekonomi. Teori kesejahteraan
dalam di golongkan menjadi Classical Utilitarian yang menekan kan pada
kesenangan (Pleasure) atau kepuasan (Utility) dan Neoclassical Welfare Theory
menekankan kondisi kesejahteraan sosial yang maksimun untuk mencapai
kepuasan individu.
(agussulaksono.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/2017/04/PENGARUH+B
ATUBARA.pdf)
Fungsi kesejahteraan (Welfare) secara spesifik dengan persamaan sebagai berikut:
W = w (Y,I,P)
Dimana :
W = Kesejahteraan
Y = Pendapatan perkapita
I = Ketimpangan
P = Kemiskinan Absolut
Ketiga variable ini mempunyai signifikan berbeda dan selayaknya di
pertimbangkan secara menyeluruh untuk menilai kesejahteraan di negara-negara
berkembang (Todaro, 2003).
Produksi pertambangan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan
ekonomi. Sektor pertambangan dipengaruhi besarnya penggunaan investasi,
tenaga kerja serta berpengaruh penting dengan pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan investasi menciptakan tenaga kerja dan berpengaruh terhadap hasil
produksi pertambangan (Jamli, 2012)
Perusahaan pertambangan berpotensi untuk menciptakan kesejahteraan
terhadap negara yang kaya sumber daya alam. Ekspor pertambangan sebagai
kostribusi ekonomi nasional. Sumber keuntungan dari pertambangan dari loyality
dan pajak. Perusahaan pertambangan membanguna infrastruktur untuk jalan,
tenaga listrik sehingga dapat menguntungkan ekonomi masyarakat daerah.
Perusahaan pertambangan membutuhkan tenaga kerja banyak pada tahap
konstribusi produksi (Crowson, 2010)
Salim (2007, 1012) mengatakan setiap kegiatan pembangunan di bidang
pertambangan pasti menimbulkan dampak positif terhadap pemerintah pusat,
Kabupaten/Kota dan masyarakat lokal melalui penciptaan lapangan. Skaer (2002)
mengatakan perusahaan pertambangan dapat menciptakan kesejahteraan
masyarakat berupa peningkatan kesempatan kerja, mengurangi tingakat
kemiskinan, dan meningkatkan standar hidup masyarakat.
Di Indonesia pertambangan seperti pengambilan pasir di sungai, termasuk
sebagai bahan tambang galian C, harus ada ijinnya dan juga ada penarikan
retribusi dan pajaknya. Memang, untuk daerah yang memiliki tambang pasir, pasir
adalah salah satu sumber pendapatan asli daerah, yang terkadang dapat
menyumbangkan jumlah yang besar untuk keuangan daerah.
Banyak lapangan pekerjaan yang dapat dihasilkan dari proses
penambangan pasir di sungai, mulai dari pekerja yang bertugas mengumpulkan
pasir dari dasar sungai, lalu pekerja yang mengangkut pasir dari tepi sungai ke
tepi jalan besar, sampai kepada sopir truk yang mengangkut pasir-pasir tersebut,
belum lagi tenaga lepas untuk menurunkan pasir dari atas truk. Dari berbagai
proses tersebut ada banyak uang yang berputar sehingga perekonomian dapat
berjalan.

2.1.3 Penggolongan bahan galian


Sebelum masuk pada penggolongan bahan galian, kita perlu tahu apa itu
bahan galian. Berdasarkan PP Nomor 27 Tahun 1980 bahan galian digolongkan
menjadi 3 golongan yaitu :
1. Golongan A atau Bahan galian Strategis yang termasuk kedalam bahan
galian ini yaitu : Minyak Bumi dan Gas Alam, Batu Bara, Nikel,
Uranium, dan unsur Radioakti lainnya dan Kobalt.
2. Golongan B atau Bahan galian vital yang termasuk kedalam bahan galian
ini yaitu : Air Raksa, Tembaga, Kristal Kuarsa, dan Vanadium.
3. Golongan C atau Bahan galian tidak termasuk galian A dan B, Bahan
galian ini yaitu :Pasir, Batu Gamping, Dolomil, Diatomea, Bentinil,
Felspar, Andesit, dan Tanah Liat.

2.1.4 Defenisi Pasir


Pasir adalah contoh bahan material butiran. Butiran pasir umumnya
berukuran antara 0,0625 sampai 2 Milimeter. Materi pembentuk pasir
adalah Silikon dan Dioksida. Dalam Geologi pasir adalah batuan sendimen sisa
hasil rombakan batuan padat. Butir pasir yang berukuran 1-2 Milimeter di sebut
pasir kasar, dan yang berukuran 1/6- 1/8 Milimeter disebut pasir sangat halus,
menurut skala Wentworth. Di dalam penggolongan Tartah, pasir adalah nama
untuk material yang butirnya berukuran 2-6 Milimeter, dan yang bila kering atau
jenuh air tidak memiliki Kohesi. Pasir di hasilkan dari pengikisan endapanendapan
yang timbul akibat erosi aliran air, gelombang laut, gletser, dan angin.
Seperti juga batu pasir, pasir sebagian besar tersusun atas Kuarsa dan Feldspar.
Pasir-pasir Silica biasanya berasal dari hancuran batuan-batuan.
(Wikipedia.2017.Pasir.https://id.m.wikipedia.org/wiki/)
Menurut Admin Tim (Perbaiki Rumah) pasir adalah contoh bahan material
butiran. Butiran pasir umumnya berukuran antara 0,0625 sampai 2 Milimeter.
Materi pembentukan pasir adalah Silicon Dioksida, tetapi di beberapa pantai
tropis dan subtropis umumnya di bentuk dari batu kapur. Pasir cukup banyak
macam dan jenisnya tapi yang akan Admin Tim ( Perbaiki Rumah) sampaikan
adalah jenis pasir yang termasuk bahan bangunan/material bangunan.

2.1.5 Kegunaan Pasir


Pasir adalah salah satu bahan yang sangat penting dalam kegiatan
pembangunan baik itu rumah, gedung ataupun bangunan yang lain, dan beberapa
kegunaan pasir adalah :
1. Untuk melekatkan batu bata yang satu dengan batu bata yang lain, kita
memerlukan spesi, dan dalam campuran spesi terdapat dua kompenen penting
yaitu pasir dan juga semen.
2. Dalam membuat Beton Concrete, kita juga memerlukan campuran antara batu
bata,semen dan pasir.
3. Untuk melapisi dinding batu bata kita akan memerlukan plaster (dalam
bahasa jawa : Pelur) dalam campuran pelur tersebut kita juga memerlukan
pasir dan semen sebagai bahan utama.
4. Untuk memasang lantai kramik, kita juga memerlukan campuran antara pasir
dan semen sebagai bahan utamanya, pertama campuran tersebut di letakan
pada dasarnya lalu kramik di gunakan sebagai penutupnya.
5. Jika tidak menggunakan batu bata, tetapi menggunakan batako maka sebagai
bahan utama dari batako tersebut adalah pasir.

2.1.6 Karakteristik pasir


Salah satu komponen yang paling penting dalam proses pembangunan
adalah pasir. Apalagi jika struktur yang kita gunakan adalm proses tersebut adalah
beton. Maka kebutuhan akan pasir adalah sangat vital, dan tidak dapat tergantikan.
Bila anda hendak melakukan pekerjaan pengecoran kolom, dak dan plat maka
belilah pasir yang butirannya kasar yaitu pasir beton. Pasir beton biasanya
merupakan pasir yang di peroleh dari bawah gunung atau aliran sungi. Pasir beton
yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Berwarna hitam
Butiran kasar, kasar dan tajam , berukuran 0,075 sampai 5.0 mm
Sedikit mengandung lumpur, tidak boleh melebihi 4%. Untuk mengujunya
cukup rendamkan segenggam pasir dalam air, jika berwarna coklat dan
keruh, dipastika pasir tersebut memiliki kandungan lumpur yang cukup
tinggi. Pasir beton yang tidak mengandung lumpur air nya tidak akan
berubah warna meski menjadi kotor.
Menurut SNI S-04-1998-F:28, ciri-ciri pasir yang bermutu bagus di antaranya :
Butirnya tajam dan keras dengan indeks kekerasan kurang dari 2,2
Bersifat kekal, hancur maksimum 12% saat diuji dengan natrium sulfat
dan hancur maksimum 10% saat diuji dengan magnesium sulfat.
Tidak mengandung lumpur lebih dari 5%. Bisa dilakukan proses
pencucian untuk mengurangi kadar lumpur.
Tidak mengandung bahan organic dalam jumlah yang terlalu banyak. Di
buktikan menggunakan percobaan warna dari Abrans-Harder dengan
larutan jenuh NaOH 3%.
Tidak modulus kehalusannya berkisar antara 1,5-3,8 serta terdiri atas
butiran yang beraneka ragam.
Beton dengan tingkat keawetan yang tinggi mempunyai reaksi yang
negatif terhadap Alkali.
Bukan pasir laut kecuali dengan petunjuk lembaga pemerintahan bahan
bangunan yang berwenang.
Agregat halus untuk plasteran dan spesi terapan wajib memenuhi
persyaratan pasir pasangan.
Berada di dalam syarat ambang batas gradasi pasir yang baik.

2.2 Permintaan
Menurut Sahat (2007) permintaan (demand) dapat didefenisikan sebagai
suatu skedul, kurva, atau fungsi yang menunjukan berbagai jumlah suatu barang
yang para konsumen ingin dan mampu membelikan dengan tingkat harga tertentu
pada periode tertentu.
Menurut Daniel (2002), permintaan (demmad) adalah jumlah barang yang
di minta oleh konsumen pada suatu pasar. Sementara pasar adalah tempat
terjadinya transaksi antara produsen dan konsumen atas barang-barang ekonomi.
Sebagian ahli mengatakan bahwa pengertian permintaan adalah jumlah barang
yang sanggup dibeli oleh para pembeli pada suatu tempat dan waktu tertentu
dengan harga yang berlaku pada saat itu.
2.2.1. Teori Permintaan
Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan di antara jumlah
permintaan dan harga. Hukum permintaan pada hakekatnya merupakan suatu
Hipotesa yang menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu barang, maka
semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya semakin tinggi
harga barang tersebut, maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut
(Sukirno 1985).
Permintaan adalah keinginaan konsumen membeli suatu barang pada
berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu (Rahardja dan Manurung
2006). Banyaknya komoditi yang akan dibeli oleh rumah tangga (konsumen) pada
periode waktu tertentu menurut Lipsey et al. (1995) dipengaruhi oleh variabel
waktu tertentu, variabel penting yaitu harga komoditi itu sendiri, rata-rata
penghasilan rumah tangga, harga komoditi yang berkaitan, selera, distribusi
pendapatan rumah tangga, dan besarnya populasi. Besarnya permintaan suatu
barang atau produk ditentukan oleh banyak faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan antara lain (Rahardja dan
Manurung 2006):
1. Harga Barang Itu Sendiri Jika harga suatu barang semakin murah, maka
permintaan terhadap barang itu bertambah. Begitu juga sebaliknya. Ini
sesuai dengan hukum permintaan, yang menyatakan ”Apabila harga suatu
barang naik (ceteris paribus), maka jumlah barang yang diminta akan
turun, dan sebaliknya.”
2. Harga Barang Lain Harga barang lain juga dapat mempengaruhi
permintaan suatu barang, tetapi kedua macam barang tersebut harus
mempunyai keterikatan. Keterikatan dua macam barang dapat bersifat
substitusi (pengganti) dan bersifat komplemen (pelengkap). Bila harga
barang substitusi meningkat, maka harga suatu barang menjadi lebih
murah, sehingga permintaan terhadap barang tersebut meningkat.
Sedangkan kalau harga barang komplemen turun, maka permintaan
terhadap barang tersebut meningkat, sehingga permintaan terhadap suatu
barang mungkin meningkat pula. Dan bila dua macam barang tidak
mempunyai hubungan dekat (keterkaitan), maka perubahan harga suatu
barang tidak mempengaruhi permintaan barang satunya lagi.
3. Tingkat pendapatan per kapita, tingkat pendapatan per kapita dapat
mencerminkan daya beli. Semakin tinggi tingkat pendapatan, daya beli
semakin meningkat, sehingga permintaan terhadap suatu barang
meningkat (untuk komoditi yang berupa barang normal).
4. Selera atau kebiasaan Selera atau kebiasaan juga mempengaruhi
permintaan terhadap suatu barang.
5. Semakin banyak jumlah penduduk, maka permintaan akan suatu barang
semakin meningkat.
6. Perkiraan harga di masa mendatang jika kita memperkirakan bahwa harga
suatu barang akan naik, adalah lebih baik untuk membeli barang itu
sekarang, sehingga mendorong orang untuk membeli lebih banyak saat ini
guna menghemat belanja di masa mendatang.
7. Jika distribusi pendapatan buruk, berarti daya beli konsumen secara umum
melemah, sehingga permintaan terhadap suatu barang menurun.
8. Usaha-Usaha produsen meningkatkan penjualan dalam perekonomian
yang modern, bujukan para penjual untuk membeli suatu barang besar
sekali peranannya dalam mempengaruhi masyarakat. Pengiklanan
memungkinkan masyarakat untuk mengenal suatu barang baru atau
menimbulkan permintaan terhadap barang tersebut. Disamping itu, untuk
barang-barang yang sudah lama, pengiklanan akan mengingatkan orang
tentang adanya barang tersebut dan menarik minat untuk membeli. Usahausaha
promosi penjualan lainnya, seperti pemberian hadiah kepada
pembeli apabila membeli suatu barang atau iklan pemberian potongan
harga, seiring mendorong orang untuk membeli lebih banyak dari
biasanya.

2.2.2 Fungsi Permintaan


Fungsi permintaan adalah permintaan yang dinyatakan dalam hubungan
matematis dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan fungsi
permintaan, maka kita dapat mengetahui hubungan antara variabel tidak bebas
(dependent variables) dan variabel-variabel bebas (independent variables).
Persamaan matematis yang menjelaskan hubungan antara tingkat permintaan
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan sebagai berikut (Rahardja
dan Manurung 2006) :
- +/- + + + + + +
Dx = f ( Px, Py, Y/kap, T, Pop, Pp, Ydist, Prom)
Dimana :
Dx = permintaan barang X
Px = harga barang X
Py = harga barang Y (substitusi atau komplemen)
Y/kap = pendapatan per kapita
T = selera
Pop = jumlah penduduk
Pp = perkiraan harga barang X periode mendatang
Ydist = distribusi pendapatan
Prom = upaya produsen meningkatkan penjualan (promosi)
Dx adalah variabel tidak bebas (Dependent Variable),
Tanda Positif (+) dan Negatif (-) menunjukkan pengaruh masing-masing
variabel bebas terhadap permintaan barang X. Tanda positif menunjukkan
hubungan searah, sedangkan tanda negatif menunjukkan hungan terbalik.
Misalnya, pertambahan jumlah penduduk (Pop) akan meningkatkan permintaan
barang X. Sementara jika harga X (Px) naik, maka permintaan barang X turun.
Dalam analisis ekonomi tidak semua variabel diperhitungkan.biasanya
yang diperhitungkan adalah yang pengaruhnya besar dan langsung. Dalam hal ini
variabel yang dianggap mempengaruhi permintaan suatu barang adalah harga
barang itu sendiri, harga barang lain, dan pendapatan (Rahardja dan Manurung
2006)

2.2.3 Hukum Permintaan


Hukum permintaan adalah suatu hipotesa yang menjelaskan hubungan
antara harga barang dengan jumlah barang yang dibeli konsumen. Jumlah barang
yang dibeli konsumen berbanding terbalik dengan harga. Dalam hukum
permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan suatu barang dengan
tingkat harganya. Hukum permintaan menyatakan “ semakin rendah harga suatu
barang maka akan semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut.
Sebaliknya, semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan
terhadap barang tersebut “ Permintaan suatu barang di pasar akan terjadi apabila
konsumen mempunyai keinginan (willing) dan kemampuan (ability) untuk
membeli, pada tahap konsumen hanya memiliki keinginan atau kemampuan saja
maka permintaan barang belum terjadi, kedua syarat willing dan ability harus ada
untuk terjadinya permintaan (Sukirno,2005).

2.2.4 Kurva Permintaan


Kurva permintaan adalah yang menghubungkan antara tingkat harga
barang dengan jumlah yang diminta atas barang tersebut, ceteris paribus.
Hubungan antara suatu komoditi dengan jumlah yang diminta dapat dilihat dalam
grafik permintaan dibawah ini (Suryawati,2005).
Px
Dx
0 Qx
Gambar 2.1
Kurva Permintaan Individu
Ket : Px = Harga barang yang diminta
Qx = Jumlah barang yang diminta
Sumber : Suryawati, 2005
Seperti disebutkan di atas, kita harus dapat membedakan jumlah yang
diminta dan permintaan. Perubahan harga akan mempengaruhi jumlah yang di
minta, bukan permintaan. Sedangkan perubahan permintaan akan menyebabkan
kurva permintaan bergeser ke kanan dan ke kiri (Gambar 2.1). pergeseran kurva
permintaan akan berubah di setiap tingkat harga.

2.3 Penawaran
Penawaran adalah banyaknya barang dan jasa yang tersedia dan dapat
ditawarkan oleh produsen kepada konsumen pada setiap tingkat harga selama
periode waktu tertentu. Penawaran dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
1. Harga barang itu sendiri
2. Harga dari barang-barang lain
3. Ongkos produksi, yaitu biaya untuk memperoleh faktor-faktor produksi
4. Tujuan-tujuan dari perusahaan tersebut
5. Tingkat teknologi yang digunakan
Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan sifat
perkaitan di antara harga sesuatu barang dan jumlah barang tersebut yang
ditawarkan para penjual. Di dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan
para penjual untuk menawarkan barangnya apabila harga tinggi, dan bagaimana
pula keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya rendah.
Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan “ makin tinggi harga sesuatu
barang makin banyak jumlah barang tersebut yang akan ditawarkan oleh para
penjual, sebaliknya makin rendah harga sesuatu barang makin sedikit jumlah
barang tersebut yang ditawarkan oleh para penjual “

2.4 Pengaruh Perubahan Permintaan Ke Atas Keseimbangan


Perubahan-perubahan ke atas faktor-faktor lain di luar harga yang
mempengaruhi permintaan akan menimbulkan perubahan keadaan ekuilibrium.
Terdapat dua kemungkinan perubahan/pergeseran kurva permintaan dan
penawaran, yaitu :
1. Permintaan bertambah (kurva permintaan bergeser ke kanan)
2. Permintaan berkurang (kurva permintaan bergeser ke kiri)
Harga (rupiah)
DS
PE
D
0 Q Jumlah yang dijual belikan
Gambar 2.2
Akibat Pergeseran Permintaan Terhadap Keseimbangan
Pada gambar diatas ditunjukan bahwa kurva permintaan bergeser dari DD
menjadi dan berarti telah berlaku pertambahan permintaan. Pergesran ini
menyebabkan keadaan ekuilibrium berpindah dari E menjadi . Perpindahan ini
menunjukan bahwa kenaikan permintaan menyebabkan harga naik dari P ke dan
barang yang di perjual belikan bertambah dari Q ke .

2.5 Lokasi
Awang Firdaos (1997) menulis bahwa lokasi merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi sebuah permintaan. Menurut Hang Kueng dalam Fuad
Mustofa (2005) jarak dikatakan dekat apabila jarak kurang atau sama dengan 2
km ke lokasi tujuan sedangkan jarak dikatakan jauh apabila jarak lebih dari 2 km
ke lokasi tujuan. Menurut teori Webar Lokasi optimal dari perusahaan adalah
lokasi dimana perusahaan bisa meminimumkan biaya transportasi pengadaan
input dari lokasi bahan baku ke lokasi pabrik, dan meminimumkan biaya
distribusi output dari pabrik ke pasar. dasarnya penentuan lokasi sebuah aktivitas
usaha adalah suatu proses yang evolutif dimana perubahan pada harga faktor
produksi akan menimbulkan perubahan pada tingkah laku penentuan lokasi
aktivitas usaha itu sendiri yang akan merubah keterkaitan antara sumber bahan
baku (supplier), pasar dan aktivitas usaha.

2.6 Harga
Payne (2004:171) harga dibuat dengan menambah persentasi mark-up
pada biaya atas manfaat-manfaat dalam memakai atau menggunakan suatu jasa
atau produk. Sedangkan menurut Kotler (2001:439) harga adalah sejumlah uang
yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar
konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau
jasa tersebut. Philip Kotler menyatakan harga adalah salah satu unsur bauran
pemasaran yang menghasilkan pendapatan, unsur-unsur lainnya menghasilkan
biaya.
Determinasi harga terhadap permintaan dengan mengasumsikan factorfaktor
yang mempengaruhinya dianggap citeris paribus akan menghasilkan hokum
permintaan. Hukum permintaan menyatakan, bila harga naik maka permintaan
barang akan turun, sebaliknya bila harga turun permintaan akan barang tersebut
akan naik.

2.7 Kualitas Produk


Konsumen selalu ingin mendapatkan produk yang berkualitas sesuai
dengan harga yang dibayar, walaupun terdapat sebagian masyarakat yang
berpendapat bahwa, produk yang mahal adalah produk yang berkualitas. Jika hal
itu dapat dilaksanakan oleh perusahaan, maka perusahaan tersebut akan dapat
tetap memuaskan para konsumen dan dapat menambah jumlah konsumen. Dalam
perkembangan suatu perusahaan, persoalan kualitas produk akan ikut menentukan
pesat tidaknya perkembangan perusahaan tersebut. Apabila dalam situasi
pemasaran yang semakin ketat persaingannya, peranan kualitas produk akan
semakin besar dalam perkembangan perusahaan.
Hal ini senada dengan pendapat dari Kotler dan Amstrong (2008) bahwa
semakin baik kualitas produk yang dihasilkan maka akan memberikan
kesempatan kepada konsumen untuk melakukan keputusan pembelian. Kotler dan
Amstrong (2008) mengatakan bahwa “Kualitas produk adalah kemampuan suatu
produk untuk melakukan fungsi-fungsinya yang meliputi daya tahan, keandalan,
ketepatan, kemudahan, operasi dan perbaikan serta atribut lainnya”. Bila suatu
produk dapat menjalankan fungsi-fungsinya dapat dikatakan sebagai produk yang
memiliki kualitas yang baik.

2.8 Penelitian Terdahulu


1. Penelitian Arief Budiarto (2013) tentang analisis factor-faktor yang
mempengaruhi permintaan sepeda motor di kota Semarang (Studi Kasus :
PNS Kota Semarang). Variable yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Pendapatan, Tarif angkutan umum, jumlah anggota keluarga, harga
sepeda motor, dan selera. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer
dan sekunder. Hasil analisis regresi permintaan sepeda motor di kota
Semarang sebesar 61,63 % oleh variable X, variable pendapatan, jumlah
anggota, dan tarif berpengaruh positif sedangkan harga dan selera
berpengaruh negatif terhadap permintaan sepeda motor di kota Semarang.
2. Intan Sari Zaitun Rahma (2010) tentang Analisis Fakror-Faktor Yang
Mempengaruhi Permintaan Perumahan Tipe Cluster (Studi Kasus
Perumahan Taman Sari di Kota Semarang). Alat analisis yang digunakan
adalah regresi linier berganda, reponden penelitian ini adalah penghuni
perumahan Tamansari Majapahit Semarang. Hasil analisis menunjukan
bahwa harga, lokasi, lingkungan, pendapatan, dan harga substitusi
berpengaruh terhadap keputusan pembelian rumah. Dari pengujian
koefisien determinasi diketahui bahwa 68,6 % dari variasi yang terjadi di
dalam variable keputusan pembelian secara bersama-sama di pengaruhi
oleh variable harga, fasilitas, lokasi, lingkungan, pendapatan, dan harga
substitusi. Sedangkan sisanya sebesar 31,4 % di pengaruhi oleh factor
lain.
3. Yakut Dekrita Sari (2012) tentang Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Membeli Produk Industri
Garment. Data diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada 145
responden. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis factor,
hasil dari penelitian ini adalah faktor produk, harga, saluran distribusi,
promosi, budaya, sosial, pribadi, psikologi, maupun factor yang
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Penelitian yang penulis lakukan secara keseluruhan masih terkait dengan
penelitian-penelitian terdahulu, Variabel-variabel bebas yang di duga
mempengaruhi permintaan pasir di Tangkahan sungai Asahan Kabupaten Asahan
berdasarkan tujuan teoritis yang relevan dengan peneltian ini adalah harga dan
pendapatan (Ceteris Paribus). Variabel-variabel tersebut di ambil dengan
pertimbangan bahwa pasir yang di telitih merupakan bahan/material bangunan,
sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pasir tidak terlalu berbeda.

2.9 Kerangka Konseptual


Gambar 2.3
Kerangka Konseptual
Sumber :Diolah Penulis
Meningkatnya pembangunan infrastruktur seperti rumah, jalan, gedung, dan
bangunan lainnya mengakibatkan permintaan masyarakat terhadap bahan
bangunan seperti pasir akan meningkat. Terutama permintaan pasir di tangkahan
sungai Asahan juga meningkat yang mana faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi permintaan pasir di tangkahan sungai Asahan Kabupaten Asahan
adalah Lokasi, Harga Pasir, dan Kualitas Pasir.

2.10 Hipotesis Awal


1. Lokasi (Km)
Lokasi berpengaruh negatif terhadap permintaan pasir. Semakin dekat
jarak yang ditempuh maka akan semakin banyak responden yang membeli
pasir di tangkahan sungai Asahan.
2. Harga pasir (Rupiah)
Permintaan terhadap pasir
Pembangunan infrastruktur
Lokasi Harga
Pasir
Kualitas
Pasir
Harga pasir berpengaruh negatif terhadap permintaan pasir. Hipotesis
awalnya semakin rendah harga pasir, maka akan semakin tinggi
permintaan pasir yang akan di minta.
3. Kualitas pasir
Kualitas pasir berpengaruh positif terhadap permintaan pasir. Hipotesis
awalnya, semakin baik tingkat kualitas pasir yang diberikan produsen atau
distributor pasir maka permintaan akan pasir semakin meningkat. Pada
penelitian ini kualitas pasir merupakan skala nominal atau disebut sebagai
variabel dummy, dimana bila responden mengatakan bahwa kualitas pasir
di Tangkahan sungai Asahan baik di beri nilai 1 dan untuk kualitas pasir
yang tidak baik akan di beri nilai 0
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian merupakan langlah-langkah atau cara yang akan
dilakukan dalam pengumpulan data/informasi empiris untuk memecahkan suatu
rangkaian kegiatan ilmiah suatu permasalahan serta menguji hipotesis penelitian.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Kuantitatif
adalah data penelitian yang dinyatakan dalam bentuk angka sebagai hasil dari
perhitungan dan pengukurannya dalam melihat fenomena yang ada lalu akan di
bandingkan dengan teori yang telah ada. Teori yang diajukan sebagai standar
untuk menyatakan sesuai atau tidak sebuah gejala terjadi (Idrus,2009)
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Kabupaten Asahan tepatnya di Tangkahan
sungai Asahan dan memfokuskan kepada para Dimander (Pihak yang terkait).
Lokasi di lakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di
Kabupaten Asahan terdapat banyak konsumen seperti : pengusaha panglong,
produsen batako, produsen pot dan produsen rehel (batu nisan). Dimana
Tangkahan sungai Asahan salah satu tempat untuk mendapatkan pasir yang di
butuhkan Dimander (pihak yang terlibat di dalamnya). Waktu penelitian ini di
lakukan pada April 2017 sampai dengan Mei 2017.
3.3 Batasan Oprasional
Untuk menghindari kesalahan dalam membahas serta menganalisis
permasalahan, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada beberapa
Kecamatan seperti : Kecamatan Aek Kuasan, Air Batu, Rahuning, Pulau Rakyat,
dan Teluk Dalam. Yang mana dalam penelitian ini akan menganalisis lokasi
menuju ke tangkahan, harga pasir, dan kualitas pasir sehingga dapat
mempengaruhi permintaan pasir yang di butuhkan responden pada periode 2017.
3.4 Defenisi Oprasional
1. Permintaan (Kubik)
Permintaan adalah jumlah Pasir yang mampu dibeli oleh responden pada
berbagai tingakat harga tertentu yang telah di tetapkan para pelaku usaha
penggalian pasir di Tangkahan sungai Asahan Kabupaten Asahan.
2. Lokasi (Km)
Lokasi adalah jarak yang ditempuh responden ke tangkahan sungai
Asahan Kabupaten Asahan.
3. Harga Pasir (Rupiah)
Harga yang di peroleh responden pada saat pembelian pasir di Tangkahan
sungai Asahan Kabupaten Asahan, Harga pasir di tetapkan oleh para
pelaku usaha penggalian pasir yang ada di Tangkahan sungai.
4. Kualitas
Kualitas pasir yang di berikan oleh para pelaku usaha penggalian pasir
terhadap responden yaitu pasir yang baik yang tidak bercampur dengan
bahan organik lainnya seperti sampah dan lumpur.
: Kualitas tidak baik, pasir yang bercampur dengan sampah, lumpur
dan bahan organik lainnya.
: Kualitas baik, pasir yang bersih dan tidak bercampur dengan sampah,
lumpur, dan bahan organik lainnya.
Adapun para dimander yang terlibat dalam permintaan pasir di Tangkahan
sungai Asahan Kabupaten Asahan adalah dapat kita lihat melalui hirarki atau
aliran distribusi pasir sampai ke tangan konsumen, hal ini dapat kita lihat pada
gambar 3.1 di bawah ini.
Gambar 3.1
Hirarki Distribusi Galian C di Tangkahan Sungai Asahan Kabupaten
Asahan
Sumber : Diolah Penulis
PELAKU USAHA PENGGALIAN PASIR
( galian pasir sungai Asahan Kab. Asahan )
PENGUSAHA INDUSTRI
Pembuat Batako, Batu
Blok, Pembuat Bis, Pot,
dan Rehel
MASYARAKAT
membeli pasir langsung
mendatangi tangkahan
dengan jumlah yang
sedikit
TOKO BANGUNAN
(PANGLONG)
membeli pasir dengan
jumlah yang banyak
MASYARAKAT
SETEMPAT ATAU
PARA TUKANG
BANGUNAN
3.5 Jenis Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel terikat
(Dependent) dan variabel bebas (Independent). Yang termasuk kedalam variabel
terikat dalam penelitian ini adalah permintaan pasir. Sedangkan yang termasuk
kepada variabel bebas di dalam penelitian ini adalah lokasi, harga pasir dan
kualitas pasir.
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
3.6.1 Populasi
Populasi yaitu totalitas semua nilai-nilai yang mungkin dari pada
karakteristik tertentu sejumlah objek yang ingin dipelajari sifatnya. Dalam
penelitian ini, yang merupakan populasi adalah masyarakat yang ada di
Kabupaten Asahan yang terdiri dari beberapa Kecamatan. Penelitian ini
merupakan penelitian lapangan dengan populasi pada masyarakat yang ada di
Kabupaten Asahan terkhusus masyarakat sekitar Tangkahan sungai Asahan.
Kabupaten Asahan yang terdiri dari 25 Kecamatan yaitu :
1. Kec. Aek Kuasan
2. Kec. Aek Ledong
3. Kec. Aek Songsongan
4. Kec. Air Batu
5. Kec. Air Jorman
6. Kec. Bandar Pasir Mandoge
7. Kec. Bandar Pulau
8. Kec. Buntu Pane
9. Kec. Kisaran Barat Kota
10. Kec. Kisaran Timur Kota
11. Kec. Meranti
12. Kec. Pulau Rakyat
13. Kec. Pulau Bandring
14. Kec. Rahuning
15. Kec. Rawang Panca Arga
16. Kec. Sei Dadap
17. Kec. Sei Kepayang
18. Kec. Sei Kepayang Barat
19. Kec. Sei Kepayang Timur
20. Kec. Setia Janji
21. Kec. Silau Laut
22. Kec. Simpang Empat
23. Kec. Tanjung Balai
24. Kec. Teluk Dalam
25. Kec. Tinggi Raja
3.6.2 Sampel
Sax (1979:181) mengemukakan bahwa sampel adalah suatu jumlah yang
terbatas dari unsur yang terpilih dari suatu popolasi. kelompok kecil yang kita
amati. Pengambilan sampel yang di lakukan dalam penelitian ini adalah dengan
teknik Proportional Random Sampling. Teknik ini merupakan pengambangan dari
stratified random sampling, dimana jumlah sampel pada masing-masing strata
dengan jumlah anggota populasi pada masing-masing stratum populasi. Teknik ini
digunakan apabila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen
dan berstrata secara proporsional dengan rumus :
Sampel Subkelompok =
x Besar Sampel
Di Kabupaten Asahan telah di tentukan ada 5 Kecamatan yang menjadi
sampel penelitian ini :
1.Kecamatan Aek Kuasan, terdiri dari Kulurahan/Desa :
Kelurahan Aek Loba
Kelurahan Aek Loba Afdeling 1
Kelurahan Aek Loba Pekan
Kelurahan Alang Bombon
Kelurahan Labbu Jior
Kelurahan Rawa Sari
Kelurahan Songon Sari
2.Kecamatan Air Batu, terdiri dari Kelurahan/Desa :
Kelurahan Air Teluk Hessa
Kelurahan Danau Sijabut
Kelurahan Hessa Air Genting
Kelurahan Perlompongan
Kelurahan Perkebunan Air Batu I-II
Kelurahan Perkebunan Air Batu III-IX
Kelurahan Perkebunan Puluhan
Kelurahan Pinanggripan
Kelurahan Pulau Pule
Kelurahan sei Alim Ulu
Kelurahan Sijabut Teratai
3.Kecamatan Rahuning, terdiri dari Kelurahan/Desa :
Kelurahan Batu Anam
Kelurahan Gunung Melayu
Kelurahan Perkebunan Aek Nagaga
Kelurahan Perkebunan Gunung Melayu
Kelurahan Rahuning I
Kelurahan Rahuning II
4.Kecamatan Pulau Rakyat, terdiri dari Kelurahan/Desa :
Kelurahan Desa Baru
Kelurahan Desa Manis
Kelurahan Mekar Sari
Kelurahan Ofa Padang Mahondang
Kelurahan Persatuan
Kelurahan Pulau Rakyat Pekan
Kelurahan Pulau Rakyat Tua
Kelurahan Sei Piring
5.Kecamatan Teluk Dalam, terdiri dari Kelurahan/Desa :
Kelurahan Air Teluk Kiri
Kelurahan Mekar Tanjung
Kelurahan Perkebunan Teluk Dalam
Kelurahan Pulau Maria
Kelurahan Pulau Tanjung
Kelurahan Teluk Dalam
Menurut Roscoe dalam buku Metode Penelitian Administrasi (2014 : 103)
memberikan saran tentang ukuran sampel untuk penelitian yaitu ukuran sampel
yang layak dalam peenelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.
Dari lima Kecamatan yang ada di Kabupaten Asahan yang telah di tetepkan
menjadi sampel pada penelitian ini, telah ditentukan jumlah sampel untuk kelima
kecamatan itu adalah 50 responden. Para responden itu antara lain adalah:
pengusaha panglong, produsen batako dan batu blok, produsen pot dan produsen
rehel (batu nisan). Untuk melihat ada berapa banyak responden di masing-masing
kecamatan dapat di lihat pada gambar 3.1

Tabel 3.1
Jumlah Dimander di Lima Kecamatan
Dimander Kec.
Aek
Kuasan
Kec.
Air
Batu
Kec.
Rahuning
Kec.
Pulau
Rakyat
Kec.
Teluk
Dalam
Pengusaha
Panglong
57637
Produsen
Batako & Batu
Blok
4 11 13 5 6
Produsen Pot 2 5 2 1 4
Produsen
Rehel (Batu
Nisan)
68739
JUMLAH 17 31 22 12 26
Sumber : Observasi Penulis 2017
Sehingga dapat kita lihat bahwa jumlah populasi kelas keseluruhan untuk
kelima kecamatan adalah 108 responden, dimana kecamatan Aek Kuasan terdiri
dari 17 responden, kecamatan Air Batu 31 responden, kecamatan Rahuning 22
responden, kecamatan Pulau Rakyat 12 responden, dan kecamatan Teluk Dalam
26 responden. Namun pada penelitian ini digunakan rumus proporsional sampling
karna sampel mempunyai unsur yang tidak homogen sehingga rumus proporsional
akan menstratakannya secara proporsional.
Kecamatan Aek Kuasan =
x50
= 7,8 Dibulatkan 8
Yang terdiri dari :
● Pengusaha Panglong
x 8 = 2,3 Dibulatkan 2
● Produsen Batako & Batu Blok
x 8 = 1,8 Dibulatkan 2
● Produsen Pot
x 8 = 0,9 Dibulatkan 1
● Produsen Rehel (Batu Nisan)
x 8 = 2,8 Dibulatkan 3
Kecamatan Air Batu =
x50
= 14,3 Dibulatkan 14
Yang terdiri dari :
● Pengusaha Panglong
x 14 = 3,1 Dibulatkan 3
● Produsen Batako & Batu Blok
x 14 = 4,9 Dibulatkan 5
● Produsen Pot
x 14 = 2,2 Dibulatkan 2
● Produsen Rehel (Batu Nisan)
x 14 = 3,6 Dibulatkan 4
Kecamatan Rahuning =
x50
= 10,1 Dibulatkan 10
Yang terdiri dari :
● Pengusaha Panglong
x 10 = 2,7 Dibulatkan 3
● Produsen Batako & Batu Blok
x 10 = 5,9 Dibulatkan 6
● Produsen Pembuatan Pot
x 10 = 0,9 Dibulatkan 1
● Produsen Rehel (Batu Nisan)
x 10 = 3,1 Dibulatkan 3
Kecamatan Pulau Rakyat =
x50
= 5,5 Dibulatkan 6
Yang terdiri dari :
● Pengusaha Panglong
x 6 = 1,5 Dibulatkan 2
● Produsen Batako & Batu Blok
x 6 = 2,5 Dibulatkan 3
● Produsen Pot
x 6 = 0,5 Dibulatkan 1
● Produsen Rehel (Batu Nisan)
x 6 = 1,5 Dibulatkan 2
Kecamatan Teluk Dalam =
x50
= 12,0 Dibulatkan 12
Yang terdiri dari :
● Pengusaha Panglong
x 12 = 3,2 Dibulatkan 3
● Produsen Batako & Batu Blok
x 12 = 2,7 Dibulatkan 3
● Produsen Pot
x 12 = 1,8 Dibulatkan 2
● Produsen Rehel (Batu Nisan)
x 12 = 4,1 Dibulatkan 4
Sehingga dapat ditentukan bahwa jumlah responden keseluruhan adalah :
8+14+10+6+12 = 50 responden.
3.7 Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer baik data
yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui
pengisian kuesioner dan wawancara kepada Responden. Untuk lebih melengkapi
hasil pemaparan penelitian ini, penulis menggunakan rujukan dan referensi
lainnya yang relevan, misalnya dari buku, laporan hasil penelitian, jurnal dan
publikasi terkait lainnya.
3.8 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini dalam mengumpulkan berbagai macam data
menggunakan metode :
1. Metode Observasi
Obsevasi adalah metode dengan melalukan pengamatan langsung terhadap
objek yang akan di teliti, dalam penelitian ini adalah Tangkahan pasir
sungai Asahan Kabupaten Asahan.
2. Metode Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab
kepada responden yang melakukan permintaan pasir di Tangkahan pasir
sungai Asahan Kabupaten Asahan.
3. Metode Kuesioner
Motode ini adalah metode pengumpulan data dengan cara penulis
membuat daftar pertanyaan yang relevan dengan penelitian yang di
lakukan. Kuesioner ini ditujukan pada sampel yang telah di tentukan,
jawaban atas berbagai pertanyaan ini akan digunakan sebagai pelengkap
dan pendukung kebenaran data yang ada.
4. Metode Library Research (Penelitian Studi Perpustakaan)
Cara pengumpulan data baik data kuantitatif ataupun data kualitatif
melalui sumber-sumber seperti jurnal-jurnal, buku-buku ilmiah, dan
penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.
3.9 Teknik Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis
Regresi Linier Berganda, yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis
hubungan dan pengaruh variabel-variabel Independen terhadap variabel
Dependen. Menurut Ghozali (2009) teknis analisi data ini dapat digunakan untuk
menguji hipotesis yang ada dalam penelitian. Faktor-faktor yang mempengaruhi
tingakat permintaan pasir di Tangkahan sungai Asahan Kabupaten Asahan adalah
lokasi, harga pasir, dan kualitas pasir.
Uji penyimpangan asumsi klasik yang digunakan adalah uji Normalitas,
uji Multikolineritas dan uji Heteroskedastisitas. Model analisis-analisis data ini
akan menggunkan bantuan SPSS dalam pengerjaannya.
3.9.1 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier
berganda. Analisis regresi linier berganda adalah hubungan antara dua atau lebih
variabel Independent (X) dengan variabel Dependent (Y) secara linier. Analisis
ini digunakan untuk mengetahui apakah arah hubungan antar variabel-variabel
independent dengan variabel dependent berhubungan positif atau negatif dan
untuk memprediksi nilai dari variabel dependent apabila nilai variabel
independent mengalami kenaikan dan penurunan. Variabel Independent dalam
penelitian ini adalah lokasi, harga pasir, dan kualitas pasir. Sedangkan variabel
Dependent adalah permintaan pasir di Tangkahan sungai Asahan Kabupaten
Asahan. Kemudian fungsi tersebut di transformasikan kedalam model persamaaan
Regresi Linier Berganda dengan sepesifikasi model sebagai berikut :
=+++μ
Dimana :
= Permintaan Pasir di Tangkahan Sungai Asahan
(truk/bulan)
= Lokasi ( Km )
= Harga Pasir ( Rp )
= Dummy Kualitas
: 1, Kualitas Baik
: 0, Kualitas tidak Baik
, , , , = Koefisien Regresi
μ = Error Term (Kesalahan Pengganggu)
3.10 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)
3.10.1 Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah lokasi, harga pasir, dan
kualitas pasir secara parsial berpengaruh signifikan terhadap permintaan pasir.
Dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai berikut :
1. : = 0, Artinya lokasi, harga pasir, dan kualitas pasir secara parsial
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap permintaan pasir.
2. : ≠ 0, Artinya lokasi, harga pasir, dan kualitas pasir, secara
parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap permintaan pasir.
Kreteria pengambilan keputusan untuk menguji hipotesis diatas dengan
menggunakan statistik t adalah :
- ditolak diterima apabila nilai statistik > nilai statistik
.
3.10.2 Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah lokasi, harga pasir, dan
kualitas pasir yang di masukkan dalam model secara bersama-sama berpengaruh
secara signifikan terhadap keputusan masyarakat, atau untuk mengetahui apakah
model regresi dapat digunakan untuk memprediksi permintaan atau tidak.
Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. : , , , = 0, Artinya lokasi, harga pasir, dan kualitas pasir
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap permintaan pasir.
2. . : , , , ≠ 0, Artinya lokasi, harga pasir, dan kualitas pasir
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap permintaan pasir.
Kreteria pengambilan keputusan untuk menguji hipotesis diatas dengan
menggunakan statistik F adalah :
- ditolak dan diterima apabila nilai > nilai .
3.10.3 Analisis Determinasi ( )
Analisis ini digunakan untuk menunjukan seberapa jauh kemampuan
presentase variasi lokasi, harga pasir, dan kualitas pasir mampu menjelaskan
permintaan terhadap pasir di Tangkahan sungai Asahan Kabupaten Asahan. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Apabila sama dengan 0,
maka variasi lokasi, harga pasir, dan kualitas pasir tidak menjelaskan sedikitpun
variasi jumlah permintaan pasir. Sebaliknya apabila sama dengan 1, maka
lokasi, harga pasir, dan kualitas pasir menjelaskan 100 % variasi keputusan
responden.
3.11 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
3.11.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data
berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan metode
parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi yaitu data berasal dari
distribusi yang normal. Jika data tidak berdistribusi normal, atau jumlah sampel
sedikit dan jenis data adalah data nominal ordinal maka metode yang digunakan
adalah statistik non parametrik. Dalam pembahasan ini akan digunakan uji One
Sample Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0.05. data
dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5 % atau 0.05.
3.11.2 Uji Multikolenearitas
Sebuah model regresi dikatakan multikonearitas apabila terjadi kolerasi
di antara beberapa atau semua variabel bebaasnya. Sebuah model regresi dapat
dikatakan baik apabila terjadi kesalahan kolerasi di antara variabel
independentnya. Untuk mengetahui apakah di dalam suatu model regresi terjadi
multikolinearitas adalah dengan melihat kolerasi variabel-variabel independent.
Apabila terdapat kolerasi yang tinggi antar variabel independent (diatas 0,90)
maka dapat di indikasikan terjadi multikolinearitas. Selain itu juga dapat melihat
variance inflasion factornya (VIF). Apabila VIF > 5 maka terjadi
multikolinearitas.
3.11.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas berguna untuk melihat apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain. Disebut heterokedastisitas apabila varian tidak konstan atau
berubah-ubah. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melihat apakah
dalam mpdel regresi ada heterokedastisitas atau tidak. Salah satu uji statistik yang
dapat digunakan untuk menguji ada tidaknya heterokedastisitas dalam suatu
model regresi adalah Uji Glajser. Uji ini dilakukandengan cara meregres nilai
absolut residual terhadap variabel independent
Hipotesisnya adalah sebagai berikut :
- : Tidak ada gejala Heterokedastisitas
- : Ada gejala Heterokedastisitas
Kreteria pengambilan keputusan untuk hipotesis diatas adalah, apabila
signifikansi berada 5 % atau > 0,05 maka diterima dan ditolak.
3.11.4 Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2005), uji validitas ini digunakan untuk menunjukan
sejauh mana suatu alat ukur mengukur apa yang ingin kita ukur atau apakah alat
ukur tersebut telah tepat mengukur apa yang diukur. Uji validitas dihitung dengan
menggunakan teknik kolerasi product moment . Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan perangkat lunak SPSS.
=
ΣΣΣ
√ΣΣ⌋ΣΣ

Dimana :
: Korelasi antara variabel x dan y
x : (Xi – X)
y : (Yi – Y)
3.11.5 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ini digunakan untuk menunjukan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas menggunakan
teknik Alpha Cronbach. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan perangkat
lunas SPSS.
=[
][1-
Σ

]
Dimana :
k : mean kuadrat antara subjek
Σ
: mean kuadrat kesalahan
: Varians total
Rumus untuk varians total dan varians item :
=
Σ

-
Σ
=
-
Dimana :
Jki : Jumlah kuadrat seluruh skor item
Jks : Jumlah kuadrat subyek
BAB III

METODE PENELITIAN

1.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

1.1.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah

Salah satu usaha penambangan pasir yang ada di kota Palangka Raya salah satunya

terletak di Kelurahan Kalampangan kecamatan Sebangau, yang terletak di sebelah

Timur Kelurahan Kereng Bangkirai sekitar 3,5 Km dari jalan raya Kereng Bangkirai

atau sekitar 14,5 Km dari Pusat Kota Palangka Raya yang dapat ditempuh oleh

kendaraan roda dua atau kendaraan roda empat dengan jarak tempuh yang dapat

dicapai dengan waktu ± 15 menit.

Gambar 3.1 Peta Kesampaian Daerah Penelitian

1.1.2. Keadaan Daerah Penelitian

a. Sosio – Demografi

Penduduk di kecamatan Sebangau umumnya terdiri dari Suku Dayak, Suku Dayak

Banjar dan Jawa serta beberapa suku lainnya adalah merupakan pendatang,
khususnya Suku Jawa yang berdiam di sana pada umumnya mengikuti program

transmigrasi.

Sebagian dari penduduk di sana memeluk agama Kristen dan Islam, kehidupan

antar umat beragama terlihat baik, begitu pula dengan sarana peribadatan telah

tersedia. Mata pencaharian penduduk setempat umumnya berladang, berdagang

dan sebagian bekerja di instansi Pemerintahan.

b. Iklim dan Curah Hujan

Berdasarkan data dari stasiun meteorologi Propinsi Kalimantan Tengah, Kota

Palangka Raya merupakan daerah yang beriklim tropis seperti pada umumnya

wilayah Indonesia. Suhu rata-rata tiap bulannya berkisar antara 23,1 - 32,1 C

dan rata-rata curah hujan per tahun 266 mm.

Di daerah Kalimantan Tengah, curah hujan akan mengalami penurunan yang

dimulai pada bulan Mei dan mencapai puncaknya pada bulan Agustus. Setelah itu,

curah hujan akan naik kembali mencapai puncaknya yang kedua di bulan

November. Oleh karena hal tersebut, musim kering rata-rata akan terjadi pada

bulan Juni – September. Pada bulan-bulan tersebut biasanya akan banyak terjadi

kekeringan, gagal panen dan kekurangan air bersih.

c. Flora dan Fauna

Untuk jenis flora yang masih tumbuh di daerah penelitian antara lain : Kayu

akasia, berbagai jenis perdu dan semak belukar. Sedangkan untuk jenis fauna yang

dijumpai antara lain : ular, biawak, monyet dan berbagai jenis burung serta ikan

air tawar.

d. Tata Guna Lahan

Tata guna lahan di daerah penelitian saat ini meliputi lahan Hutan Tanaman

Industri ( HTI ), hutan sekunder dan hutan primer. Lainnya dijumpai juga berupa
ladang penduduk dan semak belukar. Kebun/ladang ini sebagaimana biasanya

kebun rakyat kurang terpelihara.

1.1.3. Kondisi Geologi

a. Geologi Regional

Geologi kota Palangka Raya termasuk dalam peta geologi lembar Palangka

Raya skala 1:250.000 dan lembar Banjarmasin 1:1.000.000. Hampir seluruh

wilayah perencanaan di tempati oleh formasi batuan yang relatif berumur

muda yaitu plistosen hingga holosen. Struktur geologi kota Palangka Raya

sebagian besar disusun oleh batuan kwarsa dan dari endapan kuarter. Endapan

kuarter ini membentuk lahan bergambut sehingga kurang cocok untuk

dikembangkan sebagai lahan perkotaan, terletak disebelah selatan kota

Palangka Raya yaitu kecamatan Sebangau. Wilayah utara kota Palangka

Raya struktur batuannya terbentuk dari endapan mineral batu kwarsa, kaolin

dan granodiarit (batu gunung) yang memiliki sifat daya tekan yang kuat dan

kestabilan tanah dan batuan yang tinggi. Sebaran batuan ini sebagian besar

berada dikawasan Kecamatan Bukit Batu yang merupakan kawasan

pertambangan dan galian. Berdasarkan peta geologi sebaran bahan galian di

wilayah kota Palangka Raya, potensi bahan galian yang terdapat di setiap

formasi batuan adalah :

a. Aluvium

Terdiri dari lempung kaolit, pasir, kerakal, lanau dan gambut. Bahan

galian industri yang diharapkan dari formasi ini adalah lempung kaolinit,

pasir dan kerakal.

b. Formasi Dahor
Terdiri dari batu pasir kuarsa, konglomerat kuarsa, batu lempung, lignit

dan imonit. Bahan galian industri yang diharapkan dari formasi ini adalah

batu pasir kuarsa, konglomerat kuarsa, batu lempung dan gambut.

c. Batuan terobosan

Terdiri dari granit, granodiaorit dan diorit. Semua jenis batuan tersebut

merupakan bahan galian C untuk keperluan industri bangunan. Adapun

jenis tanah yang terdapat di wilayah kota Palangka Raya meliputi podsol,

regosal, organosal, alluvial, litosal, dan podsolik merah kuning yang

menyebar di bentaran sekitar sungai dan danau.

Gambar. 3.2 Peta Geologi Regional Kalimantan Tengah

b. Geologi Daerah Penyelidikan

1. Morfologi
Morfologi daerah penelitian dapat dibagi dalam dua satuan morfologi yaitu,

morfologi dataran rendah dan morfologi endapan rawa, yaitu:

 Satuan morfologi dataran rendah umumnya berada di bagian lembar barat

dan utara. Satuan ini terdiri dari batu pasir kuarsa berselingan dengan batu

lempung. Kemiringan lapisan sekitar 5o dengan arah umum sebaran barat –

timur. Satuan ini merupakan litologi dari formasi dahor dan mempunyai

ketinggian sekitar 5 meter – 10 meter diatas permukaan laut.

 Satuan morfologi endapan rawa kebanyakan selalu berada dibawah

permukaan air. Endapan gambut terdapat pada satuan ini. Satuan morfologi

endapan rawa lebih berkembang dibagian selatan dengan ketimggian antara 5

meter – 10 meter diatas permukaan laut.

2. Stratigrafi

Stratigrafi (susunan urutan batuan) di Kalimantan Tengah, tersusun dari

batuan yang berumur tua ke muda, sebagai berikut:

 Batuan Malihan : terdiri dari filit, sekis, genes, kuarsit dan kristalin. Batuan

ini berumur Paleozoikum – Mesozoikum yang dikelompokan dalam formasi

monzonit. Batuan ini berumur Perm – Trias

 Batuan Sedimen : terdiri dari sedimen klastik pada Formasi Batuayau,

formasi Tanjung, Formasi Warukin, Formasi Dahor, serta sedimen biotik

seperti batugamping Formasi Berai.

 Batuan Volkanik : terdiri dari breksi, aliran lava, batupasir tufaan dan

intrusi-intrusi kecil andesit basaltis.

 Alluvial : Endapan ini termuda, terdiri dari pasir, lempung, gambut dan

lumpur. Batuan ini berumur Pleistosen – Resen.


c. Struktur Geologi Daerah Penelitian

Struktur geologi di kota Palangka Raya, khususnya dibagian Tengah - Utara,

mempunyai struktur yang rumit, berupa sesar (patahan), perlipatan dan kekar-

kekar, sedangkan bagian Selatan-Barat Daya relatif stabil.

Potensi bahan galian/sumberdaya mineral yang berada di kota Palangka Raya

tidak lepas dari kejadian geologi yang terjadi, misalnya endapan emas,

keberadaannya dapat dipengaruhi oleh gejala geologi seperti patahan (sesar)

dan intrusi, sedangkan batubara proses pematangannya juga dipengaruhi oleh

gejala-gejala tersebu diatas. Selain itu wilayah kota Palangka Raya juga

termasuk ke dalam formasi Dahor (TQd) (tersusun atas sebagian besar pasir

kuarsa dengan dasar lempung, pada beberapa tempat terdapat sisipan

konglomerat yang komponennya berupa batuan malihan, granit dan lempung).

1.2 Alat dan Bahan

1.2.1 Alat dan Bahan Pengambilan Data Lapangan

Alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pengambilan data penelitian tugas

akhir ini adalah :

1. GPS

2. Meteran

3. Buku tulis

3.2.2 Alat dan Bahan Pengolahan Data

Alat dan bahan yang digunakan dalam pengolahan data penelitian tugas akhir ini

adalah :

1. Kalkulator

2. Buku Tulis
3. Alat Tulis

4. Laptop

3.3 Tata Laksana Penelitian

3.3.1 Langkah Kerja

Langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini meliputi:

3.3.1.1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan usulan tugas akhir, mempelajari buku-buku

literatur dan buku petunjuk maupun buku panduan yang tersedia dan berkaitan dengan

masalah yang diangkat. Sasaran utama studi pendahuluan ini adalah gambaran umum

daerah penelitian.

3.3.1.2. Tahap Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini mencakup data primer dan data sekunder.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara survey langsung dilapangan dan

pengambilan dan analisa sample seperti sampel air dan tanah dan wawancara dengan

pekerja penambang pasir. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Kantor Dinas

Pertambangan Kota Palangka Raya, meliputi pengumpulan data perijinan usaha

pertambangan bahan galian C, data curah hujan, keadaan geologi daerah penelitian,

peta lokasi penelitian, melakukan pengumpulan data yang diperoleh dari lapangan

seperti data-data sampel air dan tanah dilokasi penelitian. Sumber data sekunder yaitu

studi pustaka dan Kantor Dinas Pertambangan Kota Palangka Raya.

1. Adapun data sekunder untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Data curah hujan dan jumlah hari hujan.

b. Peta topografi daerah penelitian.


c. Data geologi daerah penelitian diperoleh dari Kantor Dinas Pertambangan Kota

Palangka Raya.

d. Daftar perijinan bahan galian C

2. Adapun data primer yang diperoleh dari hasil dilapangan adalah :

a. Hasil Laboratorium kualitas air dan tanah


b. Perkiraan erosi dan sedimentasi
3.3.1.3. Tahap Pengolahan Data
Melakukan pengolahan data yang diperoleh dari lapangan untuk melakukan

pembahasan sehingga dapat melihat bagaimana pelaksanaan peraturan usaha pertambangan

pasir, dampak yang ditimbulkan akibat pertambangan pasir, dan bagaimana upaya mengatasi

dampak lingkungan akibat pertambangan pasir. Sehingga bisa dilakukan usaha pelestarian

lingkungannya.

3.3.1.4. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian Tugas Akhir

Hasil dari data keseluruhan yang telah diperoleh dari lapangan kemudian dirangkum ke

dalam laporan tertulis untuk di pertanggungjawabkan dalam bentuk laporan hasil penelitian

tugas akhir. Adapun langkah kegiatan dalam penelitian untuk tugas akhir ini dapat dilihat di

diagram alir pada gambar 3.3.

3.3.2 Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah metode langsung dan tidak

langsung, yaitu:

1. Metode langsung dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung dilapangan,

seperti melihat kondisi kerusakan lingkungan yang di akibatkan oleh penambangan pasir,

pengambilan sample air dan tanah.


2. Metode tidak langsung dilakukan dengan mencari studi literatur yang merupakan tahap

awal dari penilitian ini, yaitu dengan cara pengkajian dan pengumpulan data-data

penunjang serta laporan-laporan hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan

penelitian yang akan dilakukan.

3.3.3 Proses

3.3.3.1. Teknik Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi:

a. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data-data dari buku, jurnal, laporan penelitian dan

internet tentang lingkungan.

b. Observasi lapangan, yaitu pengamatan dan pengambilan data yang akan diambil datanya.

c. Wawancara dilakukan dengan para penambang pasir dilapangan dan warga sekitar dengan

memberikan lembar pertanyaan kuisioner.

3.3.3.2. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan yaitu analisis kualitatif, kuantitatif, dan deskriptif.

Tahap-tahap analisis data yang dilakukan, yaitu:

1. Melakukan pengamatan lapangan meliputi observasi lapangan dan pengamatan kerusakan

lingkungan akibat penambangan pasir.

2. Melakukan pengambilan sample air, tanah dilokasi penelitian yang kemudian di analisa di

laboratorium, serta memperkirakan tingkat erosi dan sedimentasi.

3. Melakukan pengolahan data yang dilakukan sesuai dengan hasil pengamatan dilapangan

dan hasil laboratorium yang digunakan untuk melakukan usaha pelestarian/pengelolaan

lingkungan.

Selanjutnya data yang diperoleh dari hasil kegiatan ini serta data yang diperoleh dari

pengamatan dan bahan-bahan yang dikumpulkan, kemudian dikelompokkan sesuai dengan

analisa tersebut yang selanjutnya disusun untuk dibuat laporan.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
Sungai Asahan panjang 11 km dengan lebar 550 Meter dengan
Sedimentasi kandungan pasir 4 Meter memiliki kandungan pasir 24.200.000 m3.
Sedangkan Sungai Silau, panjang 4 Km, lebar 125 Meter dengan Sedimentasi
kandungan pasir 3 Meter memiliki kandungan pasir yang dapat ditambang
1.500.000 m3 sehingga kandungan pasir tambang untuk kedua sungai itu adalah
25.700.000m3. Adapun daerah-daerah yang menjadi sasaran penelitian ini adalah:
4.1.1. Kecamatan Aek Kuasan
Kecamatan Aek Kuasan merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di
kabupaten Asahan, memiliki luas wilayah 143.13 dengan persentase wilayah
3,83 % dengan jumlah kelurahan sebanyak 7 kelurahan, terletak antara
- LU dan - BT. Kecamatan Aek Kuasan dihuni
oleh 24.311 orang penduduk yang terdiri dari 12.259 penduduk laki-laki serta
12.052 penduduk perempuan. Kemudian jumlah tenaga kerja kecamatan Aek
Kuasan adalah 2.019 orang bekerja. (BPS Asahan, 2017)
4.1.2. Kecamatan Air Batu
Kecamatan Air Batu merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di
kabupaten Asahan, memiliki luas wilayah 117.15 dengan persentase wilayah
33,13 % dengan jumlah kelurahan sebanyak 11 kelurahan, terletak antara
- LU dan - BT. Kecamatan Aek
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

52
Kuasan dihuni oleh 41.726 orang penduduk yang terdiri dari 20.978 penduduk
laki-laki serta 20.748 penduduk perempuan. Kemudian jumlah tenaga kerja
kecamatan Aek Kuasan adalah 2.141 orang bekerja. (BPS Asahan, 2017)
4.1.3. Kecamatan Rahuning
Kecamatan Rahuning merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di
kabupaten Asahan, memiliki luas wilayah 195.80 dengan persentase wilayah
5,24 % % dengan jumlah kelurahan sebanyak 6 kelurahan, terletak antara
- LU dan - BT. Kecamatan Aek
Kuasan dihuni oleh 18.646 orang penduduk yang terdiri dari 9.410 penduduk lakilaki
serta 9.236 penduduk perempuan. Kemudian jumlah tenaga kerja kecamatan
Aek Kuasan adalah 2.566 orang bekerja. (BPS Asahan, 2017)
4.1.4. Kecamatan Pulau Rakyat
Kecamatan Pulau Rakyat merupakan salah satu kecamatan yang terdapat
di kabupaten Asahan, memiliki luas wilayah 213.65 dengan persentase
wilayah 5,72 % dengan jumlah kelurahan sebanyak 8 kelurahan, terletak antara
- LU dan - BT. Kecamatan Aek
Kuasan dihuni oleh 33.665 orang penduduk yang terdiri dari 16.890 penduduk
laki-laki serta 16.775 penduduk perempuan. Kemudian jumlah tenaga kerja
kecamatan Aek Kuasan adalah 815 orang bekerja. (BPS Asahan, 2017)
4.1.5. Kecamatan Teluk Dalam
Kecamatan Teluk Dalam merupakan salah satu kecamatan yang terdapat
di kabupaten Asahan, memiliki luas wilayah 117.01 dengan persentase
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

53
wilayah 3,13 % dengan jumlah kelurahan sebanyak 6 kelurahan, terletak antara
- LU dan - BT. Kecamatan Aek
Kuasan dihuni oleh 18,390 orang penduduk yang terdiri dari 9.272 penduduk lakilaki
serta 9.118 penduduk perempuan. Kemudian jumlah tenaga kerja kecamatan
Aek Kuasan adalah 1.516 orang bekerja. (BPS Asahan, 2017)
4.2 Gambaran Umum Responden
Keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 50 orang yang terdiri
dari pengusaha panglong, produsen batako & batu blok, produsen pot dan
produsen rehel (batu nisan). Aspek-aspek yang diteliti dalam penelitian ini dapat
dilihat sebagai berikut :
4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner pada penelitian ini diketahui bahwa
secara umum responden berumur 21-55 tahun. Sebagian besar berada pada umur
31 hingga 40 tahun yang berjumlah sebanyak 22 orang untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 4.1 berikut :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

54
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
No Umur Frekuensi Persentase (%)
1 21 – 30 Tahun 2 4,0 %
2 31 – 40 Tahun 22 44,0 %
3 41 – 50 Tahun 16 32,0 %
4 >50 Tahun 10 20,0 %
Total 50 100 %
Sumber : Data diolah
4.2.2.Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha
Dari hasil tabulasi kuesioner berdasarkan jenis usaha menunjukan bahwa
tingkat jenis usaha yang dominan menjadi responden adalah produsen batako dan
batu blok sebanyak 17 orang atau sekitar 34 %. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha
No Jenis Usaha Frekuensi Persentase (%)
1 Pengusaha Panglong 11 22,0 %
2 Produsen Batako 17 34,0 %
3 Produsen Pot 7 14,0 %
4 Produsen Rehel
(Batu Nisan)
15 30,0 %
Total 50 100 %
Sumber : Data diolah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

55
4.3 Hasil Analisis
4.3.1. Analisis Regresi Linier Berganda
Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan untuk menjelaskan faktorfaktor
yang mempengaruhi permintaan pasir di tangkahan sungai Asahan
Kabupaten Asahan menggunakan analisis regresi linier berganda. Model Regresi
Linier Berganda yang digunakan dalam penelitian dituliskan dalam persamaan
berikut :
=++++μ
Berdasarkan data yang diperoleh, untuk melihat pengaruh variabel lokasi, harga,
dan kualitas dapat dianalisis koefisien statistik dari masing-masing variabel
independent dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut :
Tabel 4.3
Hasil Regresi Linier Berganda
Var
iable
Koefisien t stat t sig Keterangan
Konstanta
Lokasi
Harga
Dummy
234,167
-.078
-.002
46.475
3.163
-.090
-2.807
3.194
.003
.928
.007
.003
Observasi (n) 50
= 0,274
F statistik = 5,796
F sig = 0,002
a. Dependent Variable: Permintaan
Sumber : Data diolah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

56
Berdasarkan hasil model estimasi Analisis Regresi Linier Berganda yang
disajikan pada gambar diperoleh hasil persamaan sebagai berikut :
Y = 234,167 – 0,078 – 0,002 46,475
Keterangan :
Y : Permintaan pasir di tangkahan Asahan (Kubik)
: Lokasi (Km)
: Harga Pasir (Rp)
: Dummy Kualitas
Analisis hasil model estimasi tersebut dapat diinterpretasikan dalam penjelasan
sebagai berikut :
a. Konstanta (α)
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa koefisien konstanta adalah
234,167 Koefisien ini memberi makna bahwa dalam keadaan tetap atau tidak ada
perubahan pada variable lokasi, harga, dan kualitas maka permintaan pasir sebesar
234,167
b. Variabel Lokasi
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa koefisien variable lokasi
sebesar -0,078. Hal ini menunjukan bahwa variable lokasi berpengaruh negatif (-).
Artinya jika lokasi yang ditempuh untuk tangkahan sungai Asahan semakin dekat
maka permintaan pasir akan semakin meningkat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

57
c. Variabel Harga
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa koefisien variable harga
sebesar -0,002. Hal ini menunjukan bahwa variable harga menunjukan pengaruh
yang negative. Artinya jika harga yang di tawarkan semakin rendah maka
permintaan pasir akan semakin meningkat.
d. Variabel Kualitas
Berdasarkan tabel 4.3 dapat kita ketahui bahwa koefisien variabel kualitas
sebesar 46,475. Hal ini menunjukan bahwa variabel kualitas menunjukan
pengaruh yang positif. Artinya jika kualitas pasir yang diberikan baik maka
permintaan pasir akan meningkat.
4.4. Uji Hipotesis
4.4.1. Uji t-statistik
Uji t dilakukan untuk menguji secara parsial apakah variable lokasi, harga
dan kualitas berpengaruh signifikan terhadap permintaan pasir. Pada penelitian ini
jumlah responden sebanyak 50 orang. Dengan demikian derajat nilai pada
uji satu arah : (df) = n-k = 50-4 = 46. Pada α = 5 %, = 1,679. Derajat nilai
dapat dilihat pada tabel berikut :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

58
Tabel 4.4
Uji t-statistik
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant
)
234.163 74.039 3.163 .003
Lokasi -.078 .867 -.011 -.090 .928
Harga -.002 .001 -.353 -2.807 .007
Kualitas 46.475 14.550 .402 3.194 .003
a. Dependent Variable: Permintaan
Sumber : Data diolah
Berdasarkan kreteria uji hipotesis dapat diketahui bahwa :
a. Variabel Lokasi
Nilai untuk variable lokasi adalah -0,078. Pada α = 5%, =
1,679 sehingga < maka secara parsial variable lokasi berpengaruh
negatif (-0,078 < 1,679) dan tidak signifikan (0,928 > 0,05) terhadap permintaan
pasir di tangkahan sungai Asahan Kabupaten Asahan.
b. Variabel Harga
Nilai untuk variable harga adalah -0,002. pada α = 5%, =
1,679 sehingga < maka secara parsial variable harga berpengaruh
negatif (-0,002 < 1,689) dan signifikan (0,007 < 0,05) terhadap permintaan pasir
di tangkahan sungai Asahan Kabupaten Asahan.
c. Variabel Kualitas
Nilai untuk variable kualitas adalah 46,475. Pada α = 5%, =
1,689 sehingga > maka secara parsial variable kualitas berpengaruh
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
59
positif (46,475 > 1,679) dan signifikan (0,003 < 0,05) terhadap permintaan pasir
di tangkahan sungai Asahan Kabupaten Asahan.
4.4.2. Uji F
Uji F dilaksanakan untuk menguji apakah variable lokasi, harga dan
kualitas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
permintaan pasir di tangkahan sungai Asahan Kabupaten Asahan. dapat
dilihat pada α = 5%, n = 50, k= 4, maka :
Derajat pembilang = k-1 = 4-1 = 3
Derajat penyebut = n-k = 50-4 = 46, sehingga diperoleh = 2,81
Nilai dapat dicari dengan menggunakan tabel ANNOVA dari hasil
pengolahaan SPSS.
Tabel 4.5
Koefisien
Model
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 41098.039 3 13699.346 5.796 .002b
Residual 108725.961 46 2363.608
Total 149824.000 49
a. Dependent Variable: Permintaan
b. Predictors: (Constant), Kualitas, Harga, Lokasi
Sumber : Data diolah
Berdasarkan analisis diatas, nilai sebesar 5,101 > nilai
sebesar 2,81 pada α = 5% dan tingkat signifikansi 0,002 < 0,05. Dengan
demikian maka ditolak dan diterima. Hal ini menunjukan bahwa variable
independen yang terdiri dari lokasi, harga dan kualitas secara bersama-sama
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

60
berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan pasir di tangkahan sungai
Asahan Kabupaten Asahan.
4.4.3. Koefisien Determinasi ( )
Koefisien determinasi menejelaskan variasi pengaruh variabel-variabel
lokasi, harga dan kualitas terhadap variabel permintaan pasir di tangkahan sungai
Asahan Kabupaten Asahan.
Tabel 4.6
Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .524a .274 .227 48.61695
a. Predictors: (Constant), Kualitas, Harga, Lokasi
Sumber : Data diolah
Berdasarkan analisis di atas nilai R-Square yang besarnya 0,274
menunjukan bahwa pengaruh variabel lokasi, harga dan kualitas terhadap
permintaan pasir di tangkahan sungai Asahan Kabupaten Asahan sebesar 27,4 %.
Artinya lokasi, harga dan kualitas terhadap permintaan pasir di tangkahan sungai
Asahan Kabupaten Asahan sebesar 27,4 % sedangkan sisanya 72,6 % (100% -
27,4%) di pengaruhi oleh variabel lain yang tidak ada didalam model regresi
linier.
4.5 Uji Asumsi Klasik
4.5.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variable pengganggu atau residual berdistribusi normal. Berdasarkan hasil
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

61
pengolahan data dengan program SPSS, dapat diinformasikan tentang keberadaan
normalitas yang di peroleh. Untuk melihat normalitas residual penulis
menganalisis dengan cara sebagai berikut :
Tabel 4.7
Uji Normalitas
Unstandardized
Residual
N 50
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 47.10517133
Most Extreme Differences Absolute .172
Positive .172
Negative -.081
Test Statistic .172
Asymp. Sig. (2-tailed) .001c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber : Data diolah
Berdasarkan output diatas, diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar
0,001 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang kita uji tidak
berdistribusi normal.
4.5.2. Uji Multikolinearitas
Tujuan uji ini adalah untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya variable bebas (independen model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi kolerasi diantara variable bebas) tidak terjadi multikolinearitas jika
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

62
variable bebas saling berkolerasi maka variable ini tidak ortogonal adalah variable
yang nilai kolerasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol.
Kreteria Pengambilan Keputusan
Melihat nilai toleransi :
1. Tidak terjadi multikolinearitas, jika nilai toleransi > 0,1
2. Terjadi multikolinearitas, jika nilai toleransi < 0,1
Melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor)
1. Tidak terjadi multikolinearitas jika nilai VIF < 5
2. Terjadi multikolinearitas jika nilai VIF > 5
Tabel 4.8
Uji Multikolinearitas
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardiz
ed
Coefficien
ts
T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta
Toleran
ce VIF
1(Consta
nt)
234.163 74.039 3.163 .003
Lokasi -.078 .867 -.011 -.090 .928 .995 1.005
Harga -.002 .001 -.353 -2.807 .007 .996 1.004
Kualitas 46.475 14.550 .402 3.194 .003 .995 1.005
a. Dependent Variable: Permintaan
Sumber : Data diolah
Dapat diperoleh dari tabel 4.8 adalah :
1. Variabel lokasi memiliki nilai tolerance sebesar (0,995) > 0,1 maka variabel
ini tidak terjadi multikolinearitas.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

63
2. Variabel harga memiliki nilai tolerance sebesar (0.996) > 0,1 maka variabel
ini tidak terjadi multikolinearitas.
3. Variabel kualitas memiliki nilai tolerance sebesar (0,995) > 0,1 maka variabel
ini tidak terjadi multikolinearitas.
Berdasarkan nilai VIF :
1. Variabel lokasi memiliki nilai VIF sebesar (1,005) < 5,00 maka tidak terjadi
multikolinearitas.
2. Variabel harga memiliki nilai VIF sebesar (1,004) < 5,00 maka tidak terjadi
multikolinearitas.
3. Variabel kualitas memiliki nilai VIF sebesar (1,005) < 5,00 maka tidak terjadi
multikolinearitas.
4.5.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup
mempunyai varians yang berbeda di antara anggota grup tersebut. Maka pada
penelitian ini sebagai berikut hasil analisis uji heteroskedastisitas :
Tabel 4.9
Uji Heteroskedastisitas
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant
)
135.090 43.345 3.117 .003
Lokasi -.223 .508 -.054 -.438 .663
Harga -.001 .000 -.349 -2.839 .007
Kualitas 30.637 8.518 .442 3.597 .001
a. Dependent Variable: RES2
Sumber : Data diolah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

64
Berdasarkan hasil analisis di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi
variabel lokasi (0,663) lebih besar dari 0,05, artinya tidak terjadi
heteroskedastisitas pada variabel lokasi. dan variabel harga nilai signifikansinya
adalah (0,007) lebih kcil dari 0,05 artinya terjadi heteroskedastisitas pada variabel
harga. Selanjutnya variabel kualitas nilai signifikansinya adalah (0,001) lebih
kecil dari 0,05 artinya terjadi heteroskedastisitas pada variabel kualitas.
4.5.4 Uji Validitas
Uji validitas ini digunakan untuk menunjukan sejauh mana suatu alat ukur
mengukur apa yang ingin kita ukur atau apakah alat ukur tersebut telah tepat
mengukur apa yang diukur. Maka pada penelitian ini sebagai berikut hasil analisis
uji validitas :
Tabel 4.10
Uji Validitas
Permintaan harga Kualitas Skortotal
Permintaan Pearson Correlation
1 .388* .332 .991**
Sig. (2-tailed) .034 .073 .000
N 30 30 30 30
Harga Pearson Correlation
.388* 1 .308 .507**
Sig. (2-tailed) .034 .098 .004
N 30 30 30 30
Kualitas Pearson Correlation
.332 .308 1 .365*
Sig. (2-tailed) .073 .098 .047
N 30 30 30 30
Skortotal Pearson Correlation
.991** .507** .365* 1
Sig. (2-tailed) .000 .004 .047
N 30 30 30 30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

65
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : Data diolah
Berdasarkan hasil analisis diatas apabila rhitung lebih besar dari rtabel
maka semua item angket tersebut dinyatakan valid dan bisa dijadikan sebagai alat
pengumpul data dalam penelitian. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa
rhitung variabel permintaan sebesar 0.991 > rtabel sebesar 0.365 (Valid), variabel
harga rhitung sebesar 0.507 > 0.365 (Valid) dan variabel kualitas rhitung sebesar
0.365 > rtabel 0.365 (Valid).
3.5.5 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ini digunakan untuk menunjukan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas menggunakan
teknik Alpha Cronbach. Maka pada penelitian ini sebagai berikut hasil analisis uji
reliabilitas :
Tabel 4.11
Uji Reliabilitas
Cronbach's Alpha N of Items
.166 3
Sumber : Data diolah
Berdasarkan hasil analisis diatas apabila alpha lebih besar dari rtabel maka
kuesioner dapat dikatakan reliabel. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa
alpha sebesar 0.166 < r tabel sebesar 0.365. artinya kuesioner pada penelitian ini
tidak reliabel.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

66
4.6. Pembahasan
1.Lokasi
Berdasarkan hasil analisis, lokasi berpengaruh negatif tidak signifikan
terhadap permintaan pasir di tangkahan sungai Asahan Kabupaten Asahan.
Artinya variabel lokasi tidak berpengaruh terhadap permintaan pasir di tangkahan
sungai Asahan Kabupaten Asahan.
2.Harga
Berdasarkan hasil analisis, harga berpengaruh negatif signifikan terhadap
permintaan pasir di tangkahan sungai Asahan Kabupaten Asahan. Hal ini sesuai
dengan hipotesis yang dibuat oleh penulis bahwa harga berpengaruh negatif,
dimana jika harga turun maka akan meningkatkan jumlah permintaan pasir di
tangkahan sungai Asahan Kabupaten Asahan. Menurut hukum permintaan
menyatakan bahwa bila harga naik maka permintaan barang akan turun,
sebaliknya bila harga turun permintaan akan naik. Secara fenomena dilapangan,
pelaku usaha penggalian pasir di tangkahan sungai Asahan Kabupaten Asahan
mengatakan bahwa permintaaan pasir mengalami kenaikan sekitar 10 % per
tahun. Kenaikan permintaan ini tidak sesuai dengan hukum permintaan, karena
secara fakta permintaan pasir naik disebabkan meningkatnya pembangunan
infrastruktur seperti sekolah, jalan dan bangunan-bangunan kesehatan bukan
berdasarkan penurunan harga. Hal ini sesuai dengan teori pengaruh perubahan
permintaan ke atas keseimbangan yang mengatakan bahwa permintaan naik dan
jumlah penawaran tetap menyebabkan harga naik.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

67
3.Kualitas
Berdasarkan hasil analisis, kualitas berpengaruh positif signifikan terhadap
permintaan pasir di tangkahan sungai asahan Kabupaten Asahan. Hal ini sesuai
dengan hipotesis yang dibuat penulis bahwa jika kualitas yang diberikan baik
maka permintaan pasir ditangkahan sungai Asahan Kabupaten Asahan juga akan
meningkat. Menurut pendapat Kotler dan Amstrong (2008) semakin baik kualitas
produk yang dihasilkan maka akan memberikan kesempatan kepada konsumen
untu melakukan keputusan pembelian. Kondisi dilapangan, pasir merupakan salah
satu bahan bangunan penting untuk melakukan pembangunan maka untuk
menghasilkan bangunan yang berkualitas baik harus pula dengan material
bangunan yang baik. Sehingga apabila kualitas yang di tawarkan baik maka
masyarakat akan meningkatakan permintaannya terhadap pasir di tangkahan
sungai Asahan Kabupaten Asahan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis menyimpulkan secara
parsial yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pasir di tangkahan
sungai Asahan Kabupaten Asahan adalah lokasi, harga pasir dan kualitas pasir.
1. Lokasi berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap permintaan pasir di
tangkahan sungai Asahan Kabupaten Asahan.
2. Harga berpengaruh negatif signifikan terhadap permintaan pasir di
tangkahan sungai Asahan Kabupaten Asahan.
3. Kualitas berpengaruh positif signifikan terhadap permintaan pasir di
tangkahan sungai asahan Kabupaten Asahan.
5.2 Saran
1. Para pelaku usaha penambangan pasir di tangkahan sungai Asahan
Kabupaten Asahan lebih menstabilkan harga harga pasir yang di tawarkan
jangan sampai melewati harga maksimum yang ditetapkan oleh PEMDA
Asahan.
2. Para pelaku usaha penambangan pasir di tangkahan sungai Asahan
Kabupaten Asahan untuk tidak melakukan penggalian pasir pada saat
musim hujan sehingga kualitas pasir akan tetap terjamin.
3. Para pelaku usaha penambangan pasir di tangkahan sungai Asahan
Kabupaten Asahan untuk tetap melakukan penggalian pasir dengan
68
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

69
4. memperhatikan kondisi lingkungan sekitar (AMDAL) agar penggalian
tetap berjalan dengan baik.
5. Di karenakan penelitian ini memilki nilai yang rendah, maka penulis
menyarankan untuk penelitihan selanjutnya agar menambah variabel lain
seperti jumlah perumahan atau bangunan lainnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

70
DAFTAR PUSTAKA
Admin,Tim.“PasirdanJenisnya”.11April2017.http://PerbaikiRumah.blogspot.com
/2012/perbaiki-rumah.html
Anggita,R.“DampakAktivitasPertambangan”.11April2017http://stoyguide.blogsp
ot.com/2014/dampak-usaha-tambang.html
Arief Budiarto, 2013.” Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan
Sepeda Motor di Kota Semarang”, Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro Semarang.
Dwiarto,D.2014.PotensiPertambangandiIndonesia.(https://www.ima.api/index.ph
p/ Potensi Pertambangan di Indonesia.pdf, 11 April 2017 )
Ghozali, H. Imam, 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS 19, Edisi Kelima, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Intan,J.“PasirSungaiAsahan”.11April2017.https://www.jurnalasia.com/Berita/201
6/endapan-sungai-asahan-sangat-besar.html
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.2013. PP No. 27 tahun 1980 Tentang
Penggolongan Bahan Galian.Jakarta:Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia
Philip Kotler, 2005. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Gramedia.
Referensi Inspiratif. 2013. http://www.referensimakalah.com/2013/02/harga-danteori-
hargs.html?m=1
Ruslan, S. 2014. Pertambangan Pasir Besi di Daerah Cikawungading Kabupaten
Tasikmalaya. Jurnal Pendidikan Geografi, Vol.18, No.2, hlm.1
Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Raja
Grafindo persada. Jakarta.
Sukirno, Sadono. 1985. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Bima Grafika. Jakarta
Sulaksono, Agus. 2016. Pengaruh Batubara Terhadap Pertumbuhan Dan
Kesejahteraan Masyarakat Pada Era Otonomi Daerah di Indonesia,
(http://Agussulaksono.staff.gunadarma.ac.id/PENGARUH+BATUBARA.p
df, 11 April 2017 )
Susanti, N. dan Sugandi, D. Respon Masyarakat Pemilik Lahan Terhadap Upaya
Reklamasi Lahan Bekas Penambangan Pasir Besi di Desa Mandalajaya
70 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
71
Kecamatan Cikalong. Jurnal Pendidikan Geografi Ilmu Pengetahuan Sosial,
Vol.3, No.1, hlm.3-5
Vihel, G. “Tahapan Kegiatan Usaha Pertambangan”. 8 April 2017.
http://kumpulaninfotambang.blogspot.com/2011/tahapan-usahatambang.
html
Wikipedia. (2016). Pasir. https://id.m.wikipedia.org/wiki/pengertian-pasir
Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Gabungan. Edisi Pertama. Prenadamedia Group. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai