Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rofino Dino Valentino

NIM : H051191050

STATISTIKA A

PROBLEMATIKA SWASEMBADA GARAM NASIONAL YANG TAK KUNJUNG


USAI

LATAR BELAKANG
Garam merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat yang belum dapat
dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Pasalnya dari tahun ketahun, kebutuhan akan garam
terus meningkat mengikuti laju pertumbuhan penduduk yang sangat pesat. Garam
dibutuhkan tidak hanya untuk kebutuhan rumah tangga semata, melainkan juga dibutuhkan
dalam bidang industry dan farmasi. Saat ini kebutuhan akan garam masih mengharuskan
Indonesia untuk mengimpor garam dari negara lain, contohnya Australia yang mendapatkan
keuntungan sebesar US$ 76,09 juta ditahun 2017 dari impor garam yang dilakukan. Dengan
panjang garis pantai 99.000 kilometer yang membentang sangat luas dari ujung timur ke
ujung barat Indonesia, harusnya Indonesia mampu mengatasi kebutuhan garamnya sendiri,
akan tetapi pada kenyataannya tidak demikian. Pemerintah dalam hal ini menetapkan
kebijakan akan swasembada garam nasional agar kedepannya Indonesia mampu memenuhi
kebutuhan garamnya sendiri. Namun, problematika terus menerus bermunculan dan
menghambat Indonesia untuk dapat mensukseskan swasembada garam nasional.

Kurangnya kesadaran masyarakat akan masalah ini, membuat swasembada garam


nasional sangat susah untuk dicapai. Masyarakat kebanyakan lebih memilih untuk
mengosumsi garam impor dibandingkan dengan garam lokal. Hal ini tidak jauh dari kualitas
garam lokal yang dirasa kurang memuaskan dibandingkan dengan garam impor. System
pemanenan garam nasional yang sederhana, membuat kualitas garam terbilang rendah.
Tentunya tak heran jika masyarakat ataupun pihak perindustrian lebih memilih garam impor
dibandingkan dengan garam lokal. Produksi garam lokal juga tidak begitu tinggi dikarenakan
sedikitnya lahan yang dapat digunakan. Sedikitnya lahan ini dikarenakan factor beberapa
daerah yang tidak memenuhi kriteria, contohnya kelembaban udara yang harus rendah.
Banyaknya lahan yang tidak terintegrasi juga membuat semakin sedikitnya lahan untuk
memproduksi garam itu sendiri. Produksi garam juga sangat rentan terganggu oleh cuaca.
Apabila masuk musim penghujan, tentunya sangat mempengaruhi kualitas ataupun
produksi garam, yang bisa saja menurun. Apabila kualitas dan produksinya menurun, harga
garam lokal pun akan ikut menurun. Tentunya, garam lokal menjadi tidak dapat bersaing
dengan garam impor yang terbilang stabil harganya. Inilah yang membuat banyak petani
tambak merasa tidak sejahtera dan malah memilih untuk gulung tikar.
Lahan garam rakyat seluruhnya tersebar dan terkonsentrasi di 6 propinsi yaitu Jawa
Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawei Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara
Timur sedangkan lahan PT. Garam berada di daerah Madura, Jawa Timur. Apabila
dibandingkan antara kebutuhan nasional dan kemampuan produksi maka produksi nasional
hanya mampu memenuhi kebutuhan konsumsi saja (Mahdi,2009). Hal inilah yang membuat
pemerintah terpaksa melakukan impor garam dari negara lain. Tingginya kebutuhan akan
garam, tidak sebanding dengan jumlah produksi garam itu sendiri.

Proses produksi garam memang sangat bergantung pada factor cuaca. Garam
diproduksi dengan cara menguapkan air laut yang dipompa di lahan pegaraman. Kondisi
cuaca menjadi salah satu penentu keberhasilan target produksi garam. Evaporasi air garam
dapat tercapai jika didukung oleh radiasi surya serta bantuan rekayasa iklim mikro pada
areal pegaraman, khususnya angin, curah hujan, suhu, dan kelembaban, serta durasi
penyinaran matahari (Kumala, 2012). Dengan curah hujan yang sangat tinggi di Indonesia,
tentunya ini menjadi problematika yang berpengaruh atas kualitas dan produksi garam itu
sendiri. Garam hanya akan baik jika sedang musim kemarau, dan akan memburuk di musim
penghujan. Inilah yang menyebabkan sedikit sekali orang yang mau untuk menjalankan
usaha produksi garam.

Referensi :

http://eprints.undip.ac.id/42199/

http://sdip.dpr.go.id/search/detail/category/Jurnal%20Ekonomi%20dan%20Kebijakan%20P
ublik/id/129

http://jmb.lipi.go.id/index.php/jmb/article/view/103
http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/article/view/962
http://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/122

Anda mungkin juga menyukai