Abstrak
Indonesia merupakan negara dengan sebagian besar wilayahnya terdiri dari perariran
hingga dijuluki sebagai negara maritim. Dengan luasnya wilayah lautannya, semestinya
Indonesia bisa mengekspor garam dengan jumlah yang besar. Garam adalah komoditi yang
sangat potensial dan strategis untuk dikembangkan karena dapat meningkatkan kesejahteraan
petani dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu daerah yang memproduksi garam
dengan jumlah besar yaitu Bali bagian utara. Besarnya potensi produksi garam yang dimiliki
Bali bagian Utara tidak langsung membuat petani sejahtera hal ini dikarenakan banyaknya
gangguan yang harus dihadapi seperti terjadinya perubahan iklim. Perubahan iklim diartikan
sebagai perubahan suhu, curah hujan, dan pola angin yang drastis dalam kurun waktu tertentu.
Tetapi dengan adanya perubahan iklim produksi garam menjadi tidak menentu yang
dipengaruhi oleh cuaca dan harga garam yang tidak menentu mengakibatkan petani kurang
sejahtera.
I. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara dengan sebagian besar wilayahnya terdiri dari perariran
hingga dijuluki sebagai negara maritim. Indonesia memiliki total wilayah sekitar 7,81 juta km2.
Dari total luas wilayah tersebut, 3,25 juta km2 adalah lautan dan 2,55 juta km2 adalah Zona
Ekonomi Eksklusif. Hanya sekitar 2,01 juta km2 yang berupa daratan (Mediaindonesia.com).
Dengan luasnya wilayah lautannya, seharusnya Indonesia bisa mengekspor garam
dengan jumlah yang besar. Tetapi pada kenyataannya Indonesia masi saja mengimpor garam
dari luar negri yaitu sebanyak 70% garam (Powerpoint Dr. Nyoman Arsana, S.Si.M.Si).
Dengan hal ini dapat kita simpulkan bahwa pemanfaatan tambak garam di Indonesia sangatlah
minim. Tetapi salah satu desa di Bali Utara terdapat masyarakat yang memiliki minat dalam
produksi garam yakni di desa Tejakula, masyarakat setempat membuat tambak garam
dikarenakan kondisi geografisnya yang sangat mendukung yaitu berada di dekat pesisir pantai.
Dengan keadaan saat ini yang sering terjadinya perubahan iklim yang ekstream maka
produksi garam sangat susah dilakukan. Hal ini dikarenakan petani garam hanya dapat
beraktivitas pada musim kemarau, karena proses produksi garam sangat bergantung pada sinar
matahari. Dengan terjadinya masalah produksi maka perekonomian petani garam juga menjadi
kurang stabil. Kondisi tersebut sekaligus menegaskan kembali hubungan saling
ketergantungan manusia dengan alam demikian erat.
II. Pembahasan
A. Pengertian Garam
Garam adalah senyawa kimia yang terdapat secara alami dan umumnya larut dalam air.
Garam terbentuk dari senyawa ion, dan karena ion inilah garam dapat mudah larut dalam air.
Garam terbentuk dari pencampuran reaksi asam dan basa. Umumnya pembuatan garam
dilakukan melalui proses penguapan. Produksi garam dapat dilakukan dengan beberapa cara
diantaranya membuat garam dengan cara tradisional, menggunakan metode teknologi ulir filter
(TUF) geomembran, dan metode continuously dynamic mixing (CDM) dan teknologi
Greenhouse salt tunnel (GST) (Kementrian Kelautan dan Perikanan RI).
Tubuh manusia membutuhkan asupan garam yang cukup dan keberadaanya tidak dapat
disubsitusikan. Garam diperlukan oleh tubuh manusia sebagai mineral yang harus tercukupi
dengan seimbang (Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan, 2016). Secara
umumnya dapat dikatakan garam merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi,
selain sebagai penyedap rasa, garam juga digunakan untuk kesehatan dan kecantikan seperti
dijadikan lulur dan masker.
Garam merupakan komoditi yang sangat potensial dan strategis untuk dikembangkan
karena dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Garam konsumsi nasional hanya dapat diserap sebagian sedangkan sebagian kebutuhannya
masih dipenuhi garam impor. Kegiatan impor garam ini sangat memberatkan petani lokal
karena mengakibatkan harga garam petani menjadi lebih murah. Berdasarkan pemetaan yang
dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (2016), daerah produsen
garam di Indonesia diklasifikasikan menjadi daerah sentra dan daerah penyangga. Provinsi Bali
merupakan daerah penyangga garam yang juga mempunyai kontribusi yang penting sebagai
penyedia garam konsumsi.
D. Kondisi Perekonomian Petani Garam Bali Bagian Utara Saat Terjadinya Perubahan
Iklim
Menurut Badan Penelitian, Pengembangan, 2021, Bali bagian Utara merupakan salah
satu daerah yang memproduksi garam terbesar di Bali. Sebagian daerahnya berupa pesisir
dengan panjang pantai mencapai 157,05 km dengan aneka ragam kekayaan lautnya. Sebagian
penduduk di Bali bagian Utara yang tinggal di dekat daerah pesisir menjadikan usahatani
garam sebagai salah satu mata pencaharian utama. Besarnya potensi produksi garam yang
dimiliki Bali bagian Utara tidak langsung membuat petani sejahtera. Produksi garam yang tidak
menentu yang dipengaruhi oleh cuaca yang tidak menentu mengakibatkan petani kurang
sejahtera.Hal ini terjadi karena terhambatnya proses produksi garam.
Apriani, M., Hadi, W. & Masduqi, A., 2018. Physicochemical Properties of Sea Water and
Bittern in Indonesia: Quality Improvement and Potential Resources Utilization for
Marine Environmental Sustainability. Journal of Ecological Engineering
Badan Penelitian, Pengembangan, dan I. D. K. B. (2021), Hasil Potensi Kawasan Pesisir dan
Laut di Buleleng
Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (2016) Info Komoditi Garam. Edited by
Z. dan E. M. Salim. Jakarta: Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan.
Bramawanto, R., Ratnawati, H.I. & Supriyadi., 2019. Variabilitas hidrologis dan dinamika
produksi garam pada beragam kondisi ENSO di Kabupaten Pati dan Rembang. Jurnal
Segara
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Aceh (2017) Artikel Perubahan Iklim
Ida Ayu Maharani A.P. (2020) Jurnal Analisis Tataniaga Garam di Desa Les
Kementrian Kelautan dan Perikanan (2017), Maritim Indonesia Kemewahan yang Luar Biasa.
Rusiyanto, Soesilowati, E. & Jumaeri., 2013. Penguatan industri garam nasional melalui
perbaikan teknologi budidaya dan diversifikasi produk Sainteknol.