e-ISSN: 2715-4483
htpps://journal.upy.ac.id/index.php/karmawibangga
r.hardita90@gmail.com ponco.setiyonugroho@unindra.ac.id
ABSTRAK ABSTRACT
Pulau Madura telah dikenal sejak lama Madura Island has been known for a
sebagai Pulau penghasil garam. Industri long time as a salt-producing island. The salt
garam di Madura diketahui mulai masuk pada industry in Madura is known to have started in
abad ke-19. Di bawah kebijakan monopoli the 19th century. Under the salt monopoly
garam yang diberlakukan oleh Pemerintah policy imposed by the Dutch Colonial
Kolonial Belanda, kesejahteraan petani garam Government, the welfare of salt farmers has
mengalami peningkatan. Pasca Indonesia increased. After Indonesia's independence, the
merdeka, euforia kebebasan dan nasionalisme euphoria of freedom and nationalism colored
mewarnai hampir seluruh wilayah di almost all regions in Indonesia, including
Indonesia, termasuk Pulau Madura Sebagai Madura Island. As an island that was known to
sebuah Pulau yang diketahui cukup produktif be quite productive during the Dutch Colonial
pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda, Government, Madura became one of the
Madura menjadi salah satu Pulau yang islands that the Government of Indonesia
diperjuangkan oleh Pemerintah Indonesia. fought for. The existence of a Salt Company
Keberadaan Perusahaan Garam milik owned by the Dutch Colonial Government was
Pemerintah Kolonial Belanda menjadi salah one of the main causes. The purpose of this
satu penyebab utamanya. Tujuan dari study was to determine the dynamics of the salt
Penelitian ini adalah untuk mengetahui industry in Madura after Indonesia's
Dinamika Industri Garam di Madura setelah independence in 1950-1975. This Article show
Indonesia Merdeka tahun 1950-1975. Artikel that under the Indonesian government, the salt
ini memperlihatkan bahwa di bawah industry in Madura actually experienced a
Pemerintah Indonesia, Industri Garam di decline.
Madura justru mengalami penurunan.
Keywords: Salt, Madura, Jawatan Regie
Kata Kunci : Garam, Madura, Jawatan Garam , PT. Garam, Nationalization of
Regie Garam, PT. Garam, Nasionalisasi State Assets
Aset Negara
113
Karmawibangga : Historical Studies Journal, 04 (02), 2022
114
Karmawibangga : Historical Studies Journal, 04 (02), 2022
salah satu hal yang menjadikan rakyat yang terbesar di Asia. Salah satu pulau yang
tinggal di pesisir menjadi hidup makmur. kemudian dikenal sebagai pulau garam adalah
Kondisi alam yang seolah mendukung industri pulau Madura, karena di pulau ini lah awal
garam, ditambah kebutuhan garam sebagai mula VOC dan pemerintah kolonial
bumbu utama dalam setiap masakan di Asia mengembangkan apa yang mereka sebut
Tenggara, menjadikan Garam bernilai cukup modernisasi industri garam.
tinggi pada masa itu. Jika melihat gambar di atas,
penunjukan Madura sebagai pusat penghasil
garam memang tepat. Melihat secara geografis
pulau Madura dikelilingi laut serta lahan
sekitar laut tersebut tidak padat penduduk,
sehingga potensi pembukaan lahan untuk
pembuatan tambak garam sangat
memungkinkan. Sinar matahar yang melimpah
menjadikan Madura sebagai salah satu daerah
beriklim panas di Indonesia. Hal ini
menjadikan hampir semua kebupaten di
Gambar 2. Peta Madura dengan Batas-batas Madura berpotensi sebagai tambak garam.
Wilayahnya Secara administratif wilayah Madura
“Dari Jaratan, Gresik, Pati, Juwana, dan merupakan bagian dari Provinsi Jawa Timur.
tempat-tempat sekitarnya, mereka membawa Secara umum, wilayah Provinsi Jawa Timur
garam yang mutunya baik. Orang biasanya dibagi menjadi dua bagian besar yaitu Jawa
membeli 800 gantang seharga 150.000 perak, Timur daratan dan Pulau Madura. Daerah
dan menjualnya ke Banten seharga 1.000 perak Madura terletak antara koordinat 113 32’ 54’
per 3 gantang.” BT – 116 16’ 48’ BT dan diantara 4 55’ LS –
Kebutuhan akan ikan Asin juga turut 7 24LS dengan batas-batas sebagai berikut:
mempengaruhi permintaan atas garam. 1. Sebelah utara berbatasan dengan Laut
Meningkatnya minat masyarakat di Asia Jawa
Tenggara terhadap ikan asin turut 2. Sebelah timur berbatasan dengan Laut
mempengaruhi majunya kehidupan para Flores dan Jawa
petani garam di Nusantara. Selain dianggap 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Selat
sebagai makanan yang cukup praktis, ikan Madura
Asin dikenal memiliki aroma yang cukup kuat 4. Sebelah barat berbatasan dengan Surabaya
dan mampu menambah nafsu makan. De Jonge (2011 :2) menjelaskan bahwa
Beberapa nelayan menjadikan ikan asin dengan berbagai potensi yang ada, Madura
sebagai bekal dalam perjalanan melaut. telah lama tumbuh menjadi sebuah daerah
Salah satu Pulau yang telah dikenal dengan catatan panjang sebagai kota penghasil
lama sebagai penghasil garam adalah Pulau garam terbesar di masa Pemerintahan
Jawa. Sebagai salah satu pulau terbesar di Asia Kolonial. Hal ini lah yang menarik minat
Tenggara, menjadikan Pulau Jawa dikenal penulis untuk meneliti lebih lanjut mengenai
sebagai pulau yang juga memiliki garis pantai bagaimana dinamika kehidupan Industri
yang cukup Panjang. Hal ini kemudian Garam pasca kebijakan Nasionalisasi Aset
menjadikan Pulau Jawa terutama Jawa Timur Kolonial Belanda di tahun 1950 hingga
menjadi salah satu daerah penghasil garam munculnya kebijakan modernisasi industri
garam di tahun 1975.Pengambilan periode
115
Karmawibangga : Historical Studies Journal, 04 (02), 2022
1950 sampai 1975 diambil penulis sebagai masa lalu dan membangunnya menjadi
salah satu pembatasan tahun dengan melihat sebuah narasi.
upaya pertama Pemerintah Indonesia dalam
menasionalisasikan aset Kolonial Belanda HASIL PENELITIAN DAN PEM-
yang berupa industri garam di Madura pada BAHASAN
tahun 1950, sedangkan tahun 1975 diambil Perkembangan Industri Garam dan
oleh penulis sebagai Batasan akhir penelitian Kehidupan Petani Garam di Sumenep,
dengan merujuk kepada modernisasi industri Madura Pasca Indonesia Merdeka 1957-
garam oleh pemerintah yang ditandai dengan 1975
pengalihan kelola lahan garam milik petani A. Industri Garam di Madura Pada Masa
kepada PT. Garam yang diharapkan membawa Kolonial 1920-1940
kemajuan dalam perkembangan usaha garam Garam telah dikenal oleh dunia jauh
di tanah Madura. sebelum abad ke-15. Di Indonesia para
nelayan telah terbiasa menggunakan garam
METODE PENELITIAN
untuk mengawetkan ikan hasil tangkapannya.
Metode penulisan yang digunakan Ikan hasil pengawetan tersebut tidak hanya
dalam tulisan ini adalah metode sejarah, yang dperjual-belikan saja, tapi juga dijadikan
menurut Kuntowijoyo (2013 :69-80) perbekalan selama pergi berdagang antar
merupakan langkah penting dalam
pulau. De Jonge (2011 :7) mencatat bahwa ada
menciptakan tulisan sejarah yang objektif.
sebuah pulau yang terletak di bagian utara
Adapun tahap-tahapnya sebagai berikut : pulau jawa yang dikenal sebagai Pulau Garam.
1. Pemilihan Topik. Pemilihan Topik Pulau Garam atau Pulau Madura dikenal
merupakan tahap paling awal dalam sebagai tempat penghasil garam sejak akhir
penelitian Sejarah. Menurut Kuntowijoyo, abad ke-19 sampai abad ke-20, atau sejak VOC
pemilihan topik harus didasari oleh dua mulai berkuasa di Madura. Kehadiran VOC di
hal; yang pertama kedekatan emosional, Madura diawali dengan konflik yang terjadi
yang kedua kedekatan Intelektual. antara Trunojoyo yang merupakan keturunan
2. Heuristik yaitu pengumpulan sumber.
Adipati Madura dengan penguasa Mataram di
Pada tahapan ini, penulis mengumpulkan tahun 1670. Keinginan Trunojoyo untuk lepas
segala sumber yang berkaitan dengan
dari cengkraman Mataram membuatnya
topik yang akan dibahas. berupaya membujuk VOC untuk dapat
3. Verifikasi atau kritik sumber. Verifikasi membantu Madura terutama Sumenep dan
merupakan kritik yang dilakukan oleh Pamekasan untuk dapat lepas dari hegemoni
penulis terhadap sumber baik dari material Mataram.
maupun isinya guna menguji kredibilitas Konflik yang terjadi antara Trunojoyo
sumber. dengan Mataram Islam dimanfaatkan sebagai
4. Interpretasi yang berarti tafsiran terhadap senjata oleh VOC untuk mengurangi
data atau sumber. Dalam tahap ini penulis kekuasaan Mataram di tanah Jawa. Bantuan
mulai membangun analisa dari data atau yang diberikan oleh VOC kepada Trunojoyo
sumber yang telah didapatkan. mengakibatkan Mataram kehilangan
5. Historiografi. Historiografi merupakan kekuasaannya di pantai utara Jawa. Meskipun
tahapan terakhir dalam penulisan sejarah. tanah Madura dianggap kurang
Pada tahap ini, penulis sudah dapat
menguntungkan bagi pertanian, namun potensi
menyelesaikan potongan puzzle peristiwa sebagai penghasil garam sudah terlihat di
116
Karmawibangga : Historical Studies Journal, 04 (02), 2022
117
Karmawibangga : Historical Studies Journal, 04 (02), 2022
118
Karmawibangga : Historical Studies Journal, 04 (02), 2022
milik Belanda berada di bawah pengawasan Garam hasil nasionalisasi milik pemerintah
Pemerintah Indonesia. Kolonial Belanda yang sebelumnya beroperasi
Pada tanggal 13 Desember 1957, di Sumenep, Madura. Pemerintah Indonesia
Nasution menginstruksikan untuk mengambil berharap dengan didirikannya PT. Garam,
alih perusahaan-perusahaan Belanda yang Indonesia tidak hanya mampu memenuhi
selama ini telah diambil alih buruh (MC. kebutuhan garam nasional, tetapi juga mampu
Ricklefs, 1998 :394-395). Bersamaan dengan menjadi negara pengekspor garam. Namun PT
kebijakan nasionalisasi aset-aset kolonial pada Garam yang ditunjuk oleh Pemerintah
tahun 1957, dikeluarkan pula kebijakan Indonesia sebagai pihak yang
penghapusan monopoli produksi garam yang bertanggungjawab atas pengawasan produksi
telah berlaku sejak tahun 1920. garam dan distribusi gram ke seluruh wilayah
Kebijakan Pemerintah untuk Indonesia terjangkit korupsi, sehingga upaya
mengambil alih pabrik dan perkebunan tidak memajukan usaha garam malah memperburuk
berhasil meredakan ketegangan yang terjadi. industri garam sendiri.
Hal yang terjadi justru sebaliknya, kebijakan Melihat kondisi tersebut, di tahun
pemerintah menimbulkan kekecewaan di 1970, Pemerintah kembali berupaya
pihak buruh, dalam kasus ini adalah petani mereorganisasi Perum Garam dengan bantuan
garam. Pemerintahan Indonesia yang baru saja dari AZKO (Kementrian Pembangunan
terbentuk membutuhkan dana untuk Belanda). Tujuan dari reorganisasi ini adalah
menjalankan sebuah negara, dan industri memaksimalkan usaha produksi garam di
garam menjadi salah satu yang dilihat kalianget. Demi mewujudkan upaya tersebut,
pemerintah memiliki potensi besar untuk pemerintah memperluas usaha tambak garam
dikembangkan. Melalui kebijakan milik pemerintah yang semula 3.250 hektar,
nasionalisasi aset asing tahun 1957, harus dimekarkan seluas 1.000 hektar lagi (De
Pemerintah Indonesia berharap untuk dapat Jonge, 2011 :37). Upaya Pemerintah
memonopoli usaha garam di pantai utara pulau melahirkan protes dari para Petani Garam
Jawa terutama Madura. Kebijakan Pemerintah yang
Berdasarkan kebijakan Nasionalisasi menasionalisasikan tambak garam milik para
Aset-aset Kolonial, Pemerintah Indonesia Petani Garam dianggap sebagai perampasan
menyita tambak garam di Madura pada tahun paksa lahan atau tambak milik rakyat.
1957. Pemerintah kemudian membentuk Kondisi produksi PT. Garam yang
Perum Garam yang mengatur jalannya usaha terus menurun menekan Pemerintah untuk
tambak garam di Madura, namun upaya ini mengeluarkan sebuah kebijakan yaitu
tidak berjalan baik. Buruknya manajemen modernisaasi Industri Garam pada tahun 1975.
dalam perum garam, akhirnya memaksa Perum Hal ini berarti, Pemerintah harus
Garam menyerahkan lahan garam kepada membebaskan lebih banyak lahan sepanjang
masyarakat sekitar dengan sistem pengelolaan tahun 1975-1976. Keputusan ini menyebabkan
bagi hasil. kehidupan petani garam terasa terancam.
Ketidakmampuan petani lokal di Pemerintah dilaporkan banyak melakukan
Madura, dalam memenuhi kebutuhan garam di tindakan intimidasi kepada petani garam yang
Indonesia, mendorong Pemerintah untuk melakukan protes dengan cara menuduh
kembali merancang pengalihusahaan produksi mereka sebagai eks anggota PKI.Dalam
garam dari petani lokal menjadi milik Badan rangka melancarkan proyek modernisasi
Usaha Milik Negara yang dikenal sebagai industri garam, PT. Garam mendapatkan
PT.Garam. PT. Garam adalah perusahaan bantuan dari pemerintah Belanda sebesar U$
119
Karmawibangga : Historical Studies Journal, 04 (02), 2022
18.124.000 (Novi Aristin Yulinda dkk , 2014 garam yang digaungkan oleh pemerintah
:69-77) kolonial Belanda membuat kaum nasionalis
Pada tahun 1975,tanah pegaraman (Syarikat Islam) meradang dan
yang dibebaskan oleh PT. Garam di kabupaten membangkitkan kesadaran para petani garam
Sumenep kurang lebih 1.184,92 ha. untuk melawan (Kuntowijoyo, 2017 :434-
Berubahnya status petani garam dari pemilik 436). Namun perlawanan yang dilakukan oleh
lahan menjadi buruh akibat dari proyek petani garam bukan lah bentuk perlawanan
modernisasi PT. Garam ini menimbulkan yang konfrontatif dengan pemerintah kolonial.
konflik tersendiri. Penolakan pembebasan mereka memilih jalan dengan penyelundupan
lahan yang dilakukan oleh para petani garam garam-garam dari Madura atau dengan kata
berawal dari tidak adanya kesepakatan lain melakukan praktik perdaganganaram
mengenai uang ganti rugi antara pemilik lahan illegal yang jelas merugikan pemerintah
dengan PT. Garam. Sampai pada 1977, PT. kolonial Belanda.
Garam berhasil memperluas lahan garam Memasuki masa kemerdekaan,
seluas 4.000 hektar dengan biaya ganti sebesar perlawanan para petani garam semakin tidak
Rp.100 per meter (Novi Aristin Yulinda dkk , berani konfrontatif. Munculnya PT. Garam di
2014 :69-77). Kehidupan para petani garam tahun 1960-an sebagai upaya monopoli garam
kemudian kembali menjadi buruh setelah oleh pemerintah ditanggapi pasif oleh para
sebelumnya sempat merasakan sebagai Petani garam di Madura. Berada di posisi yang
pemilik lahan. Tercatat dalam website yang paling lemah mendorong mereka melakukan
sama, bahwa upah buruh Industri Garam perlawanan atas kebijakan monopoli garam
berkisar Rp. 25.000-Rp.26.000 per hari. dengan dua cara, cara pertama dan lazim
mereka lakukan adalah dengan menurunkan
C. Dampak Kebijakan Industri Garam 1957- kualitaas garam. Cara yang menurut penulis
1975. cenderung menjadi boomerang bagi kehidupan
Tinggal di daerah yang memiliki tanah mereka.
yang tidak subur menjadikan masyarakat yang Upaya Pemerintah dalam memonopoli
tinggal di Pulau Madura tumbuh sebagai petani industri garam melahirkan pro dan kontra di
garam dan nelayan, hal tersebut didukung oleh kalangan masyarakat Madura. Sebagian
posisi Pulau Madura yang memang dikelilingi masyarakat Madura merasa dirugikan dengan
oleh lautan. Kebijakan pemerintah turut kebijakan nasionalisasi tambak garam yang
berpengaruh terhadap dinamika kehidupan mereka kelola selama ini. Memasuki sepuluh
sosial-ekonomi petani garam di Madura. tahun terakhir sejak 1957, usaha garam dengan
Sebagai Pulau penghasil garam terbesar di sistem bagi hasil mengalami kemerosotan.
Indonesia, potensi Madura ini kemudian selalu Perubahan cuaca yang tidak menentu dianggap
berada di posisi dimana para penduduknya penulis turut andil dalam kegagalan panen
selalu merasakan sulitnya hidup ditengah produksi garam. Kemerosotan produksi garam
penjajahan, baik pada masa kolonial, maupun berdampak kepada langkanya garam di
pada masa Pemerintahan republic sendiri. Indonesia.
Aksi Protes atas kebijakan garam Buruknya kualitas garam lokal menjadi
sudah dimulai sejak tahun 1917, dimana satu alasan jatuhnya harga garam Indonesia di
pemerintah kolonial membuat kebijakan untuk pasaran Internasional, bahkan membuka
membeli semua lahan petani garam pribumi peluang bagi importir garam untuk masuk ke
untuk memaksimalkan usaha produksi dan Indonesia, dengan alasan kualitas garam yang
monopoli garam di Hindia Belanda. Monopoli dihasilkan oleh petani garam di Indonesia tidak
120
Karmawibangga : Historical Studies Journal, 04 (02), 2022
memenuhi syarat garam yang bergizi, terlebih Kegiatan untuk mengambil sisa-sisa
setelah munculnya kampanye standarisasi hasil panen garam di lading garam itu dalam
garam beryodium yang digaungkan oleh tulisan ini disebut dengan istilah aksi ngoret.
AZKO, maka nilai garam Indonesia semakin Aksi ngoret (di beberapa daerah dengan nama
turun. Dampak Panjang dari perilaku ini lain) di ladang garam adalah fenomena umum
adalah gulung tikarnya perusahaan garam yang yang dapat ditemukan pada komunitas
membuat petani garam kehilangan petambak garam di Indonesia khususnya di
pekerjaannya. Namun mereka melihat dengan Jawa (Yetty Rochwulaningsih, 2016 :121-
cara yang berbeda, dimana jika kualitas garam 132). Sekilas aksi itu tampak semata-mata
meningkat, maka yang diuntungkan adalah hanya sekedar untuk mendapatkan hasil
pemilik lahan atau industri garam. dengan mengais sisa-sisa garam yang tercecer
Memasuki tahun 1975, Petani Garam di lahan setelah dipanen. Namun penulis
yang merasa dirugikan oleh PT. Garam mulai melihat ini sebagai salah satu bentuk
banyak melakukan protes penolakan perlawanan dari para petani garam. Kegiatan
pembebasan lahan. Namun aksi protes mereka ngoret ini sebenarnya bisa masuk kategori
segera diredam oleh Pemerintah. Pemerintah pencurian.
melaksanakan beberapa kegiatan sosialisasi. Aksi ngoret yang umum dilakukan oleh
Namun Petani Garam menganggap kegiatan kaum wanita di Madura ini biasanya ramai
sosialisasi tidak lebih dari kegiatan-kegiatan ketika musim panen mulai tiba. Kaum wanita
yang bersifat intimidatif. berduyun-duyun membawa serokan dan
Konflik yang terjadi antara Petani karung yang akan digunakan untuk
Garam dengan PT. Garam kian memanas. Isu mengumpulkan garam hasil ngoret, menuju
mengenai penutupan Teluk Gresik Putih dan tambak-tambak garam. Setelah garam-garam
Sungai Saroka menjadi isu yang mewarnai selesai dipanen, kaum wanita dan anak-anak
kegiatan-kegiatan sosialisasi yang memanas di mulai memasuki lahan dan memunguti ceceran
sepanjang tahun 1975. Aksi-aksi demonstrasi garam yang terjatuh dan tersisa di lahan.
menolak modernisasi juga berlangsung Setelah dirasa cukup, kaum wanita kemudian
sepanjang tahun. (Novi Aristin Yulinda dkk , menemui para pengepul illegal yang muncul
2014 :69-77). selama musim panen tiba. Garam hasil ngoret
Aksi Protes para Petani Garam mulai ini kemudian dibeli dengan harga yang relative
mereda ketika para Petani Garam tidak melihat rendah, karena menurut pengepul garam ini
hasil yang signifikan dari aksi-aksi tersebut. dibawah kualitas garam standar, penulis
Para Petani garam kemudian menemukan cara melihat ini sebagai akal-akalan dari pengepul
baru untuk menunjukkan protes dan saja, agar dapat garam illegal dengan harga
ketidaksetujuan mereka teradap kebijakan yang jauh lebih murah. Posisi petani garam
modernisasi yang dilakukan oleh PT. Garam. yang serba sulit, membuat mereka tidak berani
Kegiatan ngoret menjadi alternatif baru yang bersikap konfrontatif dengan pemilik lahan
diciptakan oleh para Petani Garam dalam dan melakukan perlawanan dengan cara
memprotes kebijakan PT. Garam. Pada terselubung.
komunitas petani garam terdapat kebiasaan Kehidupan perekonomian para petani
mengambil sisa-sisa hasil panen garam di garam yang senantiasa hidup dalam catatan
ladang yang dilakukan oleh orang-orang Panjang monopoli garam, membuat mereka
tertentu dan biasanya dilakukan oleh tumbuh dalam kemiskinan. Mereka selalu
perempuan dan anak-anak. ditempatkan dalam satu kondisi yang lemah,
dimana tindak ketidak adilan dari pemilik
121
Karmawibangga : Historical Studies Journal, 04 (02), 2022
lahan selalu terjadi, namun mereka tidak garam resmi milik pemerintah kolonial
mampu melawan secara konfrontatif, Belanda yang ketika Indonesia merdeka,
dikarenakan kebutuhan akan pekerjaan itu berbagai upaya nasionalisasi aset-aset milik
sendiri. Salah satu tindak ketidak adilan dari Pemerintah Kolonial Belanda. Pada awal
para pemilik lahan adalah dengan proses nasionalisasi, Indonesia masih
memberlakukan aturan pemotongan komisi mendapatkan keuntungan besar dari produksi
atau upah harian mereka jika garam garam di Madura. Penghapusan kebijakan
mengalami penurunan produksi atau penghapusan monopoli garam pada tahun
penurunan kualitas garam. Tidak tanggung- 1957 menjadi titk awal harapan perubahan
tanggung, pemilik lahan akan memotong 10- kesejahteraan hidup Petani Garam. Namun
30% dari penghasilan buruhnya. (Yetty yang terjadi justru sebaliknya. Sejak tahun
Rochwulaningsih, 2016 :121-132). 1957 hingga memasuki tahun 1975 hasil
Permasalahan kemiskinan ini menurut produksi garam Indonesia mengalami
penulis berakar sudah sejak awal kebijakan penurunan.
monopoli garam ditetapkan oleh pemerintah Berbagai upaya memajukan produksi
sejak didirikannya PT. Garam, dimana garam dilakukan oleh Pemerintah melalui PT.
pemerintah membeli lahan garam milik petani Garam, namun angka korupsi yang tinggi
garam dengan harga yang begitu rendah dan dalam tubuh PT. Garam dan rendahnya
menjadikan sebagian besar masyarakatnya kepercayaan Petani Garam terhadap PT.
menjadi buruh di pabrik-pabrik garam. Garam menjadikan kebijakan modernisasi
Kemiskinan di Sumenep Madura juga tidak industri garam di tahun 1975 mendapatkan
dapat lepas dari kaitannya dengan Pendidikan, banyak perlawanan.
dimana anak-anak yang tinggal di sekitar Melemahnya industri garam di
tambak garam akan memilih mengoret Indonesia berpengaruh besar terhadap
daripada pergi ke sekolah bila musim panen kehidupan petani garam. Petani Garam
garam tiba. Ketidakmapanan ekonomi dan cenderung miskin. Kemiskinan mendorong
Pendidikan menjadikan desa-desa penghasil mereka untuk menjual garam ilegal demi
garam ini sulit untuk mengejar kemajuan. Hal mencari tambahan penghasilan untuk
ini lah yang menyebabkan Industri Garam di memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Indonesia tidak mengalami peningkatan, Kemiskinan juga mendorong anak-anak dari
meskipun didukung oleh potensi alam petani garam memilih pergi mengoret daripada
Indonesia. pergi ke sekolah. Rendahnya kepedulian para
Petani Garam terhadap Pendidikan menjadi
KESIMPULAN salah satu faktor yang menyebabkan mereka
Kondisi Alam yang tidak mendukung sulit beradaptasi dengan kemajuan zaman.
Pulau Madura sebagai lahan pertanian ternyata Selain korupsi yang tinggi, ketidakmampuan
memiliki potensi lain, yaitu sebagai pulau Petani Garam dalam memahami konsep
penghasil garam. Industri garam di Indonesia modernisasi yang diajukan oleh PT. Garam
diketahui sudah ada sebelum abad ke-15, juga menjadi faktor yang menyebabkan
namun ditetapkannya Madura sebagai pusat semakin menurunnya angka produksi garam di
penghasil garam baru pada tahun 1870. setiap tahunnya.
Ditandai dengan dibelinya lahan garam yang
dimiliki oleh pribumi dan swasta di Madura.
Industri garam mulai meningkat sejak
tahun 1921, sejak didirikannya perusahaan
122
Karmawibangga : Historical Studies Journal, 04 (02), 2022
123