PROPOSAL SKRIPSI
oleh
ROBBY COSYTA A
150110301017
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................1
1.2. rumusan masalah. ................................................................................. 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ……............................................................ 2
1.3.1. Tujuan………………………………………………………….............. 3
1.3.2. Manfaat………………………………………………………............... 4
1.4 Ruang Lingkup............................................................................................ 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 4
BAB III. METODE, PENDEKATAN DAN KERANGKA TEORITIS,
SISTEMATIKA PENULISAN.............................................................................6
3.1 Metode Penelitian.........................................................................................6
3.2 Pendekatan dan Kerangka Teori..............................................................9
3.3 Sistematika Penulisan...................................................................................9
DAFTAR SUMBER.............................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1
Tirtaganda, Tirtaarum, dan Toyoaarum, maka VOC langsung melakukan
pergerakan untuk merebut Belambangan dari Inggris di kaernakan VOC
mengetahu perkembangan Belambangan yang sangat sgnifikat saat bekerja sama
dengan dagang dengan Inggris.
Aktvitas perdagangan di selat Bali pada abad kedelapan belas
terkonsentrasi pada tiga pelabuhan utama yaitu: Buleleng, Kuta, dan Pangpang
atau Ulupangpang atau yang sekarang di kenal dengan pelabuhan Muncar.
Pelabuhan Pangpang menerima berkah dari meningkatnya perdagangan di Bandar
Kuta dan Buleleng. Secara geografis Pelabuhan Pangpang tidaklah setrategis.
Pelabuhan Pngpang terletak di batas-batas sempit Pantai Pangpang, di belakang
tanjung Sembulungan. Kapal-kapal besar yang belayar dari selat madura sangat
kesulitan memasuki wilyah Pelabuhan Pangpang, oleh karena itu, sebagian dari
para pedagang yang ingin mengunjungi Belambangan akan singgah dulu di
Buleleng atau Lombok terus ke Pelabuhan Kuta baru menuju ke Belambangan.
Tetapi Pelabuhan Pangpang menawarkan keuntungan tersendiri seperti yang di
saksikan par pelaut Inggris yang menyatkan bahwa Pelabuhan Pangpang adalah
Pelabuhan yang terlindungi dengan baik (well-sheltered anchorge) di mana kapal-
kapal kecil bisa berlayar3.
Pelabuhan perikanan adalah tempat awal pendaratan dan pemasaran ikan
untuk kebutuhan industri maupun di konsumsi oleh masyarakat sendiri4.
Pelabuhan perikanan Muncar adalah salah satu pelabuhan yang berada di Desa
kedungrejo Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan merupakan
Pelabuhan perikanan terbesar di Kecamatan Muncar bahkan di Kabupaten
Banyuwangi yang mayoritas masyarakatnya adalah Nelayan. Pelabuhan Periknan
Muncar adalah salah satu pelabuhan pemsok ikan terbesar di Kabupaten
Banyuwangi dimana 90% ikan di daratkan di Pelabuhan perikanan Muncar.
Sebagian besar dari hasil tangkapan ikan ini juga di peroduksi di sekitar daerah
3
. Sri Margana, Perebutan Hegemoni Belambangan, (Yogyakarta: Pustaka Ifada,
2012), hlm. 235
4
. Ernani Lubis, Thomas Nugroho, Septianty Diyah Bayu Witri., “Produksi Hasil
Tagkapan Sebagai Bahan Industri Pengolahan: Kasus Pelabuhan Perikanan Pantai
Muncar Banyuwangi”, BULETIN PSP, Volume 21 No. 1 April 2013, hlm. 78.
2
Pelabuhan Perikanan Muncar untuk mendukung perkembangan industri
pengolahan ikan dan untuk mendukung peraturan menteri (permen) perikanan dn
kelautan No. 5 Tahun. (2008). Bahwa hasil tangkapan ikan yang di tangkap di
perairan Indonesia harus di bongkar dan diolah di wilayah negara ini5.
Pelabuhan Perikanan Muncar memiliki letak geografis laut yang sangat
setrategis, yang berada pada arus laut Jawa dari arah utara dan samudra Hindia
dari arah selatan, dan dalam kondisi ini sangat mengutungkan bagi para nelayan
yang berada di daerah pelabuhan muncar, karena membuat nelayan tidak terkena
gelombang besar yang di sebabkan angin barat maupun angin timur. Dengan
kondisi geografis yang sangat mendukung dan melimpahnya hasil laut di
pelabuhan Perikanan Muncar Kabupaten Banyuwangi memicu berdirinya industri
perikanan, mulai dari pengasinan ikan, pakan ternak, pakan udang, tepung ikan,
dan pengalengn ikan yang biasah di sebut dengan sarden. Kegiataan-kegiatn
seperti ini yang menjadi tonggak perekonomian masyaraakat Kecamatan Muncar.
Banyaknya hasil tangkapan ikan, khususnya ikan lemuru atau sarden di Pelabuhan
Perikanan Muncar, mulai membuat banyak industri bersekal nasional banyak
berdiri di sekitar kawasan Pelabuhan Muncar Banyuwangi. Dari laporan
Kediputian Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan, sampai pada tahun
2007 di wilayah Kecamatan Muncar tecatat ada 52 Industri pengolahan ikan
bersekala besar dan 39 industri kecil/rumah tangga. Dari industri bersekala besar
tersebut perharinya bisa memproduksi hingga 1.209 Ton/hari sedangkan Industri
kecil/rumhan perhriny bisa memproduksi hingga 414 Ton/hari. Dengan produksi
perhari yang mencapai 1.623 Ton/hari, dengan letak indusri yang terdapat di tiga
Desa, Desa Tembokrejo, Desa Kedungrejo, dn Desa Belambangan yang berada di
Kecamatan Muncar tidak terdapat/tersedia sarana pengolahan sekala kawasan,
sehingga semua limbah industri di buang menggunakan sarana drainase air hujan
yang langsung di alirkan ke sungai yang lngsung menuju ke arah laut, pencemaran
5
. Ernani Lubis, Thomas Nugroho, Septianty Diyah Bayu Witri., “Produksi Hasil
Tagkapan Sebagai Bahan Industri Pengolahan: Kasus Pelabuhan Perikanan Pantai
Muncar Banyuwangi”, BULETIN PSP, Volume 21 No. 1 April 2013, hlm. 78.
limbah ini juga tersebar dan membuat tidak terkontrolnya pengawasan tentang
kualitas lingkungan.
Ikan lemuru (Sardinella Lemuru) merupakan jenis ikan yang sepesifik
hanya berada di Indonesia dan lebih sepesifiknya berada di perairan Selat Bali.
Peneliti sumber daya perikanan menyebutkan bahwa keberadaan ikan lemuru di
selat bali tidak lepas dengan kebutuhan makanan yang berada di perairan di Selat
Bali6. Ikan lemuru adalah salah satu komoditas utama bagi nelayan yang berada di
Pelabuhan Perikanan Muncar Kabupaten Muncar, yang memasok puluhan industri
yang berada di Kabupaten Banywangi, produksi ikan lemuru pada tahun 2008 dan
2009, atau sepuluh tahun yng lalu mencapai 27.833 Ton. Pada tahun 2010 angka
itu turun drastis menjadi 1,651 Ton, penurunan yang terjadi pada tahun 2010 ini di
anggap paling membawa dampak yang sangat besar terhadap kehidupan
masyarakat sekitar yang berprofesi menjadi nelayan maupun bekerja di industri-
industri pengolahan ikan karena banyak industri yang berhenti melakukan
produksi di karenakan psokan ikan berkurang secara drastis. Dampak dari
penurunan hasil tangkapan ikan ini juga berdampak pada pasokan ikan yang
masuk ke dalam pelelangan ikan dan pabrik-pabrik yang ada di sana sehingga
produksi tepung ikan mengalami penurunan 10,739,708 ton pada tahun 2010.7
Dan penurunan ini terus berlanjut dari tahun ke tahun sehingga kemerosotan
produksi ikan terjadi sampai pada tahun 2013 mencapai 8,010,771 ton, sehingga
mempengaruhi perekonomian para nelayan dan parah buruh pabrik, pendapat para
nelayan tidak seimbang dengan modal yang telah mereka pergunakan untuk
mencari ikan di lautan dan para buruh pabrik mengalami pemberhentian karyawan
karena produksi pabrik yang tidak seimbang antara produksi dengan upah yang di
berikan kepada para buruh pabrik.
Kondisi yang di alami Pelabuhan Perikanan Muncar ini di sebabkan dari
pencemaran lingkungan yang di karenakan pabrik-pabrik atau rumah produksi
6
. Gatot Silo Sakti, Hari Rujito, Rahman Ali Syaban,” Analisis Rantai Nilai Hasil
Tangkapan Lemuru Sebagai Bahan Baku Industri Pengolahan Ikan”, Jurnal Ilmiah
Inovasi, VOL. 15 No. 3, September-Desember 2015, hal. 83.
7
Raditya Wildanis Reja, “Analisis Tingkat Peemanfaatan dan Kebutuhan
Fungsional Pelabuhan Perikanan Panta (PPP)i Muncar”. VOL. 4. No. 2, 2015, 45.
3
hasil laut yang berdiri di sekitar Pelabuhan Muncar membuang limbah pabrik
secara sembarangan atau tidak pada tempat pembuangan yang di haruskan atau di
anjurkan oleh pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Pabrik-pabrik atau rumah
produksi hasil laut ini membuang limbah pabrik pada sungai-sungai yang terdapat
pada sekitar pelabuhan muncar yang membuat aliran sungai yang mengalir
langsung ke laut Pelabuhan Muncar menjadi ikut tercemari oleh limbah-limbah
Pabrik yang berada di sana. Berikut adalah nama sungai yang menjadi tempat
pembuangan akhir dari pabrik-pabrik yaitu kali Moro, kali Tratas, dan Kali Mati,
sungai/kali yang di buat bukan untuk menampung limbah pabrik melainkan
drainase air hujan, sehingga aliran air langsung mengarah ke laut Pelabuhan
Perikanan Muncar.
Tingkat pencemaran air yang terdapat di Pelabuhan Muncar sudah
mencapai 200 meter hingga 350 meter dari bibir pantai. Kepala Badan
Lingkungan Hidup Banyuwangi, Husnul Khotimah mengatakan jumlah, padatan
larut (Total Suspend Solid/TTS) di laut Pelabuhan Perikanan Muncar sudah
melebihi baku mutu 80 ppm. Dengan kadar TTS yang tinggi ini menyebabkan
kekeruhan air laut. Bukan hanya mengandung TTS tetapi juga terdapat zat amonia
(NH3-N) yang juga sangat tingga hingga 0,974 ppm, melampoi buku mutu yang
sudah di tetapkan Mentri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004, yakni 0,3 ppm
yang mengartikan kndungan amonia sudah tiga kali lipat dari buku yang sudah di
sahkan oleh Mentri Lingkungan Hidup. Bukn hanya zat amoniak yang mencemari
laut di Pelabuhan Perikanan Muncar tetapi juga terdapat 10 zat kimia berupa raksa
(HG), tembaga (CU), kadmium (cd), seng (Zn), timbal (pb), phenol, sulfida,
minyak, lemak, dan detergen. Tetapi 10 zat tersebut masih berada di bawah baku
mtu yng tetapkan Mentri Lingkungan Hidup. Dengan adanya zat amoniak di
perairan laaut Pelabuhan Periknan Muncar menyebabakan air laut menjadi keruh
dan menghalangi sinar matahari untuk bisa membuat tingkat oksigen, dengan
menurunnya kadar oksigen di perairan membuat anak-anak ikan mati dan ikan
juga berpindah ke prairan lain karena perairan yang tercemar. Tingginya amonia
dan TTS di sebabkan beberapa hal, seperti pembuangan isi perut ikn dan darh ikan
dengan sekal besar, limbah rumah tangga. Serta industri pengolahn ikan bersekla
besar dan industri rumah tangga bersekkalaa kecil di duga menjadi biang dari
pencemaran perairan Pelabuhan Perikanan Muncar.
Pengolahan limbah industri dan limbah rumah tangga belum bisa di kelola
dengan baik atau tidak di upayakan semaksimal mungkin. Black Water limbah
dari industri dikelola dalam septik tank, grey water di bang langsng grenasi hujan,
sedangkan sebagian limbah lain hanya di lakukan pengendapan sederhan sehingga
menyebabkan dan sebagian lagi di alirkan juga di drainase air hujan dan bertujuan
sama mengalir ke laut. Sebagian industri sudah mencoba membuat instalasi
pembuangan limbah, tetapi kurang berkerja secara maksimal sehingga di biarkan
terbengkali dan membuat pembuangan limbah kembali lagi ke drainase hujan dan
berakhir sama mengalir ke perairan lau Pelabuhan Perikanan Muncar.
Penurunan hasil tangkapan ikan di Pelabuhan Muncar Banyuwangi
menimbulkan beberapa dampak yang sangat berpengaruh di kehidupan sosial
ekonomi masyarakat dan menurunya pemasukan devisa negara kerena menurunya
tingkat ekspor hasil pengolahan ikan. Dampak lain adalah para buruh pabrik juga
mengalami imbas penuruna pasokan bahan yang di butuhkan oleh industri-
industri untuk membuat produksi ikan dan membuat berhentinya produksi industri
yang membuat para bruh juga mengalami pemberhentian kerja dan kehilngan
upah menjadi buruh pabrik .
8
. Kuntowijoyo, Penjelasan Sejarah. ( Yogyakarta : Tirta Wacana, 2008 ), hlm 2
3. Apa dampak sosial ekonomi yang di alami masyarakat muncar ketika
terjadi penurunan hasil tangkapan ikan?
1.3.1. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara penangkapan ikan oleh nelayan di
Pelabuhan Perikanan Muncar.
2. Untuk mengetahui awal mula berdiriny industry pengolahan ikan di
Pelabuhan Perikanan Muncar.
3. Untuk mengetahui dampak apa saja yang di rasakan oleh
masyarakat sekitar dengan terjadinya krisis ikan di Pelabuhan
Perikanan Muncar.
1.3.2. Manfaat
Manfaat penulisan ini antara lain
1. Penelitian ini memiliki manfaat untuk memperkaya kasanah
keilmuan sejarah, lingkungan isu-isu politk lingkungan, dan
ekonomi.
2. Hasil penelitian ini di harapkan menjadi evaluasi bagi pemerintah
dan masyarakat supaya lebih memperhatikan sebuah permasalahan
lingkungan yang berdampak pada kehidupan sosial ekonomi
9
. Nurhadi Sasmita dkk, Pedoman Penulisan Skripsi Jurusan Sejarah Fakultas
Sastra Universitas Jember, (Yogyakarta: Lembah Mana, 2012), hlm. 19-20.
masyarakat, sehingga dapat mengantisipasi permasalahn
lingkungan dari limbah pabrik.
10
. Nurhadi Sasmita dkk, Ibid.,hlm. 21
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
11
. Nurhadi Sasmita dkk, op.cit., hlm. 23
12
. Septianti Diah Bayu witri, Kajian Produksi Hasil Tangkapan Didarattkan di
Pelabuhan Pantai Muncar Banyuwangi Sebagai Bahan Baku Pengolahan, (Bogor: IPB,
2011).
Perbedaan antara skripsi Septanti Diah Bayu witri dengan yang akan
penulis tulis adalah skripsi Septian Diah Bayu Witri ini menjelaskan tentang hasil
laut yang di daratkan untuk di jadikan komuditas atau sebuah produk yang ber
bahan baku hasil tangkapan laut. Lebih berfokus pada produksi olahan-olahan
pabrik.
Skripsi dari Magdelena Yuli Perwati yang berjudul perubahan sosial
ekonomi masyarakat nelayan desa kedungrejo kecamatan Muncar Kabupaten
Banyuwangi tahun 2000-2005. mendeskripsikan tentang kondisi soal ekonomi
masyarakat Kedungrejo Muncar, bagaimana kondisi masyarakat Desa Kedungrejo
kecamatan Muncar dan apakah mengalami penurunan atau kenaikan ataupun juga
tidak mengalami perubahan pada kurun waktu 15 tahun13
Perbedaan skripsi Magdalena Yuli Perwati dengan apa yang akan penulis
tulis adalah sekripsi Magdalena Yuli Perwati ini menjelaskan kehidupan sosial
ekonomi yang berada pada masyaraka Desa Kedungrejo Kecamatan Muncar dan
apakan mengalami perubahan yang signifikat pada kurun waktu 15 tahun dan
lebih berfokus pada konteks sosial ekonomi
Jurnal Wildanis Reza Raditya, Abdul Rosyd, dan Bambang Argo W yang
berjudul Analisis tingkat pemanfaatan dan kebutuhan fasilitas fungsional
pelabuhan perikanan pantai (PPP) Muncar Kabupaten Banyuwangi Jawa timur.
Mendeskripsikan tentang fasilitas-fasilitas yang ada di pelabuhan pantai muncar
yang tidak di pergunakan secara maksimal sehingga banyak dari fasilitas-fasilitas
yang ada di Pelabuhan Pantai Muncar mangkrak dan tidak terpakai14.
Perbedaan Jurnal Wildanis Reza Raditya, Abdul Rosyd, dan Bambang
Argo W dengan apa yang akan penulis tulis adalah artikel karya dari Wildanis
Reza Raditya, Abdul Rosyd, dan Bambang Argo W ini menganalisis tentang
fasilitas-fasilitas fungsional dan kebutuhan fasilitas fungsional ataupun
13
. Magdalena Yuli Purwati, Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan
Desa KedungRejo Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi, (Jember: UNEJ, 2016).
15
. N. J Smeler, Sosisologi Ekonomi, (Jakarta: Bahana Aksara, 1987), hlm. 9-10.
Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa pasang surut hasil tangkapan ikan
atau hasil laut dapat berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat di
sekitar Pelabuhan Perikanan Muncar. Bagi masyarakat nelayan Pelabuhan
Perikanan Muncar perlu si lakukan pendekatan secara historis. Pendekatan historis
di harap mampu mengungkap peristiwa yang di alami oleh masyarakat Pelabuhan
perikanan Muncar untuk mendapat setrategi baru menghadapi penurunan hasil
tangkapn ikan.
Penulisan hasil karya ilmiah ini juga menjelaskan tentang perubahan
ekonomi dengan menggunakan teori perubahan ekonomi yang berdampak pada
masyarakat. Adapun faktor yang mempengaruhi perubahan ekonomi tersebut
adalah (1) sikap dan motivasi masyrakat, (2) ketidak puasan masyarakat dengan
keadaan16. Dengan adanya upaya sikap dan motivasi yang di miliki oleh
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupannya dan kehidupan
keluarga, secara otomatis meningkatnya sosial berdasarkan ekonomi keluarga,
sedangkan poin kedua ada rasa ketidak puasan oleh masyrakat terhadap keadaan
sehingga masyarakat terus melakukan usaha untuk menaikan setatus sosialnya.
Upaya peningkatan status sosial di perkuat dengan pernyataan masyarakat untuk
memperoleh kedudukan soail yang tinggi.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitan adalah sebuah cara yang di gunakan seorang penulis
untuk berpedoman dalam melakukan sebuah penelitian dalam sebuah peristiwa
sejarah yang akan di tulis dalam sebuah karya tulis. Dalam kata lain metode
sejarah adalah sebuah instrumen yang di buat untuk merekontruksi sebuah
peristiwa sejarah, untuk di analisis ataupun di ceritakan ulang dalam sebuah
penulisan sejarah. Menurut Luis Gottschalk metode sejarah adalah menguji dan
menganalisis secara kritis rekaman ataupaun peninggalan di masa lampau. Ada
empat tahap dalam merekontruksi pristiwa sejarah yaitu (1) pengumpulan sumber
16
. Ibid.,hlm. 63.
12
(Heroistik) (2) Kritik sumber, yaitu (kritik ekstern dan kritik intern) (3) Penafsiran
sumber, (interpretasi), (4) Penulisan sejarah (Historiografi)17
Langkah pertama adalah heoristik. Sumber sejarah di kelompokan menjadi
dua macam yaitu sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah sumber
yang berasal dari hasil wawancara oleh saksi mata yang meihat sebuah peristiwa
sejarah dengan mata kepalanya sendiri untuk menceritaka pristiwa yang yang
akan di tulis sebagai penulisan sejarah18. Pengumpulan sumber primer ini
dilakukan dengan cara pengumpulan Koran-koran yang di lakukan di Stikosa
Surabaya, arsip daerah kota Banyuwangi, dan foto yang di dapat dari dinas yang
terkait yaitu dinas pengolahan lingkungan Kabupaten Banyuwangi. Selain itu juga
melakukan wawancara-wawancara terhadap saksi mata dan para pelaku peristiwa
pencemaran lingkungan daerah Pelabuhan Perikanan Muncar. sedangkan sumber
sekunder berupa sumber-sumber yang di dapat dari Buku, Tesis, Skripsi, Artikel,
hasil penelitian, koleksi-koleksi perpustakaan Universitas Jember, dan koleksi-
koleksi buku Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universita Jember.
langkah kedua adalah kritik sumber. pada tahapan ini peneliti melakukan
keritik dan penelitian terhadap sumber-sumber yang telah di dapatkan oleh
peneliti. Di dalam penulisan sejarah di kenal dua jenis keritik sumber dan yang
pertama keritik ekstern adalah sebuah kritik yang di lakukan untuk memastikan
keaslian sumber dan keritik intern di terapkan untuk memenentukan kredibilitas
informasi yang di sajikan19. Pengujian sumber dalam penulisan ini secara ekstern
di lakukan pengujian terhadap sumber-sumber yang telah di dapatkan oleh penulis
yang berupa artikel, tesis, dan arsip-arsip yang memiliki keterkaitan dengan
pencemaran lingkungan yang berada pada Pelabuhan Perikanan Muncar.
sementara pengajian sumber secara intern di lakukan dengan cara
17
. Luis Gottchalk, Mengerti Sejarah, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2008), hlm. 41.
18 9
. Louis Gottchalk, Ibid.,hlm. 35.
19
. Latifatul Izzah dan Hendro Sumartono, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta:
Kurnia Kalam Semesta, 2013), hlm. 101.
membandingkan dengan relevansi-relevansi lainnya dan mencari sebuah
kesamaan dengan sumber lainnya.
Langkah ketiga adalah interpretasi. Interpretasi atau penafsiran atas fakta-
fakta yang di peroleh atau di ambil dalam sumber-sumber yang failed. Interpretasi
ini sendiri terdiri dari dua yakni analisis dan sintesis menguraikan dan
menyatukan. Menganalisis sumber dan menyatakan fakta-fakta yang berada di
lapangan kemudian memperoleh fakta tersebut maka akan di lakukan sintesis
yang berarti manyatukan dan menghasilkan sumber yang terpercayayang berarti
dan pengumpulan sumber yang terpercaya tersebut di namakan fakta, yang
selanjutnya akan di kontruksi dan di jelaskan secara utuh20. Interpretasi dalam
penulisan sejarah adalah data-data dan fakta yang di jadikan satu untuk di
kronologiskan sehingga menghasilkan rangkaian sejarah yang mudah di pahami.
Karya tulis ini menunjukan bagaimana mengupas suatu peristiwa sejarah terkait
dengan topik yang di tulis yakni Dampak Industrialisasi Terhadap Penurunan
Hasil Tangkapan Ikan Di Pelabuhan Perikanan Muncar Banyuwangi pada tahun
2010-2013. Merekontruksi penulisan sejarah membutuhkan rangkaian yang
kronologis dan berurutan sehingga penulisan sejarah bisa di sebut suatu proses
yang berurutan.
Langkah terakhir adalah Historiografi. Historiografi merupakan cara
penulisan, pemaparan, atau hasil penelitian yang telah di lakukan layaknya sebuah
laporan penelitian karya ilmiah. Penulisan hasil penelitian sejarah hendaknya
memberi gambaran yang jelas pada saat awal perencanaan hinga pada tahap akhir
yaitu kesimpulan. Pada penulisan sejarah itu, bisa di nilai bahwa penulisan sejarah
itu di tulis sesuai prosedur penulisan atau tidak, apakah sumber atau data
mendukung, apakah penarikan kesimpulan memiliki validitas dan realibitas atau
tidak dan sebaginya. Jadi, dalam sebuah penulisan itu dapat di tentukan mutu dari
tulisan itu. Tahap ke empat ini adalah historiografi (penulisan). Penulisan sejarah
terbagi menjadi dua bentuk yaitu Deskriptis dan analitis, penulisan sejarah yang
20
. Dudung Abdurahman, Metodologi Penelitian Sejarah, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2007), hlm. 76.
berbentuk Deskriptis adalah bentuk penulisan sejarah yang bersifat kronologi
atau penulisan yang di mulai dari awal peristiwa sampai akhir peristiwa sehinga
memiliki alur yang jelas. Penulisan sejarah yang bersifat analitis yaitu suatu
bentuk penulisan sejarah yang menggunakan pendekatan sosial sehingga
penulisan ini bisa memaparkan bentuk, sebab, akibat, dari obyek kajian penelitian.
Buku
Wildani Reza Aditya, Abdul Rosyd, dan Bambang Argo W, “Analisis Tingkat
Pemanfaatan dan Kebutuhan Fasilitas Fungsional Pelabuhan Pelabuhan
Pantai Perikanan (PPP) Muncar, Kabupaten Bnayuwangi, Banyuwangi”,
Jurnal. Semarang: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unifersitas
Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, 2015.
Sumber internet
https://news.detik.com/berita/d-1678339/pencemaran-laut-sebabkan-terjadi-krisis-
ikan-di-muncar-banyuwangi
https://nasional.tempo.co/read/487804/penanganan-pencemaran-laut-muncar-tidak-
serius/full&view=ok