A. Pendahuluan
Pelabuhan perikanan Muncar merupakan
salah satu pelabuhan perikanan yang
mempunyai produktifitas tinggi dengan
skala nasional. Hasil produksi ikan tahun
2010 sebesar 27.748 ton yang merupakan
penghasil perikanan tangkap terbesar di
Jawa Timur (Setkab, 2010). Seiring
dengan berkembangnya hasil tangkapan
perikanan, berbagai macam industri
bermunculan, baik skala besar maupun
skala kecil atau home indusri yang
muncul semenjak masa penjajahan
Belanda. Hal ini memberikan tantangan
tersendiri untuk berbagai pihak terkait
dengan pengelolaan limbah industri yang
ada.
Pada kenyataannya, pengelolaan limbah
industri masih belum memberikan hasil
yang memuaskan, terbukti dengan
banyaknya limbah cair yang berkelola
dengan baik. Banyak industri perikanan,
dalam melakukan aktivitas produksinya
kurang memperhatikan pengelolaan
limbah
dari
kegiatan
produksi.
Berdasarkan hasil penelitian terbaru
Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) Jakarta tahun 2010
terungkap, tingkat pencemaran sudah
menjangkau kawasan perairan Muncar
sejauh 200 hingga 350 meter dari bibir
pantai. Termasuk, sungai-sungai di
Muncar
yang
dijadikan
tempat
pembuangan limbah seperti Kali Mati,
dari
Dinas
perindustrian
kabupaten
Banyuwangi yang melakukan pembinaan
dan pengawasan industri di Muncar,
Kementerian Lingkungan Hidup Jakarta
yang
telah
melakukan
pembinaan
pengelolaan lingkungan di Muncar,
Departemen. Perindustrian Pusat yang
telah melakukan pembinaan terhadap
industri di Muncar.
3. Pengolahan Data dan Analisis
Melakukan pengolahan data primer dan
sekunder.
4.Usulan pengelolaan limbah di sekitar
Pelabuhan Perikanan Muncar
F. Hasil dan Pembahasan
Kondisi
Muncar
Pelabuhan Perikanan
Industri
Sumber :
Laporan Pengelolaan Lingkungan Industri Pengolahan
Ikan di Muncar. Kedeputian Bidang Pengendalian
Pencemaran Lingkungan, KLH. 2007
Potensi
Muncar
Limbah
Industri
di
Limbah
Industri
di
air
Masyarakat1.
Pesisir
(Nelayan,
Pelaku
lainnya)
Litbang/Per
guruan
Tinggi
Kebijakan
1. Melakukan
pemetaan
wilayah-wilayah
strategis (permukiman
nelayan,
pelabuhan
perikanan dll) yang
berpotensi menimbulkan
pencemaran perairan;
2. Menentukan
resiko/kerugian
yang
dapat ditimbulkan akibat
terjadinya pencemaran
perairan (ekologi, sosial
budaya dan ekonomi);
3. Implementasi kebijakan
pengendalian
pencemaran perairan.
Dilakukan edukasi untuk
membatu
mengurangi
terjadinya
pencemaran
lingkungan
1. Melakukan kajian kajian
atau
riset
demi
tersedianya
informasi
pencemaran
dan
resikonya
bagi
lingkungan,
sosialbudaya dan ekonomi.
2. Perhitungan
nilai
ekonomi
(valuasi
ekonomi) jika terjadi
pencemaran dan tidak
terjadi pencemaran.
3. Sosialisasi
dan
pendampingan kepada
masyarakat
penyebab
dan penerima resiko
pencemara air.
4.
LSM
5.
Industri
1.
Advokasi/pendampingan
kepada masyarakat yang
terkena
pencemaran
air;
serta
agar
tetap
terjaganya
lapangan
pekerjaan masyarakat pesisir
(nelayan dll).
1. Perlunya pengendalian
di tingkat industri, baik
pendekatan
kawasan
maupun sendiri-sendiri
berupa IPAL;
2. Perlu adanya kepastian
hukum/dasar
hukum
yang
kuat
dalam
penerapan IPAL dan
berlaku sama untuk
semua
komponen
penghasil
bahan
pencemar;
3. Adanya kompensasi dari
pemerintah
apabila
industri
berhasil
melakukan pengendalian
pencemaran,
baik
melalui
pengurangan
pajak atau yang lainnya.
H. Kesimpulan
Potensi jumlah limbah cair di
Muncar mencapai 14.266 m3/hari