Anda di halaman 1dari 8

Pengelolaan Pencemaran Limbah Industri

Pengolahan Ikan di Muncar


(Studi Kasus Kawasan Industri Pengolahan Ikan di Muncar
Banyuwangi)

Mata Kuliah Pengelolaan Wilayah Pantai


(MO092310)

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK MANAJEMEN


PANTAI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2013

PENGELOLAAN PENCEMARAN LIMBAH INDUSTRI


PENGOLAHAN IKAN DI MUNCAR
(Studi Kasus Kawasan Industri Pengolahan Ikan di Muncar Banyuwangi)
Oleh :
Hana Tazkiyatunnisa
Master Student of Coastal Engineering and Management
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

A. Pendahuluan
Pelabuhan perikanan Muncar merupakan
salah satu pelabuhan perikanan yang
mempunyai produktifitas tinggi dengan
skala nasional. Hasil produksi ikan tahun
2010 sebesar 27.748 ton yang merupakan
penghasil perikanan tangkap terbesar di
Jawa Timur (Setkab, 2010). Seiring
dengan berkembangnya hasil tangkapan
perikanan, berbagai macam industri
bermunculan, baik skala besar maupun
skala kecil atau home indusri yang
muncul semenjak masa penjajahan
Belanda. Hal ini memberikan tantangan
tersendiri untuk berbagai pihak terkait
dengan pengelolaan limbah industri yang
ada.
Pada kenyataannya, pengelolaan limbah
industri masih belum memberikan hasil
yang memuaskan, terbukti dengan
banyaknya limbah cair yang berkelola
dengan baik. Banyak industri perikanan,
dalam melakukan aktivitas produksinya
kurang memperhatikan pengelolaan
limbah
dari
kegiatan
produksi.
Berdasarkan hasil penelitian terbaru
Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) Jakarta tahun 2010
terungkap, tingkat pencemaran sudah
menjangkau kawasan perairan Muncar
sejauh 200 hingga 350 meter dari bibir
pantai. Termasuk, sungai-sungai di
Muncar
yang
dijadikan
tempat
pembuangan limbah seperti Kali Mati,

Kali Tratas, dan Kali Moro. Kondisi kali


tersebut cukup parah. Hal ini berpotensi
mengakibatkan
penurunan
drastis
produksi penangkapan menurun.

Gambar 1. Peta Pelabuhan Perikanan


Muncar
Pengolahan limbah ini seharusnya bisa
menjadi investasi jangka panjang bagi
pemerintah
maupun
masyarakat.
Berbagai faktor yang menyebabkan
pengelolaan limbah masih kurang opimal,
salah satunya kurangnya pemahaman
masyarakat
terhadap
teknologi
pengelolaan limbah seperti IPAL
(Instalasi Pengolahan Limbah). Untuk
skala industri besar seperi di Muncar
diperlukan adanya IPAL. Pemerintah
daerah bersama berbagai instansi
pemerintah dari Propinsi dan Pusat telah
membuat beberapa program untuk
menanggulangi masalah limbah industri

pengolahan ikan di Muncar. Salah satu


program yang telah dilakukan adalah
melakukan evaluasi lingkungan di
kawasan Muncar.
B. Tujuan
1. Mengetahui jenis dan karakteristik
limbah industri pengolahan ikan.
2. Mengevaluasi pengelolaan limbah
industri pengolahan ikan di Muncar.
3. Mengetahui jenis dampak pencemaran
akibat pembuangan limbah industri
pengolahan ikan di Muncar.
4. Mencari
solusi
penanggulangan
pencemaran
lingkungan
akibat
pembuangan limbah.
C. Sasaran
Teridentifikasinya dampak pencemaran
lingkungan akibat pembuangan limbah
dan usulan pengelolaan yang tepat.
D. Outcomes
Hasil yang diharapkan dari studi ini
adalah sebagai berikut :
1. Diperolehnya data tentang jenis
timbulan limbah industri pengolahan
ikan di Muncar.
2. Diketahuinya karakteristik limbah
buangan dari industri yang ada.
3. Diperolehnya
peta
sebaran
pembuangan limbah industri.
4. Diketahuinya beban pencemaran
terhadap lingkungan di sekitar Muncar.
5. Teridentifikasinya dampak lingkungan
akibat pembuangan limbah industri.
E. Metodologi
Metodologi pelaksanaan kegiatan ini ada 4
tahap yaitu :
1. Survai

Kegiatan Survai dilaksanakan di wilayah


Muncar-Banyuwangi, Jawa Timur dengan
melakukan observasi lapangan dan
wawancara. Survai juga dilakukan untuk
mengetahui potensi timbulan limbah dan
penyebarannya di kawasan Muncar.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukukan
berbagai instansi antara lain :

dari

Dinas lingkungan hidup kabupaten


Banyuwangi yang mengelola lingkungan
kawasan Muncar,

Dinas
perindustrian
kabupaten
Banyuwangi yang melakukan pembinaan
dan pengawasan industri di Muncar,
Kementerian Lingkungan Hidup Jakarta
yang
telah
melakukan
pembinaan
pengelolaan lingkungan di Muncar,
Departemen. Perindustrian Pusat yang
telah melakukan pembinaan terhadap
industri di Muncar.
3. Pengolahan Data dan Analisis
Melakukan pengolahan data primer dan
sekunder.
4.Usulan pengelolaan limbah di sekitar
Pelabuhan Perikanan Muncar
F. Hasil dan Pembahasan
Kondisi
Muncar

Pelabuhan Perikanan

Di Muncar terdapat berbagai fasilitas


untuk menfasilitasi nelayan dalam
menangani distribusi hasil tangkapan ikan
seperti :
1.
Tempat pelelangan ikan (TPI)
2.
Solar Packed Dealer untuk Nelayan
(SPDN) atau Stasiun Pengisian Bahan
Bakar Minyak Untuk Nelayan (SPBN)

Hasil tangkap ikan di Muncar didukung


sekitar 90-an unit pabrik pengolahan dan
pengalengan ikan yang berdiri sejak tahun
70-an. Hasilnya tidak hanya dijual di
Banyuwangi dan kota-kota besar di
Indonesia, tetapi juga diekspor ke manca
negara, baik dalam bentuk ikan mentah
maupun ikan olahan, termasuk ikan dalam
kaleng dengan merek-merek terkenal
yang biasanya dijumpai di supermarket.
Produksi ikan olahan diekspor ke Eropa,
Jepang, Uni Emirat Arab, Amerika
Serikat, Australia, Singapura, dan Kanada
sebanyak 1.562.249,72 kg per bulan
dengan nilai
uang sebesar
Rp
19.528.121.500 (Sekab, 2010)
Kapasitas Produksi
Pengolahan Ikan di Muncar

Industri

Industri Skala Besar :


Dari hasil survai dan pedekatan
penghitungan kapasitas produksi dari 69
industri pengolahan ikan skala besar dan
menengah, maka rata-rata produksi
perharinya adalah sebagai berikut :

produksi per harinya adalah sebagai


berikut :
Industri tepung ikan = 80 ton/hari,
Industri minyak ikan =23.400 lt/hari,
Industri pemindangan ikan = 100
ton/hari,
Jenis dan Jumlah Kegiatan
Usaha Pengolahan Ikan di Muncar
Ada beberapa jenis industri pengolahan
ikan yang berkembang di Muncar antara
lain : industri minyak ikan, industri
pengalengan ikan, industri pemindangan
ikan, industri tepung ikan dan industri
pengolahan ikan lainnya telah tumbuh di
wilayah ini. Sampai dengan tahun 2007,
di wilayah Muncar telah tercatat ada
sekitar 67 industri pengolahan ikan skala
besar dan 40 industri pengolahan ikan
skala kecil/rumah tangga.
Secara detail daftar industri besar dan
kecil serta jenis usahanya dapat dilihat
pada Tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1: Daftar Industri Besar Dan Kecil
Serta Jenis Usahanya

Industri pengalengan ikan = 145


ton/hari,
Industri tepung ikan = 505 ton/hari,
Industri cold storage = 210 ton/hari,
Industri minyak ikan = 29 ton/hari,
Produk ikan lainnya = 320 ton/hari.
Total kapasitas = 1.209 ton/hari.
Dari 69 perusahaan tersebut dipekerjakan
karyawan sekitar 4.797 orang. Industri
Skala Kecil / Rumah Tangga :
Berdasarkan hasil survai dan pedekatan
penghitungan kapasitas produksi dari 40
industri
pengolahan ikan skala
kecil/rumah tangga, maka rata-rata

Sumber :
Laporan Pengelolaan Lingkungan Industri Pengolahan
Ikan di Muncar. Kedeputian Bidang Pengendalian
Pencemaran Lingkungan, KLH. 2007

Karakteristik Limbah Industri


Pengolahan Ikan
Ada tiga jenis kegiatan utama industri
pengolahan ikan di Muncar. Masingmasing kegiatan tersebut mempunyai
proses produksi yang berbeda, sehingga
kuantitas dan kualitas limbah yang
dibuang juga akan berbeda. Tiga jenis
kegiatan utama tersebut adalah industri
pengalengan ikan, industri cold storage
dan industri minyak ikan, industri tepung
ikan. Hasil analisa karakteristik limbah
secara keseluruhan tersebut adalah
sebagai berikut :
Tabel 2. Kesesuaian kondisi perairan
Pelabuhan Muncar

BML : Sesuai dengan Per. Men. LH. No. 06 tahun


2007, tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Hasil
Perikanan.

Potensi
Muncar

Limbah

Industri

di

Kegiatan industri pengolahan ikan di


Muncar kurang memperhatikan faktorfaktor pelestarian lingkungan secara
maksimal.
Hasil survei menunjukkan bahwa potensi
limbah kegiatan industri pengolahan ikan

mulai muncul sejak dari kegiatan


pendaratan ikan, transportasi ikan,
pencucian bahan baku, proses produksi,
sampai sarana pengolahan limbah yang
kurang berfungsi dengan baik.
Pengelolaan
Muncar

Limbah

Industri

di

Pengelolaan limbah industri di Muncar


belum dilakukan secara maksimal. Black
water limbah domestik dikelola dalam
septik tank, grey water dibuang langsung
ke saluran umum, sedangkan sebagian
limbah dari proses produksi hanya
dilakukan pengendapan sederhana dan
sebagian lagi belum dikelola sama sekali
(langsung dibuang ke saluran umum).
Beberapa perusahaan pernah mencoba
membangun instalasi pengolahan limbah,
namun tidak ada yang dapat berfungsi
dengan baik sehingga unit pengolahan ini
tidak difungsikan lagi. Tumbuhnya
industri pengolahan ikan d Muncar tidak
dipersiapkan secara khusus, sehingga
keberadaannya menyebar tidak teratur di
tiga desa yaitu desa Tembokrejo
Kedungrejo dan Blambangan. Dengan
ketidak teraturan lokasi industri ini, maka
akan menyulitkan dalam mengelola
limbah yang ada secara bersama sehingga
sampai saat ini
belum ada sistem
pengelolaan limbah dalam skala kawasan.
Dampak Dari Pembuangan Limbah
Kegiatan industri di Muncar telah
menimbulkan perubahan terhadap kondisi
lingkungan di sekitarnya. Perubahan yang
terjadi dapat bersifat positif dan bersifat
negatif. Perubahan positif seperti
terbukanya
lapangan
kerja
baru,
peningkatan kesejahteraan masyarakat,
meningkatnya
pendapatan
daerah,
berkembang-nya wilayah kota dan lainlain harus dijaga dan ditingkatkan agar

dapat memberikan manfaat yang sebesarbesarnya. Sedangkan perubahan yang


bersifat
negatif
seperti
adanya
pencemaran
terhadap
lingkungan,
meningkatnya kebutuhan lahan yang
kurang terkendali dan lainlain harus
dikendalikan agar tidak menimbulkan
kerugian.
Dampak dari kegiatan industri di Muncar
yang paling besar terlihat di lingkungan
perairan. Sampai saat ini telah terjadi
beberapa dampak akibat pencemaran air
ini, antara lain :
Dampak terhadap kualitas
permukaan dan air tanah.

air

Gambar 4. Aktifitas masyarakat yang


berusaha mengais limbah industri
pengolahan ikan untuk di olah kembali
Dampak terhadap estetika lingkungan.

Gambar 3. Kondisi Pencemaran di


Kalimati
Dampak terhadap kehidupan biota
air.
Dampak terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat

Tabel 3. Strategi pengelolaan pencemaran


lingkungan
Pelaku
Pemda
Banyuwangi

Gambar 5. Kondisi saluran air yang


dipenuhi dnegan limbah industri serta
aktifitas masyarakat di sekitarnya

Dampak terhadap udara (kebauan)


dll.

Selain itu, kadar BOD dan COD yang


rendah, mengindikasikan tidak adanya
biota yang mampu bertahan hidup di
perairan sekitar Muncar, sebagaimana
Mays (1996) mengartikan BOD se bagai
suatu ukuran jumlah oksigen yang
digunakan oleh populasi mikroba yang
terkandung dalam perairan sebagai respon
terhadap masuknya bahan organik yang
dapat diurai. Semakin kecil nilai BOD,
maka semakin kecil kemungkinan bioa
mampu bertahan hidup.
G. Strategi Pengelolaan Limbah
Berdasarkan
hasil
survey
pengamatan terkait dengan pengelolaan
limbah hasil pengolahan ikan di sekitar
Pelabuhan Perikanan Muncar, perlu
dilakukan perbaikan perbaikan untuk
mengurangi laju pencemaran. Berikut
kerangka umum alternatif strategi
kebijakan
yang
penulis
usulkan
berdasarkan Permen No 03 Tahun 2010
adalah sebagai berikut :

Masyarakat1.
Pesisir
(Nelayan,
Pelaku
lainnya)
Litbang/Per
guruan
Tinggi

Kebijakan

1. Melakukan
pemetaan
wilayah-wilayah
strategis (permukiman
nelayan,
pelabuhan
perikanan dll) yang
berpotensi menimbulkan
pencemaran perairan;
2. Menentukan
resiko/kerugian
yang
dapat ditimbulkan akibat
terjadinya pencemaran
perairan (ekologi, sosial
budaya dan ekonomi);
3. Implementasi kebijakan
pengendalian
pencemaran perairan.
Dilakukan edukasi untuk
membatu
mengurangi
terjadinya
pencemaran
lingkungan
1. Melakukan kajian kajian
atau
riset
demi
tersedianya
informasi
pencemaran
dan
resikonya
bagi
lingkungan,
sosialbudaya dan ekonomi.
2. Perhitungan
nilai
ekonomi
(valuasi
ekonomi) jika terjadi
pencemaran dan tidak
terjadi pencemaran.
3. Sosialisasi
dan
pendampingan kepada
masyarakat
penyebab
dan penerima resiko
pencemara air.

4.

LSM

5.

Industri

1.

Advokasi/pendampingan
kepada masyarakat yang
terkena
pencemaran
air;
serta
agar
tetap
terjaganya
lapangan
pekerjaan masyarakat pesisir
(nelayan dll).
1. Perlunya pengendalian
di tingkat industri, baik
pendekatan
kawasan
maupun sendiri-sendiri
berupa IPAL;
2. Perlu adanya kepastian
hukum/dasar
hukum
yang
kuat
dalam
penerapan IPAL dan
berlaku sama untuk
semua
komponen
penghasil
bahan
pencemar;
3. Adanya kompensasi dari
pemerintah
apabila
industri
berhasil
melakukan pengendalian
pencemaran,
baik
melalui
pengurangan
pajak atau yang lainnya.

H. Kesimpulan
Potensi jumlah limbah cair di
Muncar mencapai 14.266 m3/hari

Sumber limbah dari kegiatan


industri pengolahan ikan muncul
sejak pengadaan bahan baku
(pendaratan ikan), transportasi,
proses produksi sampai teknik
pengelolaan limbah yang kurang
baik.
Dampak pencemaran limbah di
Muncar terjadi di berbagai sektor,
seperti estetika lingkungan, kondisi
sosial ekonomi masyarakat, kualitas
air permukaan, dan terhadap biota
air di sepanjang jalur pembuangan
limbah.
Lokasi industri yang menyebar di
seluruh
kawasan
Muncar
menyebabkan limbah yang timbul
juga menyebar di seluruh kawasan
industri dan menyebabkan semakin
sulitnya melakukan pengelolaan
limbah di kawasan ini.
Daftar Pustaka
Kedeputian Bidang Pengendalian
Pencemaran
Lingkungan,
KLH,
LaporanAkhir Pengelolaan Lingkungan
Industri Pengolahan Ikan di Muncar,
Banyuwangi, tahun 2007
Setiyono, 2008, Pencemarang lingkungan
di Pelabuhan Muncar, Badan Pusat
Pengkajian dan Teknologi : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai