Anda di halaman 1dari 42

PHYSICAL PLAN DESIGN AND ENGINEERING CONTROLS

TO REDUCE HOSPITAL ACQUIRED INFECTIONS

Romadona ST, MARS

Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan


2019
PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NO. 24 TAHUN 2016
TENTANG
PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN & PRASARANA RS

DESIGN CRITERIA
Rencana Blok Massa Bangunan
a. peruntukan lokasi bangunan; harus memenuhi syarat sirkulasi udara
b. kepadatan bangunan; dan pencahayaan, kenyamanan,
c. ketinggian bangunan; dan keselarasan, dan keseimbangan
d. jarak bebas bangunan. dengan lingkungan.

Site Plan Desain Tata Ruang & Komponen


a. zonasi berdasarkan tingkat risiko Bangunan
penularan penyakit, a. Desain harus meminimalisir resiko
b. zonasi berdasarkan privasi penyebaran infeksi, memperhatikan alur
c. zonasi berdasarkan pelayanan kegiatan petugas, pasien dan
atau kedekatan hubungan fungsi pengunjung RS.
antar ruang pelayanan. b. Meminimalkan desain komponen
bangunan dengan profil.
c. Material komponen bangunan harus non
Pemanfaatan Ruang porosif.

Bangunan Rumah Sakit harus efektif


sesuai fungsi pelayanan.
DESIGN CONCEPT OF ZONING AND RELATIONSHIP OF
FUNCTION ACTIVITIES

RENCANA •IPAL
RAWAT INAP RAWAT INAP ASRAMA
BANGUNAN KANTIN •AIR BERSIH
PENGEMBANGAN ADMINISTRASI/MR ADMINISTRASI/MR •TEMPAT
SAMPAH/ RUMAH SINGGAH
DAPUR
•INCENERATOR
LAUNDRY • RAWAT JALAN/ • BEDAH SENTRAL/OK
LOCKER POLIKLINIK • KEBIDANAN DAN PENY. GENSET / PLN RUMAH DINAS/
ADMINISTRASI/MR KANDUNGAN RUMAH TAMU
RAMP DAN • RADIOLOGI • ICU, ICCU DAN PICU-NICU & •RUANG
JEMBATAN • LABORATORIUM INTERMEDIATE JENAZAH
PENGHUBUNG • FARMASI • CSSD •IPSRS
• REHABILITASI
MEDIK UGD
FASILITAS PENDIDIKAN • MCU ADMINISTRASI/ MR MUSHOLLA
DAN PENELITIAN

RUANG SERBA GUNA


POS POS POS POS POS POS
JAGA JAGA JAGA JAGA JAGA JAGA

AKSES UTAMA AKSES KHUSUS UGD AKSES KHUSUS SERVICES


RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT
DESIGN CRITERIA FOR OUTPATIENT UNIT
(ACCORDANCE TO INFECTION CONTROL)

Natural ventilation
1. Tata ruang disarankan model Klaster, dibedakan
berdasarkan spesialisasi jenis penyakit, infeksius dan non
infeksius.

Natural ventilation
2. Ruang tunggu sedapat mungkin didesain dapat
mengoptimalkan ventilasi alami. khususnya di area
infeksius memiliki bukaan dengan sirkulasi silang.

3. Rungan periksa/konsultasi/tindakan, apabila ventilasi


mekanik min. total pertukaran udara 6 kali/jam. Untuk
yang menangani pasien airborne, pertukaran udara min.
12 kali/jam.

4. Desain tata letak meja konsultasi tidak boleh


memungkinkan terjadinya aliran udara dari pasien ke
petugas.

5. Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki


tingkat porositas yang tinggi.

6. Model jendela dapat mengoptimalkan ventilasi alami.

7. KM/Toilet harus mempunyai ventilasi yang baik


??

Tilting windows (horizontal) Sliding windows (horizontal)

Almost 100% open area Maximum of 50% open area


DESIGN CRITERIA FOR EMERGENCY UNIT
(ACCORDANCE TO INFECTION CONTROL)

LETAK
1. Bangunan ruang gawat darurat terletak dilantai dasar dengan akses masuk yang mudah dicapai terutama
untuk pasien yang datang dengan menggunakan ambulans.
2. Pintu masuk bangunan ruang gawat darurat harus terpisah dengan pintu utama masuk RS atau dengan pintu
masuk untuk pasien rawat jalan atau pintu masuk servis.
3. Lokasi bangunan ruang gawat darurat harus dapat dengan mudah dikenal dari jalan raya baik dengan
menggunakan pencahayaan lampu atau tanda arah lainnya.
4. Bangunan ruang gawat darurat memiliki akses yang cepat dan mudah ke lokasi bangunan ruang operasi,
ruang kebidanan, laboratorium dan bank darah rumah sakit, serta farmasi 24 jam.
5. Bangunan ruang gawat darurat disarankan untuk memiliki area yang dapat digunakan untuk penanganan
korban bencana massal.

DESAIN
1. Akses masuk ruang gawat darurat harus dilengkapi dengan tanda penunjuk jalan, rambu-rambu, dan elemen
pengarah sirkulasi yang jelas.
2. Desain tata ruang gawat darurat harus dapat mendukung kecepatan pemberian pelayanan (response time)
dan tidak terjadi infeksi silang dengan pengaturan zoning.
3. Pasien menular, untuk menuju ke ruangan isolasi disarankan melalui akses luar unit.
… DESIGN CRITERIA FOR EMERGENCY UNIT

4. Ruangan dekontaminasi harus memiliki ventilasi yang baik, disarankan model pass trough dari luar
menuju ruangan triase
• Ruangan ini ditempatkan di sisi depan/luar atau terpisah dengan ruang gawat darurat.
• Pintu masuk menggunakan jenis pintu swing membuka ke arah dalam.
• Bahan penutup pintu harus dapat mengantisipasi benturan-benturan brankar.
• Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air.
• Konstruksi dinding tahan terhadap air sampai dengan ketinggian 120 cm dari permukaan lantai.
• Ruangan dilengkapi dengan sink dan pancuran air (shower), dan semprotan air (flusher) dengan panjang
selang dapat menjangkau seluruh ruangan.
• Ketinggian lantai lebih rendah dari sekitarnya dan dilengkapi dengan floor drain. Perbedaan ketinggian
lantai dibuat dengan kemiringan lantai
5. Secara umum ruangan-ruangan tindakan, observasi, total pertukaran udara/jam min. 6 kali & pertukaran udara
dari luar/jam min. 2 kali.
Dokter,Perawat & Staff
ACTIVITY FLOW -
-
Pasien rujukan
Pasien tanpa rujukan
Ruangan Ganti Terpusat - Pengantar

Ruangan Administrasi
Ruangan Dokter Ruangan Perawat/ Staff (Informasi, Registrasi, Pembayaran)
Ruangan
Gudang Kotor Triase Visual Tunggu

Ruangan Obat Toilet


Pos Perawat
Ruangan Alat Dekontaminasi R.isolasi
Medis

Ruangan Linen True Emergency False Emergency

Toilet
R. Ganti Triase Medik
Janitor

Emergency/ Darurat Urgent/ Gawat Darurat (ada ancaman kematian)

Tindakan Ruangan Resusitasi

Ruangan Ruangan
Operasi Minor Observasi
Transit Jenazah
(Dead On Arrival)

Ruang
Ruang Rawat Ruang
Perawatan
Inap Operasi
Intensif

Pulang
DESAIN TIPIKAL (PROTOTYPE) RUANG GAWAT DARURAT
DESAIN TIPIKAL (PROTOTYPE) RUANG GAWAT DARURAT
ILUSTRASI 3 D RUANG GAWAT DARURAT
DESIGN CRITERIA FOR INPATIENT UNIT
(ACCORDANCE TO INFECTION CONTROL)

1. Ruang rawat inap dikelompokkan menjadi beberapa klaster berdasarkan jenis


penyakit, spesialis/ subspesialis dan usia.
2. Letak ruang rawat inap harus di lokasi yang tenang, aman, dan nyaman.
3. Memiliki akses yang mudah ke ruang penunjang pelayanan lainnya.
4. Untuk ruang perawatan pasien yang terdiri dari 2 TT atau lebih, maka jarak antar
TT min. 2,4 m.
5. Antar tempat tidur yang dibatasi oleh tirai maka rel yang dibenamkan/menempel di
plafon dan sebaiknya bahan tirai non porosif.
6. Letak dan akses ruangan perawatan isolasi seminimal mungkin berpotensi
memaparkan /terpapar penyakit.  Jenis ruangan isolasi yaitu isolasi infeksius
dan isolasi protektif (immuno-compromise).
7. Semua ruangan perawatan harus mendapatkan jendela yang aman (orientasi
waktu, ventilasi alami).
8. Di setiap ruangan perawatan harus disediakan kamar mandi dengan mengikuti
persyaratan kamar mandi aksesibilitas.
9. Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang
tinggi. Pertukaran udara/ventilasi harus baik, dll
Tabel Penggunaan Air Lock
ACTIVITY FLOW
Ruang Ruang
Ruang Rawat Ruang Gawat Ruang Ruang Ruang
Ruang Operasi Perawatan Rehabilitasi Ruang Farmasi
Jalan Darurat Laboratorium Radiologi Jenazah
Instensif Medik

- Pasien rujukan
- Pasien tanpa rujukan
Keluar - Pengantar

• Dokter, Ruangan Administrasi


Ruangan Ganti Terpusat
• Perawat (Informasi, Registrasi, Pembayaran)
• Staff

Ruangan Ruangan Konsultasi, R.


Dokter & R. perawat Pos Perawat Ruangan
Kepala
Tindakan

Gudang
Bersih
RUANGAN PERAWATAN Ruangan
Gudang
KELAS VIP, 1, 2, 3 Isolasi
Kotor

Pantry

Janitor Laundry

RUANG RAWAT INAP Toilet


Ruang Dapur &
Gizi
DESAIN TIPIKAL (PROTOTYPE) RUANG RAWAT INAP
DESIGN CRITERIA FOR INTENSIVE CARE UNIT
(ACCORDANCE TO INFECTION CONTROL)

1. Letak ruang ICU berada pada zoning pelayanan kritis. Ruang ICU harus memiliki
akses yang mudah dari dan ke ruang operasi, ruang gawat darurat, ruang kebidanan
dan kandungan, kamar jenazah.

2. Komponen arsitektur (lantai, dinding, plafon) tidak memiliki porositas yang tinggi,
sambungan lantai dg dinding, dinding dg dinding, dinding dg plafon konus.

3. Modular ruang perawatan pasien + 3 x 4 m2, untuk ruang perawatan pasien tertutup/
isolasi + 4 x 4 m2 , belum termasuk ruangan antara (ante room).

4. Ruangan perawatan isolasi infeksius dapat dilengkapi ruangan antara (airlock),


airlock bertekanan lebih negatif dibandingkan ruangan-ruangan disebelahnya.
5. Antar tempat tidur yang dibatasi oleh tirai maka rel harus
dibenamkan/ menempel di plafon dan bahan tirai non porosif
dan anti bakteri.

6. NICU : Jarak antar incubator harus bisa mengakomodir


kebutuhan luasan untuk penempatan peralatan. (Jarak antar
incubator minimal 1.5 m).

7. Pengelompokkan area kotor dan area bersih.

8. Sistem tata udara tersaring dan terkontrol dengan parameter


tekanan udara positif, total pertukaran udara 6 ACH,
kelembaban 30-60%, temperatur 21-240C.
ACTIVITY FLOW
Pasien Masuk / Keluar
Ruang Ruang Ruang
Ruang Ruang
Hemodialisa Gawat Jenazah Tunggu
Operasi Rawat Inap
Darurat

Laundry / Ruang Sterilisasi


Ruangan Ganti / Locker

Ruangan Ruangan Ruangan Gudang Gudang


Perawat Dokter Alat Medik Bersih Kotor

- Area Perawatan Pasien


- Pos Perawat / Nurse Station
Pasien

Ruang Kamar
Rawat Inap Jenazah
DESAIN TIPIKAL (PROTOTYPE) RUANG PERAWATAN INTENSIF
DESIGN CRITERIA FOR OPERATING THEATRE UNIT
(ACCORDANCE TO INFECTION CONTROL)

1. Jenis ruangan operasi di rumah sakit terdiri dari ruangan


operasi minor, ruangan operasi umum dan ruangan operasi
mayor/ khusus.

2. Desain tata ruang operasi harus memenuhi ketentuan zona


berdasarkan tingkat sterilitas ruangan yang terdiri dari:

1) zona steril rendah (tekanan udara normal, dengan


prefilter);

2) zona steril sedang (Semi Steril dengan medium filter)

3) zona steril tinggi (tekanan udara positif, dengan


prefilter, medium filter dan hepa filter)

4) zona steril sangat tinggi (dibawah aliran udara steril (uni


directional)/ meja operasi)
… DESIGN CRITERIA FOR OPERATING THEATRE UNIT

2. Desain tata ruang harus dapat mengatur akses petugas, pasien, barang menuju/dari ruangan operasi
dengan one way flow. Contoh : Ruangan ganti petugas, masuk dari zone 2 (kuning), keluar di zone 3 (biru).

3. Tidak boleh ada sirkulasi silang antara alur bersih dan kotor.

4. Persyaratan Komponen arsitektur (lantai, dinding, plafon) tidak boleh nmemiliki porositas yang tinggi,
sambungan lantai dengan dinding, dinding dengan dinding, dinding dengan plafon konus.

5. Bahan penutup lantai harus dari bahan anti gesek, anti statik dan anti bakteri.

6. Seluruh peralatan yang menempel pada ruangan, dipasang dibenamkan (reccessed).

7. Lantai di atas ruang operasi tidak boleh area basah dan tidak dilalui saluran air bersih ataupun kotor.

8. Sistem ventilasi di ruang operasi harus tersaring dan terkontrol serta terpisah dari sistem ventilasi lain di
rumah sakit untuk kepentingan pengendalian dan pencegahan infeksi. Sistem ventilasi di ruang operasi
harus memenuhi parameter-parameter yaitu temperatur, kelembaban relatif, tingkat kebersihan udara,
pertukaran udara, tekanan ruangan dan distribusi udara yang dipersyaratkan.

9. Selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud, sistem ventilasi harus terpisah antara satu ruangan
operasi dengan ruangan operasi lainnya.
Sistem Tata Udara di Ruang/Unit Operasi RS
DESAIN TIPIKAL (PROTOTYPE) RUANG OPERASI
DESAIN TIPIKAL (PROTOTYPE) RUANG OPERASI
PERMASALAHAN DESAIN RS

Subjek PERMASALAHAN DESAIN

Persyaratan Teknis Ruang Operasi 1) Diatas ruang operasi tidak boleh terdapat area basah
2) Diatas ruang operasi tidak disediakan space untuk peralatan AHU sistem tata
udara, atau ketinggian floor to floor tidak mencukupi untuk meletakan peralatan
AHU tersebut.
3) Tata letak ruang tidak sesuai dengan zonasi berdasarkan tingkat sterilitas
ruangan.
4) Alur kegiatan pelayanan tidak tepat. Masih bercampurnya akses barang bersih
denga barang kotor.
5) Jenis pintu yang digunakan bukan jenis air tight door.
6) Jarak modul kolom gedung RS kurang tepat sehingga mengakibatkan di
ruangan operasi tidak bisa dihindari tonjolan-tonjolan kolom membentuk profil

7) Bahan lantai, dinding, plafon, pintu non porosif


8) dll
DESIGN CRITERIA FOR OBSGYN UNIT
(ACCORDANCE TO INFECTION CONTROL)

1. Letak ruang kebidanan harus memiliki akses yang mudah ke ruang gawat darurat, ruang perawatan
intensif, dan ruang operasi.

2. Satu ruangan persalinan hanya diperuntukan bagi 1 (satu) pasien.

3. Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang tinggi.

4. Persyaratan Sistem Tata Udara di ruangan tindakan adalah sbb :


 Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
 Kelembaban udara 55 + 5%
 Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
 Total Pertukaran udara per jam 4 kali
 Ruangan ini merupakan ruangan dengan medium filter (tingkat resiko sedang), kebersihan ruangan
kelas 100.000 (ISO 8 - ISO 14644-1 cleanroom standards, 1999).
DESAIN TIPIKAL (PROTOTYPE) RUANG KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
DESIGN CRITERIA FOR LABORATORY
(ACCORDANCE TO INFECTION CONTROL)

1. Letak ruang laboratorium mudah diakses dari pintu masuk utama rumah sakit dan memiliki akses
langsung ke ruang gawat darurat, rawat inap dan ruang rawat jalan.

2. Desain tata ruang dan alur petugas dan pasien pada ruang laboratorium harus terpisah dan dapat
meminimalkan risiko penyebaran infeksi.

3. Desain laboratorium harus mudah dibersihkan dan didekontaminasikan. Penggunaan material bangunan
yang non porosif. Permukaan lantai, dinding, plafon dan sambungan-sambungan harus tertutup rapat.
Celah-celah sekitar pintu, bukaan ventilasi harus dapat ditutup rapat untuk mencegah kontaminasi.

4. Lantai harus tidak licin, tahan terhadap cairan, dan tahan bahan kimia. Lantai non porosif

5. Finishing dinding dan plafon harus non porosif, sehingga mudah dibersihkan.

6. Semua ruangan laboratorium disediakan meja kerja permanen, dilengkapi wide deep basin, sloop sink.
Meja kerja harus tahan terhadap air, tahan panas, larutan organic, asam alkali dan bahan kimia lainnya.

7. Untuk setiap 1 area besar laboratorium disediakan instalasi eye washer.

8. Ruang laboratorium harus memiliki:


• saluran pembuangan limbah cair yang dilengkapi dengan pengolahan awal (pre-treatment) khusus
sebelum dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah rumah sakit; dan
• fasilitas penampungan limbah padat medis yang kemudian dikirim ke tempat penampungan sementara
limbah bahan berbahaya dan beracun.
… DESIGN CRITERIA FOR LABORATORY
Sistem tata udara pada ruang pengambilan sampel sbb : Sistem tata udara pada laboratorium PK sbb:
1. Temperatur ruang rata-rata 24o+ 2oC 1. Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
2. Kelembaban udara 55 + 5% 2. Kelembaban udara 55 + 5%
3. Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan negatif 3. Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan negatif
4. Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali 4. Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
5. Total Pertukaran udara per jam min. 6 kali 5. Total Pertukaran udara per jam 6 kali
6. Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang 6. Merupakan suatu pilihan seluruh udara dapat dibuang
langsung keluar bangunan langsung keluar bangunan
7. Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak 7. Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak
diperkenankan diperkenankan.

Sistem tata udara pada ruang Laboratorium PA sbb :


1. Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
2. Kelembaban udara 55 + 5%
3. Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan negatif
4. Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
5. Total Pertukaran udara per jam 6 kali
6. Seluruh udara dibuang langsung keluar bangunan
7. Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak diperkenankan.
8. Untuk ruangan yang terdapat lemari asam, sistem pembuangan
udaranya harus terjamin tidak mengkontaminasi
… DESIGN CRITERIA FOR LABORATORY
Ruang B2 Kultur (BSC), sbb :
Sistem tata udara pada laboratorium Biologi 1. Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
Molekuler sbb: 2. Kelembaban udara 55 + 5%
1. Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC 3. Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan
2. Kelembaban udara 55 + 5% (airlock) lebih negatif
3. Hubungan tekanan terhadap area 4. Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali
bersebelahannegatif 5. Total Pertukaran udara per jam 6 kali
4. Pertukaran udara dari luar per jam 2 kali 6. Seluruh udara dibuang langsung keluar bangunan
5. Total Pertukaran udara per jam 6 kali 7. Resirkulasi udara tidak diperkenankan.
6. Seluruh udara dibuang langsung keluar bangunan 8. Untuk ruangan yg terdapat lemari asam, pembuangan
7. Resirkulasi udara di dalam unit ruangan tidak udaranya harus terjamin tidak mengkontaminasi.
diperkenankan. Ruangan Antara (Airlock)
8. Untuk ruangan yang terdapat lemari asam, sistem 1. Temperatur ruang rata-rata 22o+ 2oC
pembuangan udaranya harus terjamin tidak
mengkontaminasi. 2. Kelembaban udara 55 + 5%
3. Hubungan tekanan terhadap area bersebelahan
(koridor) negatif
4. Pertukaran udara dari luar per jam min. 2 kali
5. Total Pertukaran udara per jam min. 10 kali
6. Seluruh udara dibuang langsung keluar bangunan
7. Resirkulasi udara tidak diperkenankan.
DESAIN TIPIKAL (PROTOTYPE) RUANG LABORATORIUM
Ruang Farmasi

1. Ruang farmasi terdiri atas ruang kantor/administrasi, ruang penyimpanan, ruang produksi, laboratorium
farmasi, dan ruang distribusi serta ruang penunjang lainnya.

2. Ruang farmasi harus menyediakan utilitas bangunan yang sesuai untuk penyimpanan obat yang
menjamin terjaganya keamanan, mutu, dan khasiat obat.

3. Ruang produksi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan ruang proses kimia
lainnya yang dapat mencemari lingkungan, pembuangan udaranya harus melalui penyaring untuk
menetralisir bahan yang terkandung di dalam udara buangan tersebut sesuai ketentuan yang berlaku.

4. Untuk ruang peracikan obat disediakan meja kerja ketinggian 1 meter, dilapisi bahan anti bakteri dan
tahan bahan kimia.

5. Ruang produksi sediaan farmasi steril (aseptic dispensing) dan ruang penanganan sediaan sitostatik,
untuk komponen lantai, dinding, plafon non porosif. Pelapis lantai dan dinding dari bahan non porosif,
pertemuan dinding dg dinding konus.
… Ruang Farmasi

6. Ruang-ruang penyimpanan sediaan farmasi, ruang-ruang produksi sediaan farmasi harus dijaga pada
temperatur 15 – 250C, kelembaban udara 50 – 60%, pertukaran udara minimal 4 ACH.

7. Untuk ruang penyimpanan kondisi khusus disediakan prainstalasi peralatan medical refrigerator dan
medical freezer.

8. Untuk clean room disediakan prainstalasi peralatan BSC (Bio Safety Cabinet kelas 100)

9. Ruang produksi sediaan farmasi steril (aseptic dispensing) sistem tata udara dengan tekanan udara
berjenjang. Tekanan udara di ruang clean room positif, dengan total pertukaran udara 20-40 ACH, kelas
ruangan 10.000. Sementara tekanan udara di ruang Antara positif namun lebih rendah dari clean room,
dengan total pertukaran udara 20 ACH, kelas ruangan 100.000

10. Ruang penanganan sediaan sitostatik sistem tata udara dengan tekanan udara berjenjang. Tekanan udara
di ruang clean room negatif, dengan total pertukaran udara 20-40 ACH, kelas ruangan 10.000. Sementara
tekanan udara di ruang Antara lebih negatif dari clean room, dengan total pertukaran udara 20 ACH.

11. dll
DESAIN TIPIKAL (PROTOTYPE) RUANG FARMASI RS
Ruang Sterilisasi Terpusat/CSSD
1. Akses masuk CSSD terdiri dari 3 dan tidak boleh bersilangan : akses barang kotor, barang bersih dan
barang steril.

2. Ruang pengemasan, ruang sterilisasi, ruang penyimpanan barang bersih, ruang penyimpanan barang
bersih harus non porosif baik lantai, dinding dan plafonnya. Lantai menggunakan pelapis anti bakteri,
pertemuan lantai dg dinding, pertemuan dinding dg dinding konus.

3. Letak CSSD harus direncanakan dengan mempertimbangkan keselamatan dan keamanan struktur
bangunan. Apabila diletakkan di lantai 2 atau lebih, maka struktur balok dan plat lantai di area peletakan
peralatan sterilisator harus mampu menahan beban min. 1500kg/alat.

4. Pada ruang sterilisasi disediakan prainstalasi steam heated/electric heated.

5. Khusus di ruang penyimpanan/gudang steril filtrasi udara dengan medium filter.

6. Di ruang dekontaminasi disediakan sloop sink, service sink dan deep wide basin dengan disediakan
instalasi pipa air panas.

7. Persyaratan VAC di ruang dekontaminasi adalah ruangan dengan tekanan udara negatif, total pertukaran
udara min. 10 ACH, seluruh udara di buang langsung ke luar bangunan, udara di dalam unit ruangan tidak
boleh diresirkulasi.

8. Persyaratan tata udara di gudang steril adalah Temperatur ruang 22 - 26oC, Kelembaban udara 55 + 5%,
Kelas kebersihan ruangan Kelas 100.000 (ISO-8), filtrasi dengan medium filter, Hubungan tekanan
terhadap area bersebelahan Positif, Pertukaran udara dari luar per jam minimal 2 kali, Total Pertukaran
udara per jam 4 kali, Resirkulasi udara di dalam unit ruangan diperkenankan.
DESAIN TIPIKAL (PROTOTYPE) RUANG STERILISASI TERPUSAT RS
DESAIN TIPIKAL (PROTOTYPE) RUANG STERILISASI TERPUSAT RS
Laundry

1. Laundry harus memiliki akses yang terpisah untuk linen kotor dan linen bersih.

2. Tata ruang harus meminimalkan terjadinya infeksi silang

3. Di ruang cuci, pengeringan dan pelicinan linen disediakan prainstalasi untuk peralatannya.

4. Persyaratan VAC di area kotor adalah ruangan dengan tekanan udara negatif, total pertukaran udara min.
10 ACH, seluruh udara di buang langsung ke luar bangunan, udara di dalam unit ruangan tidak boleh
diresirkulasi.

5. Persyaratan VAC di ruang penyimpanan linen adalah ruangan dengan tekanan udara positif, total
pertukaran udara min. 2 ACH.

6. dll
DESAIN TIPIKAL (PROTOTYPE) RUANG LAUNDRY RS
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai