Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Ruang dan Lingkup Berlakunya Hukum Pidana Menurut Tempat

Disusun Oleh :
Nama : LALU FIKRI SAPUTRA TAMA
Nim : D1A022449

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2023

1
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang paling dalam kami sampaikan kepada tuhan yang maha esa
karena berkat limpahan dan rahmatnyalah makalah ini dapat kami selesaikan sesuai
dengan yang diharapkan. Dalam masalah ini kami ingin membahas berlakunya KUHP
menurut tempat, serta berlakunya hukum pidana menurut tempat diatur dalam pasal
apa saja,serta contoh kasus yang terjadi di dalam masyarakat indonesia.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang berlakunya
kuhp menurut tempat dan sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa
yang mengikuti kuliah Hukum pidana, dalam proses pendalaman materi ini tentunya
kami mendapatkan bimbingan arahan,koreksi dan saran, untuk itu kami ucapkan rasa
terima kasih yang sedalam-dalamnya.

MATARAM, APRIL 2023

Penyusun,

LALU FIKRI SAPURA TAMA

D1A022449

2
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR.............................................................................................. 2
DAFTAR ISI........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN.…………………………………………............………….. 4
1.1 Latar belakang.................................................................................. 4
1.2 Rumusan permasalahan................................................................... 4
1.3 Manfaat............................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 6
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 16

3
A. Latar Belakang

Hukum pidana adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang menentukan perbuatan


apa yang dilarang dan termasuk ke dalam tindak pidana, serta menentukan hukuman apa yang
dapat dijatuhkan terhadap yang melakukannya. Hukum pidana disusun dan dibentuk dengan
maksud untuk diberlakukan di dalam masyarakat agar dapat dipertahankan dari segala
kepentingan hukum yang dilindungi dan terjaminnya kedamaian dan ketertiban
Sumber utama dari hukum pidana di indonesia hukum yang tertulis (KUHP), disamping
itu di daerah-daerah tertentu dan orang-orang tertentu hukum pidana yang tidak tertulis juga
dapat menjadi sumber hukum pidana yakni apa yang disebut dengan hukum adat.
Hukum pidana adalah bagian dari hukum positif yang berlaku di suatu negara dan dibagi
menurut waktu, tempat yang memuat dasar-dasar dan ketentuan-ketentuan mengenai tindakan
larangan dan tindakan keharusan dan bagi siapa yang melanggarnya diancam dengan pidana.
Dalam makalah ini maka saya akan membahas mengenai berlakunya KUHP menurut
tempat

B. Rumusan masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Apa saja asas-asas hukum pidana menurut tempat?
2. Apa maksud dari asas-asas tersebut?
3. Dalam Kuhp terdapat pada pasal berapakah asas-asas tersebut?

4
C. Manfaat

Suatu kenyataan bahwa manusia disebut sebagai makhluk sosial dimana manusia itu
tidak dapat hidup sendiri dan seiring dengan waktu mengadakan hubungan dengan sesamanya.
hubungan ini terjadi karena manusia memiliki kebutuhan, dan untuk memenuhi kebutuhannya
manusia tidak mungkin menjalaninya sendiri. sebagai manusia tentunya setiap orang
menginginkan kebebasan, namun kebebasan tersebut tidak selalu membawa hasil yang baik,oleh
karena itu harus ada aturan yang mengatur manusia agar manusia tersebut bisa diterima oleh
kelompok sosialnya.
Aturan-aturan tersebut terdapat perintah dan larangan, larangan ini jika dilanggar harus
diberikan sanksi dan hukuman sesuai dengan undang-undang yang berlaku, di sini saya ingin
membuat makalah tentang berlakunya KUHP menurut tempat agar para pembaca bisa
memahami dari isi makalah ini.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A Berlakunya Hukum Pidana Menurut Tempat


Pembentuk undang-undang dapat menetapkan ruang berlakunya undang-undang yang
dibuatnya. Pembentuk undang-undang pusat dapat menentukan ruang berlakunya undang-
undang pidana terhadap tindak-tindak pidana yang terjadi di dalam atau di luar wilayah Negara
sedang pembentuk undang-undang di daerah hanya terbatas pada daerahnya masing-masing.
Wilayah suatu Negara itu hanya pengertian dalam hokum tata Negara. Wilayah suatu Negara
meliputi : 1. Daratan Negara, 2. Peraiaran laut territorial yang lebarnya ditentukan oleh hukum
internasional, 3.udara yang ada di atas wilayah Negara itu.

Mengenai ruang berlakunya peraturan-peraturan pidana menurut tempatnya dapat


disebutkan beberapa azas sebagai berikut yaitu :
1. Asas Territorial (territorialiteits-beginsel) atau asas wilayah Negara
2. Asas Personal (personaliteits-beginsel) atau asas kebangsaan, asas nasional aktif
atau asas subyektif
3. Asas perlindungan (bescermings-beginsel) atau asas nasional pasif
4. Asas universal (universaliteits-beginsel) atau asas persamaan.

1) ASAS TERITORIAL
Azas ini terdapat dalam pasal 2 KUHP, yang berbunyi :
“aturan pidana dalam undang-undang Indonesia berlaku bagi setiap orang yang melakukan
sesuatu tindak pidana di wilayah Indonesia.” Setiap orang disini berarti baik orang Indonesia
maupun orang asing yang melakukan tindak pidana. Dalam melakukan tindak pidana itu, orang
tidak perlu berada di wilayah Indonesia. Seseorang yang berada diluar negeri dapat pula
melakukan delik di Indonesia. Hal ini adalah persoalan mengenai “tempat terjadinya delik”.
Azas territorial ini diperluas dengan ketentuan yang terdapat dalam pasal 3 KUHP, yang
menyatakan bahwa “peraturan pidana Indonesia dapat diterapkan pada setiap orang yang berada
diluar negeri yang melakukan suatu tindak pidana dalam perahu Indonesia.”1

1
pasal 3 KUHP, yang menyatakan bahwa “peraturan pidana Indonesia dapat diterapkan pada setiap orang yang
berada diluar negeri yang melakukan suatu tindak pidana dalam perahu Indonesia.”

6
Pasal ini merupakan luasnya kekuasaan undang-undang pidana Republik Indonesia berlaku
kepada siapa dan dimana.
Dalam hal ini dikecualikan orang-orang bangsa Asing yang menurut hokum internasional diberi
hak “exterritorialiteit”, tidak boleh diganggu-gugat, sehingga ketentuan-ketentuan pidana
Indonesia tidak berlaku kepadanya dan mereka itu hanya tunduk kepada undang-undang pidana
negaranya sendiri. Mereka itu ialah misalnya:
a. Para kepala Negara asing yang berkunjung di Indonesia dengan sepengetahuan pemerintah
kita;
b. Para korps diplomatik Negara-negara asing seperti ambassador, duta istimewa, dan lain
sebagainya;
c. Para konsul seperti konsul Djenderal, konsul, wakil konsul dan agen konsul apabila memang
ada perjanjian antara pemerintah Indonesia dengan Negara asing yang saling mengakui adanya
hak tidak boleh diganggu-gugat (immuniteit diplomatic) untuk para konsul negaranya masing-
masing;
d. Pasukan-pasukan tentara asing dan para anak buahkapal-kapal perang asing yang ada di bawah
pimpinan langsung dari komandonya, yang dating di Indonesia atau melalui wilayah Indonesia
atau melalui wilayah Indonesia dengan setahu pemerintah kita;
e. Para wakil dari badan-badan internasional seperti para utusan perserikatan bangsa-bangsa,
palang merah internasional dan lain-lainnya.

Dasar berlakunya hukum adalah tempat atau wilayah negara tanpa mempersoalkan kualitas atau
kewarganegaraan siapapun yang melakukan tindak pidana.
Wilayah indonesia :
· Keputusan konstituante no. 47/k/1957 — wilayah bekas hindia belanda dulu menurut keadaan
pada saat perang pasifik
· UU No. 4/PRP tahun 1960 tentang perairan Indonesia ---- batas-batas teritorial Indonesia
lebarnya 12 mil dari titik-titik terluar dari pulau Indonesia
· Wilayah udara adalah wilayah di atas daratan dan laut Indonesia
“Dalam Indonesia” berarti di seluruh daratan wilayah Indonesia dengan ruangan udara di atas
daratan itu, termasuk pula lautan sepanjang pantai sejauh 3 mil (3X1851,50 m) diukur dari pantai
waktu air surut, yang biasa disebut laut territorial.

7
Diperluas dalam pasal 3 kuhp :
“ketentuan pidana dalam perundang-undangan indonesia berlaku bagi setiap orang yang di
luar wilayah indonesia melakukan tindak pidana di dalam kendaraan air atau pesawat udara
Indonesia.”
Ini merupakan pengeluasan dari apa yang ditentukan dalam pasal 2, ialah bahwa ketentuan-
ketentuan pidana Indonesia juga berlaku diluar wilayah Indonesia, akan tetapi orang itu harus
berbuat tindak pidana dalam kendaraan air atau pesawat udara Indonesia.
Yang dimaksud dengan kendaraan air Indonesia ialah kapal atau perahu Indonesia, lihatlah
ketentuan dalam Pasal 95 KUHP, dan yang dimaksud dengan pesawat udara Indonesia lihtalah
pasal 95a KUHP.2
contoh kasus: pembunuhan Munir yang terjadi di pesawat garuda,dimana saat itu beliau sedang
terbang ke amsterdam,namun karena beliau meninggal di pesawat indonesia,maka hukum yang
berlaku saat itu adalah hukum indonesia,dan pelakunya diadili di indonesia.

2) Asas Personal (personaliteits-beginsel) atau asas kebangsaan, asas nasional aktif atau asas
subyektif
Asas ini mengatakan bahwa peraturan hukum pidana Indonesia berlaku bagi setiap warga
Negara Indonesia yang melakukan tindak pidana baik dalam negeri, maupun di luar negeri.
Seakan-akan asas ini berkata bahwa peraturan undang-undang pidana itu bergantung atau
mengikuti subyek hukum atau orangnya yakni warga negara di manapun keberadaannya
(nasional aktif).
Asas Personal atau Asas Nasional yang aktif tidak mungkin digunakan sepenuhnya
terhadap warga Negara yang sedang berada dalam wilayah Negara lain yang kedudukannya
sama-sama berdaulat. Apabila ada warga Negara asing yang berada dalam suatu wilayah Negara
telah melakukan tindak pidana dan tindak pidana dan tidak diadili menurut hokum Negara
tersebut maka berarti bertentangan dengan kedaulatan Negara tersebut. Pasal 5 KUHP hukum
Pidana Indonesia berlaku bagi warga Negara Indonesa di luar Indonesia yang melakukan
perbuatan pidana tertentu Kejahatan terhadap keamanan Negara, martabat kepala Negara,
penghasutan, dll.
Pasal 5 KUHP menyatakan :

2
Pasal 95 KUHP, dan yang dimaksud dengan pesawat udara Indonesia lihtalah pasal 95a KUHP.

8
“(1). Ketetentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi warga
Negara yang di luar Indonesia melakukan : salah satu kejahatan yang tersebut dalam Bab I dan
Bab II Buku Kedua dan Pasal-Pasal 160, 161, 240, 279, 450 dan 451. 3Salah satu perbuatan yang
oleh suatu ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia dipandang sebagai kejahatan,
sedangkan menurut perundang-undangan Negara dimana perbuatan itu dilakukan diancam
dengan pidana.
(2). Penuntutan perkara sebagaimana dimaksud dalam butir 2 dapat dilakukan juga jika
terdakwa menjadi warga Negara sesudah melakukan perbuatan”.
Sekalipun rumusan pasal 5 ini memuat perkataan “diterapkan bagi warga Negara
Indonesia yang diluar wilayah Indonesia”’, sehingga seolah-olah mengandung asas personal,
akan tetapi sesungguhnya pasal 5 KUHP memuat asas melindungi kepentingan nasional (asas
nasional pasif)karena :
Ketentuan pidana yang diberlakukan bagi warga Negara diluar wilayah territorial wilyah
Indonesia tersebut hanya pasal-pasal tertentu saja, yang dianggap penting sebagai perlindungan
terhadap kepentingan nasional. Sedangkan untuk asas personal, harus diberlakukan seluruh
perundang-undangan hukum pidana bagi warga Negara yang melakukan kejahatan di luar
territorial wilayah Negara.
Ketentuan pasal 5 ayat (2) adalah untuk mencegah agar supaya warga Negara asing yang
berbuat kejahatan di Negara asing tersebut, dengan jalan menjadi warga Negara Indonesia
(naturalisasi).
Bagi Jaksa maupun hakim Tindak Pidana yang dilakukan di negara asing tersebut, apakah
menurut undang-undang disana merupakan kejahatan atau pelanggaran, tidak menjadi
permasalahan, karena mungkin pembagian tindak pidananya berbeda dengan di Indonesia, yang
penting adalah bahwa tindak pidana tersebut di Negara asing tempat perbuatan dilakukan
diancam dengan pidana, sedangkan menurut KUHP Indonesia merupakan kejahatan, bukan
pelanggaran.
Ketentuan pasal 6 KUHP :
“ Berlakunya pasal 5 ayat (1) butir 2 dibatasi sedemikian rupa sehingga tidak dijatuhkan
pidana mati, jika menurut perundang-undangan Negara dimana perbuatan dilakukan
terhadapnya tidak diancamkan pidana mati”.

3
Bab I dan Bab II Buku Kedua dan Pasal-Pasal 160, 161, 240, 279, 450 dan 451.

9
Latar belakang ketentuan pasal 6 ayat (1) butir 2 KUHP adalah untuk melindungi
kepentingan nasional timbal balik (mutual legal assistance). Oleh karena itu menurut Moeljatno,
sudah sewajarnya pula diadakan imbangan pulu terhadap maksimum pidana yang mungkin
dijatuhkan menurut KUHP Negara asing tadi.
contoh: kasus siti aisyah yang merupakan warga negara indonesia namun dia melakukan
tindak pidana di malaysia,kemudian dia diadili di malaysia,berhubung negara malaysia tidak ada
perjanjian extradisi,maka siti aisyah diadili di malaysia,namun jika ada maka siti aisyah bisa
dideportasi dan diadili di indonesia
3) Asas Perlindungan
Sekalipun asas personal tidak lagi digunakan sepenuhnya tetapi ada asas lain yang
memungkinkan diberlakukannya hukum pidana nasional terhadap perbuatan pidana yang terjadi
di luar wilayah Negara
Pasal 4 KUHP (seteleh diubah dan ditambah berdasarkan Undang-undang No. 4 Tahun
1976)
“Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi setiap orang
yang melakukan di luar Indonesia :
1. Salah satu kejahatan berdasarkan pasal-pasal 104, 106, 107, 108 dan 131;
2. Suatu kejahatan mengenai mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh Negara atau bank,
ataupun mengenai materai yang dikeluarkan dan merek yang digunakan oleh Pemerintah
Indonesia;
3. Pemalsuan surat hutang atau sertifikat hutang atas tanggungan suatu daerah atau bagian daerah
Indonesia, termasuk pula pemalsuan talon, tanda deviden atau tanda bunga yang mengikuti surat
atau sertifikat itu, dan tanda yang dikeluarkan sebagai pengganti surat tersebut atau
menggunakan surat-surat tersebut di atas, yang palsu atau dipalsukan, seolah-olah asli dan tidak
palsu;
4. Salah satu kejahatan yang disebut dalam Pasal-pasal 438, 444 sampai dengan 446 4tentang
pembajakan laut dan pasal 447 tentang penyerahan kendaraan air kepada kekuasaan bajak laut
dan pasal 479 huruf j tentang penguasaan pesawat udara secara melawan hukum, pasal 479 l, m,
n dan o tentang kejahatan yang mengancam keselamatan penerbangan sipil.

4
Pasal-pasal 438, 444 sampai dengan 446
pasal 4 ke-2 KUHP

10
Dalam pasal 4 KUHP ini terkandung asas melindungi kepentingan yaitu melindungi
kepentingan nasional dan melindungi kepentingan internasional (universal). Pasal ini
menentukan berlakunya hukum pidana nasional bagi setiap orang (baik warga Negara Indonesia
maupun warga negara asing) yang di luar Indonesia melakukan kejahatan yang disebutkan dalam
pasal tersebut.

Dikatakan melindungi kepentingan nasional karena pasal 4 KUHP ini memberlakukan


perundang-undangan pidana Indonesia bagi setiap orang yang di luar wilayah Negara Indonesia
melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan kepentingan nasional, yaitu :
a. Kejahatan terhadap keamanan Negara dan kejahatan terhadap martabat / kehormatan Presiden
Republik Indonesia dan Wakil Presiden Republik Indonesia (pasal 4 ke-1)
b. Kejahatan mengenai pemalsuan mata uang atau uang kertas Indonesia atau segel / materai dan
merek yang digunakan oleh pemerintah Indonesia (pasal 4 ke-2)
c. Kejahatan mengenai pemalsuan surat-surat hutang atau sertifkat-sertifikat hutang yang
dikeluarkan oleh Negara Indonesia atau bagian-bagiannya (pasal 4 ke-3)
d. Kejahatan mengenai pembajakan kapal laut Indonesia dan pembajakan pesawat udara
Indonesia (pasal 4 ke-4)
4) Asas Universal (universaliteits-beginsel) atau asas persamaan
Berlakunya pasal 2-5 dan 8 KUHP dibatasi oleh pengecualian-pengecualian dalam hukum
internasional. Bahwa asas melindungi kepentingan internasional (asas universal) adalah dilandasi
pemikiran bahwa setiap Negara di dunia wajib turut melaksanakan tata hukum sedunia (hukum
internasional).
Dikatakan melindungi kepentingan internasional (kepentingan universal) karena rumusan
pasal 4 ke-2 KUHP (mengenai kejahatan pemalsuan mata uang atau uang kertas) dan pasal
4 ke-4 KUHP (mengenai pembajakan kapal laut dan pembajakan pesawat udara) tidak
menyebutkan mata uang atau uang kertas Negara mana yang dipalsukan atau kapal laut dan
pesawat terbang negara mana yan dibajak. Pemalsuan mata uang atau uang kertas yang dimaksud
dalam pasal 4 ke-2 KUHP menyangkut mata uang atau uang kertas Negara Indonesia, akan tetapi
juga mungkin menyangkut mata uang atau uang kertas Negara asing. Pembajakan kapal laut atau
pesawat terbang yang dimaksud dalam pasal 4 ke-4 KUHP dapat menyangkut kapal laut

11
Indonesia atau pesawat terbang Indonesia, dan mungkin juga menyangkut kapal laut atau
pesawat terbang Negara asing.
Jika pemalsuan mata uang atau uang kertas, pembajakan kapal, laut atau pesawat terbang
adalah mengenai kepemilikan Indonesia, maka asas yang berlaku diterapkan adalah asas
melindungi kepentingan nasional (asas nasional pasif). Jika pemalsuan mata uang atau uang
kertas, pembajakan kapal laut atau pesawat terbang adalah mengenai kepemilikan Negara asing,
maka asas yang berlaku adalah asas melindungi kepentingan internasional (asas universal).

Pasal 7 KUHP :
“Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap pejabat yang
di luar Indonsia melakukan salah satu tindak pidana sebagaimana dimaksudkan dalam Bab
XXVIII Buku Kedua”.
Pasal ini mengenai kejahatan jabatan yang sebagian besar sudah diserap menjadi tindak
pidana korupsi. Akan tetapi pasal-pasal tersebut (pasal 209, 210, 387, 388, 415, 416, 417, 418,
419, 420, 423, 425, 435) telah dirubah oleh Undang-undang No. 20 Tahun 2001 tentang
perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dengan
rumusan tersendiri sekalipun masih menyebut unsur-unsur yang terdapat dalam masing-masing
pasal KUHP yang diacu. Dalam hal demikian apakah pasal 7 KUHP masih dapat diterapkan ?
untuk masalah tersebut harap diperhatikan pasal 16 UU No. 31 Tahun 1999 tentang
pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang berbunyi : “setiap orang di luar wilayah Negara
republik Indonesia yang memberikan bantuan, kesempatan, sarana atau keterangan untuk
terjadinya tindak pidana korupsi dipidana dengan pidana yang sama sebagai pelaku tindak
pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, pasal 3, pasal 5 sampai dengan pasal
14”.

Pasal 8 KUHP :

“Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku nahkoda dan penumpang


perahu Indonesia, yang di luar Indonesia, sekalipun di luar perahu, melakukan salah satu tindak
pidana sebagaimana dimaksudkan dalam Bab XXIX Buku Kedua dan Bab IX buku ketiga,
begitu pula yang tersebut dalam peraturan mengenai surat laut dan pas kapal di Indonesia,
maupun dalam ordonansi perkapalan”.

12
Dengan telah diundangkannya tindak pidana tentang kejahatan penerbangan dan kejahatan
terhadap sarana / prasarana penerbangan berdasarkan UU No. 4 Tahun 1976 yang dimasukkan
dalam KUHP pada Buku Kedua Bab XXIX A. pertimbangan lain untuk memasukkan Bab XXIX
A Buku Kedua ke dalam pasal 8 KUHP adalah juga menjadi kenyataan bahwa kejahatan
penerbangan sudah digunakan sebagai bagian dari kegiatan terorisme yang dilakukan oleh
kelompok terorganisir pasal 9 KUHP.
Diterapkannya pasal-pasal 2-5-7 dan 8 dibatasi oleh pengecualian-pengecualian yang
diakui dalam hukum-hukum internasional.
Menurut Moeljatno, pada umumnya pengecualian yang diakui meliputi :
a. Kepala Negara beserta keluarga dari Negara sahabat, dimana mereka mempunyai hak
eksteritorial. Hukum nasional suatu Negara tidak berlaku bagi mereka
b. Duta besar Negara asing beserta keluarganya meeka juga mempunyai hak eksteritorial.
c. Anak buah kapal perang asing yang berkunjung di suatu Negara, sekalipun ada di luar kapal.
Menurut hukum internasional kapal perang adalah teritoirial Negara yang mempunyainya.
d. Tentara Negara asing yang ada di dalam wilayah Negara dengan persetujuan Negara itu.

BAB III
PENUTUP
Dari penjelasan penulis diatas, dapat disimpulkan bahwa ruang berlakunya peraturan-
peraturan pidana menurut tempatnya dapat disebutkan beberapa azas sebagai berikut yaitu :
a. Asas Territorial (territorialiteits-beginsel) atau asas wilayah Negara;

13
Asas ini terdapat dalam dalam pasal 2 KUHP, yaiyu yang berbunyi : “aturan pidana dalam
undang-undang Indonesia berlaku bagi setiap orang yang melakukan sesuatu tindak pidana di
wilayah Indonesia.” Setiap orang disini berarti baik orang Indonesia maupun orang asing yang
melakukan tindak pidana. Dalam melakukan tindak pidana itu, orang tidak perlu berada di
wilayah Indonesia. Seseorang yang berada diluar negeri dapat pula melakukan delik di
Indonesia. Hal ini adalah persoalan mengenai “tempat terjadinya delik”.
b. Asas Personal (personaliteits-beginsel) atau asas kebangsaan, asas nasional aktif atau asas
subyektif;
Asas ini mengatakan bahwa peraturan hukum pidana Indonesia berlaku bagi setiap warga Negara
Indonesia yang melakukan tindak pidana baik dalam negeri, maupun di luar negeri.
Terdapat dalam pasal 5 KUHP, dan di perlunak oleh pasal 6 KUHP.
c. Asas Perlindungan (bescermings-beginsel) atau asas nasional pasif;
Berlakunya hukum pidana didasarkan atas kepentingan hukum suatu negara yang dilanggar di
luar wilayah Indonesia.
Ketentuan hukum pidana indonesia dapat diberlakukan terhadap wni maupun wna baik di dalam
maupun di luar wilayah Indonesia untuk melindungi kepentingan hukum Indonesia seperti yang
di sebut pasal 4 KUHP.
Pasal 4 KUHP adalah jenis kejahatan yang mengancam kepentingan hukum Indonesia yang
mendasar, berupa keamanan dan keselamatan negara, perekonomian Indonesia, serta sarana dan
prasarana angkutan Indonesia
d. Asas Universal (universaliteits-beginsel) atau asas persamaan.
Asas berlakunya hukum pidana yang didasarkan atas kepentingan hukum Internasional yang
dilanggar oleh suatu perbuatan.
Berdasarkan ketentuan ini, maka ketentuan hukum pidana indonesia dapat berlaku terhadap
setiap WNI ataupun WNA, baik di dalam wilayah maupun di luar wilayah Indonesia.
Terutama pasal 4 (2), 4 (3) dan 4 (4) KUHP.
DAFTAR PUSTAKA

A. Zainal Abidin Farid, 1995

Erdianto Effendi, 2011. HUKUM PIDANA INDONESIA Suatu Pengantar.

14
Kitab undang-undang hukum pidana cetakan 2016

Asas-asas hukum pidana Prof.moeljatno,S.H.

15

Anda mungkin juga menyukai