Anda di halaman 1dari 6

HASIL DISKUSI

PERMASALAHAN AGRARIA DI INDONESIA

DAN PENYELESAIANNYA

Kelompok 4 Kelas A

Mata Kuliah: Hukum Agraria

Anggota:

1. Agatha Kristi K6416002

2. Alma Azqiyah K6416004

3. Desi Wulandari K6416014

5. Dika Maya P K6416016

6. Kukuh Pujiyanto K6416026

Berita: Berlarut, Konflik Lahan Masyarakat dengan Perusahaan Sawit di Kubu Raya

Sumber: http://www.mongabay.co.id/2017/05/30/berlarut-konflik-lahan-masyarakat-dengan-
perusahaan-sawit-di-kubu-raya/ diakses pada 27 September 2017

Abdullah (45) tak kuasa menahan air mata. Sesekali, sudut mata basahnya diseka ujung leher
kemejanya. Saya tidak bisa bicara lagi. Saya Sedih. Semua yang saya tanam habis. Apa
maksud perusahaan ini, ujarnya. Abdullah heran, mengapa pemerintah tidak juga mengambil
sikap atas apa yang terjadi pada warga Desa Kampung Baru dan Desa Jangkang II,
Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Ia mengisahkan, semua tanaman milik kelompok tani, dimusnahkan perusahaan. Habis sudah
harapan untuk memanen karet hasil keringat mereka. Saya heran, kenapa hak guna usaha
(HGU) perusahaan masuk ke lahan warga. Kenapa HGU tidak ada batasnya, kenapa
dokumen ketua serikat tani kami tidak dianggap, keluhnya lagi.

Sekitar 2.600 hektare lahan milik masyarakat Desa Kampung Baru dan Desa Jangkang II
Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya, yang tergabung dalam Serikat Tani Darat Jaya
tumpang tindih dengan PT. Rezeki Kencana (PT. RK) Tianjin Joulong Group. Perusahaan
sawit ini, merupakan salah satu pemasok Willmar. RSPO telah dilapori terkait kasus ini.

Pada pertengahan Mei 2017, beberapa perwakilan warga desa memaparkan kasus yang
mereka hadapi. Upaya warga mencari keadilan ini diinisiasi Lingkaran Advokasi dan Riset
(Link-AR) Borneo, dan perwakilan Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam) di
Pontianak.

Kasus ini merupakan penyerobotan lahan oleh korporasi yang telah dilaporkan Link-Ar
Borneo ke Kepolisian Daerah Kalimantan Barat, akhir Februari 2017. Ada delapan
perusahaan yang dilaporkan: PT. Ceria Prima, PT. Mitra Aneka Rejeki, PT. Wirata Daya
Bangun Persada, PT. Pamdale Agro Asia Lestari Makmur, PT. Satria Multi Sukses, PT. Rejeki
Kencana, PT. Keliau Mas Perkasa, dan PT. Sumatra Unggul Makmur.

Salah satu warga, Alimah, merupakan penduduk paling sepuh. Kerudung yang sederhana
membalut kepalanya. Ia datang ke Desa Kampung Baru, pada 1975. Saat lahan tersebut
masih berupa hutan sekunder. Saya datang dari Sambas dan tinggal di situ. Tapi sekarang,
malam-malam ada dua orang datang. Katanya mau beli tanah, padahal saya tidak jual, kata
Alimah. Dia mengatakan, dirinya lebih dulu tinggal di kawasan tersebut dari para transmigran
yang difasilitasi pemerintah dengan lahan dua hektare.

Ketua Ketua Kelompok Tani Daerah Jaya, Safendi mengungkapkan, masalah lahan dimulai
empat tahun lalu. Bahkan, perusahan telah melaporkan sejumlah warga dengan tuduhan
penyerobotan HGU. Sudah dilakukan musyawarah dan melibatkan pemerintah, namun
seperti tidak ada niat baik perusahaan untuk menyelesaikan.

Syarif Umar, tokoh setempat menyatakan awal penerbitan HGU 2008-2009 yang tidak
pernah melibatkan masyarakat. Tidak ada titik terang dalam kasus ini. Perusahaan bahkan
mengancam akan mempidanakan masyarakat yang bertanam di lokasi HGU.

Ahi, warga lainnya mengatakan, perusahaan kerap mengganti manejer sehingga warga
kesulitan untuk berkoordinasi. Yang bagus pasti diganti, kami susah komplain. Kampung
Baru ini salah satu desa tertua di Kubu, warga dapat apa dengan masuknya perusahaan.

Tanah masyarakat

PT. Rezeki Kencana memiliki investasi cukup besar. Tahun 2013, perusahaan ini masuk
dalam 21 perjanjian kerja sama antara perusahaan serta pemerintah daerah di Indonesia dan
Tiongkok yang ditandatangani di hadapan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan
Presiden RRT Xi Jinping. Perjanjianya adalah akuisisi antara Tianjin Julong Jiahua
Investment Group Ltd. dengan PT. Rezeki Kencana dan PT. Grand Mandiri Utama senilai
US$200 juta untuk proyek pengembangan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat.

Data Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan HAM
menyebutkan, kantor perusahaan tersebut, beralamat di Sungai Deras, Kecamatan Teluk
Pakedai, Kabupaten Kubu Raya. Disebutkan pula, PT. Rezeki Kencana (Division PKS)
diresmikan 2011 dengan kapasitas olah CPO 30 ton per jam, bertempat di Desa Pasir Putih,
Teluk Pakedai.

Pada 2013, disebutkan status lahan PT. RK di Kabupaten Kubu Raya berdasarkan sertifikat
hak guna usaha (HGU) No 2, tanggal 12 Maret 2008 seluas 11.180,80 hektare. Namun,
terdapat beberapa HGU yang proses. HGU tersebut; berdasarkan Risalah panitia B Provinsi
Kalimantan Barat No. 17/HGU-HTPT/BPN/2007 Tanggal 24 November 2007 luasnya
1.831,90 ha terletak di Teluk Pakedai Hulu dan di Desa Selat Remis Kecamatan Teluk
Pakedai serta di Desa Sungai Bemban Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya.

Selain itu, berdasarkan risalah panitia B Provinsi Kalimantan Barat No. 01/HGU-
HTPT/BPN/2008/ tanggal 31 Januari 2008 dan para bidang tanah No 80-14.07-2007 luas
4.686,35 ha terletak di Desa Jangkang I, Janggakng II, Teluk Nangka, Kecamatan Kubu dan
Desa Sungai Dungun Kecamatan Terentang, Kabupaten Kubu Raya. Terakhir, berdasarkan
permohonan HGU bulan Maret 2008 yang sudah di cek oleh panitia B di lokasi pada 1
Agustus 2008, lokasi HGGU di Desa Jangkang I, Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya
dengan luas 352,53 ha.

Lokasi perusahaan meliputi dua kecamatan yaitu Teluk Pakedai dan Kubu. Areal tersebut
meliputi desa; Sungai Deras, Pasir Putih, Teluk Pakedai I, Teluk Galam (Kecamatan Teluk
Pakedai), Jangkang I, Jangkang II, Teluk Nangka, Sungai Teras, Air Putih, dan Ambawang
(Kecamatan Kubu).

Link-Ar Borneo mencatat, PT. RK telah mengklaim lahan masyarakat/Serikat Tani Darat Jaya
di wilayah Desa Kampung Baru, seluas 2.600 hektare. Tadinya, lahan itu ditanami karet,
pisang, jagung, nanas dan lain-lain. PT. Rezeki Kencana melakukan land clearing dan
perusakan serta pencabutan tanaman yang mengakibatkan rusaknya sekitar 20.000 pohon.
Lahan tersebut ditamani sawit.

Pemerintah daerah melalui Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Kubu Raya melalui
Surat Nomor BA 28/BA/SPP/VI/2015 menegaskan bahwa lahan tersebut milik masyarakat
desa yang tergabung dalam Serikat Tani Darat Jaya. Kepemilikan lahan dipertegas dengan
pengukuran ulang lahan yang dilakukan BPN Kubu Raya. Kronologis lahan ditandatangani
perangkat desa dari beberapa desa anggota Serikat Tani Darat Jaya.

Warga juga melayangkan surat penolakan izin dan HGU PT. RK, yang ditandatangani Kepala
Desa Teluk Nangka, Kepala Desa Jangkang II, Pj Kades Kampung Baru, Kades Teluk Bayur,
disertai penolakan. Namun, saat warga hendak melakukan pemetaaan dan pengecekan ulang
patok batas desa antara Desa Kampung Baru daan Desa Teluk Bayur, mereka dilaporkan ke
polisi. Aduannya adalah tindakan perusakan lahan.

Hingga berita ini diturunkan, tidak ada satu pun pihak perusahaan yang bisa dihubungi.
Empat nomor manajer perusahaan tidak ada yang aktif. Setelah kami bersikukuh
meneruskan proses hukum, mereka tidak bisa lagi dikontak, terang Safendi.

Tindakan PT. Rezeki Kencana telah melanggar hak-hak masyarakat Serikat Tani Darat Jaya.
Perusahaan juga melanggar Pilar kedua United Nations Guiding Principles on Business and
Human Rights (UNGPs) bahwa perusahaan bertanggung jawab menghormati hak asasi
manusia, kata Agus Sutomo, Direktur Link-AR Borneo. Faktanya, perusahaan tidak
berupaya mengurangi atau mencegah dampak negatif operasional korporasi.

HGU Cacat Hukum


Tidak adanya pelibatan masyarakat dalam penerbitan HGU, dapat menjadikan HGU tersebut
batal secara hukum. Ada kesalahan fatal yang dilakukan BPN dalam mengeluarkan HGU
PT. RK, karena dalam PP 40 Tahun 1996 syarat untuk dibebankan HGU kepada pemohon,
yaitu tanah yang diminta harus dibebaskan sebelumnya. Apalagi itu tanah garapan dan tanah
kelola, kata Karlo Lumban Raja, dari Sawit Watch.

Kriminalisasi terhadap warga oleh pihak kepolisian, kata dia, mengindikasikan keberpihakan
alat negara itu kepada korporasi. Seharusnya, polisi memanggil perusahaan dengan dugaan
perampasan lahan.

Link-AR Borneo sudah mengirimkan surat komplain ke RSPO terkait beberapa kasus
perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat. Lantaran, PT. RK merupakan pemasok Wilmar
yang merupakan anggota Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Salah satu prinsip
RSPO adalah memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku.

Kasus ini dapat menjadi pijakan Willmar, untuk menghentikan pembelian hasil perkebunan
kelapa sawit PT. RK atau Julong Group, karena melanggar prinsip dan kriteria RSPO.

Peta sebaran gambut PT. Rezeki Kencana, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Peta:
Link-AR Borneo.

Andi Muttaqien, dari Elsam mengatakan, praktik koorporasi di perkebunan sawit skala besar
sampai saat ini masih melakukan pelanggaran. Yang dilanggar hukum pidana, undang-
undang perkebunan, dan pelanggaran HAM, katanya.

Dia juga menyoroti kejanggalan penerbitan HGU yang tidak sepengetahuan warga sekitar.
Proses penerbitan HGU harus diusut, diungkap aktor-aktornya. Indikasi intimidasi
perusahaan melalui anggota kepolisian harus diseriusi.

Elsam memberikan apresiasi terhadap perjuangan masyarakat, yang telah melakukan


perlawanan sejak 2009, hingga sekarang. Berbagai upaya maksimal akan dilakukan, dengan
melaporkan kasus ini ke Kementerian Pertanian, Polri, dan Komnas HAM di Jakarta,
ujarnya.

Elsam, Sawit Watch, dan Link-AR Borneo menuntut RSPO turun memeriksa pengaduan
tersebut. RSPO juga diharapkan segera mengeluarkan laporan penyelesaian kasus-kasus
perkebunan kelapa sawit yang terjadi di Kalimantan Barat.

Analisis:

Penyebab dari kasus diatas adalah: Adanya sekitar 2.600 hektare lahan milik masyarakat
Desa Kampung Baru dan Desa Jangkang II Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya, yang
tergabung dalam Serikat Tani Darat Jaya tumpang tindih dengan PT. Rezeki Kencana (PT.
RK) Tianjin Joulong Group.

Kasus ini merupakan penyerobotan lahan oleh korporasi yang telah dilaporkan Link-Ar
Borneo ke Kepolisian Daerah Kalimantan Barat, akhir Februari 2017. 8 perusahaan yang
dilaporkan: PT. Ceria Prima, PT. Mitra Aneka Rejeki, PT. Wirata Daya Bangun Persada, PT.
Pamdale Agro Asia Lestari Makmur, PT. Satria Multi Sukses, PT. Rejeki Kencana, PT. Keliau
Mas Perkasa, dan PT. Sumatra Unggul Makmur.

Kejanggalan yang terdapat dalam konflik:

1. Ketua Ketua Kelompok Tani Daerah Jaya, Safendi, sebagai perwakilan pihak warga
sudah berusaha sejak beberapa tahun yang lalu, melakukan musyawarah dengan
perusahaan dan melibatkan pemerintah, namun seperti tidak ada niat baik dari
perusahaan untuk menyelesaikan. Bahkan perusahaan tetap bersikukuh bahwa lahan
tersebut masuk di dalam HGU PT. Rezeki Kencana.

2. Tokoh masyarakat setempat, Syarif Umar menyampaikan pihak dari awal penerbitan
HGU pada 2008/2009 lalu, perusahaan tidak pernah melibatkan masyarakat.

3. Setalah adanya masalah ini, pihak perusahaan berjanji akan menyelasaikan agar tidak
berkepanjangan, namun sampai detik ini hanya omong kosong belaka tanpa ada niatan
yang diperlihatkan. Perusahaan bahkan mengancam akan mempidanakan masyarakat
yang bertanam di lokasi HGU perusahaan.

Kebijakan yang sebaiknya dilakukan oleh Pemerintah adalah: Pemerintah sebaiknya


melakukan pengkajian ulang tentang status kepemilikan tanah itu dan dilakukan pendaftaran
tanah jika perlu untuk menjamin status tanah tersebut. Jika perlu dilakukan pencabutan HGU,
hal ini dapat dilakukan sesuai dengan pasal 34 UUPA yang menyatakan bahwa HGU dapat
hapus karena alasan: (d) dicabut untuk kepentingan umum.

1. Mendesak pemerintah provinsi Kalimantan Barat untuk segera membentuk Tim


Review Perizinan Perkebunan Kelapa Sawit dengan melibatkan masyarakat dan
bekerja secara transparan dan akuntabel untuk melakukan penataan ulang semua
izin perkebunan kelapa sawit yang ada di Kalimantan Barat.

2. Mendesak pemerintah provinsi Kalimantan Barat untuk membentuk dan


melembagakan mekanisme penyelesaian konflik sumber daya alam dengan
membangun sistem pengaduan masyarakat dengan mekanisme
penyelesaian yang transparan dan akuntabel

3. Meminta Gubernur, Bupati dan Walikota provinsi Kalimantan Barat untuk


menghentikan pemberian izin-izin baru untuk perkebunan kelapa sawit di
seluruh wilayah Kalimantan Barat untuk mencegah konflik horizontal dan
menjawab ancaman bencana ekologis yang akan mengorbankan seluruh
masyarakat Kalimantan Barat. (BAHAN KOORDINASI DAN SUPERVISI
PENERTIBAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KALIMANTAN
BARAT, oleh Koalisi Masyarakat Sipil KaimantanBarat untuk KPK RI. September
2015)

Akibat yang ditimbulkan dari adanya konflik ini adalah warga masyarakat Desa Kampung
Baru dan Desa Jangkang II Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya kehilangan lahan kebun
yang mereka gunakan sevagai lan mata pencaharian mareka. Tanaman yang mereka tanam di
lahan tersebut seperti karet, pisang, jagung, nanas dan lain-lain gagal mereka panen hasilnya
karena dilakukan pembersihan lahan oleh perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai