Anda di halaman 1dari 16

Formas Merapi Akan Peringati Momentum Setahun Pencabutan IUP

PT SMGP
Jumat, 20 November 2015
Redaktur
Mandailing Natal
Dibaca: 618 kali

MARTABENews, Panyabungan - Tinggal hitungan hari, Formas Merapi akan memperingati momentum setahun
Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT. Sorik Merapi Geothermal Power (SMGP) dicabut, tepatnya pada 09
Desember 2015 nanti. Demikian disampaikan Ketua Formas Merapi, Tan Gozali kepada wartawan, Sabtu (21/11)
di Panyabungan.
Tahun lalu, pada 09 Desember 2014 IUP PT. SMGP /OTP telah dicabut oleh Bupati Madina.
"Bupati Mandailing Natal, Dahlan Hasan Nasution telah mencabut IUP perusahaan PT. SMGP atau OTP
Geothermal, Pencabutan izin ini didasari aksi penolakan dari masyarakat, dimana ketika itu sekitar dua ribuan
masyarakat dari lima kecamatan sekitar lereng gunung Sorik Marapi memblokir jalan lintas selama lima belas
hari, tepatnya dari desa Purba Lamo sampai Desa Laru," kata Tan Gozali.
Dahlan Hasan mencabut IUP tersebut dengan menerbitkan SK Bupati bernomor 540/665/K/2014 tentang
Pencabutan Keputusan Bupati Madina nomor 540/575/K/2014 tentang perpanjangan kedua jangka waktu
eksplorasi pertambangan panas bumi kepada PT. SMGP atas wilayah kerja pertambangan panas bumi sorik
marapi-roburan-sampuraga.
Lewat Surat Keputusan Bupati tertanggal 09 Desember 2014 tersebut, Dahlan Hasan memutuskan mencabut
perpanjangan kedua jangka waktu eksplorasi pertambangan panas bumi kepada PT. SMGP dengan luas wilayah
62.900 hektare.
"Dengan peringatan ini mari kita buat momentum bersejarah dengan semangat gelora lawan ketidak adilan,
penindasan, dan diskriminasi pembangunan menuju gagasan pemekaran Kota Wisata Iman Lereng Sorik
Marapi. Wilayah lereng sorik merapi bukan hutan orang luar melainkan hutan kami dan kami penguasa di sini
bukan orang asing," tegas Tan Gozali.

Dalam memperingati tahun pertama pencabutan IUP PT. SMGP/OTP nanti, Tan Gozali mengajak masyarakat
untuk tetap menjaga persatuan kesatuan sesama warga NKRI, khususnya sesama warga di iwilayah Lereng
Sorik Marapi.
[Agussalim Hasibuan]

Sumber Kemiskinan dan Kehancuran, Masyarakat Harus Bersatu


Menolak KS ORKA (PT SMGP)
Senin, 13 Juni 2016
Redaktur
Mandailing Natal
Dibaca: 500 kali

MARTABENEWS.com | Sekretaris Jendral Forum Masyarakat Sorik Berapie Khoirul Amri Lubis kembali
menegaskan Harga Mati terhadap segala sesuatu eksploitasi energi Panas Bumi di area gunung Sorik Marapi.
Konsistensi ini kembali diutarakannya usai saham OTP di akuisisi oleh KS ORKA yang rencananya akan segera
kembali melakukan aktivitas setelah habis Lebaran tahun ini. Masyarakat Lereng Sorik Marapi tetap pada
pendiriannya, menolak segala eksploitasi energi Geothermal di area Gunung Sorik Marapi dan itu adalah harga
mati.Ucap Amri dengan lantang.
Peningkatan perekonomian yang sering di gembor-gemborkan oleh berbagai pihak dengan kehadiran investasi
energi Geothermal di Lereng Sorik Marapi menurutnya hanya sebatas Kamuflase saja. Kenyataan ini bercermin
kepada wilayah Pertambangan yang menyebar diseluruh indonesia dan khususnya Mandailing Natal yang
sangat identik dengan kemiskinan dan kemelaratan akibat terbuai oleh manisnya janji-janji investasi trilyunan
rupiah.
Dimana dan kapan pertambangan, Perkebunan masuk dalam suatu daerah maka disitulah sumber kemiskinan
tertanam. Pada kenyataannya, para oknum pejabat pemerintah dan orang yang mau diperbudak perusahaan
itulah yang mendapat keuntungan, sementara masyarakat harus menanggung segala dosa oknum tersebut
berupa bencana dan kemiskinan. Sejarah mencatat kemiskinan selalu melanda pertambangan, perkebunan
termasuk investasi energy Geothermal. Jangan jauh-jauh kita melihat sejarah itu, di kabupaten Mandailing Natal
saja sudah banyak berdiri pertambangan seperti Kontrak karya Sorik Mas Mining, PT M3, Perkebunan di wilayah
pantai Barat, Apa masyarakat sekitarnya sejahtera seperti di dengung-dengungkan oleh orang yang mau
mengambil keuntungan atas penderitaan masyarakat ?. Saya kira kemiskinanlah yang menjamur di area
tersebut. Di Naga Juang dan Huta Bargot, kalau bukan karena tambang rakyat saya kira masyarakatnya tidak
akan dapat apa apa dari Sorik Mas MiningPaparnya.
Lebih lanjut, Ayah dua anak ini mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersatu menolak sumber kemiskinan
dan kehancuran ini demi masa depan anak dan cucu di masa mendatang. Terutama dengan Anak rantai
Mandailing Natal yang tergabung dalam Komunitas Mandailing Perantau (KMP) yang sedang gencar-gencarnya
berjuang saat ini di Jakarta.

Untuk itu saya mengajak seluruh elemen masyarakat bersatu menolak sumber malapetaka ini demi kehidupan
anak dan cucu kita dimasa mendatang. Jangan lagi mau diperalat oleh oknum yang mementingkan diri dan
kelompoknya untuk memuluskan niat dan meraup untung yang sebesar-besarnya diatas air mata masyarakat.
Percayalah, dalam waktu dekat ini akan muncul sosok-sosok manusia munafik yang menjual kesejahteraan
dengan kehadiran perusahaan ini di wilayah Lereng Sorik Marapi. Bahkan belakangan ini saya mendapat kabar
bahwa orang-orang etnis Tionghoa sudah masuk membaca peta masyarakat yang didukung oleh manusia lokal
demi memuluskan proyek ini. Untuk masyarakat kita yang sedang berjuang di Jakarta, Kami ucapkan terima
kasih, kita sudah terima surat pernyataan mereka dan sepanjang perjuangan itu untuk masyarakat kita yang ada
di daerah akan mendukung dan kembali berjuang sampai titik darah penghabisan Ujarnya.
Penulis
Editor

: Hasanuddin, S.Pd
: Hasanuddin S.Pd

DPRD Madina Didesak segera Bentuk Pansus Kasus Makelar


Tanah PT SMGP
Kamis, 14 Juli 2016
Redaktur
Mandailing Natal
Dibaca: 2163 kali

Panyabungan, Martabenews.com | Berdasarkan surat pernyataan enam warga Kecamatan Lembah Sorik
Marapi Kabupaten Mandailing Natal (Madina) desa Purba Lamo, Yakni Saparuddin Batubara, H MHD Nuh
Batubara, Ahmad Simanjuntak, Parlindungan Rangkty, Yahya (Keluarga Alm Siddik, dan Perwakilan Keluarga Ali
Seregar) akhirnya mengungkap prilaku busuk broker (makelar) berinisial GN Nasution dalam permasalahan ganti
rugi lahan yang berada di desa Purba Lamo yang saat ini sudah dikuasai oleh PT SMGP.
Dalam surat pernyataannya, enam warga tersebut mengaku telah menjual atau menukar tanah pada tahun 2011
yang lalu kepada saudara GN Nasution yang pada waktu itu menjabat sebagai pegawai negeri sipil di lingkungan
Dinas Perhubungan Madina. Kemudian mereka mengungkapkan kepada media bahwa sebelum terjadi
kesepakatan jual beli antara kedua pihak. GN Nasution mengatakan kepada mereka tepatnya di rumah alm
orang tua GN Nasution yang berada di Sibanggor Jae bahwa pembebasan lahan ini adalah merupakan program
pemerintah untuk membangun jalan yang menghubungkan desa Purba Lamo-Sibanggor Jae demi meningkatkan
ekonomi masyarakat sekitarnya. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu , GN Nasution justru telah
menjual belikan lahan tersebut kepada pihak PT SMPG (OTP) untuk proyek pengambangan panas bumi di kab
Madina ini.
Sesuai dengan kesepakatan, tanah ini nantinya akan dibangun jalan penghubung antara Desa Purba LamoSibanggor Jae sesuai dengan penuturan saudara GN Nasution yang katanya merupakan program pemerintah.
akan tetapi kenyataannya tanah itu sudah dijual ke perusahaan energi panas bumi PT SMGP dan sekarang

lahan tersebut sudah berdiri bangunan dan jalan milik perusahaan itu. Ini kan suatu macam pembodohan
masyarakat, kalau kita tahu ini untuk PT SMGP mana mau kita menjualnya dengan harga segitu, apalagi
kehadiran perusahaan ini katanya akan menjadi sumber bencana di Lereng Sorik Marapi bahkan Madina ini.
Ujar masyarakat kepada Wartawan bebrapa bulan yang lalu
Kemudian warga menyebutkan GN Nasution membeli tanah dan tanamannya dengan harga yang cukup rendah
berkisar RP 10.000/M. Padahal dari hasil penyerahan kompesasi PT OTP kepada masyatakat desa Sibanggor
Jae yang berinisial SN penggarap lahan sebelumnya menjual dan menyerahkan lahan kepada PT OTP dengan
harga dan tanaman dengan total harga 100.000 permeter persegi empat. Begitu juga dengan kompensasi pihak
perusahaan didesa lainnya yang membeli lahan dengan nilai RP 100.000/M seperti Roburan Dolok.
Lebih lanjut Masyarakat mengungkapkan, Segala menyangkut administra jual beli tanah atas pembebasan lahan
diserahkan kepada kepala desa, sedangkan berita acara tersebut di tanda tangani oleh masyarakat yang hadir
dalam kesepakatan dan berkas disimpan oleh GN. Bahkan warga yang diduga telah ditipu oleh saudara GN
Nasution ini menjelaskan dalam rapat yang berlangsung dirumah orang tua GN Nasution tersebut tidak di hadiri
keluarga ibu Hj Hannum / Drektur Ponpes Mustopawiyah Purba Baru, padahal lahan yang terluas adalah milik
keluarga Hj Hannum dengan alasan saudara GN yang mengurus dengan keluarga Hj Hannum.
Akibat ulah GN Nasution yang diduga telah memperdaya serta menipu masyarakat sesuai dengan surat
pernyataan enam warga Desa Purba Lamo tersebut. Banyak menimbulkan kecaman dari masyarakat termasuk
dari kalangan mahasiswa serta Organisasi Kepemudaan (OKP) Mandailing Natal. Ketua PC PMII Madina,
Muhammad Amin Lubis mengungkapkan kasus ini harus diusut sampai tuntas. Dia juga mendesak DPRD
Madina untuk segera membentuk Pansus "Makelar" PT SMGP yang sudah sangat merugikan masyarakat.
Ini sudah keterlaluan, GN Nasution yang notabenya adalah pegawai negeri sipil non job ini harus ditindak tegas.
Dengan modus pembebasan lahan untuk program pemerintah beliau membeli tanah dan tanaman masyarakat
dengan harga yang tidak wajar untuk dijual ke PT SMGP. Oleh karena itu, kita berharap DPRD Madina harus
turun gunung dalam permasalan ini. Jangan kita biarkan macam manusia seperti ini dengan leluasanya
membodoh-bodohi masyarakat. Kalau perlu wakil rakyat kita harus membentuk Pansus untuk mengusut kasus
ini. Sekarang ini bukan zamannya lagi tipu menipu, banyak masyarakat kita yang berjuang matia-matian menolak
perusahaan ini. Ehhh...... malah saudara GN Nasution ini mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk
memperkaya diri sendiri. Untuk itu kami berharap kepada wakil rakyat Madina untuk serius mengusut kasus ini.
Kalau terus dibiarkan artinya wakil rakyat yang sudah kita pilih ini tidak ada kepeduliannya terhapap masyarakat,
karena kami juga menduga ada kongkalingkong antara pihak perusahaan dengan saudara GN Nasution ini.
Ucap Amin ketika diwawancarai Martabe di Panyabungan, Kamis (14/07/2016).
Sementara itu hal senada juga diungkapkan oleh Ketua AMPI Kecamatan Lembah Sorik Marapi, Edi Martua
Lubis, SH.i ketika dimintai keterangannya di kantor AMPI Madina, Kamis (14/07). Dia menyebutkan kasus ini
sudah tidak bisa ditoleransi, Untuk itu pemuda bertitel sarjana hukum islam ini berharap agar DPRD Madina
segera membentuk Pansus untuk mengusut kasus ini sampai kekakar-akarnya.
Menanggapi desakan pembentukan Pansus DPRD Madina dalam kasus "Makelar" tanah PT SMGP. Mantan
ketua komisi C, Ajun Nasution yang berhasil dihubungi Martabe menanggapinya secara diplomatis.
"Wajar-wajar saja ada desakan seperti itu kepada DPRD Madina karena ini menyangkut masyarakat serta pelaku
yang katanya Oknum PNS di Pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal ini. Akan tetapi harus kita kaji dulu apa
ini layak atau tidak dibentuk Pansus !!. Artinya, keputusan itu bukan hanya untuk satu sura anggota dewan,
harus dimusyawarahkan dulu terutama untuk komisi yang membidangi masalah ini, kalau nantinya mayoritas
setuju ya... kita lanjutkan. Oleh karena itu dalam permasalahan ini harus ada indikator-indikator yang harus
dipenuhi". Ujar Anggota dewan dari Dapil III ini.

Penulis

: Hasanuddin

Editor

: Hasanuddin

Kertas Posisi Bersama Menolak Solusi Energi Palsu Geothermal,


Biarkan Energi Kotor Tetap di Perut Bumi
Jumat, 29 Juli 2016
Redaktur
Opini
Dibaca: 453 kali

Oleh

: Muhammad Amin Lubis

Ketua Umum PC PMII Madina


Panyabungan, Martabenews.com|Efek perubahan iklim menjadi kentara,para ilmuan dunia dalam panel
internasional untuk perubahan iklim (IPCC) meyakini perubahan iklim adalah aktifitas manusia (IPCC AR5,2013)
dan fenomena lainnya terkait perubahan iklim adalah meningkatnya insiden badai dan kebakaran merusak
hutan.Diantara dampak jangka panjang adalah naiknya permukaan laut dan tanaman pangan yang dapat
memperluas kebakaran.Beberapa dampak serius persoalan iklim ini terjadi di Indonesia yang notabene tidak
memiliki kapasitas preventif dan adaptasi.
KTT perubahan iklim ke-13 di Bali telah mengakui pentingnya sebagai upaya dan strategi pengurangan
bencana.Kemudian tahun 2009 lalu,presiden SBY menyatakan komitmen penurunan emisi gas rumah kaca
yakni 26% dengan usaha sendiri dan menjadi 41% pada 2020.Komitmen politik tersebut ditindaklanjuti dengan
pembuatan Rencana Aksi Nasional (RAN GRK) yang mencakup upaya penurunan emisi diberbagai sektor
diantaranya kehutanan,pertanian dan pertambangan.
RAN GRK telah disahkan melalui peraturan Presiden No.61 Tahun 2011,namun pemerintah belum sungguhsungguh menyelamatkan masyarakat dengan memberi dukungan konkrit untuk kebijakan dan implementasi
strategi adaptasi iklim karena pasalnya pemerintah mengatakan persoalan hulu yang membuat keterpaparan
dampak perubahan iklim semakin parah dalam mencakup ekspansi kawasan pertambangan dan pembangunan
yang masih mengandalkan bahan bakal energi fosil himgga tahun 2025.

Adapun potensi panas bumi (Geothermal) menurut penelitian yang dimuat pada situs Bank Dunia adalah baru
dimanfaatkan 4% saja.Hal ini yang mendorong pemerintah mengembangkan proyek energi panas bumi di pulau
Jawa,Sumatera,Sulawesi,Nusa Tenggara,dan wilayah lainnya di Indonesia yang merupakan Rings of
Fire.Bahkan lembaga keuangan dunia seperti Bank Dunia,JBIC pun telah berkomitmen untuk mendanai proyekproyek tersebut.
Eksploitasi energi panas bumi justru dapat membahayakan kawasan hutan karena 70% potensi panas bumi
Indonesia berada di wilayah hutan konservasi dan hutan lindung (kementerian kehutanan,2013).Bahkan
eksploitasi ini juga dapat merusak sumber air karena sumbernya berada pada resapan air dan potensi negatif
lainnya adalah longsor serta banjir.Dengan demikian energi panas bumi juga berpotensi merusak
lingkungan,karena sumber-sumbernya berada pada wilayah sumber air dan hutan yang merusak kestabilan
tanah serta penggundulan hutan.

IPPNU Madina Himbau Masyarakat Lebih Dewasa Menyikapi Pro dan


Kontra KS Orka (OTP)
Minggu, 14 Agustus 2016
Redaktur
Mandailing Natal
Dibaca: 951 kali

Martabenews.com, Panyabungan |Ketua DPD Ikatan Pelajar Putri Nahdatul Ulama (PPNU) Kabupaten
Mandailing Natal, Nur Hakimah Lubis S.Pdi menghimbau kepada seluruh masyarakat Madina terutama warga
lereng Sorik Sorik Marapi untuk menahan diri terkait permasalahan Pro dan Kontra terhadap kehadiran
pengembang energi panas bumi KS Orka. Perempuan yang sedang menjalani/kuliah program S2 Padang ini
menilai kedepannya permasalahan ini akan semakin panas. Ini disebabkan tidak adanya kemampuan
perusahaan yang dulunya bernama OTP ini meyakinkan serta merangkul masyarakat untuk menciptakan rasa
saling memiliki terhadap perusahaan yang mayoritas sahamnya kini dipegang oleh negeri Panda (China), dan
yang paling urgent menurutnya adalah pemakaian air permukaan yang hingga saat ini belum ada persetujuan
dari masyarakat. "Kita disini kan semua masih punya tali persaudaraan antara satu sama lain. Makanya, yang
namanya kalimat provokasi harus dihindari dan dipilah-pilah. Jangan nantinya akibat provokasi tersebut kita
terjebak dalam perlakuan anarkis. Dan untuk pemakaian air permukaan yang akan digunakan oleh perusahaan
dalam pengeboran hingga produksi, perusahaan jangan dulu mengambil tindakan-tindakan sebelum ada
persetujuan dari masyarakat setempat." Ucapnya, beberapa hari yang lalu dalam kunjungannya ke Kantor
Martabe. Perempuan yang juga berasal dari Lereng Sorik Marapi ini, tepatnya Desa Roburan Dolok berharap

jangan sampai ada lagi keributan bahkan yang berujung pada timbulnya korban seperti tahun-tahun yang lalu.
"Jangan sampai ada keributan seperti yang lewat-lewat. Pro da Kontra itu adalah masalah biasa, apalagi negera
kita ini kan menganut sistem Demokrasi. Akan tetapi biarpun demikian, kita harus saling menghargai, pendapat
boleh beda tapi tali persaudaraan jangan sampai putus. Terlalu kecil nilai kita, akibat kehadiran perusahaan ini
kita begitu mudahnya diadu domba yang berakhir dengan putusnya tali persaudaraan, bahkan yang mirisnya
yang satu darah saja masih saja mau diadu domba". Pungkasnya.
(Hasanuddin) Editor : Hasanuddin

Uang Jaminan Eksplorasi Rp 130 Miliyar OTP Masuk Kantong


Siapa ?
Senin, 22 Agustus 2016
Redaktur
Mandailing Natal
Dibaca: 855 kali

Martabenews.com, Panyabungan | Hiruk pikuk nama dua perusahaan asing yang memenangkan tender
proyek pengembangan energi panas bumi di WKP Sorik Marapi, Roburan dan Sampuraga pada tahun 2010
yang lalu sudah pergi dengan senyuman manis seraya mengucapkan Good Bay Madina. Selama enam tahun
beroperasi, Original Energy Ltd dan Tata Power Company Ltd (OTP) sukses mengelus-elus izin yang
didapatkannya dari Bupati Mandailing Natal tanpa melaksanakan komitmen yang sudah dibangun dengan
pemerintah saat pelelangan WKP.
Parahnya lagi, selama beroperasi ternyata OTP tidak pernah menyerahkan uang jaminan komitmen Eksplorasi
yang nilainya cukup fantastis sebesar Rp 130 Miliar sesuai dengan pernyataan Bupati Madina Dahlan Hasan
Nasution beberapa Minggu yang lalu di salah satu media cetak lokal. Padahal uang jaminan ini sangat penting
untuk menjamin kesungguhan investor dalam pengembangan energi panas bumi terutama pada tahap
Eksplorasi. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan, bagaimana mungkin uang sebanyak itu tidak pernah diterima
oleh Pemkab Madina ?. Padahal yang menerbitkan izin perusahaan ini adalah Bupati Mandailing Natal, yang
mengadakan lelang juga adalah Bupati Madina yang mana pada saat itu dijabat oleh H. Amru Daulay.
Ketentuan lelang ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 tahun 2003 tentang Panas Bumi yang berlaku pada
waktu itu, dimana Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panas Bumi ditetapkan Oleh Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral. Sementara pembentukan panitia lelang didasarkan pada sistem panas bumi. Apabila WKP Panas
bumi berada pada lintas provinsi maka panitia lelang ditunjuk oleh Menteri, apabila WKP berada pada lintas
kabupaten/kota maka panitia lelang ditunjuk oleh Gubernur, dan apabila WKP berada dalam wilayah
kabupaten/kota, maka panitia lelang dibentuk oleh Bupati/Walikota.

Dalam Undang-Undang ini jelas menyatakan bahwa Bupati Madina yang mengadakan lelang dan menerbitkan
izin karena seluruh lokasi WKP Roburan-Sampuraga berada dalam wilayah Kabupaten Mandailing Natal.
Disamping itu, dalam prosedur lelang Badan Usaha yang mengikutinya harus memenuhi persyaratan
administrasi, teknis dan keuangan yang telah ditetapkan. Diantara persyaratan tersebut, perusahaan yang
mengikuti lelang harus membuat surat pernyataan kesanggupan menempatkan dana sebesar US$ 10,000,000
untuk melaksanakan kegiatan eksplorasi. Surat pernyataan ini juga harus disertai dengan penyerahan bukti
penempatan dana sebesar US$ 10,000,000, baik dalam bentuk Escrow Account, Standby Loan,
atau Underwriten Credit Facilities sebelum Izin Usaha Pertambangan (IUP) diterbitkan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota sebagai pemenang lelang.
Kalu memang prosedur ini dijalankan sesuai dengan aturan, mustahil dana sebesar itu hilang begitu saja.
Bagaimana mereka bisa beroperasi kalau uang jaminannya tidak ada ?. Sementara dalam prosedurnya, uang
jaminan ini wajib diserahkan sebelum Bupati menerbitkan izinnya. Itu artinya kalau tidak ada uang jaminan, maka
Pemkab Madina juga tidak bisa menerbitkan izin kepada OTP. Oleh karena itu, pemerintah dalah hal ini Pemkab
Madina harus menjelaskan kepada masyarakat kemana sebenarnya uang miliaran itu berlabuh. Jangan sampai
nanti akibat kebisuan yang dipertontonkan oleh Pemkab Madina memunculkan spekulasi yang mengarah
kepada tindakan-tindakan yang tidak diinginkan. (Hasanuddin)

Gus Irawan Sebut PT. SMGP Belum Menghasilkan Apa-apa Tapi


Korban Sudah Berjatuhan
Senin, 22 Agustus 2016
Redaktur
Kabar Sumut
Dibaca: 569 kali

Martabenews.com, Medan | Ketua Komisi VII DPR-RI Gus Irawan Pasaribu, menyebutkan akuisisi 100 persen
perusahaan gabungan Origin Energy Geothermal Singapore Pte Ltd (Orka) dan Tata Power International Pte.
Ltd) di Mandailing Natal (Madina) sudah membohongi penerbit izin dan masyarakat.
Dari kronologis yang didapatkan Gus Irawan, sejak 2008, sebuah perusahaan agency gas bernama PT Supraco
melobi Pemkab Madina untuk memperoleh Izin Usaha Pertambangan (IUP) di lereng Gunung Sorik Marapi.
Mengingat potensi gas di lereng Sorik Marapi dapat memproduksi listrik 240 MW dan Sumut terus-menerus krisis
daya penerangan, pada 2009, Bupati Mandailing Natal memberi isyarat akan memberi IUP kepada PT Supraco.
PT Supraco, kemudian, mencari pemodal dan menemukan seorang bernama Andi Kelana, yang bekerja di PT
OTP Geothermal Servis Indonesia, sebuah perusahaan penanaman modal asing, yang berkantor di Singapura.

Pada Mei 2010, keempat perusahaan membentuk dua buah perusahaan baru. PT Gheotermal Servis Indonesia
(Andy Kelana lima persen, Origin 45 persen, Tata 45 persen) dan PT Sorik Marapi Geothermal Power (PT
Supraco lima persen, Origin 45 persen, dan Tata 45 persen).
Dengan semangat Peraturan Presiden No 4 Tahun 2010 dan Peraturan Menteri ESDM No 2 tanggal 27 Januari
2010 tentang percepatan pembangunan pembangkit listrik di Indonesia, Bupati Mandailing Natal mengeluarkan
Izin Usaha Pertambangan (IUP) pada September 2010 kepada PT Sorik Marapi Geothermal Power, yang saat itu
di Madina, lebih populer dengan nama OTP, kata Gus Irawan.
Karena tidak ada sosialiasi dan langsung mengangkut peralatan ke lapangan, kata Gus Irawan, rencana
eksplorasi gas di Lereng Gunung Sorik Marapi tersebut ditentang oleh warga lima kecamatan di Madina
(Tambangan, Panyabungan Barat, Lembah Sorik Marapi, Panyabungan Selatan, dan Puncak Sorik Marapi).
Sejak PT SMGP hadir, hampir setiap bulan lima ribuan warga melakukan demo.
PT SMGP mengadu domba warga. Pro dan kontra pun, pelan-pelan, merasuki warga lima kecamatan.
Puncaknya pada 11 November 2014, aksi ribuan masyarakat memblokir jalan lintas sumatera ditantang warga
yang lain: Seorang tewas dan belasannya digelandang ke kantor polisi.
Melihat masyarakat sudah menjadi korban dan rencana eksplorasi memasuki tahap merusak lingkungan dan
menimbulkan bencana alam, Bupati Mandailing Natal 9 Desember 2014, mencabut izin PT Sorik Marapi
Geothermal Power, sebut Gus Irawan.
Katanya, setelah pemerintah mengubah kebijakan izin pengelolaan tambang, (dikeluarkan oleh Menteri ESDM,
tidak lagi oleh kepala daerah), PT Sorik Marapi Geothermal Power mendapat angin. Mereka mengurus izin baru
dan memperolehnya pada 21 April 2015.
PT Sorik Marapi Geothermal Power pun makin tidak lagi peduli dengan lingkungan. Diam-diam, mereka mulai
membeli lahan dari masyarakat. Padahal, sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 568 Tahun 2012,
pemakaian lahan eksplorasi merupakan hak pinjam pakai. PT Sorik Marapi Geothermal Power mulai menguasai
ratusan hektare lahan yang digarap masyarakat, meski SK Menteri Kehutanan No. 568 Tahun 2012, hanya
menoleransi pemakaian untuk eksplorasi 14 hektare, jalan 20 hektare, dan pipa 2 hektare.
Kecurigaan dari awal, bahwa PT Sorik Marapi Geothermal Power hanya ingin menguasai lahan, terbukti pada
April 2016. Setelah berhasil membeli ratusan hektare lahan dari tokoh-tokoh masyarakat di Purbalamo, mereka
menjual seluruh saham perusahaan kepada KS Orka Renewables Pte Ltd Singapura (KS Orka), ujar politisi
Partai Gerindra tersebut.
Gus berjanji akan menyelesaikan persoalan ini melalui Kementerian ESDM di Jakarta. Ini luar biasa menurut
saya. Bagaimana mungkin kejadiannya bisa begini. Mereka datang merusak ekosistem dan kearifan lokal
masyarakat Madina yang notabene merupakan daerah pemilihan saya juga, pungkasnya. (Waspada)

Editor : Hasanuddin

Harga Mati !! PC. PMII Madina Unjuk Rasa di Kantor DPRD "Usir KS
Orka Dari Bumi Gordang Sambilan"

Rabu, 24 Agustus 2016


Redaktur
Mandailing Natal
Dibaca: 2303 kali

Martabenews.com, panyabungan | Keberadaan PT.SMGP dibumi gordang sambilan terus menuai kritikan dan
penolakan dari masyarkat. Perusahaan yang bergerak dibidang Energi panas bumi ini, yang sekarang sudah
diakusisi KS.ORKA dari tangan OTP tidak akan nyaman menduduki Mandailing Natal, dan melakukan
pengerjaan.
Pasalnya penolakan dari masyarakat tentang keberadaan SMGP mulai bermunculan, penolakan yang
sebelumnya pernah di lakukan masyarakat dari lima kecamatan, beberapa waktu lalu, yang berakhir dengan
dicabutnya izin perusahaan oleh Bupati Mandailing Natal Drs.Dahlan Hasan Nst. PC.PMII Kabupaten Mandailing
Natal dengan jumlah puluhan massa menggelar aksi demo di gedung DPRD Madina. Kedatangan aktivis
mahasiswa ini, menyuarakan penolakan perusahaan PT.SMGP di Madina.
PC.PMII Kabupaten Mandailing Natal yang di komandoi, M.Amin Lubis menilai keberadaan PT.SMGP di
Mandailing Natal, sebagai pembohong, pendusta, dan penipu. PT.SMGP memperoleh IUP dari Pemerintah
Kabupaten Mandailing Natal pada dua September 2010 dengan SK No.540/525/2010. Akan tetapi penerbitan
izin tersebut dipandang cacat hukum karena perusahaan dan antenya tidak pernah member tahu bahwa izinnya
telah dicabut kepada kementrian ESDM.
Selain itu, uang jaminan Eksplorasi yang nilainya US$ 10 juta (Rp130M) sampai detik ini tidak tahu kemana
dana tersebut. Padahal dalam setiap ekspos dan portofolio (sosialisasi/presentase) mereka menyatakan
sanggup memproduksi listrik 450MW dari panas bumi Gunung sorik Marapi dan telah mencadangkan investasi
US$ 850 juta atau sekitar Rp.11 triliun, bahkan PT.SMGP tidak pernah memproduksi apapun di Madina.
PC.PMII sangat menyesalkan akan hal itu, selain membangun perkantoran, mereka hanya melakukan pembelian
lahan warga dilima kecamatan Madina ( Tambangan, Panyabungan Barat, Lembah Sorik Marapi, Panyabungan
Selatan dan Puncak Sorik Marapi) tanpa adanya koordinasi dengan Pemerintah Daerah selaku tuan rumah.
Setelah memperoleh IPB dari Kementrian ESDM, PT.SMGP (Saham Original Energy dan Tata Power) menjual
100% perusahaan ini kepada KS Orka Renewables Ptd Ltd Singapura (KS Orka) pada April 2016, dengan nilai
US$ 60 Juta atau sekitar Rp.780 M. padahal janji-janji mereka tidak satupun yang terealisasi. PT.SMGP bisa juga
diibaratkan makelar ataupun tengkulak yang hanya datang untuk mengambil izin dan kemudian menjualnya.
Lebih lanjut PC.PMII Madina juga menilai PT. SMGP sebagai investasi pengadu domba masyarakat, karena
perusahaan ini tidak pernah melakukan sosialisasi terhadap masyarakat. Kehadiran PT.SMGP dinilai membawa
kisruh dengan membawa politik adu domba, ada indikasi bahwa PT.SMGP menganggap masyarakat Madina
sebagai manusia bodoh yang kurang paham dan tidak mau tau terhadap persoalan ini, padahal kegiatan
tersebut sangat berbahaya dilakukan disekitar gunung yang masih aktif . itu terbukti telah dikotak-kotaknya

anggota Legislatif oleh PT.SMGP, yang mengakibatkan terjadinya mosi tak percaya sesama anggota DPRD
yang mengakibatkan tidak berjalannya fungsi pengawasan legislatif.
PT.SMGP mengontrak sebuah perusahaan untuk mendiamkan masyarakat, warga pun di adu domba, warga
yang umumnya masih memiliki kekerabatan antara satu desa dengan desa lain, dirasuki saling curiga.
Puncaknya pada Dua Puluh Januari 2015 yang menewaskan satu orang dan beberapa orang luka-luka.
PC.PMII yang dalam pernyataan sikapnya, mengutuk keras, system adu domba yang diperagkan PT.SMGP,
meminta kepada Pemda Madina agar menyurati Kementrian ESDM supaya mencabut izin IPU PT.SMGP sesuai
dengan UU No.27 tahun 2013 direvisi dengan UU.No.21 tahun 2014. Meminta kepada KPK agar mengusut dana
jaminan sebesar US$ 10 Juta atau sekitar Rp. 130 Milliar. Menolak kehadiran PT.KS Orka, pengakusisi 100%
saham PT.SMGP karena tidak memiliki rekam jejak yang jelas pada eksplorasi panas bumi dan tidak memiliki
cadangan invetasi yang jelas untuk mewujudkan proyek panas bumi di Madina.
Menolak segala kegiatan PT.SMGP karena perusahaan ini masih bermasalah, selain itu rencana pengeboran
sumur eksplorasi yang akan dilakukan oleh perusahaan sangat ditentang nasyarakat karena sampai detik ini
pemakaian air untuk pengeboran belum ada persetujuan dari masyarakat. Meminta kepada aparat penegak
hukum, Kepolisian dan KPK agar mengusut kasus makelar tanah di PT.SMGP secepatnya sampai tuntas, yang
mana telah mengkangkangi Pemda selaku tuan rumah, terbukti tidak adanya koordinasi terkait penetapan harga
yang mengakibatkan mejamurnya agen-agen dan makelar tanah ditubuh PNS dan beberapa anggota DPRD.
Diduga didalmnya telah terjadi kongkalikong antara makelar dengan petinggi PT.SMGP dimana pembelian lahan
tersebut bertentangan dengan SK Menteri Kehutanan No.568 tahun 2012 yang hanya menoieransi pemakaian
untuk eksplorasi 14 hektare (ha0, jalan 20ha dan pipa 20ha.
Meminta kepada ketua Komisi VII DPR RI yang mempunyai ruang lingkup Energi, Lingkungan Hidup, Riset dan
Teknologi dan merupakan pasangan kerja dari Kementrian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk
memanggil Kementrian ESDM agar mencabut izin PT.SMGP. Setelah menyatakan sikap PC.PMII Kabupaten
Mandailing Natal membubarkan diri dan melakukan aksi konvoi dari gedung DPRD Madina menuju sekretariat
PC.PMII Madina di Jalan Willem Iskandar Dalan Lidang Panyabungan.(Fadli Mustafid)

PC.PMII Gelar Tahlilan untuk Anggota DPRD Madina


Rabu, 24 Agustus 2016
Redaktur
Mandailing Natal
Dibaca: 109 kali

Martabenews.com,panyabungan - Aksi unjuk rasa Pimpinan Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PC.PMII) diwarnai aksi Tahlilan, Akibat tidak ada satupun Anggota DPRD Madina yang mau mendengar
langsung aspirasi mereka. Hal ini dilakukan sebagai cermin telah matinya hati nurani DPRD Madina yang sudah
tidak peduli lagi dengan nasib rakyat. PC. PMII Madina menganggap 40 anggota DPRD Madina telah tiada, dan
menggelar aksi tahlilan di depan Gedung DPRD Madina, ini terjadi ketika aksi demo dari PC.PMII Madina
rabu/24/16 yang menolak kehadiran PT.SMGP di Mandailing Natal.
Dengan berjumlah puluhan orang mahasiswa yang mendatangi gedung DPRD Madina, berorasi dan meminta
anggota DPRD Madina menemui mahasiswa untuk mempertanyakan seputar keberadaan perusahaan PT.SMGP
dan uang jaminan eksplorasi yang keberadaanya tidak diketahui dimana.
Mahasiswa terus meminta agar anggota DPRD Madina keluar dan menemui mereka, karena tidak ada anggota
DPRD yang keluar. Sekwan DPRD Madina Iqbal yang di dampaingi Kapolres Madina AKBP.Rudi Rifani
menjumpai para mahasiswa dan mengatakan bahwa anggota DPRD Madina sedang dalam masa Bimtek di
Jakarta sambil menunjukkan SPT dari pada Anggota DPRD Madina.
Dengan keterangan dari Sekwan, mahasiswa tidak langsung percaya dan menganggap itu hanya akal-akalan
saja, untuk menghindari mahasiswa. M.Amin Lubis selaku Ketua PC.PMII Madina terus meminta anggota DPRD
Madina untuk keluar dan menemui mereka yang berorasi di halaman gedung DPRD Madina.
Karena tidak ada yang datang mahasiswa menganggap para anggota legislatif telah tiada, dan mahasiswa
membuat lingkaran dan menggelar tahlilan untuk para anggota DPRD Madina yang mereka anggap telah
mendahuli mereka. (Fadli Mustafid)

Sapma PP Madina Siap Jadi Garda Terdepan Mengusir PT. SMGP


Kamis, 25 Agustus 2016
Redaktur
Mandailing Natal
Dibaca: 315 kali

Martabenews.com, Panyabungan | Sejak menginjakkan kaki di bumi gordang sambilan beberapa tahun yang
lalu, PT.Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) terus menuai kritikan atau tantangan dari kalangan masyrakat,
aktivis lingkungan, dan juga berbagai Ormas/OKP di Mandailing Natal.
Keberadaan PT.SMGP yang sekarang ditangani KS Orka (China-Islandia) rencananya dalam waktu dekat ini
akan melakukan pengeboran tahap Eksplorasi. Rencana ini dinilai banyak kalangan akan memancing

kegaduhan yang bisa saja berujung pada terjadinya kembali konflik ditengah-tengah masyarakat seperti kejadian
sebelumnya yang sampai memakan korban jiwa.
Ketua Sapma PP Mandailing Natal, Pandri Fauzi memperingatkan PT. SMGP agar tidak membuat kegaduhan
dengan men-zolimi masyarakat, politik adu domba dan apapun itu namanya. Kemudian dia mengatakan selama
keberadaan PT.SMGP di Madina yang dinilainya sebagai sumber mala petaka, pihaknya tidak akan pernah diam
dan terus memberikan perlawanan, bagaimana caranya PT.SMG angkat koper dari Madina, kita terus akan
memberikan perlawanan ucapnya.
Fandri Fauzi Juga menjelasakan pihaknya dari Sapma PP Madina siap menjadi garda terdepan untuk mengusir
OTP dari bumi gordang sambilan. Demi Rakyat, Sapma PP Madina siap jadi garda terdepan, untuk mengusir
OTP. Dari Madina. Ucap Fandri dengan lantang.
Lebih jauh Fauzi kembali menjelaskan bahwa keberadaan perusahaan yang bergerak di bidang energi panas
bumi ini telah menimbulkan pro-kontra di tengah-tengah masyarakat di Mandailing Natal, dan itu tidak akan
pernah habis selama perusahaan tersebut masih tetap eksis di Madina.
Sebelumnya perpindahan tangan OTP (Australia-India) ke tangan KS Orka (China-Islandia) meninggalkan cerita
dan tanda Tanya besar, pasalnya uang jaminan Komitmen eksplorasi tidak pernah di bayarkan ke Pemda
Madina, hal ini sesuai dengan pernyataan Bupati Mandailing Natal Drs. Dahlan Hasan Nst, beberapa waktu lalu,
lalu dimana uang jaminan tersebut, bagaimana bisa itu terjadi.
Jika uang jaminan eksplorasi dari perusahaan saja tidak tahu keberadaannya dimana, atau tidak disetorkan
kepada pihak Pemda Madina, seperti yang dikatakan Bupati Madina bagaimana mana nantinya jika perusahaan
panas bumi ini, tetap berdiri kokoh di Madina, apa yang akan terjadi, hal ini akan menambah daftar panjang
permasalahan.
Jika alur ceritanya saja begini dan akan menambah permasalahan, sebaiknya kita usir saja dari daerah kita ini,
itu mungkin lebih baik.tutup Pandri. (Fadli Mustafid)
Editor : Hasanuddin

Masyarakat Mengutuk Keras Tindakan Sepihak PT. SMGP


Rabu, 31 Agustus 2016
Redaktur
Mandailing Natal
Dibaca: 806 kali

Martabenews.com, Lereng Sorik Marapi - Rencana pengeboran tahap Eksplorasi PT. SMGP di Sumur A Desa
Sibanggor Julu Kecamatan Puncak Sorik Marapi kembali memanaskan situasi dan kondisi di masyarakat.
Pasalnya, perusahaan panas bumi yang sudah dipegang oleh KS Orka ini telah memasang Pipa serta Bronjong

untuk mengalirkan Aek Siunik ke tempat pengeboran tanpa ada konsultasi dengan warga yang mempergunakan
air tersebut. Akibatnya, masyarakat bereaksi dengan mengutuk keras tindakan perusahaan yang mayoritas
sahamnya dipegang oleh China ini.
Menurut warga, pihak perusahaan telah memasang bronjong dan pipa di dua titik, titik pertama berada di Desa
Sibanggor Julu dan kedua berada di Desa Huta Lombang Kecamatan Puncak Sorik Marapi. Kedua titik tersebut
merupakan sumber air tawar sebagai penyeimbang tingginya kadar asam yang mengalir di Sungai Aek Maga
dan menjadi nyawa pengirigasian persawahan hampir diseluruh desa di Kecamatan Lembah Sorik Marapi.
Tindakan sepihak perusahaan ini dinilai warga sebagai tindakan provokasi yang bisa mengerucut akan terjadinya
kembali konflik. Apalagi pada sosialisasinya sebelumnya saat perusahaan ini masih dipegang oleh OTP,
perwakilan desa dari seluruh kecamatan Lembah Sorik Marapi secara spontan mengatakan menolak pemakaian
air tersebut oleh PT. SMGP.
Mahadi, salah satu warga Kelurahan Pasar Maga yang hadir pada acara sosialisasi yang diadakan di Aula
Kantor camat Lembah sorik Marapi tahun lalu mengatakan semua yang hadir secara tegas menolak pemakaian
air tawar siunik oleh PT. SMGP. Kemudian dia menjelaskan, pada acara sosialisasi tersebut pihak perusahaan
akan memakai air selama 12 jam, mulai dari jam enam sore sampai jam 6 pagi.
Kalau kita yang hadir itu secara tegas menolak, apalagi pihak perusahaan akan memakai air tersebut selama 12
jam. Ini tentu sangat memberatkan bagi masyarakat terutama bagi warga kita yang mempergunakan air tersebut.
Yang terkena dampaknya juga tidak sedikit, Desa Maga Dolok, Pasar Maga, Maga Lombang, Siantona, Bangun
Purba, Batu Godang, Aek Marian bahkan sampai ke Parkaretan. Apalagi yang diambil itu Air Tawarnya, tentu
persawahan di Kecamatan LSM ini sudah tidak akan bisa dipergunakan lagi. Tidak mungkin kan padi tumbuh
kalau hanya ada air asam tersebut, kan air tawarnya sudah disedot oleh perusahaan. Ucapnya saat dikonfirmasi
di salah satu warung di Kelurahan Pasar Maga, Sabtu (27/8).
Sementara itu Wakil ketua PNNB Kelurahan Pasar Maga Hasanuddin S.Pd mengutuk tindakan sepihak PT.
SMGP yang akan mengambil air tawar Sungai Siunik tanpa ada koordinasi dengan masyarakat. Menurutnya,
perusahaan yang dimotori oleh KS Orka ini telah menunjukkan sikap arogansi dan menduga KS Orka ini lebih
Kejam dari pendahulunya OTP.
Pada intinya kami menolak dan mengutuk tindakan sepihak perusahaan ini. Tanpa ada pemberitahuan, KS Orka
datang kesini dan langsung main ambil-ambil saja. Bagaimana mau berdampingan kalau sifat perusahaannya
saja seperti ini ?. Saya menduga kalau perusahaan yang sekarang ini bakalan lebih kejam dari pendahulunya
OTP. Ungkapnya.
Kemudian, Hasan mengancam akan memberikan perlawanan jika tidak ada upaya dari Pemkab dan DPRD
Madina terkait permasalahan ini. Apalagi menurutnya, kedepan PT. SMGP akan melakukan pengeboran pada 4
sumur di Puncak Sorik Marapi yang mana keseluruhannya nanti akan memakai air yang akan digunakan oleh
warga Kecamatan Lembah Sorik Marapi.
Kalau tidak ada nantinya upaya dari Pemkab dan DPRD Madina terkait permasalahan ini, kita siap memberikan
perlawanan terhadap perusahaan ini. Kita sudah koordinasi dengan teman-teman dan secara tegas menolak dan
mengutuk tindakan semena-mena ini. Ucapnya dengan berapi-api. (Hasanuddin)

Editor: Hasanuddin

Ini kesalahan PT. SMGP Menurut Pemkab Madina


Minggu, 04 September 2016
Redaktur
Mandailing Natal
Dibaca: 308 kali

Martabenews.com, Panyabungan - Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi III DPRD dengan Manajemen PT.
SMGP dan Pemkab Madina pada hari kamis (1/8) akhirnya menjawab semua permasalahan PT. SMGP yang
selama ini ditutup-tutupi oleh Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal.
Dalam RDP tersebut, Pemkab Madina melalui Kepala Dinas Pertambangan Zulhan menjabarkan pelanggaranpelanggaran yang telah dilakukan oleh PT. SMGP. Dia menjelaskan, Pemkab Madina tidak mengakui penerbitan
izin yang dikeluarkan oleh Kementrian ESDM pada tahun 2015 lalu. Alasannya, PT. SMGP dinilai telah gagal
dalam melakukan Eksplorasi dengan melebihi waktu sesuai dengan ketentuan UU No 27 Tahun 2003
PT. SMGP sudah melewati waktu sesuai dengan aturan. Disini Izinnya terbit pada tahun 2010 yang lalu pada
masa bapak H. Amru Daulay dan perpanjangan pada masa Bupati Hidayat Batubara pada tahun 2013, tahun
2014 diperpanjang kembali oleh Bupati Dahlan Hasan Nasution. Artinya PT. SMGP sudah gagal dalam tahap
Eksplorasi ini. Kalau dalam aturan, izinnya itu Cuma 3 tahun dengan perpanjangan masing-masing 1 tahun.
Anehnya, PT. SMGP malah mendapat perpanjangan 2 tahun lagi dari Kementrian ESDM. Ini kan seolah-olah
PT. SMGP telah melompati/menghilangkan perpanjangan 2 tahun sebelumnya. Jelas Zulhan.
Kemudian, peralihan saham atau akuisisi OTP oleh KS Orka dinilai cacat hukum. Hal ini berdasarkan UU Panas
Bumi yang baru No 21 Tahun 2014, OTP dilarang megalihkan sebagian maupun seluruhnya sahamnya sebelum
menyelesaikan tahapan eksplorasi. Selain itu Akuisisi oleh KS Orka yang terjadi di Singapura dan penyesuaian
harga dengan PLN sama sekali tidak pernah melibatkan Pemkab Madina.
Berdasarkan UU No 21 Tahun 2014, akuisisi ini jelas tidak berlaku. Apalagi kita tidak pernah dilibatkan dalam
proses peralihan ini dan tiba-tiba sudah muncul nama KS Orka yang belum jelas latar belakangnya. Padahal
waktu rapat di Jakarta kemarin kita tahunya masih pengurus lama akan tetapi sekarang muncul KS Orka.
Kemudian penyesuaian harga oleh PLN, kita juga tidak dilibatkan .Ucapnya.
Selanjutnya, PT. SMGP dalam hal ini pengurus lama kurang koordinasi dengan Pemkab Madina. Apalagi setelah
berlakunya UU baru yang mengalihkan kewenangan penerbitan izin dari Bupati ke Kementrian ESDM.
Sebelum permasalahan ini semua selesai, Pemkab Madina hanya mengakui pengurus lama sebagai pihak yang
sah. Dalam lanjutan pertemuan di Jakarta, kita sudah melayangkan surat pada tanggal 18 Agustus 2016 agar
pihak PT. SMGP/OTP melapor ataupun Konsultasi mengenai kelangsungan pengembangan energy panas bumi

ini. Akan tetapi tidak ada respon sama sekali dari perusahaan. Ini saya lihat setelah kewenangan berada di
Pusat, PT. SMGP sudah tidak memperdulikan lagi kita yang kecil ini. Janganlah begitu, kami juga punya
masyarakat disini. Ungkapnya.
Pengakuan pengurus yang lama sebagai pihak yang sah ini dikarenakan masih ada yang harus dikaji mengenai
kewajiban perusahaan yang belum terlaksana dan apa saja yang menjadi kendala sebelum ada perubahan
kedepan seperti yang terjadi saat ini, Lanjut Zulhan.
Kemudian masalah uang jaminan eksplorasi Panas Bumi, Kepala Dinas Pertambangan mengatakan dalam
peraturan pemerintah ESDM No 11 2009 pasal 11 sudah jelas mengatakan pemegang IUP yang tidak
melaksanakan kegiatan dalam jangka waktu sebagaiman dimaksud ayat 1, dalam jangka waktu paling lama 6
bulan sejak IUP tersebut ditetapkan wajib menyetor 5 % dari uang jaminan. Sedangkan sekarang uang tersebut
tidak tahu dimana dan belum pernah menyetor. Padahal kegiatan tahap eksplorasi hingga saat ini belum ada
yang terealisasi seperti tercantum dalam izin untuk pengeboran dua sumur.
Selain itu, izin Lokasi, Izin Penggunaan Jalan, Izin B3 dan Izin Limbah hingga saat ini masih sebatas
rekomendasi dan belum ada izin tetap dari pembuat kebijakan atau Bupati. Menurut Zulhan, masih ada
permasalahan yang tidak bisa diungkapkan dalam RDP tersebut dan akan dibahas lebih lanjut dengan DPRD
Madina. (Hasanuddin)

Editor: Hasanuddin

Anda mungkin juga menyukai