Anda di halaman 1dari 6

Pagimana, SULTENG, (BIN) Desa Pinapuan adalah Desa resetlemen (pindahan) yang

berasal dari suku terasing di wilayah pedalaman Kec. Pagimana Kab.Banggai prov.Sulawesi
tengah. Suku mayoritas yang mendiami daerah ini adalah suku Saluan.

Pada tahun 1980-1981, diturunkan bantuan perumahan oleh Departemen Sosial dan
Transmigrasi kepada penduduk pedalaman (suku terasing) sebanyak 100 Unit rumah
sederhana. Masing-masing suku terasing berasal dari daerah adat Bulakan, Pinapuan dan
sekitarnya berjumlah 100 (seratus) Kepala Keluarga (KK) ditempatkan pada perumahan
tersebut.

Program bntuan perumahan dari Departemen Sosial dan Transmigrasi tersebut dikenal dengan
nama Pembina Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKMT). Wilayah pemukiman tersebut
dibangun diatas areal seluas 500150 meter. Memiliki lahan pekarangan seluas 2530 meter.
Dengan lahan garapan (pertanian/perkebunan) seluas 7075 meter.

Pada tahun 1985-1989, pemukiman masyarakat terasing tersebut oleh Departemen


Transmigrasi dan Sosial diserahkan pengelolaannya kepada PMD yang dalam hal ini dibawah
kordinasi pihak Kecamatan (Kec.Pagimana). Saat itulah nama Desa berganti menjadi Desa
PINAPUAN. Sampai saat ini sudah 5 (lima) kali pergantian kepala Desa.

Sumber mata pencaharian masyarakat umumnya adalah bertani dan sebagian lain sebagai
buruh tani. Sumber mata air yang digunakan untuk kebutuhan masyarakat yakni satu-satunya
sumber mata air Dakolu.

Setelah sekian tahun beradaptasi dengan lingkungan baru, sampai saat ini petani di pemukiman
ini tidak bisa memanfaatkan tanah sebagai lahan pertanian/perkebunan akibat struktur tanah
yang mengandung karat (tanah karat) sehingga petani kesulitan untuk mengolahnya. Petani
desa ini terpaksa harus berkebun dengan menempuh jarak puluhan kilometer untuk bisa
membuka lahan pertanian. Kondisi inilah kemudian yang membuat ekonomi petani di Desa ini
berada jauh dibawah standart.

(Mining Oure Dakolu PT.ASTIMA)

Tahun 2005 dalam rapat kerja Pemda Kab.Banggai di Desa tetangga Asaan, diserahkan
Sertifikat pekarangan sebanyak 50 Unit. Hari ini saya serahkan sertifikat pekarangan rumah
sebanyak 50 Unit dan 50 unitnya lagi nanti menyusul, kata Bupati Banggai yang saat itu dijabat
oleh mantan bupati Makmun Amir yang sekarng terpilih menjadi anggota DPD utusan
Kab.Banggai periode 2014-2019. Hingga kini sertifikat yang dijanjikan tidak pernah ada padahal
Desa Pinapuan adalah desa yang lahir dari program pemerintah pusat yang seharusnya lengkap
semua dokumen yang bisa menjamin legalitas dan melindungi hak-hak kepemilikan lahan.

Pada tahun 2011 masuk Tambang Nikel PT.ASTIMA milik pengusaha Lokal bernama Heynce
Wongkar. Areal tambang berada dekat pemukiman penduduk dengan jarak sekitar 1 (satu) Km.
Menurut salah seorang warga diperoleh informasi bahwa tambang tersebut berhasil
memproduksi 42 (empat puluh dua) Kapal dengan Volume rata-rata 50 (lima puluh) ribu metrik
ton tiap kapalnya.

Tambang ini juga melakukan kegiatan disekitar daerah resapan air yang menjadi sumber air
bersih masyarakat penduduk Desa Pinapuan. Sempat terjadi kisruh/aksi Demo masyarakat
menuntut ganti rugi lahan dan menuntut pengadaan sumber air bersih sebelum tambang
beroperasi. Namun sampai sekarang tambang sudah selesai, air bersihpun tidak ada. Saat ini
masyarakat Desa Pinapuan terpaksa mengkonsumsi air yang sudah tercemar oleh bekas
aktifitas pertambangan, padahal air tersebut sesuai hasil pemeriksaan tim kesehatan kabupaten
Banggai sudah tidak layak konsumsi.

Untuk mengantisipasi hal ini, kepala Desa Pinapuan selaku PLT kades pada bulan september
2014 membentuk tim pelaksana pembangunan air bersih yang berjumlah 9 (sembilan) orang.
Tim ini dikenal dengan sebutan Tim-9.

Demi mengantisipasi polemik air bersih yang menjadi kebutuhan prinsip masyarakat, saya
sudah membentuk tim-9 untuk melakukan segala bentuk kegiatan yang berhubungan dengan
kebutuhan Desa, kata Kepala Desa Pinapuan yang akrab disapa Pak Rino.

Menurut ketua tim saat ditemui disela-sela pertemuan rapat diBalai Desa Pinapuan mengatakan
bahwa tim yang dibentuk oleh Kades masih melakukan persiapan kegiatan yang antara lain :
Survey lokasi sumber air baru, membuat desain anggaran sederhana dan membuat proposal.

Tim kami masih melakukan persiapan pembuatan proposal dan yang pertama dilakukan yaitu
survey lokasi baru sumber air kemudian membuat desain sederhana anggarannya selanjutnya
membuat proposal bahkan sesuai penyampaian ketua BPD dalam waktu dekat akan ada
pertemuan dengan DPRD Banggai,tutur ketua tim kepada media ini. (Tambrin-BIN)

BUPATI DAN TAMBANG NIKEL DIMATA RAKYAT PAGIMANA


FOTO : Ist
Dana kompensasi yang dijanjikan PT Anegerah Sakti Utama (Astima) dalam pertemuan yang dihadiri
Pemda Banggai dan tim sembilan bersama kepala-kepala desa binaan perusahaan, telah disepakati
untuk setiap pengangkutan ore per kapalnya sebesar Rp.1000 per ton atau Rp.50juta per kapal
hingga kini tidak dipenuhi.

Meski perusahaan tak memenuhi kewajibannya, Pemda pun diam seribu bahasa. Wajar saja jika isu-
isu miring yang menerpa pemerintahan Sofhian Mile menjadi bulan-bulanan. Bagi sebagian
masyarakat Pagimana, Bupati Banggai Sofhian Mile disebut sebagai orang yang memiliki banyak
hutang. Bupati itu banyak hutang disini, begitu kata Arifin Sahabat,Tokoh Masyarakat Desa Jaya
Bakti.

Mungkin pernyataan itu ada benarnya. Lihat saja pemberian bantuan untuk Kecamatan Pagimana
sama sekali tak tersentuh oleh Pemda. Padahal janji politik saat kampanye terlalu banyak yang dia
sebut saat ini hanya jadi surga telinga. Pembangunan Masjid Al-Ithad Kecamatan Pagimana yang
sudah dibongkar karena janji Ketua Tim Smile-win,Murad Husain akan membangun Masjid tersebut
bila Sofhian Mile menang dalam Pilkada. Namun nyatanya, hingga hari ini, masjid yang terlanjur
dibongkar itu, tak bisa lagi digunakan untuk tempat Ibadah. Untuk membangun masjid itu, masyarakat
Pagimana hanya mengandalakan bantuan dari swadaya dari masyarakat, tak heran jika banyaknya
kotak amal di berbagai tempat disudut pertokoan tersebar bak jamur.

Janji yang paling teranyar, adalah ketika acara nikah massal di Pagimana baru-baru ini saja.
Beruntung, janji itu sudah dipenuhi. Bantuan yang diberikan senin lalu sebesar Rp1 juta perpasangan
pengantin, kata camat pagimana adalah uang pribadi dari pak bupati yang terhormat.

Benarkah demikian? Isu yang berkembang jika dana bantuan tersebut justru diperoleh dari
perusahaan nikel PT Astima yang beroperasi di Pagimana.

Hal tersebut juga diamini oleh kalangan internal perusahaan,namun lagi-lagi kebenaran informasi itu
ketika ingin ditanyakan kepada pihak perusahaan, selalu terhalang oleh kerasnya dinding penjagaan
perusahaan yang disebut security.

Kembali pada persoalan pokok tadi, soal dana kompensasi yang dijanjikan perusahaan, kepala desa
jaya Bakti,Mirto Pakaya, mengatakan, hingga detik ini dana tersebut sama sekali tak pernah diberikan
oleh perusahaan. Ia juga mempertanyakan Tim sembilan bentukan pemda Banggai itu,siapa mereka
dan siapa saja orang-orangnya yang terlibat? Kebingungan saya tim sembilan ini siapa-siapa
orangnya, tanya kades heran.
Jika saja pemda mau jujur dan peduli nasib warganya, persoalan tersebut seharusnya tidak
didiamkan begitu saja, para wakil rakyat yang duduk diteluk lalong sana pun juga ikut-ikutan
bungkam. Bagi perusahaan sebenarnya dana Rp.50 juta itu sangat kecil.

Ambil contoh di Kabupaten tetangga Morowali, di desa lele kecamatan Bahodopi, ada perusahaan
nikel yang bernama CV.Tridaya jaya memberikan kompensasi setiap pemuatan ore sebesar
Rp.750juta per kapalnya untuk desa tempat beroperasinya perusahaan atau ring satu. Warga disana
tak mengizinkan kapal mengirimkan ore nya jika pembayaran belum dilunasi. Belum lagi dana-dana
uang debu, uang bising dan uang getaran yang dipenuhi perusahaan. Dan yang pasti setiap KK di
desa Lele memperoleh uang dari perusahaan setiap bulannya yang lumayan besar. Dana itu belum
termasuk dana Corporate Social Responsibility (CSR).

Lalu bagaimana di Kabupaten Banggai? Yang jelas masyarakat diwilayah binaan perusahaan belum
tersentuh. Jangankan bantuan atas kesepakatan bersama soal kompensasi Rp.50juta per kapalnya,
program CRS saja tak nampak. Nanti saja balik saya masih di Jakarta, begitu kata Hence Wongkar,
bos PT Astima, ketika menjawab via SMS, saat dimintai penjelasannya terkait dana-dana kompensasi
tersebut.***

KA ANDAL TAMBANG NIKEL DI KECAMATAN PAGIMANA


KABUPATEN BANGGAI DI BAHAS
*) Muhlis Lamboka

Palu, 27 Mei 2011

Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah Propinsi Sulawesi


Tengah, Syahrial Labelo, SH, M.Si, selaku Ketua Komisi Penilai AMDAL Propinsi Sulawesi Tengah
bertempat di ruang rapat kantor Badan Lingkungan Hidup Daerah Propinsi Sulawesi Tengah, Jalan
Raja Moili Nomor 11 Palu, Jumat 27 Mei 2011 membahas dokumen Kerangka Acuan (KA) ANDAL
Pertambangan Nikel di Kecamatan Pagimana Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah yang
diajukan oleh PT Anugerah Sakti Utama selaku pemrakarsa kegiatan. Syahrial Labelo, SH, M.Si,
dalam arahannya pada saat memimpin rapat komisi tersebut mengatakan bahwa pembahasan
dokumen KA-ANDAL hari ini, mengharapkan masukan saran dan tanggapan dari semua pihak,
masyarakat, LSM, pemerintah desa, pemerintah kecamatan, pemerintah kabupaten lokasi kegiatan,
komisi/tim teknis penilai AMDAL propinsi Sulawesi Tengah. Selanjutnya beliau mengatakan bahwa
rencana kegiatan Pertambangan Nikel di Kecamatan Pagimana yang diajukan oleh PT Anugerah
Sejati Utama adalah wajib AMDAL, untuk itu nantinya KA-ANDAL ini wajib digunakan sebagai acuan
dalam pelaksanaan kajian Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL), Rencana Pengelolaan
Lingkungan Hidup (RKL), Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) kegiatan Pertambangan
Nikel di Kecamatan Pagimana Kabupaten Banggai

Dalam penyampaian paparannya pihak pemrakarsa yang disampaikan oleh Ir. Dedi Heradi Bisri, Dipl.
WM, MT konsultan penyusun AMDAL dari PT Widya Cipta Buana Bandung, memaparkan bahwa
tujuan dilaksanakannya studi ANDAL Pertambangan Nikel PT Anugerah Sakti Utama di Kecamatan
Pagimana Kabupaten Banggai adalah : (1) Mengindentifikasi rencana usaha dan atau kegiatan yang
akan dilaksanakan, terutama yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup, (2)
Mengidentifikasi komponen-komponen lingkungan hidup yang terkena dampak penting, (3)
Memperkirakan dan mengevaluasi rencana usaha dan atau kegiatan yang menimbulkan dampak
penting terhadap lingkungan hidup, (4) Merumuskan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).

Luas areal yang direncanakan untuk pertambangan nikel seluas 1.034 Ha dari 3.540 Ha yang telah di
terbitkan SK oleh Bupati Banggai, tersebar dibeberapa desa dan kelurahan antara lain, desa
Hohudongan, desa Pinapuan, desa Nain, dan kelurahan Pakowa kecamatan Pagimana, rencana
kegiatan diperkirakan akan dimulai tahun 2011

Dalam pembahasan dokumen KA-ANDAL tersebut selain dihadiri oleh Komisi/Tim Teknis Penilai
AMDAL Propinsi Sulawesi Tengah juga dihadiri oleh sekretaris camat Pagimana, kepala desa
Hohudongan, kepala desa Lamo, kepala desa Pinapuan, kepala kelurahan Pakowa, kepala desa
Sinampangnyo, BPD desa Nain, tokoh masyarakat desa Lamo, wakil dari BPLH Kabupaten Banggai,
wakil dari Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Banggai, dan pihak pemrakarsa dihadiri
langsung oleh direktur PT Anugerah Sakti Utama Luwuk Heynce Wongkar serta konsultan penyusun
AMDAL dari PT Widya Cipta Buana Bandung diwakili oleh Ir. Dedi Heradi Bisri, Dipl. WM, MT

Dalam tanggapannya, sekretaris camat Pagimana, menyampaikan bahwa pada prinsipnya


pemerintah kecamatan dan masyarakat mendukung rencana pertambangan nikel didaerahnya
sepanjang penanganan lingkungan hidup benar-benar diperhatikan oleh pihak pemrakarsa dan
menjalin kerjasama dan komunikasi dengan masyarakat di lokasi kegiatan. Hal yang sama
disampaikan perwakilan kepala desa dan tokoh masyarakat lokasi desa kegiatan yang
mengharapkan dengan adanya rencana kegiatan pertambangan nikel akan dapat membuka lapangan
pekerjaan bagi masyarakat dan pihak pemrakarsa diminta untuk menjaga kelestarian lingkungan,
jangan sampai dengan adanya kegiatan pertambangan ini menyebabkan kerusakan lingkungan

Pihak pemrakarsa juga telah menyepakati untuk melakukan beberapa perbaikan dan penyempurnaan
antara lain, (1) Menjelaskan status pembebasan lahan yang akan dilakukan termasuk luas dan jumlah
kepala keluarga yang lahannya terbebaskan, (2) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam
hal pembebasan lahan masyarakat yang masuk dalam wilayah kegiatan penambangan nikel di
kecamatan Pagimana kabupaten Banggai, (3) Mengkaji ulang dan menambahkan data-data
sosekbud dalam penyusunan dokumen KA-ANDAL Pertambangan Nikel di Kecamatan Pagimana,
Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah, karena dalam dokumen tersebut belum dikaji tentang
tentang sosekbud daerah sekitar lokasi penambangan nikel, (4) Membuat desain dan peta reklamasi
lahan bekas tambang, sehingga dalam pelaksanaan lahan bekas tambang dapat terukur, (5)
Memperjelas proses pengangkutan nikel dari lokasi pertambangan kelokasi stock file sampai
kepelabuhan, (6) Menambahkan komponen lingkungan berupa flora, fauna dan biota air, (7)
Menguraikan kondisi hutan sekunder disekitar lokasi kegiatan pertambangan nikel sebagai dasar
dalam penentuan ronal awal lingkungan hidup, (8) Mengutamakan penerimaan tenaga kerja lokal
pada saat penerimaan tenaga kerja sepanjang memenuhi persyaratan/spesifikasi yang dibutuhkan,
(9) Mengkaji dampak yang timbul terhadap masyarakat sekitar lokasi penambangan nikel karena
sebagian lokasinya masuk kedalam APL yang akan dikonversi menjadi lahan pertambangan

Selanjutnya Syahrial Labelo mengatakan bahwa apabila pihak pemrakarsa telah melakukan
perbaikan dokumen atas saran dan tanggapan yang disampaikan pada saat rapat tersebut maka
akan dikeluarkan Surat Keputusan Kerangka Acuan Kegiatan Pertambangan Nikel di Kecamatan
Pagimana Kabupaten Banggai yang ditandatangani oleh Gubernur Sulawesi Tengah (ml)

*) Kepala Bidang Pengkajian dan Pembinaan AMDAL Pada BLHD Propinsi Sulawesi Tengah

Sumber : http://blhd.sulteng.go.id/

http://www.ymp.or.id/desa-pinapuan/

Anda mungkin juga menyukai