Anda di halaman 1dari 6

PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI PULAU REMPANG

Asyrani Ghaida Tirta¹,Syifa Aurelia²,Salsabilla Widiahati³, Fatima Al Zahra⁴, Nuha Zakiyyah


M⁵, Mutia Andina⁶, Petra Natanael Hutasoit⁷, Muhammad Rizki Rifai⁸

A. Pendahuluan

PT. MEG memiliki rencana untuk membangun kawasan industri di sebuah daerah
tepatnya di Pulau Rempang,Kota Batam yaang mengakibatkan terjadinya konflik sengketa
tanah yang melibatkan masyarakat , pemerintah , dan juga perusahaan. Pembangunan
kawasan industri ini merupakan program yang memiliki tujuan untuk meningkatkan nilai
daya saing antara negara Indonesia dengan Negara Singapura . Tetapi tujuan tersebut justru
mengakibatkan bentrok dikarenakan adanya ketidakpastian dan ketidakjelasaan perihal
hukum atas tanah di Pulau Rempang.

Di pulau ini PT. Makmur Elok Graha memiliki tujuan untuk membangun kawasan
industri sekaligus pariwisata yang memudahkan transportasi antar pulau , taman burung serta
zona sejarah, dan agrowisata terpadu dengan memanfaatkan keunggulan alam di pulau
tersebut. PT. MEG juga membangun pemukiman terpadu dengan segala kelengkapan fasilitas
yang menunjang aktifitas dan mobilitas para penghuninya.

Tetapi, sebagian masyarakat tidak setuju dibangunnya kawasan industri. Bahkan


masyarakat juga menganggap bahwa tanah tersebut merupakan warisan dari leluhur yang
sudah ada dari zaman sebelum adanya kemerdekaan. Pada sisi lain adanya Hak Guna Usaha
(HGU) yang diberikan pada sebuah perusahaan membuat tanah tersebut tidak lagi dianggap
sebagai tanah masyarakat.

Didalam konflik ini terdapat 2 masalah utama yang menyebabkan adanya bentrok antara
masyarakat dan juga aparat. Yang pertama , Masyarakat adat yang terdiri dari beberapa suku
,telah menempati Pulau Rempang selama lebih dari 200 tahun. Sehingga dalam jangka waktu
yang sudah terlampau lama menyebabkan masyarakat adat menganggap bahwa tanah di
Pulau Rempang telah dianggap sebagai hak milik masyarakat adat. Kedua , Hak dan
Kewewenangan atas Pengelolaan Batam diatur oleh BP Batam , teetapi sangat perlu
disayangkan bahwa batas batas pengelolaan tanah Batam oleh BP Batam tidak dijelaskan
secara rinci dan trasnparan , sehingga menyebabkan adanya kesalahpahaman yang panjang.
B. Pembahasan
Pada konflik ini integrasi yang terganggu adalah integrasi Kebudayaan. Yang dimana
menganggu hak masyarakat dan juga kesalapaham antar pemerintahan dan juga aparat.
Setelah di analisis terdapat hambatan , faktor dan strategi yang terkait dengan konflik ini.
1. Jenis Hambatan Integrasi Nasional
Ada beberapa hambatan yang ada pada konflik ini, yaitu :
a) Kurangnya sosialisasi mengenai Hak Guna Usaha (HGU) sehingga terjadi bentrok
dan kesalahpahaman terhadap hak atas tanah yang ada di Pulau Rempang.
b) Masyarakat tidak menerima dibangunnya kawasan industri di pulau rempang
dikarenakan masyarakat menganggap bahwa tanah tersebut merupakan tanah
warisan dari leluhur.
c) Batas pengelolaan melalui BP Batam dan tanah adat milik warga sekitar tidak
diuraikan dengan jelas, akibatnya mengakibatkan adanya sengketa atas
penguasaan tanah.
d) Bentrok fisik antara masyarakat dan aparat di Pulau Rempang.

2. Faktor hambatan Integrasi Nasional


Dalam konflik pembangunan kawasan industri di Pulau Rempang, terdapat sejumlah
faktor yang menjadi hambatan bagi integrasi nasional. Salah satunya adalah
ketidaksetaraan akses dan manfaat pembangunan. Pembangunan yang tidak merata dapat
meningkatkan kesenjangan antara wilayah yang maju dan tertinggal, serta antara
masyarakat yang terlibat langsung dalam proyek dan mereka yang tidak. Hal ini
menciptakan ketidakpuasan dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah, meningkatkan
polarisasi sosial, dan menghambat terciptanya integrasi nasional yang kokoh.
Keegoisan masyarakat yang menolak dengan alasan bahwasanya mereka sudah
menempati pulau ini sejak ratusan tahun yang lalu dan tidak mengijinkan pemerintah untuk
melakukan pembangunan, selain karena minimnya sosialisasi memang sepantasnya mereka
bisa memberikan lahan tersebut dengan mudah karena pada dasarnya mereka tinggal di
Indonesia dan harus mengikuti peraturan yang ada selagi tidak merugikan mereka atau
bahkan bisa menguntungkan mereka.
Strategi yang holistik perlu di terapkan untuk mengatasi hambatan ini, termasuk
pengembangan inflastruktur, kebijakan redistribusi ekonomi, pendekatan inklusif terhadap
keberagaman, dan penguatan koordinasi antar pemerintah.

Selain itu faktor hambatan yang terjadi pada kasus ini disebabkan oleh bentrok fisik
yang terjadi di Pulau Rempang antara masyarakat dan aparat. Banyak masyarakat yang
akhirnya menjadi korban akibat bentrokan fisik yang terjadi. Salah satunya adalah asap gas
air mata yang ditembakkan oleh aparat kepolisian menyebabkan pelajar dan juga balita
luka-luka.
Lahan hunian masyarakat Rempang, yang telah dihuni sejak ratusan tahun yang lalu
dan jauh sebelum pembentukan BP Batam, menjadi akar penyebab konflik. dan timbulah
hambatan penyebab terjadinya bentrok tersebut di Pulau Rempang.
Pada tahun 2004 mulai terasa konflik ketika PT. MEG (Makmur Elok Graha)
memasuki Pulau Rempang untuk melakukan investasi. Perusahaan ini menandatangani
nota kesepahaman (MoU) dengan BP Batam, yang memberikan mereka lahan seluas
17.000 hektar yang mencakup seluruh Pulau Rempang dan Pulau Subang Mas untuk
pengembangan Eco City. Kesepakatan ini menyatakan bahwa seluruh lahan di Pulau
Rempang harus diserahkan kepada pemerintah untuk proyek Rempang Eco City.

3. Strategi Penyelesaian Hambatan Integrasi Nasional


Pada konflik ini strategi penyelesaian yang dilakukan adalah dibicarakan dengan baik
dan kekeluargaan dengan tetap mengedepankan hak-hak dan juga kepentingan masyarakat
yang berada di sekitar. Persoalan ini juga di selesaikan dengan melibatkan kementrian lain
yang di selesaikan dengan baik. Pertemuan dengan beberapa tokoh masyarakat di pulau
Rempang disepakati bahwa tidak adanya penggusuran di pulau rempang dan akan di
lakukan pergeseran. Untuk rencananya sekarang, para warga Rempang mulai dipindahkan
menuju daerah Tanjung Banun.
Pemerintah menyatakan bahwa akan memberikan ganti rugi kepada penduduk yang
akan dipindahkan dari tempat tinggal mereka saat ini. Setiap kepala keluarga akan
diberikan sebuah rumah berukuran Tipe 45 di Tanjung Banun (yang masih berada di Pulau
Rempang). Bagi penduduk yang rumahnya lebih besar daripada Tipe 45, mereka akan
menerima tambahan uang tunai sebagai kompensasi.
Hambatan dalam pembangunan kawasan industri pulau rempong dapat juga diatasi
dengan mengimplementasikan starategi yang melibatkan pembenahan inflastruktur dasar,
peliberalan regulasi, pemberdayaan komunikasi lokal, meningkatkan daya tarik dan
pertumbuhan wilayah industri itu sendiri

C. Penutup

1.Kesimpulan
Kesimpulan dari pembangunan kawasan industri pulau rempong terjadi karena adanya
perlindungan hukum atas tanah yang ada kemudian di cap sebagai warga liar, dan juga dapat
mencakup peningkatan ekonomi daerah, peluang kerja baru, dan potensi perkembangan
infrastruktur yang mendukung pertumbuhan industri yang mendukung pertumbuhan wilayah
tersebut. Konflik ini berhubungan dengan isu tentang hak tanah dan hak asasi manusia, dan
investasi dari pemerintah. Masyarakat adat ingin diakui hak atas tanah warisan mereka,
sedangkan pemerintah dan perusahaan mengklaim kewenangan atas tanah itu melalui HGU.
Tumpang tindih pengelolaan tanah antara BP Batam dan masyarakat adat memicu konflik.
Pengakuan hukum tentang adat, masyarakat dengan adat sekitar, dan tanah peninggalan
penting dalam menyelesaikan konflik ini, dengan peran pemerintah mencari solusi yang adil.

2.Saran
Sebaiknya pemerintah memfasilitasi dialog antara semua pihak yang terlibat, termasuk
masyarakat adat, perusahaan, dan lembaga terkait untuk mencapai kesepakatan yang saling
menguntungkan. Pemerintah perlu mengakui dan menghormati hak-hak tanah masyarakat
adat. Perlunya klarifikasi legalitas mengenai kepemilikan dan pengelolaan tanah antara tanah
adat dan keputusan pemerintah. Mendukung pengembangan Model Kemitraan antara
pemerintah, perusahaan, dan masyarakat adat untuk mengelola tanah secara bersama-sama
dengan memperhatikan kepentingan semua pihak. Memberikan pendampingan hukum
kepada masyarakat adat agar mereka dapat memperjuangkan hak-hak mereka secara adil di
sistem hukum. Pendidikan dan pemberdayaan masyarakat adat juga penting untuk
memahami hak-hak mereka dan berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan. Sehingga
diharapkan konflik sengketa tanah di Pulau Rempang dapat diselesaikan secara damai dan
berkelanjutan untuk kepentingan semua pihak yang terlibat, dan untuk pembangunan
kawasan industri pulau rempang yang komprensif, diperlukan perencanaan yang matatang.
Pertama kita harus fokus pada diversifikasi ekonomi dengan mendukung beberapa sektor
industri dan intergrasikan teknologi hijau untuk menimalakan dampak lingkungan dan
memperkuat infrastruktur transportasi logistik dan implementasikan kebijakan regulasi yang
mendukung investasi dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

D. Daftar Pustaka
Kompas Cyber Media. (2023, April 26). Mega Proyek pulau Rempang Terus Digenjot,
Serap 300.000 Tenaga Kerja. KOMPAS.com.
https://lestari.kompas.com/read/2023/04/26/162305586/mega-proyek-pulau-remp
ang-terus-digenjot-serap-300000-tenaga-kerja
Satria.ardhi.n. (2023, September 25). Menilik Konflik Rempang Dan Pengakuan
Pemerintah Atas hak-hak Masyarakat Adat. Universitas Gadjah Mada.
https://ugm.ac.id/id/berita/menilik-konflik-rempang-dan-pengakuan-pemerintah-a
tas-hak-hak-masyarakat-adat/

Kumar, P. (2023, September 21). Analisis Kasus pulau Rempang Dalam Kacamata
Filsafat Hukum. Jambi One - Portal Berita Paling Jambi.
https://www.jambione.com/kolom/amp/1363007267/analisis-kasus-pulau-rempan
g-dalam-kacamata-filsafat-hukum

Nor Fitri Ayuningmas, A. A. (2023). RESISTENSI BERBASIS ADAT: PERLAWANAN


MASYARAKAT PULAU REMPANG, KOTA BATAM, KEPULAUAN RIAU,
TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN REMPANG ECO CITY. Jurnal Inovasi
Penelitian, 1038-1039.

Denisa Tristiany. (2023, September 25). PEMERINTAH SELESAIKAN PERSOALAN PULAU


REMPANG SECARA KEKELUARGAAN. Radio Republik Indonesia.
https://www.rri.co.id/bisnis/373544/pemerintah-selesaikan-persoalan-pulau-rempang-sec
ara-kekeluargaan

Anda mungkin juga menyukai