Anda di halaman 1dari 4

Pertanyaan

1. Uraikan beberapa kode etik jabatan yang sepatutnya ditaati oleh aparatur pemerintah    
2. Sesuai dengan PP 72/2005 tentang Desa, sejak diangkat menjadi PNS maka Sekdes tidak
lagi berhak menerima penghasilan dari APBDes (pengelolaan tanah bengkok). Tetapi hal
ini ditanggapi beragam oleh para Sekdes, ada yang mematuhinya ada pula yang menolak.
Terkait dengan hal ini, coba Anda jelaskan etika apa dalam kehidupan bernegara yang
dilanggar para Sekdes jika menolak mengembalikan pengelolaan tanah bengkok ke desa?
Uraikan mengapa hal tersebut terjadi !

Jawab:
1. Dalam UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL
NEGARA dijelaskan sebagai berikut:
KODE ETIK ASN — Pasal 5
(1) Kode etik dan kode perilaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b bertujuan
untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN.
(2) Kode etik dan kode perilaku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi pengaturan
perilaku agar Pegawai ASN :
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas
tinggi;
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan etika pemerintahan;
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien; h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya;
8. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
9. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri
sendiri atau untuk orang lain;
10. Memegang teguh nilai dasar asn dan selalu menjaga reputasi dan integritas asn;
dan
11. Melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai disiplin
pegawai asn.
(3) Kode etik dan kode perilaku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Secara umum, istilah “tanah bengkok” cukup popular dan dikenal oleh masyarakat kita.
Namun tidak semua orang mengerti secara tepat apa yang dimaksud dengan tanah
bengkok itu. Baik dari sisi pengaturannya maupun kepemilikannya. Dalam praktik di
masyarakat, sengketa tanah bengkok ini cukup banyak terjadi. Seringkali tanah bengkok
ini diperjualbelikan untuk kepentingan pribadi sehingga menjadi konflik. Apa yang
dimaksud dengan tanah bengkok itu?
Sebenarnya, tanah bengkok adalah bagian dari tanah desa yang merupakan Tanah Kas
Desa. Jadi tanah tersebut diperuntukkan bagi gaji pamong desa, yaitu: Kepala Desa dan
Perangkat Desa. Mereka mempunyai hak untuk memperoleh penghasilan dari atas
tanah yang diberikan oleh desa untuk memelihara kehidupan keluarganya dengan cara
mengerjakan hasilnya dari hasil tanah itu karena jabatannya, jika di lain waktu yang
bersangkutan tidak lagi menjabat sebagai pamong desa, maka tanah bengkok tersebut
menjadi tanah kas desa. Menurut Permendagri No. 4 tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Kekayaan Desa, pada Pasal 2 dan pasal 3, Tanah bengkok yang merupakan
Tanah Kas Desa adalah bagian dari Kekayaan Desa dan Kekayaan desa menjadi milik
desa. Kekayaan desa tersebut dibuktikan dengan dokumen kepemilikan yang sah atas
nama desa.
Siapa yang berwenang di dalam pengelolaan dan pemanfaatan Kekayaan Desa?
Di dalam PP No. 72 tahun 2005 pasal 7 di sebutkan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan desa mencakup:
a. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa;
b. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan
pengaturannya kepada desa;
c. tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten / Kota; dan
d. urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang –undangan
diserahkan kepada desa.
Tata Cara Pengajuan Pembebasan PBB
Siapa Saja Warga DKI Jakarta Yang Dibebaskan Membayar PBB
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota yang diserahkan
pengaturannya kepada Desa adalah urusan pemerintahan yang secara langsung dapat
meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat (Pasal 8). Ketentuan lebih
lanjut mengenai pelaksanaan penyerahan urusan yang menjadi kewenangan
Kabupaten/Kota yang diserahkan pengaturannya kepada Desa diatur dengan Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada Peraturan Menteri dan penyerahan
urusan pemerintahan disertai dengan pembiayaannya(Pasal 9). Dalam hal ini yang
dimaksud dengan Pemerintahan Desa adalah Pemerintah Desa (Kepala Desa dan
Perangkat Desa) dan BPD (Badan Permusyawaratan Desa).Tugas Kepala Desa mencakup
pengajuan rancangan peraturan desa, menetapkan peraturan desa yang telah
mendapat persetujuan bersama BPD serta menyusun dan mengajukan rancangan
peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD. Dalam
hal ini Tanah Bengkok yang merupakan bagian dari Kekayaan Desa dikelola dan
dimanfaatkan oleh Pemerintahan Desa untuk kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan Peraturan Bupati / Walikota. Lalu, bolehkan tanah bengkok sebagai
Kekayaan Desa dijadikan hak milik oleh Kepala Desa? Di dalam Permendagri No. 4 tahun
2007 pasal 15 mengenai Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa
disebutkanbahwaKekayaan Desa yang berupa tanah Desa tidak diperbolehkan dilakukan
pelepasan hak kepemilikan kepada pihak lain, kecuali diperlukan untuk kepentingan
umum.
Pelepasan hak kepemilikan tanah desa dilakukan setelah mendapat ganti rugi sesual
harga yang menguntungkan desa dengan memperhatikan harga pasar dan Nilai Jual
Objek Pajak (NJOP).Pemberian ganti rugi berupa uang harus digunakan untuk membeli
tanah lain yang lebih baik dan berlokasi di Desa setempat.Pelepasan hak kepemilikan
tanah desa ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. Keputusan Kepala Desa
diterbitkan setelah mendapat persetujuan BPD dan mendapat ijin tertulis dari
Bupati/Walikota dan Gubernur.
Pemerintah Daerah memiliki kebijakan masing-masing di dalam mengelola tanah
bengkok ini. Misalnya Kebijakah Pemkab Gorobogan seperti yang diulas di dalam suara
merdeka.com para sekretaris desa (sekdes) di Kabupaten Grobogan yang diangkat
menjadi PNS pada tahun 2010 akan menerima gaji dari status PNS-nya ditambah 50%
dari uang hasil pemanfaatan tanah bengkok. Menurut Sekda Grobogan H Sutomo HP
didampingi Kabag Pemdes Agung Sutanto, keputusan itu tidak menyalahi aturan, karena
di Kabupaten Grobogan sekdes tidak menerima dobel gaji. Sementara tambahan 50%
dari uang hasil pemanfaatan tanah bengkok adalah sebagai tunjangan kinerja.
Sementara itu, saat ini atau sebelum ada aturan baru, sekdes yang telah diangkat
menjadi PNS masih berhak menggarap 50% dari tanah bengkok yang pernah diberikan
desa sebelum mereka diangkat menjadi PNS.Untuk tahun 2009, sekdes yang diangkat
menjadi PNS boleh mengerjakan 50% tanah bengkok, karena berdasarkan Permendagri
Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, danSurat Edaran
(SE) Mendagri tanggal 20 November 2008 Nomor 141/2325/SJ, disebutkan bahwa,
sekretaris desa yang diangkat menjadi PNS masih bisa mengelola tanah bengkok sampai
ada ketentuan yang mengatur lebih lanjut. Namun, aturan yang termaktub dalam SE
Mendagri tersebut tidak berlaku lagi ketika terbit SE Mendagri Nomor 900/1303/SJ
tertanggal 16 April 2009. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa oleh karena Pemerintah
kabupaten Grobogan baru menerima SE Mendagri itu pada Juni 2009, padahal aturan
yang membolehkan sekdes menggarap separo lahan bengkok telah disahkan oleh BPD
dan tertuang dalam APBD Des 2009, bahkan sudah dilaksanakan, serta disetujui oleh
Bupati; maka keduanya memiliki dasar aturan masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai