Anda di halaman 1dari 5

Tugas Hukum Lembaga Keuangan

Eko Prasetyo

02113006

Universitas Narotama Surabaya

2017
LATAR BELAKANG

Seorang pengusaha bernama Tamrin Kusno asal Jakarta terlibat kasus dengan
Pengelola kawasan Pertokoan di Surabaya yaitu PT Surabaya Delta Plaza (PT SDP). Pada
awalnya kedua belah pihak membuat perjanjian “sewa menyewa ruangan” dengan jumlah sewa
yang sudah ditentukan dan disetujukan akan tetapi dari salah satu pihak tidak bisa menepati atau
mengabaikan perjanjian tersebut, alhasil dari pihak lain menutup paksa dan menuntut pihak
yang terkait ke Pengadilan Tinggi Negri Surabaya. Kasus ini termasuk kedalam Hukum
Perikatan. Hukum perikatan yang terdapat dalam undang-undang hukum perdata merupakan
hukum yan bersifat khusus dalam melakukan perjanjian dan perbuatan hukum yang bersifat
ekonomis atau perbuatan hukum yang dapat dinilai dari harta kekayaan seseorang atau badan
hukum. Dalam kegiatan ekonomi terdapat upaya untuk mendapatkan keuntungan atau laba.
Namun harus berdasarkan peraturan dan norma yang terdapat dalam undang-undang yang
berlaku maupun hukum dan perjanjian yang berlaku.

CONTOH KASUS

Pada permulaan PT Surabaya Delta Plaza (PT SDP) dibuka dan disewakan untuk
pertokoan, pihak pengelola merasa kesulitan untuk memasarkannya. Salah satu cara untuk
memasarkannya adalah secara persuasif mengajak para pedagang meramaikan komplek
pertokoan di pusat kota Surabaya itu. Salah seorang diantara pedagang yang menerima ajakan
PT surabaya Delta Plaza adalah Tarmin Kusno, yang tinggal di Sunter-Jakarta.

Tarmin memanfaatkan ruangan seluas 888,71 M 2 Lantai III itu untuk menjual perabotan
rumah tangga dengan nama Combi Furniture. Empat bulan berlalu Tarmin menempati ruangan
itu, pengelola SDP mengajak Tarmin membuat “Perjanjian Sewa Menyewa” dihadapan Notaris.
Dua belah pihak bersepakat mengenai penggunaan ruangan, harga sewa, Service Charge, sanksi
dan segala hal yang bersangkut paut dengan sewa menyewa ruangan. Tarmin bersedia
membayar semua kewajibannya pada PT SDP, tiap bulan terhitung sejak Mei 1988 s/d 30 April
1998 paling lambat pembayaran disetorkan tanggal 10 dan denda 2 0/00 (dua permil) perhari
untuk kelambatan pembayaran. Kesepakatan antara pengelola PT SDP dengan Tarmin dilakukan
dalam Akte Notaris Stefanus Sindhunatha No. 40 Tanggal 8/8/1988.

Tetapi perjanjian antara keduanya agaknya hanya tinggal perjanjian. Kewajiban Tarmin
ternyata tidak pernah dipenuhi, Tarmin menganggap kesepakatan itu sekedar formalitas,
sehingga tagihan demi tagihan pengelola SDP tidak pernah dipedulikannya. Bahkan
menurutnya, Akte No. 40 tersebut, tidak berlaku karena pihak SDP telah membatalkan
“Gentlement agreement” dan kesempatan yang diberikan untuk menunda pembayaran. Hanya
sewa ruangan, menurut Tarmin akan dibicarakan kembali di akhir tahun 1991. Namun pengelola
SDP berpendapat sebaliknya. Akte No. 40 tetap berlaku dan harga sewa ruangan tetap seperti
yang tercantum pada Akta tersebut.

Hingga 10 Maret 1991, Tarmin seharusnya membayar US$311.048,50 dan Rp.


12.406.279,44 kepada PT SDP. Meski kian hari jumlah uang yang harus dibayarkan untuk
ruangan yang ditempatinya terus bertambah, Tarmin tetap berkeras untuk tidak membayarnya.
Pengelola SDP, yang mengajak Tarmin meramaikan pertokoan itu.

Pihak pengelola SDP menutup COMBI Furniture secara paksa. Selain itu, pengelola SDP
menggugat Tarmi di Pengadilan Negeri Surabaya.

ANALISIS

Kasus pada PT Surabaya Delta Plaza (PT SDP) ini mengenai sewa menyewa tempat
untuk pertokoan yang pada awalnya pihak PT SDP kesulitan untuk memasarkan tempatnya
kemudian dia mengajak para pedagang untuk meramaikan komplek pertokoan di pusat kota
surabaya itu. Salah seorang pedagang yang menerima ajakan PT Surabaya Delta Plaza adalah
Tarmin Kusno, yang tinggal di Sunter-Jakarta. Menerima “Perjanjian Sewa Menyewa”
dihadapan Notaris. Dua belah pihak bersepakat mengenai penggunaan ruangan, harga sewa,
service charge, sanksi dan segala hal yang bersangkut paut dengan sewa menyewa ruangan.
Tarmin berjanji bersedia membayar semua kewajibannya pada PT SDP. Akan tetapi perjanjian
antara keduanya hanya tinggal perjanjian. Kewajiban Tarmin ternyata tidak dipenuhi, Tarmin
menganggap kesepakatan itu sekedar formalitas, sehingga tagihan demi tagihan dari pengelola
SDP tidak pernah dipedulikannya. Tarmin tetap berkeras untuk tidak membayarnya. Akibatnya,
pihak pengelola SDP menutup COMBI Furniture secara paksa. Selain itu, pengelola SDP
menggugat Tarmin di Pengadilan Negeri Surabaya.

PENYELESAIAN

Dengan menggugat Tarmin ke Pengadilan Negeri Surabaya dan menutup COMBI


Furniture secara terpaksa adalah hal yang benar, karena perjanjian itu harus & wajib ditepati oleh
kedua belah pihak, dan sewa tempat pertokoan harus dibayarkan sepenuhnya, karena semua
sudah ada aturannya dan sudah ada asas-asasnya. Adapun Asas-asas dalam hukum perikatan
diatur dalam Buku III KUH Perdata, yakni menganut azas kebebasan berkontrak dan azas
konsensualisme. Asas Kebebasan Berkontrak Asas kebebasan berkontrak terlihat di dalam Pasal
1338 KUHP Perdata yang menyebutkan bahwa segala sesuatu perjanjian yang dibuat adalah sah
bagi para pihak yang membuatnya dan berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.

Asas konsensualisme Asas konsensualisme, artinya bahwa perjanjian itu lahir pada saat
tercapainya kata sepakat antara para pihak mengenai hal-hal yang pokok dan tidak memerlukan
sesuatu formalitas. Dengan demikian, azas konsensualisme lazim disimpulkan dalam Pasal 1320
KUHP Perdata.

Di dalam pembatasan tuntutan ganti rugi telah diatur dalam Pasal 1247 dan Pasal 1248
KUH Perdata. Pembatalan perjanjian atau pemecahan perjanjian bertujuan membawa keduabelah
pihak kembali pada keadaan sebelum perjanjian diadakan. Dan perjanjian di hadapan Akta
Notaris itu bukanlah hal yang harusnya di sepelekan atau bahkan berpikiran sekedar formalitas,
karena sudah perjanjian tertulis yang sah di mata hukum Negara kita. Hal yang menjadi
kewajiban Pak Tarmin haruslah dibayarkan dengan sepenuhnya.
TUJUAN PENYELESAIAN

Dari kasus di atas, PT. Surabaya Delta Plaza ingin mendapatkan kembali haknya yang
sudah diperjanjikan yaitu mendapatkan bayaran atas sewa dari Tarmin dikarenakan perjanjian
yang sudah disetujukan tidak diperdulikan lagi oleh Tarmin. Dari pernyataan tersebut PT.
Surabaya Delta Plaza ingin diselesaikan di tempat yang pantas yaitu di Pengadilan Negeri agar
kasus tersebut dapat diselesaikan sesuai Undang-undang dan hukum yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai