Anda di halaman 1dari 18

Perikatan

dan
Perjanjian

Ricky Densa
Permata Eunike
Sub Materi
a. Pengertian Perikatan d. Syarat Suatu Perjanjian
b. Dasar Hukum Perjanjian e. Jenis-Jenis Perjanjian
c. Unsur-Unsur Perjanjian f. Berakhirnya Perjanjian
Perikatan dan Perjanjian
• Suatu hal yang berbeda
• Dilihat dari sumber lahirnya suatu perikatan
 Pasal 1233:
• Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena perjanjian,
baik karena Undang-Undang
• Dengan demikian hubungan perikatan
denganperjanjian adalah perjanjian menimbulkan
perikatan
• perjanjian merupakan salah satu sumber yang paling
banyak menimbulkan perikatan, karena
hukum perjanjian menganut asas kebebasan berkontrak.
Oleh karena itu setiap masyarakat bebas untuk
mengadakan perjanjian
Pengertian Perikatan
Suatu hukum (mengenai harta benda) antara dua orang,yg memberi
hak pada yang satu untuk menuntut barang sesuatu dari yg lainnya,
sedangkan orang yg ini diwajibkan memenuhi tuntutan itu.
Dasar Hukum
Rumusan Pasal 1313 KUHPerdata: Perjanjian/ kontrak adalah suatu
persetujuan dua orang atau lebih yg mengikatkan diri atas suatu yg
disepakati. => tidak ada ketentuan tentang arti perikatan.
Unsur-Unsur Perjanjian
Pihak-pihak yang Kompeten ;
Pokok yang di Setujui ;
Pertimbangan Hukum ;
Perjanjian Timbal Balik ;
Hak dan kewajiban timbal balik.
Syarat Suatu Perjanjian
(Menurut Pasal 1320 KUHPer):
1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya
2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang diperbolehkan
Syarat pertama dan kedua di atas dinamakan syarat-syarat
subjektif (Perjanjian dapat dibatalkan)
Syarat ketiga dan keempa tmerupakan syarat-syarat obyektif
Perjanjian Batal demi hukum

8
Jenis-jenis Perjanjian
1. Perjanjian Timbal Balik
Adalah perjanjian yang mewajibkan kedua belah pihak berprestasi secara timbal
balik
• Contoh; jual beli, sewa menyewa, tukar menukar
2. Perjanjian Sepihak 3. Perjanjian Bernama
Adalah perjanjian yang Adalah perjanjian yg sudah
mewajibkan pihak yang satu mempunyai nama sendiri,yg
berprestasi dan memberi hak dikelompokkan sbg perjanjian
kepada pihak yang lain untuk khusus karena ditentukan
menerima prestasi sedemikan oleh UU
• Contoh; perjanjian hibah, hadiah • Misal : jual beli, sewa menyewa,
tukar menukar
4. Perjanjian Tak Bernama 5. Perjanjian Atas Beban
Adalah perjanjian yg tidak diatur adalah perjanjian di mana terhadap
dlm UU tetapi terdapat dalam prestasi dari pihak yg satu selalu
masyarakat. Jumlah perjanjian ini terdapat kontraprestasi dari pihak
tidak terbatas dan nama yg lain, dan antara kedua prestasi itu
disesuaikan dgn kebutuhan para ada hubungannya menurut hukum
pihak • Misalnya; X menyanggupi
• Misal : perjanjian kerjasama, memberikan Y sejumlah uang, jika
perjanjian pemasaran, perjanjian Y menyerah-lepaskan suatu barang
pengelolahan tertentu kpd X
6. Perjanjian Kebendaan
Adalah perjanjian u/ memindahkan hak milik dlm
perjanjian jual beli. Perjanjian kebendaan ini
sebagai pelaksanaan perjanjian obligato
Berakhirnya Perjanjian
1. Pembayaran
Berakhirnya suatu kontrak/ perjanjian karena Pembayaran diatur dalam
pasal 1381-1403 KUHPer. Pembayaran dalam arti sempit adalah
pelunasan utang oleh debitur kepada kreditur. Pembayaran ini dilakukan
dalam bentuk uang maupun barang. Sedangkan pembayaran dalam arti
yuridis tidak hanya dalam bentuk uang atau barang, tetapi juga dalam
bentuk jasa Yaitu :
1. Penawaran Pembayaran Tunai 6. Musnahnya Barang Yang Terutang
2. Pembaruan Utang (Novasi) 7. Kebatalan atau Pembatalan
3. Perjumpaan Utang (Kompensasi) 8. Berlakunya Suatu Syarat
4. Percampuran Utang (Konfusio) Pembatalan
5. Pembebasan Utang 9. Lewat Waktu (Kadaluarsa)
Contoh Kasus Perikatan
PT Surabaya Delta Plaza (PT. SDP) dibuka dan disewakan untuk pertokoan, pihak pengelola
merasa kesulitan untuk memasarkannya.  Salah satu cara untuk memasarkannya adalah secara
persuasif mengajak para pedagang meramaikan komplek pertokoan di pusat kota Surabaya itu. 
Salah seorang diantara pedagang yang menerima ajakan PT surabaya Delta Plaza adalah Tarmin
Kusno, yang tinggal di Sunter-Jakarta.
Tarmin memanfaatkan ruangan seluas 888,71 M2 Lantai III itu untuk menjual perabotan rumah
tangga dengan nama Combi Furniture.  Empat bulan berlalu Tarmin menempati ruangan itu,
pengelola PT Surabaya Delta Plaza (PT. SDP) mengajak Tarmin membuat “Perjanjian Sewa
Menyewa” dihadapan Notaris.  Dua belah pihak bersepakat mengenai penggunaan ruangan, harga
sewa, Service Charge, sanksi dan segala hal yang bersangkut paut dengan sewa menyewa
ruangan.  Tarmin bersedia membayar semua kewajibannya pada PT Surabaya Delta Plaza (PT.
SDP), tiap bulan terhitung sejak Mei 1988 s/d 30 April 1998 paling lambat pembayaran disetorkan
tanggal 10 dan denda 2 0/00 (dua permil) perhari untuk kelambatan pembayaran.  Kesepakatan
antara pengelola PT Surabaya Delta Plaza (PT. SDP) dengan Tarmin dilakukan dalam Akte Notaris
Stefanus Sindhunatha No. 40 Tanggal 8/8/1988.
Tetapi perjanjian antara keduanya agaknya hanya tinggal perjanjian.  Kewajiban
Tarmin ternyata tidak pernah dipenuhi, Tarmin menganggap kesepakatan itu sekedar
formalitas, sehingga tagihan demi tagihan pengelola SDP tidak pernah
dipedulikannya.  Bahkan menurutnya, Akte No. 40 tersebut, tidak berlaku karena
pihak PT Surabaya Delta Plaza (PT. SDP) telah membatalkan “Gentlement
agreement” dan kesempatan yang diberikan untuk menunda pembayaran.  Hanya
sewa ruangan, menurut Tarmin akan dibicarakan kembali di akhir tahun 1991. 
Namun pengelola PT Surabaya Delta Plaza (PT. SDP) berpendapat sebaliknya.  Akte
No. 40 tetap berlaku dan harga sewa ruangan tetap seperti yang tercantum pada Akta
tersebut.
Hingga 10 Maret 1991, Tarmin seharusnya membayar US$311.048,50 dan Rp.
12.406.279,44 kepada PT SDP.  Meski kian hari jumlah uang yang harus dibayarkan
untuk ruangan yang ditempatinya terus bertambah, Tarmin tetap berkeras untuk tidak
membayarnya.  Pengelola PT Surabaya Delta Plaza (PT. SDP), yang mengajak
Tarmin meramaikan pertokoan itu.
Pihak pengelola PT Surabaya Delta Plaza (PT. SDP) menutup COMBI Furniture
secara paksa.  Selain itu, pengelola PT Surabaya Delta Plaza (PT. SDP) menggugat
Tarmin di Pengadilan Negeri Surabaya.
Kasus Perjanjian
Perjanjian diatas bisa dikatakan sudah ada kesepakatan, karena pihak PT. Surabaya Delta Plaza dan
Tarmin Kusno dengan rela tanpa ada paksaan dari pihak manapun untuk menandatangani isi perjanjian
Sewa-menyewa yang diajukan oleh pihak PT. Surabaya Delta Plaza yang dibuktikan dihadapan Notaris.
Tapi ternyata Tarmin Kusno tidak pernah memenuhi kewajibannya untuk membayar semua kewajibannya
kepada PT Surabaya Delta Plaza, dia tidak pernah peduli terhadap tagihan – tagihan yang datang
kepadanya dan dia tetap bersikeras untuk tidak membayar semua kewajibannya.  Maka dari itu Tarmin
Kusno bisa dinyatakan sebagai pihak yang melanggar perjanjian atau telah melakukan wanprestasi.
Dengan alasan inilah pihak PT Surabaya Delta Plaza setempat melakukan penutupan COMBI Furniture
secara paksa dan menggugat Tamrin Kusno di Pengadilan Negeri Surabaya. Dan jika kita kaitkan dengan
Undang-undang yang ada dalam BW, tindakan Pihak PT Surabaya Delta Plaza bisa dibenarkan. Dalam
pasal 1240 BW, dijelaskan bahwa : Dalam pada itu si piutang adalah behak menuntut akan penghapusan
segala sesuatu yang telah dibuat berlawanan dengan perikatan, dan bolehlah ia minta supaya
dikuasakan oleh Hakim untuk menyuruh menghapuskan segala sesuatuyang telah dibuat tadi atas biaya
si berutang; dengan tak mengurangi hak menuntut penggantian biaya, rugi dan bunga jika ada alasan
untuk itu.
Dari pasal diatas, maka pihak PT Surabaya Delta Plaza bisa menuntut kepada Tarmin Kusno yang tidak
memenuhi suatu perikatan dan dia dapat dikenai denda untuk membayar semua tagihan bulanan kepada
PT Surabaya Delta Plaza.
Seharusnya Tarmin Kusno bertanggung jawab atas semua kewajiban-kewajibannya yang telah ia sepakati
sebelumnya dan harus menerima semua resiko yang dia terima.
TERIMA KASIH

18

Anda mungkin juga menyukai