Anda di halaman 1dari 19

Beh 2

aaaaaaaaaaaaaaaa

KONTRAK tsISNIS SEBAGAI


SUMBER SENGKETA

1. Kontrak Bisnis sebagai Sumber Sengketa

Perjanjian atau kontrak bisnis merupakan dasar utama dalam memba-


ngun hubungan bisnis. Dalam kontrak bisnis diuraikan secara terperinci
apa saja hak dan kewajiban para pihak, termasuk bagaimarra proses
penyelesaian sengketa yang akan dipilih. Keahlian menyusun kontiak
bisnis diperlukan guna rnenjamin kesuksesan bisnis cli masa depan dan
menghindari risiko bisnis yang dapat menyebabkan kerugian
Bangsa Indonesia memiliki pengalarnan pahit dalam hal kontrak bis-
nis di masa lalu, yaitu banyaknya kontrak pengelolaan sumber daya
alam yang justru lebrLh banyak mengunrungkan pihak asing. Celakanya,
kontrak bisnis tersebut berjangka panjang sehingga sulit untuk diperba-
rui dan tidak mudah diputus di tengah jalan karena akan menimbulkan
gugatan di lembaga arbitrase internasional. Maraknya korupsi, kolusi,
8. PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS

dan nepotisme (KKN) di masa lalu clisinyalir menjadi penyebab uram:r


munculnya kontrak-kontrak bisnis yang kurang herpihak pada keperr-
tingan nasional.
Pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo banyak dilakukan
refonnasi pemban-ran kontrak bisnis cli bidang pengelolaan sumber daya
alatn. Para negosiator andal dan berjiwa nasionalis dipilih Pemerintah
agar mampu menghasilkan kontrak yang mengunrr-rngkan kepentingan
Indonesia. Alhasil, kini banyak kontrak pengelolaan sumber daya alarn
yang pro-lndonesia, seperti keberhasilan negosiasi tr<ontrak tambang
Freeport di Papua. PT Freeport Indonesia akhirnya setuju melakukan
divestasi saham 51 persen, membangun smelter dalam lima tah,rn, dan
mengikqti skema perpajakan Pemerintah.
Pada umumnya para pengusaha pemula kurang menyadari penting-
nya membuat kontrak bisnis yang baik dan benar sehingga sering kali
mereka mengaiami kekalahan pada saat terjadi sengketa. Bagi orang
yang paham hukum, kontrak bisnis dapat dipakai sebagai alat ampuh
untuk mengalahkan lawan di persidangan. Kontrak atau perjanjian me-
miliki kekuatan hukum layaknya undang-undang bagi para pembuat-
nya. Thnpa kontrak bisnis, penyelesaian sengketa akan semakin sulir
dilakukan.
Kontrak atau perjanjian bisa dibtrat oieh para pihak yarrg memiliki
posisi setal'a maupun tidak setara. Perjanjian konsolidasi perusahaan
adalah contoh perjanjian yang setara. Perjanjian anrara bank dan na-
sabah kecil adalah contoh perjanjian yang tidak serara-sehingga perlu,
lembaga (seperti oJK, BI, LPS) yang berfungsi melindungi kepentingan
nasirbah kecil. Pada umumnya perjanjian yang trdak serara sudah dibuat
dalam bentuk baku (standar) sehingga nasabah tidak bisa mengr-rbah
isi perjanjian. Nasabah hanya diberi opsi untuk setuju atau tidak serujLr
dengan isi perjanjian.
Kebanyakan sengketa bisnis tirnbul dari kontrak yang tidak diiaksa-
nakan sebagaimana mestinya. Adakalanya para pembuat kontrak bisnis
tidak mau memenuhi janji karena takut rugi atau tidak memiliki ikti-
Kontrak Bisnis Sebagai Sumber Sengketa r $

kad baik. Jika sudah demikian, pihak yang dirugikan dapat mengajukan
gugatan perdata via Pengadilan Negeri atas dasar wanprestasi. ].Jamun
ini mulai banyak ,litinggalkan karena prosesnya lama, ffia-
cara litigasi
hal, dan berbetrit-belit. Saat ini penyelesaian sengketa nonlitigasi (di
luar pengadilan) lebih banyak ditempuh para pelaku bisnis karena dini-
lai lebih efisien dan efektif.
Perjanjian atau kontrak sebaiknya dibuat secara tertulis di hadapan
notaris agar lebih memiliki kekuatan hukum jika kelak terjadi sengketa
di pengadilan.' Sebelum rnenanclatangani perjanjian, para pihak seba-
iknya membaca seluruh isi perjanjian dengan teliti agar tidak sampai
dirugikan. Jangan malu dan ragu-ragu menanyakan kepada calon mitra
bisnis apabila menemukan isi perjanjian yang maknanya bias atau mul-
titafsir agar tidak terjadi sengketa di kemudian hari.
Pada umumnya perja.njian atau kontrak bisnis bersifat mengikat para
pihak yang membuatnya. Contoh, saat kita membuat perjanjian utang
piutang maka kita terikat dengan isi perjanjian tersebut. Pemberi utang
(kreditur) berhak menagih dan menerima pembayaran utang, sedang-
kan penerima utang (debitur) wajib membayar pokok utang beserta jasa
yang dijanjikan (bunga atau bagi hasil). Jika debitur ingkar janji, pihak
kreditur dapat menggugat secara perdata ke Pengadllan Negeri. Kreditur
Lrahkan bisa mengajukan permohonan pailit atas debitur ke Pengadilan
Niaga jika debittrr terbukti memiliki tebih dari satu utang jatuh rempo
dan dapat dimgihr.
.,
Sementara itu, perjanjian di bidang sosial kemasyarakatan pada'
umumnya tidak memiliki sifat mengikat seperti halnya perjanjian bis-r.
nis. Perjanjian sosial ini lebih bersifat sukarela sehingga pelaksanaannya
tergantung pada keikhlasan para pihak, contohnya perjanjian menjaga
kebersihan lingkungan di perumahan. Pihak yang ingkar janji tidak
dapat diproses hukum, melainkan hanya mendaparkan sanksi moral dari
para tetangga.
Menurut Prof. Subekti, S.H., Perjanjian adalah suatu peristiwa saat
seseorang trerjanji kepada seseorang lain atau ketika dua orang itu saling
1O , PENYELESAIAN SENGKETA, BISNIS

berjanji untuk rnelaksanakan sesuatu hai. Dari peristiwa ini tirnbuliah


suatu hubungan hukum antara dua orang tersebut yang dinamakan Per-
ikatan. Perjanjian.itrr menerbitkan suatu perikatan antara dr-ra orang
yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian berupa suatu rangkai-
an perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diu-
capkan atau ditulis.
Pe,rjanjian sering kali disamakan dengan Kontrak atau Perikatan.
Perjanjian adalah slratu perbuatan dengan mana satlr orang atall lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih (Pasal 1313
KUH Perdata). Hubungan dua orang tersebut adalah hubungan trukurr
yang hak dan kewajiban di antara para pihak dijamin oleh hukum. Mr.r-
nurut Papal 131,5 KUH Perdata, pada umumnya seseorang tidak dapat
rnengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.
Jadi, hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa "Per-
janjian itulah yang kemudian menerbitkan Perikaran". Perjanjian ada-
lah salah satLr sumber Perikatan. Suatu Perjanjian juga dinamakan Per-
setujuan karena kedua pihak setuju untuk melakukan sesuatu. Istilah
Kontrak tebih sempit maknanya karena ditujukan pada perjanjian arau
persetujuan tertulis yang umumnya berlaku di bidang bisnis.
Menurut Prof. Subekti, S.i{., yang dirnaksud dengan Perik"ann ada-
lah suatu perhubungan hukum antara dua orang arau dua pihak berda-
sarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak
yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan
tersebut. Pihak yang berhak menuntut sesuatu dinamakan Kreditrr utlu
"Si Berpiutang", sedangkarr pihak yang ber-kewajiban memenuhi tun-
tutanitudinamakanDebituratau..SiBerutang
"Prestasi" dalam suatu perjanjian dapat terdiri atas tiga macam:
a) rnemberikan sesuatu, misalnya membayar harga atau r,nenyerahkan
barang,
contohnya: jual beIi, sewa-menyewa;
b) berbtra11 sesuatu, misalnya memperbaiki barang yang rusak, memba-
ngun rumah;
Kontrak Bisnis Sebagai Sumber Sengketa . 1L

c) tidak berbuat sesuatu, misa,lnya tidak mendirikan suatu bangun-


an tertentu, atau tidak menggunakan merek dagang tertentu.

Pihak yang tidak mau rnelaksanakan- isi perjanjian dapat digolong-


kan sebagai pihak yang melakukan "wanprestasi" arau ingkar janji. Pi-
hak y,ang rnelakukan wanprestasi dapat dituntut untuk membayar denda
dan ganti rugi serta dapat'pula digugat secara perdata ke Pengad,ilan Ne-
geri. Sebelum mengajukan gugatan, pihak yang dirugikan harus mem-
buat surat per:ingatan (somasi) minimal tiga kali. Somasi diperlukan
sebagai bukti hukum adanya perbuatan wanprestasi (ingkar janji).
Perjanjian ada dua macam:
a) Perj4n jian Obligatoir ;
b ) Perj anj ian Non -Obligar.oir .

Perjanj ian Obligatoir adalah perjanj ian yang mengharuskan seseorang


untuk membayar atau menyerahkan sesuatu, misalnya debitur wajib
membayar utang kepada kreditur, penjual wajib menyerahkan barang,
pembeli wajib menyerahkan uang senilai l-rarga barang, penyewa wajib
membayar uang sewa, rnajikan wajib membayar upah pekerja, pelang-
gan wajib membayar tagihan listrik, dan lain-lain.
Perjanjian Non-obligatoir adalah perjanjian yang tidak mengharus-
kan seseorang untuk membayar atau menyerahkan sesuatu, misalnya
perjanjian balik nama sertifikat hak atas ranah., perjanjian balik nama
kendaraan, perjanjian perdarnaian di muka hakim, perjanjian pembe-'
basan utang, perjarrjian perkawinan, perjanjian penggunaan merek ko- .

Iektif, perjanjian mediasi, perjanjian arbitrase, dan lain-lain.

2. Syarat Sah Perjanjian dan Asas perjanjian

Perjan,jian atau kontrak bisnis hanrs memenuhi kerenruan Pasal I3ZO


KUH Perdata tentang "syarat Sahnya Perjanjian" sebagai berikut.
TZ . PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS

a) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya (unsur kesepakatan)


b) Kecakapan r-rntuk nrembuat suatu perjanjian (unsur kecakapan)
c) Suatu hal tertenttr (objek perjanjian hanrs jel:rs)
d) Suatu sebab yiing halal (tidak boleh melanggar hukum)

Syarat ke-1 dan ke-Z disebut Syarat Subjektif karena menyangkr-rt


sublek perjanjian atau para pihak yang rnembuat perjanjian. Syarat ke-3
dan ke-4 disebut Syarat Objektif karena menyangkut objek perjanjian.
Jika Syarat Objektif tidak terpenuhi, perjanjian otomatis dinyatakan
"batal demi hukum", artinya perjanjian itu dianggap tidak pernah ada
sehingga tidak ada dasar untuk saling menuntut di pengadiian. Sebalik-
nyli, jika.Syarat Strl-.,1ektif tidak terpenr-rhi, perjanjian itu tidak otomatis
batai demi hukurn, nalnun "dapat dibatalkan" jika salah satu pihak me-
minta pembatalan kepada pengadilan.
Suatu Perjanjian harus mempunyai objek yang jelas, yang dapat di-
tentukan jenisnya, sedangkan jumlahnya dapat tidak ditentukan pada
waktu dibuat perjanjian asalkan nanti dapat dihitung arau direntukan
jumlahnya (lihat Pasal 1333 KUH Perdata). Hakim akan berusaira
mencari tahu apa oblek perjanjian agar perjanjian tersebut dapat dllak-
sanakan. Jika objek perjanjian tidak dapat ditentukan, perjanjian itu
dinyatakan batai demi hukum (tidak sah).
Suatu perjanjian yang tidak halal arau yang dibuat karena sebab
yang palsu atau dilarang undang-undang dianggap tidak mempunyai ke-
kuatan hukum sehingga perjanjian itu ciapat dinyatakan tidak ,rh ,Au.
batal demi hukum (lihat Pasal 1320 dan Pasal 1335 KUH Perdata).
Menurut Badrulzaman (2006), sesuai Pasal L33Z s.d. Pasal 1334 KUH
Perdata oblek perjanjian dapat dikategorikan rnenjadi dua macam:
a) objek yang akan ada (kecuali warisan), asalkan objek tersebut da-
pat ditentukan jenisnya dan dapat dihirung;
b) objek yang dapat diperdagangkan-sedangkan barang-barang yang
dipergunakan untuk kepentingan urnum tidak dapat diladikan ob-
jek perjanjian.
Kontrak Bisnis Sebagai Sumber Sengketa . 13

Menurut Salim I-{.S. (2006), ada 5 (ltma) asas penring di dalam Hu-
kum Kontrak atau Hukum Perjanjian:
a) Asas Kebebasan Berkontrak'
b) AsasKonsensualisme;
c) Asas Kepastian Hukum (Parta Swtt Servandn");
d) Asas Iktikad Baik;
e) Asas Kepribadian.

Asas Kebebasan Berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal


1338 ayat (1) KUH Perdata yang berbunyi: "semua perjanjian yang di-
buat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang mem-
buatnyair. Asas Kebebasan Berkontrak memberikan kebebasan kepada
para pihak untuk
a) membuat atau tidak membuat perjanjian,
b) mengadakan perjanjian dengan siapa pur,
c) menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya, dan
d) menentukan bentuk perjanjian, yaitu tertulis arau lisan.

Asas Konsensualisme dapat disimpulkan dari Pasal 1320 ayar- (1)


KUH Perdata. Dalam pasal itu ditentukan bahwa salah satu syarat sah-
nya perjanjian, yaitu adanya kesepakaran anrara kedua belah pihak.
Asas Konsensualisme merupakan asas yang menyatakan bahwa pada
umumnya perjanjian tidak diadakan secara formal, terapi cukup dengan
,

adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakaran merupakan perss,


suaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah'
pihak.
Asas Pacta Swtt Seruanda disebut juga dengan Asas Kepastian Hu-
kum. Asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas ini meru-
pakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substan-
si kontrak yang dibuat oleh para pihak sebagaimana layaknya sebtrah
undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap
substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. Asas Pacn Sunr Ser-
14 . PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS

uancladapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang
berbunyi: "FerjanJian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
untlang".
Asas Iktikad Bail< atau GoedeTrouuL atau GoodFaithdapat disimpul-
kan dari Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang berbunyi: "Perjanjian
hzrrus dilaksanakar-r dengan iktikad baik". Asas Iktikad Baik merupakan
asas bahwa para pihak, ynltr., kreditur dan debitur, harus melaksanak:'rn
substansi kontrak berdasarkan keperczlyaan dan keyakinan yang tegr,rh
atau kemauan o-aik para pihak.
Asas Iktikad Baik ini dibagi menjadi dua macam, yaitu
a) Iktikad Baik Nisbi, dan
b) Iktikad Baik Mutlak.

Pada Iktikad Baik Nisbi, orang mernperhatikan sikap dan tingkal-r


laku yang nyata clari .subjek perjanjian. Pada Iktikad Baik Mutlak, pe-
nilaiannya terletak pada akal sehat dan keadilan, dengan dibuat ukuran
yang oblektif unruk menilai keadaan atau membuat penilaian yang ti-
dak rnemihak menurut norma-norma yang obiektif.
Asas Kepribadian (Personalitas) merupakan asas yang menentukan
bahwa seseorang yang akan membuat kontrak hanya untuk kepenting-
an perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal l3l5 dan Pasal
1340 KUH Perdata. Pasal 1315 berbunyi: "pada umumnya seseorilng
tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk diripVa
sencliri", sedanglcan Pasal 1340 berbunyi: "Perjaniian hanya berlaku an"
tara pihak yang membuatnya".
Namun, ketentuan tersebut ada pengecualiannya sebagaimana di-
atur Pasal 1317 KUH Perdata yang berbunyi: "dapat pula perjanjian
diadakan untuk kepentingan pihak ketiga, apabila suatu perjanjian yang
dibuat untuk diri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain, me-
ngandung suatu syarat semacam itu". Sedangkan Pasal 13i8 KUH Per-
data tidak hanya mengatur perjanjian untuk diri sendiri, tetapi juga
untuk kepentingan ahli warisnya atalr ul1tuk orang-orang yang memper-
' Kontrak Bi,snis Sebagai Sumber Sengketa . L5

oleh hak dari padanya". Pasal I3l7 KUH Perdata mengarur perjanjian
untuk kepentingan pihak ketiga, sedangkan Pasal 1318 KUH Perdata
mengatur perjanjian untuk kepentingan dirinya sendiri, ahli waris, dan
orang-orang yang memperoleh hak darinya.

3. Akibat Hukum dan Sumber Perjanjian

Suatu perjanjian yang dibuat para pihak dapat memiliki akibat hukum.
Sesuai Pasal 1338 KUH Perdata, akibat hukum dari suatu perjanjian
meliputi tiga macam.
a) Perjanjian bersifat rnengikat para pihak. Hal ini senada dengan bu-
nyi Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang menyatakan "semua per-
janjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya". Ketentuan ini mengisyaratkan betapa
kuatnya kedudukan hukum suatu perjanjian meskipun perjanjian
tersebut dibuat oleh para pihak yang bukan tergolong pejabat pub-
1ik.

b) Suatu perjgnjian tidak dapat ditarik kembali kecuali berdasarkan


kata sepakat kedua belah pihak, atau berdasarkan alasan-alas-
an yang dibenarkan oleh undang-undang (lihat Pasal 1338 ayat
Z KUH Perdata). Ketentuan ini dimaksudkan agar setiap orang
yang membuat perjanjian harus berkomitmen penuh melaksanakan
semua isi perjanjian dan tidak mudah mempermainkan sebuah $er-

J
anJ lan.
c) Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik (Pasal
1338 ayat 3).

Perjanjian yang tidak didasari iktikad baik, misalnya didasari motif


penipuan dan/atau penggelapan, dapat berpotensi untuk dinyatakan ba-
tal demi hukum karena melanggar salah satu asas perjanjian, yaitu "se-
bab yang halal". Jika unsur penipuan dan penggelapan dapat dibuktikan
16 . PENYELESAIAN SENGKETA BI5N15

maka pelakunya juga dapat dikenai sanksi pidana penjara sesuai aturan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Perikatan dapat bersumber dari tiga ha[.
a) Perikatan yang bersumber dari adanya perjanjiall para pihak seba-
gai subjek hukum privar (contoh: perjanjian utang piutang, jual
beli, sewa, dan lain-lain). Pada perikatan semacam ini berlaku asas

kebebasan berkontrak.'.
b) Perikatan yang bersumber ciari perintah undang-undang sehingga
tidak berlaku asas kebebasan berkontrak. Contoh: kewaiiban warga
negara membayar pajak, kewajiban warga negara mematuhi hukum
negara, kewirjiban bela negara, penyelesaian piutang via kepailitan,
eksekusi putusan pengadilan, dan lain-lain.
c) Perikatan yang bersumber dari hukr-rm alam, seperti hubungan an-
tara orangtua dan anak, hubungan antala suami dan istri, atau hu-
bungan antara rnanusia dan alam sekitar. Perikatan ini terjadi seca-
ra alamiah dan beriaku secara universal di seluruh dunia. Contoh:
orangtua wajib menyayangi anaknya'

Aturan ini berlaku alamiah dalam keiri-


dupan umat manusia sehingga tidak perlu di-
buat perjanjian, sehingga tidak berlaku pula
asas kebebasan berkontrak.
Seperti sudah diuraikan di depan, tiap
perjanjian yang dibuat para pihak dapat me-
l(ontrak bersifat mengikat
iiputi tiga bentuk "prestasi", yaitu (Ron Lr:ishman - toonclips.cqpr)
a) prestasi untuk merr,berikan sesuatu,
b) prestasi untuk berbuat sesuatu, dan
c) prestasi untuk tidak berbuat sesuatu
(selanjutnya iihat Pasal lZ33 dan 1234 KUH Perdata).

KUH Perdata, perikatan yang bersumber dari un-


Sesuai Pasal 1357
dang-undang dapat timbul karena undang-undang saja, atau bersumber
Kontrak Bisnis Sebagai Sumber Sengketa . t7

dari undang-undang sebagai akibat perbuatan orang. Contoh perikatan


yang bersumber dari undang-undang adalah hubungan suami istri sesuai
UU Perkawinan. Sedangkan perikatan yang bersumber dari undang-
undang akibat perbuatan orang, misalnya penyelesaian kredit macet
rnelalui pengadilan negeri atau permohonan pailit via pengadilan niaga.
Pasal 1353 menyatakan bahwa perikatan yang lahir dari undang-undang
sebagai akibat perbuata^ oir.rg dapat terbit karena perbuatan halal atau
perbuatan melanggar hukum.

l+. Beberapa Sebab Berakhirnga Perjanjian


:
Suatu perjanjian dapat berakhir karena berbagai macam sebab. Menurur
Saiim I-1.S. (2006), ada 12 sebab berakhirnya kontrak, yaitu
a) pembayaran,
b) novasi atau pembaruan utang,
c) kompensasi atau perjumpaan utang,
d) konfusio atau pencampuran utsngr
e) pembebasan utang,
{) kebatalan atau pembatalan,
g) berlaku syarat batal,
h) jangka wakt,r kontrak telah berakhir,
i) dilaksanakannya obiek perjanjian,
j) kesepakatan kedua belah pihak,
k) pemutusan kontrak secara sepihak, dan
l) adanya putusan pengadiian.

Suatu kontrak/perjanjian, misalnya perjanjian utang piutang, dapat


berakhir atau hapus karena sebab pembayaran. Contoh: Pak D (de-
bitur) meminjam uang kepada Bank K (kreditur) sejumlah RplO juta
dalam jangka waktu satu tahun. Jika Pak D telah membayar semua ke-
wajibannya (sebesar utang pokok Rp10 juta plus bunga) sesuai perjanji-
1B T PENYELESAIAN SENGKETA BISNIs

an, maka perjanjian tersebut dengan sendirinya berakhlr. Berakhirnya


perjanjian karena pembayaran diatur dalam Pasal L38Z hingga VAj
KUFI Perdata. Pelunasan utang oleh debitur dapat berbentuk uang tu-
nai, barang, atall jasa.
Novasi atau "perrbaruan utang" dapat menyebabkan berakhirnya
perjanjian.,Dalam novasi, perjanjian iama dihapuskan untuk kemudian
dibuatkan perjanjian baru. Novasi diatur dalam Pasal l4l3 hingga Pasal
1424 KUH Perdata.
Berakhimya perjanjian juga dapat disebabkan oieh adanya kompen-
sasi atau "perjumpaan utang". Kompensasi utang diatur dalam Pasal
1425 hingga Pasal 1435 KUH Perdata. Contoh kompensasi utang: Pak
L) punya utang uang senilai Rp10 jr-rta kepada Pak K, sedangkan Pak
K punya utang barang senilai Rpi0 juta kepada Pak D. Utang Pak D
(Rp10 juta) dapat dikompensasi dengan utang Pak K (Rp10 juta) se-
l-ringga akhirnya keduanya terbebas dari kewajiban membayar utang.
Dengan adanya kompe,nsasi utang tersebut maka perjanjian utang piu-
t;rng di antara keduanya menjadi berakhir.
Konfusio atau "pencampuran utang" diatur dalam Pasal 1435 hing-
ga Pasal 1437 KUH Perdata. Konfusio adalah percampuran kedudukan
seseorang sebagai clehitur sekaligus kreditur. Contoh: Mas Muda bersta-
tus sebagai debitur Bank K karena rneminjam uang dari bank tersebut.
Di sisi lain, Mas Muda adalah anak tunggal Pak Sepuh yang bersrzrrus
sebagai kreditur Bank K, karena Pak Sepuh membeli obligasi Bank K.

Jika Pak Sepuh meninggal dan warisannya jatuh ke Mas Muda, *Li,,
Mas Muda memiliki kedudukan ganda sebagai debitur sekaligus kreditur
Bank K. Konfusio dapat digunakan sebaga.i dasar untuk mengakhiri per-
jan;ian.
Pembebasan utang juga dapat digunakan sebagai dasar untuk meng-
akhiri perjanjian utang piutang. Pernbebasan urang adalah pernyaraan
sepihak dari kredimr kepada debitur yang menyatakan bahwa debitur
dibebaskan dari kewajiban membayar utang. Pembet)asan utarrg dapat
dilakukan dengan cuma-cuma dan/atau meminta prestasi lain dari pihak
Kontrak Bisnis Sebagai Sumber Sengketa . 19

c{ebitur. Pembebasan utang diatur dalam Pasal l43B hingga Pasal 1443
KUH Perdata. Contoh pembebasan utang secara cuma-cuma: Pak D
punya utang Rp10 juta kepada Pak K. Pak D tidak mampu mernbayar
utang karena jatuh pailit. Atas dasar kemanusiaan, Pak K membebaskan
utang Pak D tanpa syarat.
Pembebasan utang dengan tambahan syarat prestasi lain dapat dite-
rnui misalnya pada program penghapusan kredir macer debitur UMKM
di Bank BUMN berdasarkan PP L4l?.005 dan PMK 3112005. Berdasar-
kan kedua aturan ini, kredit macer dehirur UMKM di Bank BUMN
(yu.tg nracet akibat krisis rnoneter) dapat dihapuskan atau dibebaskan
dengan syarat debitur UMKM tersebut mar.npu melunasi utang minimal
sebesar 507o dari pokok kredit (khusus bagi debirur yang masih memi-
liki agunan), atau cukup melunasi uiang sebesar 15% (khusus bagi debi-
tur yang sudah ticiak punya agunan). Pelunasan utang tersebut dapat di-
lakukan secara tunai atau penyerahan aset. Penghapusan piutang macer
arkan dibahas lebih mendalam pada bab tersendiri.

Berakhirnya kontrak/perjanjian dapat pula terjadi karena pembaral,


an kontrak sebagaimana diatur dalam Pasal 1446 hingga Pasal 1456
KUH Perdata. Pembatalan kontrak dapat disebabkan karena
a) adanya perjanjian yang dibuat oleh orang-orang yang belum dewasa
dan/atau orang-orang di bawah pengampuan,
b) tidak mengindahkan bentuk perjanjian yang dipersyaratkan ol.eh
undang-undang, dan
c) adanya cacat kehendak, seperri kekhilafan, paksaan, dan penipuirn.

Berakhirnya perjanjian dapat terjadi karena berlakunya syarat batal


seperti diatur dalam Pasal' 1265 KUH Perdata. Syarat batal umumnya
berlaku pada perjanjian yang bersifat rimbal balik, seperri perjanjian
utang piutang, jual beli, dan sejenisnya. Syarat batai adalah suatu syarar
yang blia dlpenuhi akan berakibat mengl'rapuskan perjanjian. Contoir:
Bank K (kreditur) membuar perjanjian penyaluran Kredit Usaha Rakyat
2O . PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS

(KUR) dengan Fak D (debitur) dengan syarat Pak D tidak boleh me-
nerima KUR dari, bank lain dalarn waktu bersamaan. Jika terbukti Pak
D mendapatkan KUR dari bank lain maka perjanjian kredit Pak D dan
Bank K dapat dibatalkan.
Perjanjiarr ororrrz.ris berakhir jika jangka waktu perjanjian telah ber'
akhir atau telah kedaluwarsa. Kedaluwarsa atau lewat waktu diatur da-
lam Pasal 1946 hingga lgg3 KUH Perdata. Perjanjian juga dapat bera-
khir karena debitur telah memenuhi prestasi atau melaksanakan oblek
perjanjian. Di samping itu, masih ada faktor lain yang dapat menyebab-
kan berakhimya suatu kontrak, seperti adanya kesepakatan kedua pihak
untuk mengakhiri kontrak, adanya pemutusan kontrak secara sepihak,
dan ada4rya putttsan pengadilan yang membatalkan konrak tersebut.
Di samping ke-12 faktor tersebut, ada faktor penyebab lain, seperti
pelunasan utang secara konsinyasi dan musnahnya barang yang teru-
tang. Peltrnasan utang secara konsinyasi umumnya dilakukan jika kredi-
rur ridak mau menerima pelunasan ciari debitur karena adanya beda taf-
sir renrang jurnlah utang debitur. Untuk mengatasi masalah ini, debitur
dapat menitipkan uang pelunasan melalui Panitera Pengadilan Negeri
setempat. Aturan ini dapat dijumpai dalam Pasal 1.404-I4LZ KUH Per-
data. Selain itu, musnahnya barang yang terutang sesuai Pasal 1444*
1445 KUH Perdata juga dapat menyebabkan berakhirnya perjanjian.

5. Akibat Hukum Wanprestasi dan Pembelaan Debitur

\il/anprestasi adalah tindakan debitur yang tidak mau atau tidak sanggup'

memenuhi prestasi yang dijaniikan. Wanprestasi tersebut dapac berupa


tindakan debitur yang:
a) tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;
b) melaksanakan apa yang clijanjikannya tetapi tidak sebagaimana di-
jar,jikan;
c) melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlaml',at;
., *ontrak Bisnis Sebagai Sumber Sengketa . 21,

d) melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan-


nya.
Sanksi bagi debitur yang wanpresrasi ada 4 (empar) macarn:
a) membay,ar ganti rugi atau membayar kerugian yang diderita oleh
kreditur;
b) pernbatalan perjanjian;
c) peralihan risiko;
d) membayar biaya perkara jika sampai diperkarakan di pengadilan.

Ganti rugi dapat terdiri atas tiga unsur, yaitu biaya, rugi, dan bunga.
a) Biaya adalah segala pengeluaran atau biaya yang nyata-nyata sudah
dikqluarkan oleh salah satu pihak.
b) Rugi adalah kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan
kreditur yang diakibatkan oleh kelalaian debitur.
c) Bunga adalalr kerugian yang berupa kehilangan keuntungan yang
sudah dibayangkan atau dihitung oleh kreditur.

Menurut Pasal 1267 KL.IH Perdata, pihak kreditur dapat menuntur si


debitur yang lalai (wanprestasi) untuk melakukan hal-hal sebagai berikur:
a) pernenuhan perjanjian;
b) pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi;
c) ganti lugi saja;
d) pembatalan perjanjian;
e) pernbatalan disertai ganti rugi.

Debitur yang dituduh lalai atau wanpresrasi oleh krediturnyu drprr:


melakukan pembelaan guna mencegah terjadinya eksekusi objek jamin-
an atau menghindari kewajibar"r membayar ganti rugi. Pembelaan debi-
tur dapat meliputi poin-poin berikut.
a) Debitur beralasan bahwa ada keadaan memaksa (/orce mnjeuref ower-
macht) sehingga debitur tidak dapat melaksanakan kewajibannya.

' b) Debitur beralasan bahwa pihak kreditur juga telah lalai melaksana-
22 . PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS

kan kewajiban sesuai perjanjian, misalaya kreditur terlambat men-


cairkan kredit.
c) Debitur beralasan bahwa pihak kreditur telah menetapkan a.turan
kredit yang tidak rvajar, misalnya menetapkan bunga dan denda yang
terlalu tinggi atau menetapkan syarat agunan yang terlalu ketat.
d) Debitur beralasan bahwa kreditur telah melepaskan hak untuk me-
nuntut pembayaran ganti rugt. Pelepasan hak untuk menuntut ter-
ladi jika kreditur dinilai tidak berkeberatan dengan tindakan de-
bitur karena kreditur dinilai tidak pernah melakukan teguran atau
peringatan secara tertulis kepada debitur.
e) Debitur beratasan adanya peraturan perundang-undangan yang me-
lindungi kepentingan mereka, misalnya: adanl'a PP 1417005 dan PP
3312006 yang dapar diladikan dasar bagi debitur UMKM untuk me-
minta potongan atas pokok utang dan pembebasan total atas bunga
dan denda.

Dalam Hukurn Kontrak/Hukum Perjanjian/Hukum Perikatan dike-


nal beberapa istilah penting, seperti wanprestasi, somasi, ganti rugi, ri-
siko, dan keadaan memaksa. "'Wanprestasi" dapat diartikan sel:agai "ti-
dak melaksanakan prestasi" atau "tidak melaksanakan kewajiban" atau
"prestasi buruk" atau "ingkar janji".
Debitur yarrg terbukti wanprestasi (ingkar janji) dan teiah diberi
slrrar peringatan (somasi) berkali-kali, namun tetap tidak mau melaksa-
nakan kewajibannya, dapat digugat secara perdata melalui Pengadilaa
Negeri untuk membayar ganti rugi. Debitur yang wanprestasi juga dapat
dieksekusi agunannya oleh kredimr sesuai aturan hukum yang berlaku.
Eksekusi agunarl ada yang harus melalui penetapan Ketua Pengadilan
Negeri (PN), contohnya. eksekusi Hak Thnggungan, 11amun ada juga
yang tanpa fiat Ketua PN atau yang lazim disebut "parate eksekusi". Pa-
rate eksekusi biasa dilakukan dalam eksekusi agunan yang diikat dengan
Hak Gadai, Fidusia, Resi Gudang, dan Hak Thnggungan yang telah dii-
kat dengan klausul parate ek".ekusi.
Kontrak Bisnis Sebagai Sumber Sengketa ' 23

Somasi atau "pernyataan lalai" diatur dalarn Pasal lZ38 dan Pasal
lZ43 KUH Perdata. Somasi adalah surat teguran aiau surat peringatan
dari kreditur kepada debitur yang diangga.p wanprestasi supaya debitur
memenuhi prestasinya kembaii sesuai perjanjian. Somasi umumnya di-
rerbitkan sebanyak tiga kali, dan jika setelah somasi ketiga debitur tetap
ridak mau melaksanakan kewajiban, kreditur dapat menuntut ganti rugi
rnelalui pengadilan atau mengeksekusi objek jaminan.
Ganti rugi diatur Pasal lZ43 hingga lZ5Z KUH Perdata. Ganti n-rgi
adalah akibat hukum yang ditanggung debitur yang terbukti wanpres-
tasi atau tidak memenuhi kewajiban. Ganti rugi dapat berupa tindak-
an mengganti biaya, mengganti kerugian, atau membayar denda/bllnga.
Ganti rugi juga bisa muncui jika debitur melakukan perbuatan melawan
hukum. Perbuatan melawan l-rukum (onrechtmatige daad) dalam Hukum
Perdata diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata yang berbunyi: "tiap
perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orllng
lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerttgian itu
mengganti kerugian tersebut".
Suatu perbuatan dapat digolongkan melawan hukum (perdata) jika
perbuatan tersebut bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku,
bertentangan dengan hzrk sublektif orang lain, serta bertentangan c-le-

ngan asas kesusilaan, kepatr-rtan, ketelitian, dan kehati-hatian. Perbu-


atan melawan hukurn clalam konteks p-rerdata zr.lalah perbuatan yirng
dapat merugikan kepentingan perorangan (privat), sedangkair dirlan-r
l,:onteks pidana adalah perbr-ratan yang dapat n-rerugikan kepentirilar-r
masyarakat (publik).
Sementara di sisi lain, "risiko" berkaitan dengan siapa yang l-rnrtrr,
menanggung ganti rugi jika terja.li "kea.1aan merrlaksa". Contoh "risi-
ko", misalnya siapa yang akan membayar ganti rugi jika terjadi kebakar-
an, kecelakaan, berrcana alam, clan lain-lain. Jika risiko tersebut diasu-
ri.rnsikan, siapa yang akar-r membayzrr asurrlnsinyrr.
Keadaan memaksa atau force majeure atau ot,ermahct adalah kearrlaan
.larurat di luar kernampuan lnanusia yang dapat n-renyebabkan del,ritur
24 . PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS

tidak dapat melaksanakan kewajiban. Contohnya ber,cana alam, keba-


karan, krisis ekonomi, kerusuhan sosial. Risiko harus disepakati secara
jelas di awal perjanjian agar tidak terjadi sengketa di kemudian hari.
Risiko dapat diperkecil dengan cara diikutkan dalam asuransi. Klausul
tentang keadaar, memaksa biasanya dicantumkan dalam setiap perjan-
jian.
Pasal 1744 dan 1745 KUH Perdata mengatur pembebasan debitur
dari kewajiban mengganti kerugian karena suatu kejadian yang dina-
makan keadaan memaksa (force majewe atau overmacht) atau karena
keadaan yang tidak disengaja. Keadaan memaksa adalah suatu kejadian
yang tak terdugzr, tak disengaja, dan tak dapat dipertanggungjawabkan
kepada debitur. Keadaan tersebut telah memaksa debitur sehingga debi-
tur tidak dapat menepati janjinya
Kontrak Bisnis Sebagai Sumber Sengketa . 25

Skema: Kontrak Bisnis sebagai Sumber Sengketa

Perjanjran a-tau ksntrak bisnis merupakan dasar utama dalam membangun


hubungan bisnis. Dalam kontrak bisnis akan diuraikan secara terperinci apa
saja hak dan kewajiban para pihak termasuk bagaimana proses penyelesaian
sengketa yang akan dipillh.

Kebanyakan sengketa bisnis berasal dari kontrak atau perjanjian yang tidak
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Adakalanya para pembuat kontrak bisnis
tidak mau memenuhi janji karena takut rugi atau tidak niemiliki iktikad baik.

Pihak yang dirugikan dapat mengajukan gugatan perdata via Pengadilan Ne-
geri atas dasar wanprestasi, namun cara litigasi ini banyak ditinggalkan karena
prosesnya lama, mahal, dan berbelit-belit. Kini penyelesaian nonlitigasi (di luar
pengadilan) lebih hanyak ditempuh karena lebih efisien dan efektif.

Kontrak bisnis sebaiknya dibuat rertulis di hadapan notaris agar lebih


memiliki kekuatan hukum jika kelak terjadi sengketa di pengadilan.

Semua PerjanjianiKontrak harus mengikuti


Asas Perjanjian dan Syarat Sah Perjanjian

Perjanjian dapat berakhir karena sebab:


a) Pembayaran
b) Ncvasi/PembaruanUtang
c) Kompensasi/PerjumpaanUtang
d) Konfusio/PencampuranUtang
e) Pembebasan Utang
{) KebatalanlPembatalan
g) Berlakunya Syarat Batal
h) Jangka \Uaktu BerakhirKedaluwarsa
i) Dilaksanakannya Objek'Perjanjian
j) Kesepakatan Kedua Belah Pihak
k) Pemutusan Kontrak secara Sepihak
1) Adanya Putusan Pengadilan
m) Pelunasan Utang secara Konsinyasi
n) Musnahnya Barang yang Terutang

Anda mungkin juga menyukai