aaaaaaaaaaaaaaaa
kad baik. Jika sudah demikian, pihak yang dirugikan dapat mengajukan
gugatan perdata via Pengadilan Negeri atas dasar wanprestasi. ].Jamun
ini mulai banyak ,litinggalkan karena prosesnya lama, ffia-
cara litigasi
hal, dan berbetrit-belit. Saat ini penyelesaian sengketa nonlitigasi (di
luar pengadilan) lebih banyak ditempuh para pelaku bisnis karena dini-
lai lebih efisien dan efektif.
Perjanjian atau kontrak sebaiknya dibuat secara tertulis di hadapan
notaris agar lebih memiliki kekuatan hukum jika kelak terjadi sengketa
di pengadilan.' Sebelum rnenanclatangani perjanjian, para pihak seba-
iknya membaca seluruh isi perjanjian dengan teliti agar tidak sampai
dirugikan. Jangan malu dan ragu-ragu menanyakan kepada calon mitra
bisnis apabila menemukan isi perjanjian yang maknanya bias atau mul-
titafsir agar tidak terjadi sengketa di kemudian hari.
Pada umumnya perja.njian atau kontrak bisnis bersifat mengikat para
pihak yang membuatnya. Contoh, saat kita membuat perjanjian utang
piutang maka kita terikat dengan isi perjanjian tersebut. Pemberi utang
(kreditur) berhak menagih dan menerima pembayaran utang, sedang-
kan penerima utang (debitur) wajib membayar pokok utang beserta jasa
yang dijanjikan (bunga atau bagi hasil). Jika debitur ingkar janji, pihak
kreditur dapat menggugat secara perdata ke Pengadllan Negeri. Kreditur
Lrahkan bisa mengajukan permohonan pailit atas debitur ke Pengadilan
Niaga jika debittrr terbukti memiliki tebih dari satu utang jatuh rempo
dan dapat dimgihr.
.,
Sementara itu, perjanjian di bidang sosial kemasyarakatan pada'
umumnya tidak memiliki sifat mengikat seperti halnya perjanjian bis-r.
nis. Perjanjian sosial ini lebih bersifat sukarela sehingga pelaksanaannya
tergantung pada keikhlasan para pihak, contohnya perjanjian menjaga
kebersihan lingkungan di perumahan. Pihak yang ingkar janji tidak
dapat diproses hukum, melainkan hanya mendaparkan sanksi moral dari
para tetangga.
Menurut Prof. Subekti, S.H., Perjanjian adalah suatu peristiwa saat
seseorang trerjanji kepada seseorang lain atau ketika dua orang itu saling
1O , PENYELESAIAN SENGKETA, BISNIS
Menurut Salim I-{.S. (2006), ada 5 (ltma) asas penring di dalam Hu-
kum Kontrak atau Hukum Perjanjian:
a) Asas Kebebasan Berkontrak'
b) AsasKonsensualisme;
c) Asas Kepastian Hukum (Parta Swtt Servandn");
d) Asas Iktikad Baik;
e) Asas Kepribadian.
uancladapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang
berbunyi: "FerjanJian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
untlang".
Asas Iktikad Bail< atau GoedeTrouuL atau GoodFaithdapat disimpul-
kan dari Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang berbunyi: "Perjanjian
hzrrus dilaksanakar-r dengan iktikad baik". Asas Iktikad Baik merupakan
asas bahwa para pihak, ynltr., kreditur dan debitur, harus melaksanak:'rn
substansi kontrak berdasarkan keperczlyaan dan keyakinan yang tegr,rh
atau kemauan o-aik para pihak.
Asas Iktikad Baik ini dibagi menjadi dua macam, yaitu
a) Iktikad Baik Nisbi, dan
b) Iktikad Baik Mutlak.
oleh hak dari padanya". Pasal I3l7 KUH Perdata mengarur perjanjian
untuk kepentingan pihak ketiga, sedangkan Pasal 1318 KUH Perdata
mengatur perjanjian untuk kepentingan dirinya sendiri, ahli waris, dan
orang-orang yang memperoleh hak darinya.
Suatu perjanjian yang dibuat para pihak dapat memiliki akibat hukum.
Sesuai Pasal 1338 KUH Perdata, akibat hukum dari suatu perjanjian
meliputi tiga macam.
a) Perjanjian bersifat rnengikat para pihak. Hal ini senada dengan bu-
nyi Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang menyatakan "semua per-
janjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya". Ketentuan ini mengisyaratkan betapa
kuatnya kedudukan hukum suatu perjanjian meskipun perjanjian
tersebut dibuat oleh para pihak yang bukan tergolong pejabat pub-
1ik.
J
anJ lan.
c) Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik (Pasal
1338 ayat 3).
maka pelakunya juga dapat dikenai sanksi pidana penjara sesuai aturan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Perikatan dapat bersumber dari tiga ha[.
a) Perikatan yang bersumber dari adanya perjanjiall para pihak seba-
gai subjek hukum privar (contoh: perjanjian utang piutang, jual
beli, sewa, dan lain-lain). Pada perikatan semacam ini berlaku asas
kebebasan berkontrak.'.
b) Perikatan yang bersumber ciari perintah undang-undang sehingga
tidak berlaku asas kebebasan berkontrak. Contoh: kewaiiban warga
negara membayar pajak, kewajiban warga negara mematuhi hukum
negara, kewirjiban bela negara, penyelesaian piutang via kepailitan,
eksekusi putusan pengadilan, dan lain-lain.
c) Perikatan yang bersumber dari hukr-rm alam, seperti hubungan an-
tara orangtua dan anak, hubungan antala suami dan istri, atau hu-
bungan antara rnanusia dan alam sekitar. Perikatan ini terjadi seca-
ra alamiah dan beriaku secara universal di seluruh dunia. Contoh:
orangtua wajib menyayangi anaknya'
Jika Pak Sepuh meninggal dan warisannya jatuh ke Mas Muda, *Li,,
Mas Muda memiliki kedudukan ganda sebagai debitur sekaligus kreditur
Bank K. Konfusio dapat digunakan sebaga.i dasar untuk mengakhiri per-
jan;ian.
Pembebasan utang juga dapat digunakan sebagai dasar untuk meng-
akhiri perjanjian utang piutang. Pernbebasan urang adalah pernyaraan
sepihak dari kredimr kepada debitur yang menyatakan bahwa debitur
dibebaskan dari kewajiban membayar utang. Pembet)asan utarrg dapat
dilakukan dengan cuma-cuma dan/atau meminta prestasi lain dari pihak
Kontrak Bisnis Sebagai Sumber Sengketa . 19
c{ebitur. Pembebasan utang diatur dalam Pasal l43B hingga Pasal 1443
KUH Perdata. Contoh pembebasan utang secara cuma-cuma: Pak D
punya utang Rp10 juta kepada Pak K. Pak D tidak mampu mernbayar
utang karena jatuh pailit. Atas dasar kemanusiaan, Pak K membebaskan
utang Pak D tanpa syarat.
Pembebasan utang dengan tambahan syarat prestasi lain dapat dite-
rnui misalnya pada program penghapusan kredir macer debitur UMKM
di Bank BUMN berdasarkan PP L4l?.005 dan PMK 3112005. Berdasar-
kan kedua aturan ini, kredit macer dehirur UMKM di Bank BUMN
(yu.tg nracet akibat krisis rnoneter) dapat dihapuskan atau dibebaskan
dengan syarat debitur UMKM tersebut mar.npu melunasi utang minimal
sebesar 507o dari pokok kredit (khusus bagi debirur yang masih memi-
liki agunan), atau cukup melunasi uiang sebesar 15% (khusus bagi debi-
tur yang sudah ticiak punya agunan). Pelunasan utang tersebut dapat di-
lakukan secara tunai atau penyerahan aset. Penghapusan piutang macer
arkan dibahas lebih mendalam pada bab tersendiri.
(KUR) dengan Fak D (debitur) dengan syarat Pak D tidak boleh me-
nerima KUR dari, bank lain dalarn waktu bersamaan. Jika terbukti Pak
D mendapatkan KUR dari bank lain maka perjanjian kredit Pak D dan
Bank K dapat dibatalkan.
Perjanjiarr ororrrz.ris berakhir jika jangka waktu perjanjian telah ber'
akhir atau telah kedaluwarsa. Kedaluwarsa atau lewat waktu diatur da-
lam Pasal 1946 hingga lgg3 KUH Perdata. Perjanjian juga dapat bera-
khir karena debitur telah memenuhi prestasi atau melaksanakan oblek
perjanjian. Di samping itu, masih ada faktor lain yang dapat menyebab-
kan berakhimya suatu kontrak, seperti adanya kesepakatan kedua pihak
untuk mengakhiri kontrak, adanya pemutusan kontrak secara sepihak,
dan ada4rya putttsan pengadilan yang membatalkan konrak tersebut.
Di samping ke-12 faktor tersebut, ada faktor penyebab lain, seperti
pelunasan utang secara konsinyasi dan musnahnya barang yang teru-
tang. Peltrnasan utang secara konsinyasi umumnya dilakukan jika kredi-
rur ridak mau menerima pelunasan ciari debitur karena adanya beda taf-
sir renrang jurnlah utang debitur. Untuk mengatasi masalah ini, debitur
dapat menitipkan uang pelunasan melalui Panitera Pengadilan Negeri
setempat. Aturan ini dapat dijumpai dalam Pasal 1.404-I4LZ KUH Per-
data. Selain itu, musnahnya barang yang terutang sesuai Pasal 1444*
1445 KUH Perdata juga dapat menyebabkan berakhirnya perjanjian.
\il/anprestasi adalah tindakan debitur yang tidak mau atau tidak sanggup'
Ganti rugi dapat terdiri atas tiga unsur, yaitu biaya, rugi, dan bunga.
a) Biaya adalah segala pengeluaran atau biaya yang nyata-nyata sudah
dikqluarkan oleh salah satu pihak.
b) Rugi adalah kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan
kreditur yang diakibatkan oleh kelalaian debitur.
c) Bunga adalalr kerugian yang berupa kehilangan keuntungan yang
sudah dibayangkan atau dihitung oleh kreditur.
' b) Debitur beralasan bahwa pihak kreditur juga telah lalai melaksana-
22 . PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS
Somasi atau "pernyataan lalai" diatur dalarn Pasal lZ38 dan Pasal
lZ43 KUH Perdata. Somasi adalah surat teguran aiau surat peringatan
dari kreditur kepada debitur yang diangga.p wanprestasi supaya debitur
memenuhi prestasinya kembaii sesuai perjanjian. Somasi umumnya di-
rerbitkan sebanyak tiga kali, dan jika setelah somasi ketiga debitur tetap
ridak mau melaksanakan kewajiban, kreditur dapat menuntut ganti rugi
rnelalui pengadilan atau mengeksekusi objek jaminan.
Ganti rugi diatur Pasal lZ43 hingga lZ5Z KUH Perdata. Ganti n-rgi
adalah akibat hukum yang ditanggung debitur yang terbukti wanpres-
tasi atau tidak memenuhi kewajiban. Ganti rugi dapat berupa tindak-
an mengganti biaya, mengganti kerugian, atau membayar denda/bllnga.
Ganti rugi juga bisa muncui jika debitur melakukan perbuatan melawan
hukum. Perbuatan melawan l-rukum (onrechtmatige daad) dalam Hukum
Perdata diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata yang berbunyi: "tiap
perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orllng
lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerttgian itu
mengganti kerugian tersebut".
Suatu perbuatan dapat digolongkan melawan hukum (perdata) jika
perbuatan tersebut bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku,
bertentangan dengan hzrk sublektif orang lain, serta bertentangan c-le-
Kebanyakan sengketa bisnis berasal dari kontrak atau perjanjian yang tidak
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Adakalanya para pembuat kontrak bisnis
tidak mau memenuhi janji karena takut rugi atau tidak niemiliki iktikad baik.
Pihak yang dirugikan dapat mengajukan gugatan perdata via Pengadilan Ne-
geri atas dasar wanprestasi, namun cara litigasi ini banyak ditinggalkan karena
prosesnya lama, mahal, dan berbelit-belit. Kini penyelesaian nonlitigasi (di luar
pengadilan) lebih hanyak ditempuh karena lebih efisien dan efektif.