Bagian pembukaan (Judul kontrak, Identitas para pihak, Pertimbangan-pertimbangan umum
kontrak, Ruang lingkup perjanjian); 2.Ketentuan pokok kontrak (Ketentuan umum, Ketentuan lain, Ketentuan penunjang, Ketentuan tentang aspek formal kontrak, Bagian penutup).
1. Prakontrak (Negosiasi. MoU. Studi Kelayakan. Negosiasi lanjutan)
2. Kontrak (Penulisan Naskah awal dan Penggunaan bahasa. Perbaikan Naskah. Penulisan naskah akhir. Tahap penandatanganan). 3. Pasca Kontrak (Tahap Pelaksanaan. Penafsiran. Penyelesaian sengketa). • -MoU itu Pra-Kontrak, Perjanjian itu Kontrak. Perjanjian menyepakati banyak hal di dalamnya, sedangkan MoU hanya beberapa kesepakatan saja dan sifatnya mewakili serta sebagai tanda bukti bahwa akan adanya perjanjian yang disepakati di depannya. MOU: MOU adalah dokumen yang digunakan untuk menyatakan kesepakatan awal atau niat bersama antara pihak-pihak yang terlibat. MOU tidak memiliki kekuatan hukum yang sama seperti kontrak dan seringkali lebih bersifat mengikat secara moral daripada hukum. MOU dapat digunakan sebagai dasar untuk memulai negosiasi lebih lanjut atau membangun kerjasama lebih lanjut. Kontrak: Kontrak adalah perjanjian yang sah secara hukum antara pihak-pihak yang terlibat. Kontrak memiliki kekuatan hukum yang mengikat dan dapat memberikan hak dan kewajiban yang jelas bagi setiap pihak. Kontrak umumnya menyediakan perlindungan hukum bagi pihak-pihak jika terjadi pelanggaran atau perselisihan. • -Klausula Overmacht (Force Majeure Clause): adalah sebuah ketentuan yang dimasukkan ke dalam suatu kontrak untuk mengatur situasi di mana salah satu atau kedua pihak tidak dapat melaksanakan kewajiban kontrak mereka karena adanya kejadian tak terduga atau kejadian di luar kendali mereka. Kejadian-kejadian tersebut biasanya termasuk bencana alam, perang, kerusuhan, pemogokan massal, tindakan pemerintah, atau kejadian yang tidak dapat diatasi oleh pihak yang terkena dampak. • -Klausula Risiko (Risk Clause): adalah sebuah ketentuan yang mengatur pembagian risiko antara pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Klausula ini menentukan siapa yang bertanggung jawab atas kerugian atau kerusakan yang mungkin terjadi selama pelaksanaan kontrak. Ketentuan ini dapat mencakup tanggung jawab atas kerusakan, kehilangan, atau kegagalan kinerja dalam hal pelaksanaan kontrak. • -Klausula Wanprestasi (Breach of Performance Clause): adalah sebuah ketentuan yang mengatur sanksi atau konsekuensi yang akan diberlakukan jika salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban atau tidak memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam kontrak. • -Tahap tahap pembuatan kontrak: Kontrak sebagai suatu proses memiliki 3 (tiga) tahapan di dalam penyusunannya, yaitu: (1) Tahap pra-kontraktual; (2) Tahap kontraktual; dan (3) Tahap pelaksanaan kontrak. • Pasal 1320 KUH Perdata Ada 4 syarat sahnya perjanjian: 1. kesepakatan mereka yang mengikatkan diri; 2. kecakapan mereka yang membuat kontrak; 3. suatu hal tertentu; 4. suatu sebab yang halal. menyangkut subyek pembuat kontrak. • -Akibat Hukum Perjanjian: Berlaku sebagai UU bagi pihak2 artinya pihak-2 harus mentaati perjanjian itu sama dengan mentaati UU. Jika ada yang melanggar perjanjian yang mereka buat, dianggap sama dengan melanggar UU, yang mempunyai akibat hukum tertentu yaitu sanksi hukum. Apabila suatu perjanjian tidak memenuhi syarat subjektif, perjanjian tersebut dapat dibatalkan. Namun, jika suatu perjanjian tidak memenuhi syarat objektif, maka perjanjian tersebut adalah batal demi hukum. • -Hukum kontrak mempunyai peranan yang penting dalam dunia bisnis yaitu: hukum kontrak sangat menonjolkan sifat perorangan; menimbulkan gejala hukum sebagai akibat dari hubungan hukum antara satu pihak dengan pihak lainnya; hukum kontrak berobjek pada suatu benda yaitu hak kebendaan; Peranan hukum kontrak dalam kegiatan bisnis di Indonesia antara lain: sebagai dasar dari adanya hubungan bisnis, hukum kontrak berperan juga dalam memberikan perlindungan hukum bagi para pihak yang terkait dengan hubungan bisnis tersebut dan hukum kontrak juga berperan dalam penyelesaian sengketa yang terjadi antar para pihak dalam perjanjian kontrak, baik melalui non litigasi maupun melalui litigasi. peranan hukum kontrak dalam memberikan perlindungan hukum, adalahMdidasarkan pada adanya asas pacta sunt servanda yang melekat pada kontrak, seperti yang diatur pada Pasal 1338&1365 KUH Perdata. • -Teori-teori berdasarkan Prestasi Kedua Belah Pihak: 1.Teori Hasrat (Will Theory); 2. Teori Tawar Menawar (Bargaining Theory); 3. Teori Sama Nilai (Equivalent Theory); 4. Teori Kepercayaan Merugi (Injurious Reliance Theory) • Teori-teori Berdasarkan Formasi Kontrak: 1.Teori Kontrak Defacto; 2. Teori Kontrak Ekpresif; 3. Teori Promissory Estoppel; 4. Teori Kontrak Quasi (pura-pura). • Teori Konsensualisme; Teori Tawaran dan Penerimaan; Teori Pertimbangan (Consideration); Teori Kepercayaan (Reliance); Teori Ketidakadilan (Unconscionability); Teori Kemungkinan (Impossibility). • -Perjanjian memiliki arti lebih luas dari pada kontrak. Kontrak merujuk kepada suatu pemikiran adanya keuntungan komersil yang diperoleh kedua belah pihak. Sedangkan perjanjian dapat saja berarti social agreement yang belum tentu menguntungkan kedua belah pihak secara komersil. Pada pasal 1313 KUHPerdata dapat disimpulkan bahwa perjanjian merupakan suatu perbuatan yang menimbulkan akibat hukum berupa hak dan kewajiban. Kontrak adalah perjanjian yang dibuat secara tertulis karena perjanjian juga dapat dibuat secara lisan. semua kontrak pasti merupakan perjanjian, tetapi tidak semua perjanjian merupakan kontrak. Hal ini bisa dipahami sebab perjanjian ada yang lisan dan ada yang berbentuk tulisan; semua perjanjian pasti merupakan perikatan, tetapi tidak semua perikatan merupakan perjanjian. perjanjian adalah istilah yang lebih luas yang mencakup semua bentuk kesepakatan antara pihak-pihak, sementara kontrak adalah jenis perjanjian yang memiliki karakteristik khusus dan memenuhi persyaratan hukum tertentu. Kontrak cenderung lebih formal dan memperinci hak, kewajiban, dan mekanisme penyelesaian sengketa, sementara perjanjian bisa lebih fleksibel dan sederhana dalam hal ketentuan yang dituangkan. • -Dapat disimpulkan, bahwa asalkan bukan karena sebab (causa) yang halal (dilarang) oleh undang-undang, maka setiap orang bebas untuk memperjanjikannya. Pasal 1329 KUH Perdata menyatakan : “setiap orang adalah cakap untuk membuat perjanjian, kecuali jika ia ditentukan tidak cakap oleh undang-undang”.