Anda di halaman 1dari 17

Tugas Mata Kuliah Hukum Bisnis

Resume Buku “Hukum Bisnis” oleh


Dr. H. Indra Muchlis Adnan, S.H., M.H.,M.M., Ph.D.
Prof. Dr. Sufian Hamim, S.H.,M.Si.
Dr. Tiar Ramon, S.H.,.H.
Dosen Pengampu : Dr. Noor Saptanti S.H., M.H.

Disusun oleh:
Mahardika Nur Hidayatullah (F0223091)
Muhammad Rigan Kadaffi (F0223103)
Muhammad Zainul Muttaqin (F0223104)
Muhammad Rifqi Azizy (F0223102)
Muhammad Naufal Fikri (F0223100)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2024
Judul buku : Hukum Bisnis
Penulis : Dr. H. Indra Muchlis Adnan, S.H., M.H.,M.M., Ph.D.
Prof. Dr. Sufian Hamim, S.H.,M.Si.
Dr. Tiar Ramon, S.H.,.H.
Penerbit : Trussmedia Grafika

Bab 1 : Pendahuluan

Dalam dunia bisnis yang berkembang pesat, hukum bisnis memiliki peranan penting
dalam mengatur berbagai aspek bisnis. Tujuannya adalah agar aktivitas bisnis berjalan
dengan tertib, aman, dan melindungi kepentingan semua pihak terlibat, termasuk konsumen
dan pelaku bisnis itu sendiri. Ini termasuk regulasi tentang perusahaan, pasar modal,
investasi, perlindungan konsumen, persaingan usaha, dan penyelesaian sengketa bisnis.

Hukum bisnis juga berfungsi sebagai sumber informasi bagi praktisi bisnis untuk memahami
hak dan kewajiban mereka. Lingkupnya mencakup berbagai aspek, seperti kontrak, badan
usaha, pasar modal, hingga perdagangan internasional. Sumber hukum bisnis berasal dari
peraturan perundang-undangan, perjanjian, dan pendapat para ahli hukum.

Secara keseluruhan, hukum bisnis mengintegrasikan aspek-aspek hukum perdata, publik, dan
dagang untuk menciptakan lingkungan bisnis yang berkeadilan dan dinamis. Dengan
demikian, hukum bisnis menjadi landasan yang penting dalam menjalankan aktivitas bisnis
secara efisien dan berkelanjutan.

Bab 2 : Hukum Perdata Dan Hukum Dagang Dalam Hubungannya Dengan Bisnis

Bab II buku ini membahas bagaimana hukum berperan dalam dunia bisnis, dengan
fokus pada empat jenis hukum utama: Hukum Perdata, Hukum Dagang, Hukum
Pidana Khusus, dan Peraturan di luar KUHPerdata dan KUHDagang.

1. Hukum Perdata: adalah aturan yang mengatur hubungan antarindividu dalam


bisnis. Ada empat buku yang mencakup aspek-aspek seperti hubungan manusia, hak
kebendaan, perjanjian, dan pembuktian. Misalnya, ketika Anda membeli sesuatu,
prosesnya harus mematuhi prosedur hukum perdata agar sah. Contoh pasal terkait adalah
Pasal 1320 KUHPerdata yang mengatur syarat sahnya suatu perjanjian.

2. Hukum Dagang: adalah cabang khusus dari Hukum Perdata, yang lebih
berfokus pada aspek perdagangan seperti pembukuan, surat berharga, dan pedagang
perantara. Penting bagi pelaku bisnis untuk memahami Hukum Dagang agar mereka
dapat menjalankan operasi bisnis mereka dengan benar. Contoh pasal terkait adalah Pasal
1 KUHDagang yang menegaskan bahwa ketentuan KUHPerdata juga berlaku dalam
hukum dagang, kecuali jika diatur secara khusus dalam KUHDagang.

3. Hukum Pidana Khusus: Hukum ini menangani pelanggaran hukum yang


terjadi dalam dunia bisnis, seperti korupsi dan kejahatan perbankan. Ini penting untuk
mencegah dan menangani pelanggaran hukum yang merugikan bisnis. Contoh pasal
terkait adalah Pasal 2 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang
mengatur tentang delik korupsi.

4. Peraturan di luar KUHPerdata dan KUHDagang: Ini mengatur masalah


seperti kepailitan dan perlindungan konsumen. Memahami regulasi ini juga penting bagi
pelaku bisnis agar mereka dapat beroperasi sesuai dengan hukum yang berlaku. Contoh
pasal terkait adalah Pasal 2 Undang-Undang tentang Kepailitan dan PKPU (Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang) yang mengatur proses kepailitan.

Pemahaman yang baik tentang semua jenis hukum ini sangat penting bagi pelaku
bisnis agar mereka dapat mengelola usaha mereka secara sah dan efektif, serta
menghindari masalah hukum yang mungkin muncul.

Bab 3 : Hukum Perjanjian/ Kontrak Bisnis

Manusia sebagai Makhluk Sosial: Secara kodrati, manusia diciptakan sebagai makhluk
sosial yang membutuhkan interaksi dengan sesama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam konteks bisnis maupun sosial, kita sering kali
terlibat dalam berbagai bentuk perikatan atau perjanjian.

Pentingnya Kontrak dalam Bisnis: Dalam dunia bisnis, kontrak atau perjanjian merupakan
dasar yang sangat penting. Setiap langkah dalam aktivitas bisnis, mulai dari transaksi
sederhana hingga kerjasama kompleks, memerlukan adanya kontrak yang jelas sebagai
landasan hukum.
Kontrak Tertulis dalam Masyarakat Modern: Di era modern, untuk memastikan transaksi
mengikat secara hukum, perjanjian harus dituangkan secara tertulis. Hal ini bertujuan untuk
memberikan kepastian hukum apabila terjadi wanprestasi atau cidera janji, sehingga pihak
yang dirugikan dapat menuntut pemenuhan prestasi sesuai dengan apa yang telah disepakati.

A. Definisi Kontrak/Perjanjian: Kontrak atau perjanjian, dalam pengertian klasik,


adalah terjemahan dari ‘agreement’ dalam bahasa Inggris atau ‘overeenkomst’ dalam
bahasa Belanda. Istilah ‘kontrak’ sendiri merupakan terjemahan modern dari
‘contract’ dalam bahasa Inggris, yang memiliki penggunaan yang luas dan lazim,
terutama dalam konteks bisnis dan hukum. Hukum Kontrak (Hukum Perjanjian):
Menurut Pasal 1313 KUH Perdata, kontrak adalah perbuatan hukum di mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Hubungan
hukum yang tercipta antara para pihak ini dijamin oleh hukum, yang mencakup hak
dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh masing-masing pihak.
Definisi Perjanjian:
- Subekti: Perjanjian adalah peristiwa di mana satu pihak berjanji kepada pihak
lain, atau kedua pihak saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.
- J.Satrio: Perjanjian merupakan kumpulan perikatan yang mengikat para pihak
dalam perjanjian tersebut.
- Salim HS: Perjanjian adalah perbuatan hukum yang berdasarkan kesepakatan
untuk menimbulkan akibat hukum.

B. Pelaku Bisnis dalam Perjanjian: Pelaku bisnis atau usaha, yang disebut subjek
hukum, dapat memiliki hak dan kewajiban serta kewenangan untuk membuat
perjanjian, seperti perjanjian jual beli.

C. Bentuk Perjanjian: Perjanjian umumnya tidak terikat pada bentuk tertentu dan bisa
dibuat secara lisan. Namun, praktik umum saat ini adalah membuat perjanjian secara
tertulis, seringkali di hadapan Notaris, untuk memudahkan pembuktian jika terjadi
sengketa.

D. Syarat Sahnya Suatu Perjanjian (Pasal 1320 KUH Perdata):


a. Kesepakatan: Tidak ada paksaan, penipuan, atau kekeliruan.
b. Kecakapan: Pihak-pihak harus cakap hukum (dewasa, tidak dibawah
pengampuan, dll).
c. Objek yang Jelas: Hal yang diperjanjikan harus spesifik dan jelas.
d. Sebab yang Halal: Dasar hukum perjanjian tidak boleh bertentangan dengan
hukum atau ketertiban umum.

syarat-syarat dalam perjanjian dan asas-asas dalam kontrak menurut


KUHPerdata:
Syarat dalam Perjanjian:
a. Syarat Subjektif: Menyangkut subjek perjanjian, yaitu kesepakatan
antara pihak-pihak yang terikat dan kecakapan untuk bertindak. Cacat
pada syarat subjektif tidak selalu membuat perjanjian batal (nietig),
tetapi dapat memberikan kemungkinan untuk dibatalkan
(vernietigbaar).
b. Syarat Objektif: Menyangkut objek perjanjian, yaitu harus ada ‘suatu
hal tertentu’ dan ‘suatu sebab yang halal’. Jika cacat, perjanjian
tersebut batal demi hukum.

E. Asas-Asas dalam Kontrak:


1. Asas Konsensualisme: Perjanjian terjadi jika ada konsensus antara pihak-pihak yang
mengadakan kontrak.
2. Asas Kebebasan Berkontrak: Seseorang bebas mengadakan perjanjian, menentukan
isi perjanjian, dan bentuk kontraknya.
3. Asas Pacta Sunt Servanda: Kontrak berlaku sebagai undang-undang bagi pihak-pihak
yang membuatnya dan harus ditaati.

F. Istilah dalam Kontrak:


1. Somasi: Teguran hukum dari kreditur kepada debitur untuk memenuhi prestasi sesuai
perjanjian. Somasi diperlukan jika debitur tidak memenuhi prestasi atau
melaksanakannya secara keliru, terlambat, atau tidak berguna lagi bagi kreditur.
2. Wanprestasi: Lalai melaksanakan kewajiban sesuai perjanjian. Bentuk wanprestasi
meliputi tidak melaksanakan, melaksanakan tidak sesuai, terlambat, atau melakukan
sesuatu yang dilarang oleh perjanjian. Akibat wanprestasi bisa berupa tuntutan
pemenuhan prestasi, ganti rugi, atau pembatalan perjanjian.

Akibat kelalaian kreditur yang dapat dipertanggungjawabkan:


- Akibat Kelalaian Kreditur:
a. Debitur dalam Keadaan Memaksa: Jika kreditur lalai, debitur mungkin
berada dalam posisi yang tidak menguntungkan dan terpaksa.
b. Beban Risiko Beralih ke Kreditur: Risiko kerugian akibat kelalaian
dapat beralih dari debitur ke kreditur.
c. Kewajiban Kreditur untuk Memberi Prestasi Balasan: Meskipun ada
kelalaian, kreditur tetap harus memenuhi kewajibannya untuk
memberikan prestasi balasan.
3. Ganti Rugi. ada 2 sebab timbulnya ganti yaitu ganti rugi karena:
a. Wanprestasi: Ganti rugi karena wanprestasi terjadi ketika debitur gagal memenuhi
perjanjian, seperti diatur dalam Buku III KUH Perdata. Kreditur dapat menuntut ganti
rugi berupa:
- Kerugian Materiil: Kerugian finansial yang dialami kreditur.
- Kerugian Imateriil: Kerugian non-finansial seperti rasa sakit atau penderitaan
emosional.
- Biaya: Pengeluaran yang telah dikeluarkan kreditur terkait perjanjian.
- Bunga: Keuntungan yang seharusnya diperoleh kreditur.
- Pasal 1246 KUH Perdata menyebutkan bahwa kreditur berhak atas penggantian
biaya, kerugian, dan bunga sebagai akibat langsung dari prestasi yang tidak
terpenuhi.

b. Perbuatan Melawan Hukum: Ganti rugi karena perbuatan melawan hukum diberikan
ketika seseorang melakukan kesalahan yang merugikan pihak lain, tanpa adanya
perjanjian, seperti diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata.

4. Keadaan memaksa dalam konteks hukum perdata:


a. Dasar Hukum dan Pengertian Keadaan Memaksa (Overmacht) Keadaan memaksa,
atau overmacht, diatur dalam Pasal 1244 KUHPerdata. Ini adalah situasi di mana
debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada kreditur karena kejadian di luar
kendalinya, seperti bencana alam. Pasal 1244 menyatakan bahwa debitur harus
mengganti biaya, kerugian, dan bunga kecuali dapat membuktikan bahwa
ketidakmampuan memenuhi kewajiban disebabkan oleh kejadian tak terduga yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya, tanpa adanya niat buruk. Sementara
itu, Pasal 1245 menegaskan bahwa tidak ada kewajiban penggantian jika debitur
terhalang oleh keadaan memaksa atau kebetulan.
b. Macam Keadaan Memaksa dapat dibagi 2 yaitu:
- Keadaan Memaksa Absolut: Debitur tidak dapat sama sekali memenuhi
kewajibannya, misalnya karena gempa bumi atau banjir bandang.
- Keadaan Memaksa Relatif: Debitur masih mungkin melaksanakan prestasinya
meskipun ada hambatan.
5. Risiko, dalam teori hukum dikenal tentang ajaran resicoleer, yaitu suatu ajaran dimana
seseorang berkewajiban untuk memikul kerugian jika terjadi suatu kejadian diluar kesalahan
salah satu pihak yang menimpa benda objek perjanjian,

G. Tahapan-Tahapan Kontrak/Perjanjian:
1. Tahap Pra Kontrak
- Identifikasi Para Pihak: mengenal pihak-pihak yang terlibat.
- Penelitian Awal Aspek Terkait: Memeriksa aspek-aspek penting sebelum
kontrak.
- pembuatan MoU: Menyusun Memorandum of Understanding.
- Negosiasi: Diskusi dan kesepakatan atas syarat dan ketentuan.
2. Tahap Penyusunan Kontrak
- Pembuatan Draf Pertama: Termasuk judul, pembukaan, isi, dan penutup
kontrak.
- Saling Menukar Draf Kontrak: Pihak-pihak bertukar draf untuk review.
- Revisi (jika perlu): Mengubah draf berdasarkan masukan.
- Penyelesaian Akhir: Finalisasi draf kontrak.
- Penandatanganan Kontrak: Pihak-pihak menandatangani kontrak yang telah
disepakati.
3. Tahap Pasca Kontrak
- Pelaksanaan dan Penafsiran: Eksekusi kontrak dan penafsiran jika ada
ketidakjelasan.
- Alternatif Penyelesaian Sengketa: Menentukan metode penyelesaian sengketa,
melalui pengadilan atau di luar pengadilan
Anatomi Kontrak/Perjanjian
1. Pendahuluan
- sub bagian pembukaan.
- pencantuman identitas para pihak.
- penjelasan latar belakang kontrak.
2. Isi Kontrak
- Klausula definisi.
- Klausula transaksi.
- Klausula spesifik.
- Klausula ketentuan umum.
3. Penutup
- Kata penutup.
- Ruang untuk tanda tangan para pihak.

H. Bentuk-Bentuk Penyelesaian Sengketa Dibidang Kontrak


Ada 2 macam cara penyelesaian sengketa kontrak, yaitu:
1. Melalui Pengadilan (litigasi) yaitu diselesaikan melalui lembaga pengadilan.
2. Diluar Pengadilan (alternatif penyelesaian sengketa = alternatif dispute
resolution/ADR UUNo. 30 tahun 1999) yaitu: konsultasi, negoisasi, mediasi,
konsiliasi, dan penilaian ahli.

I. Jenis-Jenis Kontrak/Perjanjian
a. Hukum Kontrak Nominaat:
1. Perjanjian jual beli (koop en verkoop / pasal 1457 BW).
Yaitu suatu perjanjian/persetujuan dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak
yang lain untuk membayar harga (sejumlah uang) yang telah
dijanjikan. ada macam-macam jual beli sebagai berikut:
a. Jual beli dengan percobaan (koop op proef) yaitu jual beli yang
berlakunya masih ditangguhkan pada hasil-hasil percobaan
dalam satu masa.
b. Jual beli dengan contoh (koop op monster) yaitu jual beli yang
disertai dengan contoh-contoh jenis barang yang ditawarkan.
c. Beli sewa (huurkoop) adalah perjanjian jual beli dimana si
pembeli menjadi pemilik mutlak dari barang yang dibelinya itu,
pada saat pencicilan terakhir telah dibayar, sedangkan selama
barang itu belum lunas dibayar, kedudukan si pembeli lama
dengan seorang penyewa.
penjual mempunyai kewajiban :
- Menyerahkan barangnya serta menjamin si pembeli
dapat memiliki barang itu dengan tentram dan aman
- Bertanggung jawab terhadap cacat-cacat tersembunyi
(bukan barang curian)

2. Perjanjian tukar menukar (Ruil,1.541 KUHPerdata) adalah suatu


persetujuan dengan mana kedua belah pihak mengikatkan dirinya
untuk saling memberikan suatu barang secara timbal balik sebagai
suatu ganti barang lainnya.

3. Perjanjian Sewa Menyewa (huur en verhuur, 154.8 KUHPerdata).


Yaitu suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan
dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan
suatu barang selama waktu tertentu dan dengan pembayaran sesuatu
harga oleh pihak tersebut belakangarl ini disanggupi pembayarannya.
Si penyewa mempunyai kewajiban:
- Membayar uang sewa pada waktunya.
- Memelihara barang yang disewa itu sebaik-baiknya seolah-olah
barang miliknya sendiri.

4. Pemberian atau Hibah (schenking)


Menurut pasal 1666 KUH Perdata yang dinamakan dengan hibah
adalah suatu perj anj ian dimana pihak yang satu menyanggupi dengan
Cuma cuma (om niet /tanpa pembayaran) dengan secara mutlak
(onherroepelijk) memberikan suatu benda pada pihak yang lainnya
(penerima hibah tersebut).
5. Pinjam Pakai (bruiklening, 1740 KUHPerdata)
Pinjam Pakai adalah perjanjian dimana pihak pertama (yang
meminjamkan) memberikan sesuatu benda untuk dipakai, sedangkan
pihak lain (peminjam) berkewajiban mengembalikan barang tersebut
tepat pada waktunya dan dalam keadaan semula.
a. Perjanjian pinjam pakai barang yang tak dapat diganti.
Barang yang tak dapat diganti misalnya sebuah mobil atau
sepeda. Hak milik atas barang yang dipinjamkan tetap berada
pada pemiliknya yaitu pihak yang meminjamkan barangnya.
b. Perjanjian pinjam pakai yang dapat diganti. Barang yang dapat
diganti, anisalnya uang, beras dan sebagainya. Dalam praktek
perjanjian ini hampir ditujukan pada pinjaman uang.
6. Perjanjian Penitipan (bewaargeing, 1694 KUHPerdata). adalah suatu
perjanjian, dimana pihak pertama (yang menitipkan) menyerahkan
sesuatu barang barang untuk dititipkan dan pihak lain (yang dititipi)
berkewajiban menyimpan barang tersebut dan mengembalikannya
pada waktunya dalam keadaan semula.
7. Perjanjian Penanggungan Hutang (borgtocht, 1820 KUHPerdata).
Yaitu perjanjian dimana satu pihak (penanggung) menyanggupi pada
pihak lainnya (seorang berpiutang), bahwa is menanggung pembayaran
suatu hutang apabila si berhutang tidak menepati kewajibannya.
8. Perjanjian Kerja (arbeidscontract, 1601 KUH Perdata). Adalah suatu
perjanjian dimana pihak pertama (buruh / pekerja) akan memberikan
tenaganya untuk melakukan sesuatu pekerjaan baik pihak lain
(majikan) dengan menerima upah yang telah ditentukan.
9. Perserikatan/Persekutuan (maatchap, 1618 KUHPerdata)adalah suatu
perjanjian antara dua orang atau yang mengikatkan
dirinya(bermufakat) untuk bekerja lama dalam lapangan ekonomi
dengan tujuan membagi keuntungan yang diperoleh.
10. Perjanjian penyuruhan./pemberian kuasa (lastgeving), 1792
KUHPerdata). Adalah suatu persetujuan dengan mana seorang
memberikan kekuasaan kepada seorang lain, yang menerimanya untuk
atas namanya menyelenggarakan suatu urusan.
11. Perjanjian Perdamaian (Darling, 1851 KUHPerdata) adalah suatu
persetujuan dengan mana kedua belah pihak dengan menyerahkan,
menjanjikan atau menahan suatu barang, mengakhiri suatu perkara
yang seang bergantung ataupun - mencegah timbulnya suatu perkara.

b. Kontrak Innominaat (kontrak yang diatur diluar KUHPerdata).


1. Contract Production Sharing (kontrak bagi hasil) Kontrak ini dikenal
dalam kontrak-kontrak yang diadakan pada bidang minyak dan gas
bumi. Dalam pasal 1 angka 1 PP No. 35 tahun 1994 tentang
syarat-syarat dan pedornan kerj asama kontrak bagi hasil minyak dan
gas bumi disebutkan contract production sharing adalah kerjasama
antara pertamina dan kontraktor untuk melaksanakan H. Indra Muchlis
Adnan, dkk usaha eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi
berdasarkan prinsip pembagian hasil produksi.
2. Kontrak Joint Venture = Kontrak Patungan (Joint Venture Agreement)
Menurut Peter Mahmud, kontrak joint venture adalah suatu kontrak
antara 2 perusahaan untuk membentuk suatu perusahaan baru.
Berdasarkan ke 2 defnisi diatas maka kontrak joint venture adalah :
- Kerja sama antara pemodal asing dan nasional.
- Membentuk perusahaan baru, antara pengusaha asing dengan
pengusaha nasional.
- Didasarkan pada kontraktual (perjanjian) Perusahaan baru
merupakan perusahaan yang dibentuk antara pengusaha asing
dengan pengusaha nasional.
Kontrak Joint Venture dibagi 2 :
- Kontrak Joint venture domestik : terjadi antara
perusahaan domestik yaitu perusahaan yang terdapat di
dalam negeri.
- Kontrak Joint Venture internasional yaitu apabila salah
satu dari perusahaan itu adalah perusahaan asing.
(PMA) .
Adapun bidang usaha perusahaan joint venture adalah:
a. Pelabuhan.
b. Produksi, trasmisi, dan distribusi tenaga listrik untuk
umum.
c. Telekomunikasi.
d. Pelayanan.
e. Penerbangan.
f. Air minum.
g. Kereta api umum.
h. Pembangkit tenaga atom.
i. Mass media
Subjek Kontrak Joint Venture adalah. perusahaan PMA dan warga
negara Indonesia/badan hukum Indonesia (BUMN/BUMD, koperasi,
perusahaan PMA, perusahaan PMDN, perusahaan non PMA/PMDN).
Objeknya adalah kerjasama patungan. Sahamnya Indonesia minimal
5%, sedangkan asing maksimal 95% pada saat pendirian.

3. Kontrak Karya
Kontrak karya merupakan kontrak yang dikenal dalam bidang
pertambangan di luar minyak dan gas bumi, seperti kontrak karya
dalam penambangan batu bara, emas, tembaga, dan pertambangan
umum.
4. Kontrak Kerja Konstruksi
Adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara
pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi (pasal 1 ayat 5 UU No. 8 tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi).
Dokumen-dokumen yang berkaitan erat dengan kontrak konstruksi,
meliputi;
a. Surat perjanjian;
b. Dokumen lelang;
c. Usulan atau penawaran;
d. Berita acara;
e. Surat pernyataan dari pengguna jasa;
f. Surat pernyataan dari penyedia jasa.
5. Kontrak Beli Sewa (Huurkoop: Belanda, Hire Purchase: Inggris).
Kontrak beli sewa adalah perjanjian jual beli dimana si pembeli
menjadi pemilik mutlak dari barang yang dibelinya itu, pada saat
pencicilan terakhir telah dibayar, sedangkan selama barang itu belum
lunas dibayar kedudukan si pembeli sama dengan seorang penyewa.
Jika si pembeli sewa tidak mau membayar sewanya, perjanjian dapat
dibatalkan/diputuskan.
Dasar hukum kontrak beli sewa adalah :
A. Yurisprudensi MA tanggal tanggal 16 Desember 1957 dalam
perkara NV Handelsmaatchappij L Auto (penggugat) melawan
Yordan (Tergugat).
B. Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi No. 34/KP/II/S0
tentang Perizinan Beli Sewa (hire purchase, jual beli dengan
angsuran dan sewa(renting).
Hak penjual sewa (kreditur) :
1. Hak penjual sewa (kreditur) adalah menerima uang
pokok beserta angsuran setiap bulan dari pembeli sewa
(debitur).
2. Hak pembeli sewa adalah menerima barang yang yang
dibelisewakan setelah pelunasan terakhir.
Kewajiban penjual sewa (kreditur):
a. Menyerahkan barang kepada pembeli sewa (debitur)
b. Mengurus balik narn.a atas barang yang dibelisewakan kalau
kendaraan bermotor)
c. Memperpanjang STNK dan pajak yang diperlukan (kalau kendaraan
bermotor)
d. Merawat barang yang dibelisewakan sebaik-baiknya.

Yang menjadi kewajiban pembeli sewa debitur yaitu:


a. Merawat barang yang dibelisewakan dengan biaya sendiri
b. Membayar uang angsuran tepat pada waktunya.
6. Kontrak Leasing
Sewa guna Usaha (leasing) adalah kegiatan pembiayaandalam bentuk
penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak
opsi (fnancial lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi
(operating lease) untuk dipergunakan lessee (nasabah) selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran berkala" (SK Menkeu, RI No.
1169 / KMK. 0 1 / 1991).

Unsur-Unsur Sewa Guna Usaha :


1. Suatu pembiayaan perusahaan
2. Penyediaan barang modal
3. Terbatasnya j angka waktu
4. Pembayaran secara berkala
5. Hak opsi untuk membeli barang modal
6. Nilai sisa (residu) = nilai perkiraan harga jual dari sisa akhir
leasing

Peraturan-peraturan yang mengatur tentang Leasing :


1. Surat Keputusan bersama Menteri Keuangan, Perindustrian,
dan Perdagangan Nomor KEP-122/MK/IV/2/ 1974, No.
32/M/SK/2/ 1974 dan No. 30 / KPB/ I / 1974 tentang Perizinan
Usaha Leasing.
2. Keppres No. 61 tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan
3. Keputusan Menteri Keuangan RI. No. 1.2 51 /KMK. 013
/1.988 tentang Ketentuan dan Tatacara Pelaksanaan Lembaga
Pembiayaan
4. Keputusan Menteri Keuangan RO No. 634/KMK.013 / 1990
tentang Pengadaan Barang Modal Berfasilitas melalui
perusahaan sewa guna usaha (Perusahaan Leasing)
5. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1169 / KMK.01/ 1991
tentang Ketentuan Kegiatan sewa Guna Usaha (Leasing).

Ada 2 jenis leasing, yaitu:


- Finance lease (sewa guna usaha dengan hak opsi) yaitu
kegiatan guna usaha dimana penyewa guna usaha pada
akhir masa kontrak mempunyai hak untuk membeli
objek sewa guna usahaa berdasarkan nilai sisa yang
disepakati bersama
- Operating lease (sewa guna usaha dengan tanpa hak
opsi) adalah kegiatan sewa guna usaha dimana penyewa
guna usaha tidak mempunyai hak opsi untuk membeli
objek sewa.
Hak opsi adalah hak yang diberikan kepada lessee untuk
membeli objek leasing pada akhir masa kontrak yang
didasarkan pada nilai residu.
Ada beberapa Hak Lessor, antara lain:
- Menerima sewa dari lessee
- Melakukan penyesuaian jumlah angsuran pokok
pembiayaan
- Mengakhiri atau membatalkan kontrak leasing
secara sepihak
- Menetapkan jaminan atau biaya leasing dimuka
- Dapat memindahkan barang leasing, tanpa
adanya izin lessee
- Berhak atas ganti rugi asuransi
- Berhak menahan semua barang leasing, jaminan
tambahan dan bukti surat berharga lainnya.
Sementara itu, Hak Lessee antara lain:
- Menerima barang leasing.
- Mempunyai hak opsi yaitu hak -untuk membeli
atau memperpanjang objek leasing.
- Memakai barang leasing sesuai dengan kontrak
yang dibuat antara lessor dan lessee.
Kewajiban lessor adalah menyerahkan kendaraan yang
menjadi objek leasing Kewajiban Lessee.
a. Membayar sewa barang leasing
b. Membayar pajak
c. Melunasi seluruh biaya sewa, apabila lessee membeli barang
leasing
d. Menanggung biaya dan ongkos yang dikeluarkan oleh lessor
karena dirugikan, dilanggar, atau diancam oleh lessee
e. Tidak diperkenankan untuk melakukan perubahan dan
penukaran fungsi barang leasing
f. Patuh dan taat melaksanakan petunjuk pabrik barang leasing
tentang tata cara pemakaian dan pemeliharaan barang leasing
g. Memelihara dan memperbaiki barang leasing serta mengganti
semua biaya bagian yang hilang atau rusak dengan suku cadang
yang baru.
h. Menanggung biaya asuransi
i. Menanggung biaya pengadilan dan biaya pengacara
j. Biaya Penagihan
k. Biaya materai

7. Kontrak Franchise
Franchise berasal dari bahasa Perancis yaitu franchir yang mempunyai
arti mempunyai kebebasan para pihak. Pasal 1 (1) PP no. 16 tahun
1997 tentang waralaba, franchise atau waralaba diartikan sebagai
perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan
atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau
ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan
berdasarkan persyaratan dan penjualan barang dan atau jasa.

8. Perjanjian/Kontrak Kredit
Perjanjian kredit dapat diartikan suatu perjanjian pinjam-meminjam
antara kreditur dengan debitur yang berupa suatu penyediaan uang atau
yang dipersamakan dengannya, yang mewajibkan pihak debitur untuk
melunasi hutangnya dalam. jangka waktu tertentu, dimana sebagai
imbalan jasanya, kepada pihak kreditur (pemberi pinjaman) diberikan
hak untuk mendapatkan bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan selama masa kredit tersebut berlangsung.
J. Berakhirnya Kontrak
Berakhirnya kontrak merupakan selesainya atau hapusnya sebuah kontrak yang dibuat antara
dua pihak, yaitu pihak kreditur (pihak yang berhak atas suatu prestasi) dan debitur (pihak
yang berkewajiban untuk memenuhi prestasi). Berdasarkan ketentuan pasal 1381
KUHPerdata yang mengatur tentang berakhirnya kontrak dan melihat praktek di lapangan,
maka berakhirnya kontrak dapat digolongkan menjadi 12 belas macam, yaitu :
1. Pembayaran : pelunasan utang (uang, barang dan jasa) oleh debitur kepada kreditur.
2. Novasi : sebuah perjanjian antara debitur dan kreditur, dimana perjanjian lama dan
subjeknya yang ada. dihapuskan dan timbul sebuah objek dan subjek perjanjian yang
baru.
3. Kompensasi :penghapusan masing-masing utang dengan jalan saling
memperhitungkan utang yang sudah dapat ditagih antara debitur dan kreditur.
4. Konfusio (percampuran utang) : pencampuran kedudukan sebagai orang yang
berhutang dengan kedudukan sebagai kreditur menjadi satu.
5. Pembebasan utang : suatu pernyataan sepihak dari krditur kepada debitur bahwa
debitur dibebaskan dari perutangan.
6. Kebatalan atau pembatalan kontrak.
7. Berlakunya syarat batal yaitu suatu syarat yang bila dipenuhi akan menghapuskan
perjanjian dan membawa segala sesuatu pada keadaan semula, seolah-olah tidak ada
suatu perjanjian.
8. Jangka waktu kontrak berakhir.
9. Dilaksanakan objek perjanjian telah dilaksanakannya prestasi (objek perjanjian) .
10. Kesepakatan kedua belah pihak.
11. Pemutusan kontrak secara sepihak salah satu pihak. Hal ini dapat terjadi bila salah
satu pihak yang lainnya dengan sangat terpaksa memutuskan kontrak secara sepihak.
12. Adanya putusan pengadilan

Anda mungkin juga menyukai