Anda di halaman 1dari 10

Ringkasan Mata Kuliah Komunikasi Bisnis

Buku “Komunikasi Bisnis Edisi Kelima” by Djoko Purwanto


Bab 2 Komunikasi Antarpribadi
Dosen Pengampu : Bapak Drs. Djoko Purwanto M.BA

Disusun oleh:
Krisna Indra Pamungkas (F0223085)
Kristina Indah Dewi (F0223086)
Lathifah Azzahra (F0223087)
Lintang Titis Wibowo (F0223088)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2023
BAB 2
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI

PENGERTIAN
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang dilakukan antara seseorang dan orang lain
dalam suatu masyarakat maupun organisasi (bisnis dan non bisnis), dengan menggunakan
media komunikasi tertentu dan Bahasa yang mudah di pahami untuk mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut, paling tidak ada empat hal penting yang perlu diperhatikan,
antara lain:
• Komunikasi dilakukan oleh dua orang atau lebih.
• Menggunakan media tertentu, seperti telepon, telepon seluler, atau bertetep muka
• Bahasa yang di gunakan bersifat informal (tidak baku), dapat menggunakan Bahasa
daerah, Bahasa pergaulan, atau Bahasa campuran.
• Tujuan yang ingin di capai dapat bersifat personal(pribadi) bila komunikasi terjadi
dalam suatu
• masyarakat dan untuk pelaksanaan tugas pekerjaan bila komunikasi terjadi dalam suatu
organisasi.
Dalam suatu organisasi, pola komunikasi yang terbangun dalam komunikasi antarpribadi lebih
bersifat informal atau tidak formal. Karena komunikasi antarpribadi ini bersifat informal, maka
Bahasa yang digunakan dalam penyampaian pesan tidak bersifat formal. Yang terpenting dalam
hal ini adalah bagaimana penerima pesan dapat memahami pesan yang di sampaikan dengan
baik.

TUJUAN
A. Menyampaikan Informasi
Ketika berkomunikasi dengan orang lain, tentu saja seseorang memiliki berbagai
macam tujuan dan harapan. Salah satu di antaranya adalah menyampaikan informasi
kepada orang lain, agar orang tersebut mengetahui sesuatu.
B. Berbagi Pengalaman
Selain menyampaikan informasi, komunikasi antarpribadi juga memiliki tujuan untuk
saling membagi pengalaman pribadi kepada orang lain mengenai hal hal yang
menyenangkan maupun hal hal lainya. Saling berbagi rasa ini pada umumnya tidak
disampaikan kepada setiap orang, tetapi hanya kepada seseorang yang dapat dipercaya
atau teman dekatnya saja.
C. Menumbuhkan Simpati
Komunikasi dapat juga digunakan untuk menumbuhkan rasa simpati seseorang kepada
orang lain. Berbagai cara untuk menumbuhkan rasa simpati seseorang kepada orang
lain antara lain dapat dilakukan dalam bentuk dukungan moral, bantuan dana, obat
obatan, aneka bahan kebutuhan pokok, perlengkapan rumah,dan lain lain.
D. Melakukan Kerja Sama
Tujuan komunikasi antarpribadi yang lainya adalah untuk melakukan kerja sama antara
seseorang dan orang lain untuk saling membantu dalam menyelesaikan pekerjaan
tertentu. Dengan adanya Kerjasama akan lebih mempermudah dan mempercepat
penyeselasaian suatu pekerjaan.
E. Menceritakan Kekecewaan atau kekesalan
Komunikasi antarpribadi juga dapat digunakan seseorang untuk menceritakan rasa
kecewa atau kekesalan kepada orang lain. Pengungkapan segala bentuk kekecewaan
atau kekesalan dengan tepat secara tidak langsung akan dapat mengurangi beban
pikiran.
F. Menumbuhkan Motivasi
Melalui komunikasi pribadi, seseorang dapat memotivasi orang lain untuk melakukan
sesuatu yang baik dan positif. Pada dasarnya, seseorang cenderung melakukan sesuatu
karena dimotivasi orang lain.

GAYA KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara seorang pemimpin mempengaruhi,
mengarahkan, memotivasi, dan mengendalikan bawahannya dengan cara-cara tertentu,
sehingga bawahan dapat menyelesaikan tugas pekerjaanya secara efektif dan efisien.

Teori X dan Y
Teori X dan Y mendasarkan pada berbagai asumsi yang berbeda, Dimana teori X
diasumsikan cenderung negative, sedangkan dalam teori Y cenderung positif. Gaya
Kepemimpinan dalam teori X adalah directive leadership sedangkan dalam teori Y adalah
participative leadership.
Empat Gaya Kepempinan
Empat gaya kepemimpinan menurut Ludlow dan Panton yang dapat diterapkan dalam
situasi dan kondisi yang juga berbeda antara lain :
A. Pengarahan
Gaya Kepemimpinan pengarahan (directing) tepat digunakan pada situasi dan kondisi
di mana para karyawan belum memiliki pengalaman yang cukup dalam menjalankan
tugas tertentu.
B. Pembekalan
Gaya kepemimpinan pembekalan (coaching) tepat digunakan pada situasi dan kondisi
Dimana para karyawan telah memiliki pengalaman yang cukup dalam menyelesaikan
pekerjaan.
C. Dukungan
Gaya kepemimpinan dukungan (supporting) tepat digunakan pada situasi dan kondisi
dimana para karyawan telah mengenal Teknik-teknik yang dituntut dan telah
mengembangkan hubungan yang baik dengan manajer.
D. Pendelegasian
Gaya kepemimpinan pendelegasian (delegating) tepat digunakan pada situasi dan
kondisi dimana para karyawan telah memahami dengan baik tugas-tugas pekerjaan
yang harus diselesaikan,sehingga mereka layak untuk menerima pendelegasian tugas
dari seorang manajer.

Gaya Kepemimpinan Situasional


Pada praktiknya, gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang manajer suatu
organisasi (bisnis dan nonbisnis) bersifat dinamis seiring dengan perubahan dinamika yang
berkembang dalam diri karyawan. Pada awalnya karyawan tidak memiliki kemampuan kerja,
sehingga diperlukan bimbingan. Tetapi karena ketekunan dan keuletan para karyawan dalam
bekerja, pada akhirnya mereka memiliki kemampuan yang baik untuk menyelesaikan tugas dan
pekerjaan dengan baik. Oleh karena itu, gaya kepemimpinan yang telah dipilih dalam situasi
dan kondisi tertentu barangkali tepat diterapkan pada saat itu, tetapi jika situasi dan kondisi
telah berubah, gaya kepemimpinan yang diterapkan juga dapat berubah. Gaya kepemimpinan
ini dikemukakan oleh Harsey dan Blanchard dan disebut dengan gaya kepemimpinan
situasional (situasional leadership).
a. Keterampilan Analitis
Keterampilan analitis (analytical skills) merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh
seorang manajer untuk melakukan evaluasi atau penilaian kerja bawahan (karyawan)
dalam melasanakan pekerjaan mereka. Seorang manajer harus dapat mengevaluasi apakah
kinerja bawahan menjadi semakin baik atau malah menurun dibandingkan dengan kinerja
sebelumnya. Jika terjadi penurunan kinerja, seorang manajer harus memberikan motivasi
yang tepat agar bawahan dapat melaksanakan tugas dengan baik.
b. Keterampilan Fleksibilitas
Penerapan gaya kepemimpinan kadang kala diterapkan secara kaku, tetapi dapat juga
diterapkan secara luwes tergantung situasi dan kondisi yang ada. Keterampilan flesibilitas
(flexibility skills) merupaka keterampilan yang harus dimiliki seorang manajer dalam
menerapkan gaya kepemimpinan pada situasi yang tepat berdasarkan hasil analisis yang
tepat pula. Dalam situasi dan kondisi yang berbeda, gaya kepemimpinan yang diterapkan
dapat berbeda.
c. Keterampilan Komunikasi
Keterampilan komunikasi (communication skills) merupakan keterampilan yang harus
dimiliki seorang manajer untuk menyampaikan ide atau gagasan pada bawahannya dengan
jelas dan mudah dipahami dengan baik, termasuk bagaimana ia harus menjelaskan
perubahan gaya kepemimpinannya kepada bawahannya. Dengan begitu kesalahpahaman
dapat dihindari dalam komunikasi.

Kepemimpinan Inti
Dalam lingkungan kerja yang selalu dinamis, gaya kepemimpinan yang diterapkan juga
akan berbeda. Oleh karena itu, seorang manajer yang efektif harus dapat memahami dengan
baik dan tepat bagaimana kondisi lingkungan kerja yang ada, termasuk latar belakang
karyawan organisasi tersebut.
Menurut Hellriegel dan Slocum, seorang manajer yang dinamis harus memiliki
kemampuan yang dikenal sebagai keahlian inti (core leadership skills) yaitu pemberdayaan
(empowerment), intuisi (intuition), pemahaman diri (self-understanding), visi (vision), dan
kesesuaian nilai (value congruence).
a. Pemberdayaan
Pada dasarnya, pemberdayaan merupakan kemampuan seorang manajer untuk berbagi
pengaruh dan kendali (control) dengan para karyawannya. Dalam hal ini seorang manajer
dapat memberdayakan karyawan untuk terlibat secara langsung dalam suatu proses
pengambilan keputusan bagi pencapaian tujuan organisasi.
b. Intuisi
Menurut Griffin (2002), intuisi adalah keyakinan bawaan dalam diri seseorang mengenai
sesuatu tanpa pertimbangan sadar. Manajer terkadang memutuskan sesuatu hanya karena
“rasanya benar” atau karena firasat. Kemampuan ini lebih tidak datang begitu saja,
melainkan didasarkan pada pengalaman dan praktik selama bertahun-tahun ketika
membuat keputusan dalam situasi serupa.
c. Pemahaman Diri
Pemahaman diri pada dasarnya merupakan kemampuan mengenal diri sendiri, baik
kekuatan maupun kelemahannya. Kemampuan ini akan membantu seorang manajer dalam
mengembangkan diri di masa depan. Kekuatan yang ada pada diri seseorang dapat
dikembangkan, sementara kelemahan yang ada pada diri sendiri secara bertahap dapat
diatasi dengan cara belaar dan berlatih.
d. Visi
Secara umum, visi merupakan kemampuan untuk berimajinasi pada situasi yang berbeda
dan situasi yang lebih baik dengan bagaimana mencapainya. Untuk mencapai visi yang
telah ditetapkan, diperlukan komitmen yang tinggi, baik bagi karyawan, manajer, dan
pemegang saham. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melibatkan
karyawan untuk memberikan masukan yang sangat berharga demi perbaikan terus
menerus bagi pencapaian visinya.
e. Kesesuaian Nilai
Kesesuaian nilai (value congruence) merupakan kemampuan untuk memahami dan
memadukan prinsip-prinsip organisasi dengan nilai-nilai karyawan. Ketidaksesuaian
antara keduanya akan berdampak pada terganggunya kelancaran kegiatan operasional
suatu perusahaan. Kegiatan pemogokan atau unjuk rasa (demo) yang dilakukan oleh para
karyawan suatu perusahaan terjadi karena perbedaan antara nilai-nilai yang dikembangkan
oleh manajer perusahaan dan para karyawan. Permasalahan dapat diselesaikan dengan baik
ketika ada negosiasi di antara keduanya.
KEBUTUHAN MANUSIA
1. Teori Hierarki Kebutuhan (Abraham Maslow)
Teori hierarki/jenjang kebutuhan (hierarchy of needs theory) menyatakan bahwa, manusia
pada dasarnya memiliki lima kebutuhan yang paling dasar (asasi) sampai pada kebutuhan
aktualisasi diri. Menurut teori ini, untuk menuju pada jenjang kebutuhan yang lebih tinggi
seseorang harus dapat memenuhi kebutuhan yang adadi Tingkat bawahnya.
a. Kebutuhan Fisiologis (physiological needs)
Ini merupakan kebutuhan Tingkat pertama dan utama bagi mempertahankan hidup
dan kehidupan manusia (survival), misalnya kebutuhan akan makan, minum, pakaian,
dan tempat tinggal. Manusia memerluka kebuthan dasar ini tanpa terkecuali. Oleh
karenanya, kebutuhan fisiologis harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan
lainnya dapat dipenuhi.
b. Kebutuhan Keamanan (safety needs)
Setelah kebutuhan dasar dapat dipenuhi, maka manusia berupaya untuk dapat
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan rasa aman dan nyaman.
Kebutuhan ini sangat diperlukan, karenaa tanpa adanya rasa aman dari berbaagai
gangguan yang ada, manusia akan sulit melakukan berbagai kegiatan hidupnya.
Contoh sederhana, orang merasa tidak aman dan tidak nyaman Ketika terjadi
kerusuhan, pertikaian, pembakaran, dan penjarahan pusat-pusat pertokoan
sebagaimana pernah terjadi di berbagai kota di Indonesia, sehingga tidak dapat
melakukan berbagai kegiatan produktif di masyarakat.
c. Kebutuhan Sosial (social needs)
Kebutuhan sosial berkaitan dengan kegiatan kemasyarakatan, bagaimana seseorang
berinteraksi dengan orang lain di dalam suatu kehidupan bermasyarakat. Di manapun
kita berada, baik di kota maupun di desa, hidup dalam kebersamaan,
kegotongroyongan, saling membantu antara yang satu dengan yang lain merupakan
kebutuhan yang harus diperhatikan.
d. Kebutuhan Status (status needs)
Selain pemenuhan akan kebutuhan dasar, manusia juga ingin memenuhi kebutuhan
status akan dirinya. Kebutuhan manusia akan status berkaitan dengan pengakuan,
penghargaan, kedudukan, dan tingkatan sosial di masyarakat. Manusia ingin diakui,
dihargai, dan diniilai kegiatannya di dalam bermasyarakat. Status seseorang dalam
suatu masyarakat dapat diukur dari Tingkat keimannya, kebangsawannya,
keilmuannya, jabatannya, atau kekayaannya.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (self-actualizations needs)
Ini merupakan tingkat kebutuhan paling tinggi menurut Abraham Maslow. Dalam hal
ini yang paling ditekankan adalah bagaimana seseorang mampu mengaktualisasikan
dirinya dalam berbagai kegiatan yang mampu menumbuhkan suatu kreativitas,
inovasi-inovasi baru, maupun mampu menunjukkan sikap kearifan dan kebijaksanaan
dalam mengambil suatu Keputusan penting dalam suatu organisasi.

2. Teori Dua-Faktor (Frederick Herzberg)


Teori dua-faktor/motivasi Kesehatan (two-factor or motivation hygiene theory) pada
dasarnya merupakan pengembangan dari teori kebutuhan berjenjang dari Abraham
Maslow. Menurut teori dua-faktor Herzberg, dalam menunaikan tugas/pekerjaannya,
karyawan sangat dipengaruhi oleh dua factor penting, yaitu faktor dissatisfiers/hygiene
dan faktor motivator.
a. Faktor Ketidakpuasan (dissastisfiers factor) atau Faktor Kesehatan (hygiene factor)
Ini merupakan factor yang mempertahankan/menjaga tingkat motibvasi kerja
karyawan jika factor tersebut diberikan secara tepat. Jika factor Kesehatan tidak
diberikan secara tepat justru akan berdampak pada menurunnya semangat atau
motivasi kerja karyawan.
b. Faktor pendorong (motivator factor)
Ini merupakan factor penting yang memberikan dorongan atau motivasi kerja bagi
para karyawannya.

Faktor Hygiene Faktor motivator


(sumber kepuasan kerja) (sumber kepuasan kerja)
Kondisi kerja Pekerjaan itu sendiri
Kebijakan Perusahaan Tanggung jawab
Supervisi Pengakuan
Gaji Prestasi
Hubungan dengan rekan kerja Promosi
Status Pertumbuhan
Keamanan kerja Perkembangan
Kehidupan pribadi
MENDENGARKAN SEBAGAI KEAHLIAN ANTARPRIBADI
Dalam komunikasi antarpribadi, kegiatan mendengarkan (menyimak) suatu percakapan
dengan orang lain merupakan bagian penting dalam memahami suatu pesan yang disampaikan
oleh orang lain. Dalam hal ini, istilah mendengarkan (lsitening) bukanlah kegiatan yang statis
tetapi dinamis, yaitu merupakan kegiatan mendengar secara aktif percakapan dengan orang lain
yang dituntut adanya konsentrasi secara penuh dan tidak terpengaruh oleh faktor-faktor
pengganggu dalam suatu percakapan tersebut. Sebagai contoh, ketika seorang manajer sedang
menyampaikan presentasi bisnus di suatu pertemuan, iba-tiba telepon genggam salah seorang
peserta (karyawan) berdering. Dering telepon tersebut dapat membuyarkan atau mengganggu
konsentrasi para peserta yang sedang mendengarkan presentasi tersebut.
Seseorang dapat mendengar dengan baik memlalui pikiran, emosi, dan Bahasa tubuh. Dengan
pikiran, seseorang dapat memilih kata-kata yang tepat untuk disampikan kepada pihak lain,
sehingga dapat dipahami dengan baik dan benar. Dengan emosi, seseorang dapat
mengungkapkan perasaannya (suka, duka, yakin atau ragu-ragu) dalam mengadakan hubungan
komunikasi dengan orang lain. Dengan Bahasa tubuh, seseorang dapat lebih meyakinkan apa
yang telah disampaikan dengan kata-kata dan perasaannya, yang diungkapkan dalam bentuk
Tindakan tertentu yang dapat dipahami oleh orang lain.
Menurut Lehman, Himstreet, dan Baty, kebanyakan para manajer dalam setiap harinya
menghabiskan waktu kerjanya untuk mendengarkan (listening) dan berbicara (speaking)
dengan para supervisor, karyawan, pelanggan, dan berbagai asosiasi bisnis. Kebiasaan sebagai
pendengar yang efektif akan menghasilkan beberapa hal yang positif, antara lain:
• Disukai orang lain karena mereka dapat memuaskan kebutuhan dasar manusia untuk
didengarkan.
• Kinerja/prestasi karyawan meningkat ketika pesan yang diterima tersebut dapat
dimengerti dengan baik.
• Umpan balik (feedback) yang akurat dari bawahan (karyawan) akan berdampak
positing pada prestasi kerjanya.
• Manajer dan karyawan akan terhindar dari munculnya kesalahpahaman dalam
penyampaian suatu pesan.
• Pendengar yang baik dapat memisahkan mana fakta dan mana yang sekedar gossip.
• Pendengar yang baik memiliki kecenderungan membuka ide-ide baru dari pihak lain,
sehingga hal ini mendorong berkembangnya kreativitas.
• Pendengar yang efektif juga akan dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik dan
peningkatan kepuasan kerja
• Kepuasan kerja meningkat karena mereka tahu apa yang terjadi, kapan mereka
mendengar, dan kapan mereka berpartisipasi di dalamnya yang tumbuh dari komunikasi
yang baik.
Pentingnya kebiasaan mendengarkan yang baik, maka ada beberapa saran agar dalam
mendengarkan bisa berlangsung secara efektif, antara lain:
• Perhatikan dengan baik siapa yang berbicara, mulai dari gerakannya, kontak mata, nada
suaranya, dan ekspresi wajahnya.
• Berikan umpan balik (feedback), seperti apakah mereka sudah mengerti atau belum,
apakah ada pertanyaan, dll
• Mendengarkan membutuhkan waktu, oleh karena proses komunikasi yang dilakukan
secara tatap muka sebagaimana seorang pengirim dan penerima pesan secara simultann.
• Gunakan pengetahuan anda tentang orang yang berbicara tersebut untukdapat menarik
manfaat yang positif bagi anda.

Anda mungkin juga menyukai