NPM : 201102030435
⮚ Berpikir positif (khusnu_zhan).
⮚ Tentukan tujuan.
⮚ Dukungan Kelompok
2. Tujuan motivasi
Motivasi bertujuan untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul
keinginan dan kemauan untuk melakukansesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau
mencapai tujuan tertentu. Motivasi merupakan hal penting karena motivasi adalah hal
yangmenyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supayamau bekerja giat
dan antusias mencapai hasil yang optima.
a. Motivasi intrinsik
yaitu keinginan beraktivitas atau meraihpencapaian tertentu semata-mata demi
kesenangan atau kepuasandari melakukan aktivitas tersebut.
b. Motivasi ekstrinsik
yaitu keinginan untuk mengejar suatu tujuanyang diakibatkan oleh imbalan-
imbalan eksternal seperti gaji, kondisikerja, penghargaan, jenjang karir,
tanggung jawab.
⮚ Kepemimpinan
1. Pengertian kepemimpinan
Secara umum kepemimpinan adalah sebuah kemampuan yang terdapat di dalam diri
seseorang untuk bisa memengaruhi orang lain atau memandu pihak tertentu untuk mencapai
tujuan. Sementara itu, definisi pemimpin dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang
yang memimpin. Kepemimpinan menurut para ahli, diantaranya :
●Wahjosumidjo
Kepemimpinan merupakan kemampuan dalam diri seseorang dan mencakup sifat-sifat,
seperti kepribadian, kemampuan, dan kesanggupan. Kepemimpinan tidak dapat
dipisahkan dari gaya, perilaku, dan kedudukan pemimpin bersangkutan dan interaksinya
dengan para pengikut serta situasi.
2. Tujuan kepemimpinan
Pada intinya kepemimpinan merujuk pada tindakan untuk memengaruhi seseorang atau
sekelompok orang. Kepemimpinan harus memiliki tujuan di dalam sebuah bawahan atau
organisasi, seperti :
a) Mencapai Tujuan
Kepemimpinan merupakan sebuah hal yang dibutuhkan dalam perusahaan/kelompok
supaya tujuan dapat tercapai. Tanpa adanya satu pun pihak yang berjiwa pemimpin,
tujuan sulit untuk dicapai karena tidak ada sosok yang bisa dijadikan pegangan.
3. Sifat kepemimpinan
Dalam memilih kepemimpinan, kita harus bisa memilih pemimpin yang memiliki
sifat yang baik, seperti :
a. Punya Pendirian
Sebagai seorang pemimpin, wajib untuk punya pendirian yang teguh. Karena
pendirian kuat tidak akan membuat kita mudah goyah dan juga membuat kita
konsisten dalam menjalankan sesuatu.
b. Proaktif
Pemimpin harus proaktif. Pemimpin tidak boleh pasif, karena apabila seorang
pemimpin bersifat pasif, tujuan tidak akan kunjung tercapai, bahkan ini akan
membuat bawahan tidak memiliki rasa hormat kepadanya.
c. Jujur
Sosok yang jujur adalah sosok yang dapat diandalkan dalam berbagai hal dan tidak
akan menggagalkan suatu tujuan hanya untuk kepentingan pribadinya.
d. Komunikatif
Komunikatif artinya pemimpin mampu menyampaikan berbagai hal dengan jelas dan
tidak menimbulkan kesalahpahaman. Untuk bisa memiliki sifat ini, pemimpin harus
tahu bagaimana metode komunikasi yang baik. Metode komunikasi yang baik artinya
adalah komunikasi yang persuasif, yang mampu menarik orang untuk melakukan
sesuatu tanpa paksaan.
g. Visioner
Pemimpin yang baik harus memiliki kemampuan analisis kuat dan bisa
merencanakan berbagai hal serta membuat perkiraan tentang apa yang terjadi
berdasarkan data-data yang ada.
h. Sabar
Seorang pemimpin harus memiliki kesabaran yang besar. Tanpa adanya kesabaran,
bagaimana mungkin pemimpin bisa menyelesaikan suatu masalah dengan kepala
dingin.
2.3. Dinamika Kelompok
Istilah dinamika kelompok tani berasal dari bahasa inggris “dynamics” yang berarti
mempunyai gairah atau semangat untuk bekerja. Sisi lain dinamika berarti adanya intraksi,
saling mempengaruhidan ketergantungan antara anggota kelompok satu sama lain secara
timbal balik diantara Anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan.
Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih
yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain.
Dinamika kelompok menguraikan kekuatan-kekuatan yang terdapat dalam situasi kelompok
yang menentukan perilaku kelompok dan anggotanya.
Tujuan kelompok merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kelompok. Tujuan perlu
memberi arah pada kegiatan dan memberi kerangka bagi pengambilan keputusan yang
rasional tentang jenis dan jumlah kegiatan yang harus dilakukan oleh kelompok yang menjadi
kriteria pengukur kemajuan. Tujuan dinamika kelompok, diantaranya :
Dinamik kelompok merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang hidup dalam sebuah
kelompok, Manfaat dinamika kelompok antara lain :
Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu
yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang
dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama. Dinamika kelompok juga dapat
didefinisikan sebagai konsep yang menggabarkan proses kelompok yang selalu bergerak,
berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah.
Dinamika kelompok mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
● Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain,
sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai
● Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan saling
menghargai pendapat orang lain
● Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesame anggot kelompok
⮚ Pencapaian tujuan
●menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama
●membina dan memperluas pola
●terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan
kemampuannya.
a) Kelebihan Kelompok
1) Keterbukaan antar anggota kelompok untuk memberi dan menerima informasi &
pendapat anggota yang lain.
2) Kemauan anggota kelompok untuk mendahulukan kepentingan kelompoknya dengan
menekan kepentingan pribadi demi tercapainya tujuan kelompok
3) Kemampuan secara emosional dalam mengungkapkan kaidah dan norma yang telah
disepakati kelompok.
b) Kekurangan Kelompok
Kelemahan pada kelompok bisa disebabkan karena waktu penugasan, tempat atau
jarak anggota kelompok yang berjauhan yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas
pertemuan.
Secara sosial psikologis kepemimpinan merupakan produk dari interaksi sosial. Pada
uraian Dinamika Kelompok telah diterangkan bagaimana proses terbentuknya kepemimpinan,
dan juga telah digambarkan bahwa peranan pemimpin dalam dinamika kelompok memegang
arti besar. Oleh karena itu perlu kiranya dijelaskan terlebih dahulu beberapa hal yang
menyangkut seorang yang dinamakan pemimpin dan kepemimpinan itu.
⮚ Peranan Kepemimpinan
Tiap organisasi yang memerlukan kerjasama antar manusia menyadari bahwa masalah
yang utama adalah masalah kepemimpinan. Kepada masalah ini perhatian belum cukup
dicurahkan. Dalam tingkatan ilmiah kepemimpinan itu dipandang sebagai suatu fungsi, bukan
sebagai kedudukan atau pembawaan pribadi seseorang. Maka di adakanlah suatu analisa
tentang unsur-unsur dan fungsi yang dapat menjelaskan kepada kita, syarat-syarat apa yang
diperlukan agar pemimpin dapat bekerja secara efektif dalam situasi yang berbeda-beda.
Pandangan baru ini membawa perubahan besar
Dalam tujuan dan manfaat ilmu sosial, kajian terkait individu dan kelompok ini menjadi
sangat penting. Hal ini lantaran menjadi konsep yang kemudian dikembangkan dalam
menelaan berbagai contoh fenomena sosial di masyarakat. Untuk mengetahuai arti keduanya.
Berikut bahasannya;
● Memiliki raga atau jasmani yang khas yang membedakan antara satu orang dengan yang
lainnya, meskipun mempunyai ciri umum yang sama sebagai manusia.
● Memiliki pikiran, perasaan, kehendak, serta juga hasrat, sehingga bisa menetapkan
kenyataan, menginterprestasikan situasi, menetapkan aksi dari luar serta dalam dirinya.
● Memiliki kepribadian dan bakat yang berbeda antara satu orang dengan yang lainnya.
● Memiliki tingkah laku yang khas dan berbeda antara satu orang dengan yang lainnya.
● Mempunyai naluri, yang mencakup naluri untuk bertahan hidup, naluri untuk bisa
mempertahankan keturunan, serta naluri untuk mencari kepuasan.
● Memiliki karakteristik yang sama dengan individu lainnya yang berada di dalam
kelompok yang sama.
Bersistem dan berproses, yang menunjukkan bahwa kelompok sosial terbentuk dalam
jangka waktu tertentu dan sebagai konsekuensi dari interaksi dan aktivitas yang dilakukan
secara terus-menerus.
2. Kelompok (Ayah, ibu, dan anak yang bersama-sama membentuk kelompok sosial yang
disebu dengan “Keluarga”)
B. KONSEP KEPEMIMPINAN
2.1 Konsep Kepemimpinan
Memahami konsep kepemimpinan tidak terlepas dari mempelajari perilaku, karakteristik,
dan gaya dari individu yang diserahi tanggung jawab untuk memimpin. Meski dalam
penerapannya berbeda antara individu satu dengan lainnya, akan tetapi secara esensi adalah
sama, tergantung dimana organisasi hidup.
Selain itu organisasi dalm bentuk apapun tentunya membutuhkan posisi seseorang untuk
memimpin organisasi tersebut. Kepemimpinan sendiri merupakan kemampuan atau
kecerdasan seseorang untuk mendorong sejumlah orang agar bekerja sama dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama.
Untuk dapat melihat konsepsi kepemimpinan ada beberapa terminologi yang dapat anda
pergunakan dilihat dari luasnya substansi kita memandang, maka kepemimpinan itu dapat
dilihat dalam arti yang luas dan yang sempit.
Dari pengertian luas ini kita dapat melihat bahwa pengaruh adalah komponen utama yang
harus dimiliki seseorang yang dikatakan sebagai pemimpin. Komponen selanjutnya adalah
kepatuhan orang-orang yang dikenai pengaruh tersebut baik kepatuhan itu karena mengakui
atas kepemimpinannya atau tidak rela terhadap apa yang mengenainya.
Seseorang yang komitmen penuh terhadap anggota kelompok dalam mencapai sebuah
tujuan. Memimpin bukanlah apa yang hak dimiliki untuk berbuat semaunya dan menggeruk
untung sebanyak-banyaknya. Untuk lebih jelasnya, berikut merupakan pengertian
kepemimpinan berdasarkan penuturan peran ahli :
● Menurut Hyot (dalam kartono, 1998), memaparkan kepemimpinan adalah kegiatan
atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerja sama yang didasarkan pada
kemampuan orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
● Menurut Moejiono (2002), menganggap bahwa kepemimpinan tersebut sebagai
akibat pengarug satu arah karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas
tertentu yang membedakan dirinya dan pengikutnya.
● Menurut Sullivan & Decker (1989), memaparkan bahwa kepemimpinan merupakan
penggunaan keterampilan seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk
melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan.
● Menurut Atmosudirjo (dalam Purwanto, 1990), kepemimpinan dapat dirumuskan
sebagai suatu kepribadian seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok
orang-orang untuk mencontohnya atau mengikutinya, atau yang memancarkan suatu
pengaruh yang tertentu, suatu kekuatan yang sedemikian rupa sehingga membuat
sekelompok orang-orang mau melakukan apa yang dikehendakinya.
Moral kerja itu sendiri adalah suatu kondisi rohaniah atau perilaku individu anggota
organisasi (pegawai) yang menimbulkan kesenangan yang mendalam dalam diri pegawai itu
untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
4. Tingkatan organisasi
9. Dinamika lingkungan
10. Kepribadian
1. Persepsi karyawan terhadap keadaan organisasi yang tidak dapat dikendalikannya, seperti
pengawasan, kerja sama dengan rekan sekerja, dan kebijakan organisasi terhadap pekerja.
Bila faktor tersebut dipandang menyenangkan bagi karyawan, moral kerja akan cenderung
tinggi
2. Persepsi karyawan terhadap tingkat kepuasan yang diperoleh dari imbalan yang diterima
3. Persepsi karyawan terhadap kemungkinan untuk mendapatkan imbalan dan masa depan
serta kesempatan untuk maju.
Seorang pemimpin memegang peranan yang sangat penting dalam menetapkan ethical
climate di dalam organisasi dan dalam bertindak, sebagai cerminan yang positif bagi para
pengikutnya. Pemimpin memberitahu hal-hal penting melalui tingkah lakunya. Misalnya,
ketika pemimpin bertingkah laku baik, sopan, jujur, dan ramah maka pengikutnya akan
senantiasa mengikutinya. Dan sebaliknya, pada saat pemimpin bertindak secara egois dan
serakah maka hal itu dipandang oleh pengikut sebagai hal yang wajar dilakukan di dalam
organisasinya.
Seseorang mengatakan "Tingkah laku pengikut merupakan cerminan dari tingkah laku
pemimpinnya, yang pada akhirnya akan membentukkebiasaan dana budaya dalam organisasi
perusahaan itu"
Dengan kata lain, norma kelompok merujuk pada suatu kondisi dimana anggota
kelompok atau tim kerja diharapkan untuk membiasakan dan mempraktekkan budaya tim
kerja tertentu (Levine dan Moreland, 2006).
Seiring dengan berjalannya waktu, setiap anggota tim kerja akan membentuk harapan
kolektif tentang bagaimana anggota tim kerja tersebut seharusnya berperilaku sesuai dengan
norma yang diharapkan (Griffin, 2005). Tentu saja biasanya terdapat kekhawatiran dari
anggota terkucil dari kelompoknya (out-group), sehingga mayoritas kelompok atau tim kerja
akan mendorong sebagian besar anggota kelompok untuk mematuhi norma-norma kelompok
(Burtis dan Turman, 2006). Demoralisasi kelompok dapat terjadi, ketika mayoritas pekerja
memilih mendukung suatu pemogokan misalnya, di sisi lain kelompok minoritas pekerja
yang tidak menginginkan adanya pemogokan tidak punya pilihan selain bergabung dengan
rekan-rekan mereka, karena takut dikucilkan. Secara positif, bekerja dalam suatu tim kerja
dapat merangsang orang untuk mengembangkan ide-ide baru dan meningkatkan
produktivitas kerja mereka, dan sebaliknya suatu solidaritas kelompok atau tim kerja juga
dapat mempengaruhi untuk melakukan penurunan produktivitas dan menetapkan standar
kerja tim jauh di bawah rata-rata prestasi yang diharapkan.
Nilai karakter moral kepemimpinan merupakan sejumlah sifat utama yang harus
dimiliki seorang pemimpin agar kepemimpinannya dapat berjalan dengan efektif serta
dapat menciptakan sebuah lingkungan kelompok yang suportif, sehingga dapat mencapai
tujuan kelompok. Nilai kepemimpinan yang perlu dimiliki seorang pemimpin adalah
integritas, tanggung jawab, kebijaksanaan, kemampuan berkomunikasi yang baik, bersifat
suportif dan tidak otoriter, serta memberikan teladan yang baik bagi anggota kelompok.
Namun, pada kenyataannya saat ini terdapat permasalahan degradasi moral bagi generasi
Y yang berimbas terhadap buruknya nilai karakter moral kepemimpinan pada generasi
selanjutnya. Munculnya pemimpin yang bersifat otoriter, apatis, dan enggan peduli
dengan anggotanya merupakan salah satu bukti bahwa terdapat adanya degradasi moral
bagi generasi saat ini.
Maka dari itu perlu adanya pendidikan yang mengembangkan dan mengajarkan
karakter yang baik bagi para generasi penerus. Hal ini tentunya memberikan solusi
jangka panjang yang mengarah pada isu-isu moral, etika, dan akademis yang menjadi
perhatian sekaligus kekhawatiran yang terus meningkat dalam suatu bidang ilmu
dinamika kelompok. Pendidikan karakter merupakan suatu proses pendidikan yang
menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan para generasi
penerus yang akan bertumbuh menjadi seorang pemimpin di masa yang akan datang.
Tentunya pendidikan karakter menjadi sebuah fondasi bagi terbentuknya generasi yang
berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip suatu kebenaran yang dapat
dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu, guru sebagai agen perubahan dalam lembaga
sekolah perannya sangat strategis dalam mewujudkan karakter peserta didik.
Guru sebagai tokoh sentral tentunya dituntut terlebih dulu harus dapat
memerankan karakter-karakter yang mulia tersebut sehingga guru dapat menjadi anutan
dan teladan yang dapat di contoh setiap saat di lingkungan sekolah. Perilaku yang setiap
saat diperhatikan generasi penerus adalah bagaimana guru berpenampilan, cara bicara,
berperilaku, sikap guru terhadap ilmu dan komitmen guru terhadap apa yang ia katakan.
Apabila hal tersebut dapat diperankan oleh guru dengan baik maka akan mengimbas pada
generasi penerus. Dengan demikian peserta didik akan tumbuh menjadi pribadi yang
memiliki akhlak mulia.
Maka dari itu seorang pemimpin perlu memiliki integritas yang kuat untuk dapat
berkompetisi serta berkolaborasi. Meskipun beberapa perusahaan masih mendorong
kompetisi internal dan perilaku agresif, kebanyakan organisasi yang telah sukses lebih
menekankan pada kerja tim (team work), kerjasama dan kompromi sehingga semua
karyawan bisa menjadi yang terbaik. Self-directed tim dan bentuk lain dari kolaborasi
secara horisontal telah meruntuhkan batas-batas antar departemen dan membantu untuk
menyebarkan pengetahuan dan informasi di seluruh organisasi. Selain berintegritas,
seorang pemimpin perlu menjadi seorang yang rendah hati dan lebih mementingkan
kesuksesan tim dibanding kepentingan pribadi. Hal inilah yang menjadi strategi
bagaimana menjadi seorang pemimpin yang memiliki moral pemimpin dan kelompok
yang baik.
Morale suatu kelompok berhubungan dengan semangat kelompok atau I’esprit the
corps atau group spirit. Dengan kata lain, morale kelompok (group merale) membicaraan
tentang rasa persatuan dan kesatuan yang terdapat dalam kelompok Berbicara tentang
morale kelompok (group morale) sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari masalah
“leadership atau kepemimpinan”.
Pemimpin paling sering berurusan dengan group morale. Seorang pemimpin pada
umumnya berusaha untuk mempertahankan atau meningkatkan rasa persatuan dan
kesatuan yang terdapat dalam kelompok yang dipimpinnya.
Namun hendak diingat benar, bahwa pembinaan yang terus menerus terhadap
group morale juga bisa membahayakan. Dengan dipupuknya rasa persatuan dan kesatuan
dalam sebuah kelompok, maka disitu timbul suatu penghargaan yang demikian tingginya
terhadap kelompoknya. Sedangkan kelompok lain dianggap lebih rendah. Perasaan yang
berlebihan ini terus timbul sehingga lama kelamaan kelompok lain dianggap diluar
kelompoknya (out of group) dan berbahaya atau mengancam. Karena itu sering timbul
pertentangan (conflik).
2.9 Kelompok dengan moral tinggi dan kelompok dengan moral rendah.
Dalam kehidupan sehari-hari sering terdengar pembagian kelompok atas dasar
tingkatan morale yang demikian, yakni : kelompok dengan morale yang tinggi (high
morale) dan kelompok dengan moral yang rendah (low morale).
Ada beberapa pertanda dari kelompok yang bermoral tinggi dan bermoral rendah.
a. Bila mengalami tekanan dari, kelompok mudah terpecah belah menjadi bagian-
bagian yang satu sama lain bertentangan.
b. Dalam kelompok terdapat saling tidak mempercayai, banyak kritikan dan banyak
berkata yang masuk hati (menyinggung perasaan).
c. Gagal dalam mengatasi ketegangan yang terdapat antar anggota dalam kelompok
sendiri.
d. Diantara anggota kurang perasaan saling menghargai dan saling menghormati
e. Tujuan individu tidak selaras dengan tujuan kelompok.
f. Para anggota mempunyai sikap negatif terhadap tujuan kelompok dan
kepemimpinannya.
g. Para anggota kurang merasa mengidentifikasi diri dan terlibat dalam kelompok.
Kelompok menurut kartini Kartono (1994:98) dalam Trimiyati (2010:11) adalah kumpulan
yang terdiri dari dua atau lebih individu, dan kehadiran masing-masing individu mempunyai
arti serta nilai, dan ada dalam situasi saling mempengaruhi. Berdasarkan penjelasan tersebut,
maka unsur esensial didalam kelompok adalah saling ketergantungan dengan anggota
lainnya.Yaitu saling ketergantungan, dalam setiap individu harus bekerja sama dengan orang
lain, dan harus selalu mengingat keberadaan dan kepentingan orang lain.
Namun dalam menjalankannya, setiap kelompok diharuskan memiliki pemimpin agar
kelompok tersebut dapat berjalan dengan baik dan dapat menyelesaikan masalah secara
sistematis. Berikut adalah pengertian kepemimpinan dan keterampilan yang harus dimiliknya
agar menjadi pemimpin yang baik dan dapat dipercaya.
1. Kepemimpinan
Setiap kelompok mempunyai pemimpin, fungsi dari pemimpin ini tidak lepas dari bentuk,
sifat dan ciri-ciri yang dipimpinnya. Persamaannya terletak pada operasionalnya yaitu bentuk
pemimpin yang mempunyai kewajiban untuk memajukan kelompoknya untuk membawa dan
mengerahkan anggota mencapai tujuan, mengaktifkan anggotanya dan memperhatikan
kesejahteraan anggotanya. Kepemimpinan seorang pemimpin kelompok akan mendapat respon
dari anggotanya, apakah dia seorang pemimpin yang dinamis, aktif, cakap, bijaksana atau
sebaliknya. Mutu dan penilaian yang diberikan kepada kelompok akhirnya tergantung pada mutu
pemimpinnya. Dengan kata lain dinamika dari suatu kelompok bersumber dari kedinamisan
pemimpin dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya.
2. Keterampilan Kepemimpinan
Pemimpin tidak sekedar cukup hanya bermodalkan rasa percaya diri dan pesona diri yang
hebat, tapi juga wajib bermodalkan keterampilan dasar kepemimpinan untuk bisa menyatu
dengan yang dipimpin. Berikut ini ada enam keterampilan yang perlu dimiliki setiap orang untuk
bisa memperkuat dasar-dasar kepemimpinan dirinya.
a) Keterampilan Teknis
Keterampilan teknis adalah keterampilan menerapkan pengetahuan teoritis kedalam
tindakan praktis, kemampuan memecahkan masalah melalui taktik yang baik atau
kemampuan menyelesaikan tugas secara sistematis. Keterampilan ini erat kaitannya
dengan gerak motoris atau keterampilan tangan (manual). Keterampilan yang dimaksud
adalah
1) Keterampilan menyusun laporan pertanggungjawaban
2) Keterampilan menyusun program tertulis.
3) Keterampilan membuat data statistik
4) Keterampilan membuat keputusan dan merealisasikannya.
5) Keterampilan mengetik.
6) Keterampilan menata ruang.
7) Keterampilan membuat surat.
Pemimpin harus secara cerdas mampu mentransformasikan nilai-nilai yang kuat dan
positif kepada rencana tindakan yang jelas.
b) Keterampilan Komunikasi
Kemampuan dalam komunikasi adalah hal wajib yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin. Dengan kemampuan komunikasi yang baik, karakter kepemimpinan yang
dimiliki akan keluar dengan sendirinya dan dapat dijangkau oleh semua orang.
Kemampuan komunikasi ini diperlukan untuk mengomunikasikan ide dengan baik.
Selain itu, kalau ada masalah dalam tim, Anda bisa menyelesaikannya baik secara pribadi
atau bersama dengan banyak orang.
Pemimpin adalah seorang negosiator untuk mendapatkan kesepakatan terbaik, bukan
seorang negosiator yang ngotot dan tak mau kompromi terhadap tantangan. Pemimpin
juga harus merangkul semua kekuatan dan potensi sukses pengikutnya untuk dijadikan
sebagai kekuatan kepemimpinan yang ia miliki. Oleh karena itu, pemimpin wajib
bersikap baik dengan sikap tulus dan jujur kepada setiap orang, di mana pun dan kapan
pun.
c) Keterampilan Konseptual
Keterampilan konseptual adalah kecakapan untuk memformulasikan pikiran,
memahami teori-teori, melakukan aplikasi, melihat kecenderungan berdasarkan
kemampuan teoritis dan yang dibutuhkan didalam dunia kerja. Seorang pemimpin juga
adalah seorang organisator yang ulung. Kemampuan pemimpin dalam mengorganisasi
semua kekuatan yang ada akan menjadikan kepemimpinan itu kuat dan solid. Melalui
kebersamaan dalam organisasi yang solid dan kuat, pemimpin pasti membawa setiap
orang menuju puncak harapan.
d) Keterampilan Memotivasi
Seorang pemimpin adalah seorang motivator yang harus mampu membangkitkan
energi positif dari pengikut dan bawahannya, untuk secara proaktif bergairah dan
bersemangat tinggi dalam meraih prestasi yang hebat. Oleh karena itu, pemimpin wajib
memiliki keterampilan untuk memotivasi pengikutnya, dan menggerakan para pengikut
untuk melakukan hal-hal terpenting buat kesuksesan organisasi.
Motivasi bukan berarti sekedar berteriak-teriak dengan semangat tinggi, tapi lebih
kepada cara untuk merangkul hati dan pikiran positif para pengikut. Lalu, membangun
harapan dan rasa percaya diri mereka untuk menjadi lebih hebat. Dengan adanya motivasi
yang baik, seorang pemimpin dapat membuat perubahan yang baik pula sehingga
menciptakan berbagai inovasi yang membuat kinerja efisien dan hasil yang didapatkan
bisa maksimal.
4) Bicara efektif
Tidak berbelit-belit, jelas, tenang dan yakin sehingga mempermudah pendengar untuk
menangkap isi pesan secara utuh dan sesuai dengan maksud anda. Bicara efektif tidak
sama dengan bicara panjang dan lancer. Biasanya, bicara efektif justru singkat dan padat.
B. Mengelola Kelompok
a) Fase orientasi
Individu masih mencari/dalam proses penerimaan dan menemukan persamaan serta
perbedaan satu dengan lainnya. Pada tahap ini belum dapat terlihat sebagai kesatuan
kelompok, tapi masih tampak individual.
b) Fase bekerja
Anggota sudah mulai merasa nyaman satu dengan lainnya, tujuan kelompok mulai
ditetapkan. Keputusan dibuat melalui mufakat daripada voting. Perbedaan yang ada
ditangani dengan adaptasi satu sama lainnya dan pemecahan masalah daripada dengan
konflik. Ketidaksetujuan diselesaikan secara terbuka.
c) Fase terminasi
Fokus pada evaluasi dan merangkum pengalaman kelompok. Ada perubahan perasaan
dari sangat frustasi dan marah menjadi sedih atau puas, tergantung pada pencapaian
tujuan dan pembentukan kelompok (kesatuan kelompok)
b) Tahap Fungsional
Tahap ini tumbuh ditandai adanya perasaan senang antara satu dengan yang lain,
tercipta homogenitas, kecocokan dan kekompakan dalam kelompok. Maka akan
terjadi pembagian dalam menjalankan fungsi kelompok.
c) Tahap Disolusi
Tahap ini terjadi apabila keanggotaan kelompok sudah mempunyai rasa tidak
membutuhkan lagi dalam kelompok, tidak tercipta kekompakan karena perbedaan
pola hidup, sehingga percampuran yang harmonis tidak terjadi dan akhirnya terjadi
pembubaran kelompok.
3. Indikator Tingkat Perkembangan Kelompok
Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan kelompok
yang juga dapat digunakan pemimpin untuk pengelolaan kelompok adalah sebagai berikut:
a) Adaptasi
Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang baru. Setiap
kelompok, tetap selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai dengan hasil dinamika
kelompok tersebut. Di samping itu proses adaptasi juga berjalan dengan baik yang
ditandai dengan kelenturan setiap anggota untuk menerima ide, pandangan, norma dan
kepercayaan anggota kelompok lain tanpa merasa integritasnya terganggu.
b) Pencapaian tujuan
Setiap anggota mampu menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka
mencapai tujuan bersama, mampu membina dan memperluas pola, serta individu mampu
terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan
kemampuannya.
E. KEPEMIMPINAN ORGANISASI
Kepemimpinan adalah entitas yang mengarahkan kerja para anggota organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan yang baik diyakini mampu mengikat,
mengharmonisasi, serta mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat bersaing secara
baik.
Konsep kepemimpinan telah banyak ditawarkan para penulis di bidang organisasi dan
manajemen. Kepemimpinan tentu saja mengkaitkan aspek individual seorang pemimpin dengan
konteks situasi di mana pemimpin tersebut menerapkan kepemimpinan. Kepemimpinan juga
memiliki sifat kolektif dalam arti segala perilaku yang diterapkan seorang pimpinan akan
memiliki dampak luas bukan bagi dirinya sendiri melainkan seluruh anggota organisasi.
Pendekatan dalam Kepemimpinan yaitu,
1. Pendekatan Sifat
Dalam menentukan pendekatan sifat ini ada dua jenis pendekatan yaitu :
- Membandingkan sifat orang yang tampil sebagai pemimpin dengan orang yang tidak
menjadi pemimpin.
Pemimpin lebih percaya diri dan terbuka, mau menerima saran dari orang lain. Tetapi
kadang banyak juga pemimpin yang tidak mempunyai sifat seperti itu, dan kadang ada juga
orang yang tidak mempunyai sifat tersebut tetapi menjadi seorang pemimpin.
Inteligensi, inisiatif, dan kepercayaan diri berkaitan dengan tingkat manajerial dan prestasi
kerja yang tinggi. Kepemimpinan yang efektif tidak tergantung pada sifat-sifat tertentu,
melainkan lebih pada beberapa sifat-sifat pemimpin itu dengan kebutuhan dan situasi.
3. Pendekatan Kontingensi
Pendekatan kontingensi disebut juga pendekatan situasional, sebagai teknik manajemen
yang paling baik dalam memberikan kontribusi untuk pencapaian sasaran organisasi dan
mungkin bervariasi dalam situasi atauu lingkungan yang berbeda.
2.Struktur tugas
3.Posisi pemimpin
● Identifikasi masalah
● Mendefenisikan masalah
● Memformulasikan dan mengembangkan alternatif
● Implementasi keputusan
2. Gaya pengambilan keputusan
Gaya adalah kebiasaan yang dipelajari. Gaya pengambilan keputusan merupakan kuadran
yang dibatasi oleh dimensi:
● Cara berpikir, terdiri dari pemikiran logis dan rasional, mengolah serta serial dan
intuitif, kreatif memahami sesuatu secara keseluruhan.
● Toleransi terhadap ambiguitas
Kebutuhan yang tinggi untuk menstruktur informasi dengan cara meminimalkan
ambiguitas dan kebutuhan yang rendah untuk menstruktur informasi, sehingga dapat
memproses banyak pemikiran pada saat yang sama.
a) Direktif
Toleransi ambiguitas rendah dan mencari rasionalitas
b) Analitik
Toleransi ambiguitas tinggi dan mencari rasionalitas. Pengambilan keputusn yang cermat,
mampu menyesuaikan diri dengan situasi baru.
c) Konseptual
Toleransi ambiguitas tinggi dan intuitif.berorientasi jangka panjang,seringkalimenekan
solusi kreatif atas masalah.
d) Behavioral
toleransi ambiguitas rendah dan intuitif. Mencoba menghindari konflik dan
pengupayakan penerimaan.
Berdasarkan uraian diatas, maka berikut adalah upaya-upaya yang perlu ditempuh
seperti:
1. Cerna masalah
Dalam kondisi seperti ini peran pemimpin adalah mengambil inisiatif dalam
hubungannya dengan tujuan dan arah daripada metode dan cara
2. Identifikasi alternatif
Kemampuan untuk memperoleh alternativ yang relevan sebanyak-banyaknya
3. Tentukan prioritas
Memilih diantara banyak alternativ adalah esensi dari kegiatan pengambilan keputusan.
4. Ambil Langkah
Upaya pengambilan keputusan terhenti pada tataran pilihan,melainkan melanjutkan pada
langkah tindakan.
yang ditunjang oleh aspek psikologis individu tersebut untuk mencari informasi.
b. Waktu
Waktu yang dimaksud disini yaitu seberapa cepat seorang pemustaka dalam mencari
informasi yang dibutuhkan dengan memanfaatkan berbagai fasilitas penunjang.
e. Jenis pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan. Misalnya
kebutuhan informasi antara nelayan dan petani yang berbeda.
1. Kelompok kecil yang sesuai dengan sumberdaya yang dimilikinya dan akan
mengembangkan pola komunikasi yang menggabungkan beberapa struktur jaringan
komunikasi. Jaringan komunikasi ini kemudian merupakan sistem komunikasi
umum yang akan digunakan oleh kelompok dalam mengirimkan pesan dari satu
orang ke orang lainnya.
2. Jaringan komunikasi ini biasa di lihat sebagai struktur yang diciptakan oleh
organisasi sebagai sarana komunikasi organisasi.
a) Pola Lingkaran,
Adalah pola yang tidak memiliki pemimpin, semua anggota menempati posisi yang sama.
Setiap individu dalam jaringan lingkaran memiliki wewenang atau kekuatan yang sama
untuk memengaruhi kelompok.
b) Pola Roda
Adalah struktur yang memiliki pemimpin yang kelas dan posisinya berada di pusat.
Mengirim dan menerima pesan dari semua anggota hanya bisa dilakukan oleh orang ini.
c) Pola Y
Adalah pola yang memiliki pemimpin yang jelas namun relatif kurang tersentralisasi jika
dibandingkan dengan struktur roda.
d) Pola Rantai
Memiliki kesamaan dengan struktur lingkaran, dimana oang yang berada di posisi tengah
lebih dianggap sebagai pemimpin dibandingkan dengan orang yang berada di posisi
lainnya.
e) Pola Semua Saluran
Adalah struktur jaringan yang semua anggota memiliki kekuatan yang sama untuk
mempengaruhi anggota lainnya dan semua anggota dapat berkomunikasi dengan anggota
lainnya.
Darmaputera (2004), pemimpin non formal tidak menjadi pemimpin karena faktor
legalitas, tapi terutama karena faktor ”legitimitas”. Artinya, walaupun tak ada kongres
atau muktamar yang menetapkan demikian, tapi rakyat dan umat dengan spontan
menerima dan memperlakukan yang bersangkutan sebagai pemimpin mereka. pemimpin
informal itu ditetapkan oleh umat bukan dengan surat suara, tapi dengan kata hati. (suara
batin). Ikatan antar mereka tidak diatur secara resmi, tapi lahir secara spontan karena ada
rasa hormat dan cinta yang tidak dipaksa-paksa. Anonim (2006), pemimpin informal
adalah pemimpin yang tidak diangkat secara resmi berdasarkan surat keputusan tertentu.
Dia memperoleh kekuasaan / wewenang karena pengaruhnya terhadap kelompok.
Apabila pemimpin formal dapat memperoleh pengaruhnya melalui prestasi, maka
pemimpin informal memperoleh pengaruh berdasarkan ikatan-ikatan psikologis. Tidak
ada ukuran obyektif tentang bagaimana seorang pemimpin informal dijadikan pemimpin.
Dasarnya hanyalah oleh karena dia pernah benar dalam hal tertentu, maka besar
kemungkinan dia akan benar pula dalam hal tersebut pada kesempatan lain. Di samping
penentuan keberhasilan pada masa lalu, pemilihan pemimpin informal juga ditentukan
oleh perasaan simpati dan antipati seseorang atau kelompok terhadapnya. Sedangkan
Walgito (2003 : 93) menyatakan bahwa, pemimpin informal adalah pemimpin yang
mempunyai batasbatas tertentu dalam kepemimpinanya. Pemimpin informal adalah orang
yang memimpin kelompok informal yang statusnya tidak resmi, pada umumnya tidak
didukung oleh peraturan-pertaturan yang tertulis seperti pada kelompok formal.
Selanjutnya Sarwono (2005 : 44 & 46), pemimpin informal dapat dikatakan sebagai ciri
kepribadian yang menyebabkan timbulnya kewibawaan pribadi dari pemimpin dan
merupakan bakat / sifat / karismatik yang khas terdapat dalam diri pemimpin yang dapat
diwujudkan dalam perilaku kepemimpinan contoh pemimpin non formal adalah kepala
adat Dari pengertian tersebut diatas maka pemimpin non formal adalah pemimpin yang
dipilih secara legitimitas atau yang diberi wewenan dan kekuasaan yang berdasar pada
ikatan psikologis.
Setiap pemimpin memiliki tugas, wewenang dan kewajiban yang mesti dijalankan untuk
mendapatkan hasil yang optimal dalam metode kepemimpinannya. Tugas, wewenang dan
kewajiban ini juga dibedakan jika mengacu pada jenis pemimpin yang hadir di dalam
masyarakat; yaitu pemimpin formal dan pemimpin informal. Maka tugas, wewenang dan
kewajiban pemimpin dapat dibedakan dengan mengacu pada pelaksanaan hal-hal
tersebut.
Peranan pemimpin non formal dalam pembangunan desa dapat dilihat dalam pelaksanaan
yaitu :
1. Pembangunan Fisik
Pembahasan
Hubungan kerja antara pemimpin non formal dan pemimpin formal paling dominan
terlihat dalam hal-hal berikut :
2) Pemimpin non formal dilibatkan di pertemuan tingkat desa, distrik dan kabupaten
untuk berbicara menyangkut kepentingan hak-hak masyarakat adat di daerah.
Bagai dua mata uang yang saling melengkapi, pemimpin formal di wilayah
kabupaten Lombok timur sadar dengan posisi kuat yang dimiliki oleh setiap tokoh
adat yang memegang peran penting dalam setiap dimensi dinamika masyarakat di
masing-masing wilayah di kabupaten Lombok timur. Sehingga dengan arif
pemimpin formal harus tetap mau “berbagai” kuasa dengan para pemimpin non
formal (adat) demi tetap terselenggaranya pemerintahan desa yang baik, dalam
ranggka pengembangan masyarakat desa kearah yang lebih baik tentunya.
Sehingga keterlibatan para pemimpin non formal selalu dilibatkan dalam hal
penentuan hak-hak masyarakat desa. Disisi lain hal tersebut dianggap sebagai
sesuatu yang baik oleh masyarakat. Meminjam teori Lewis Cosser dengan istilah
“katup penyelamatnya”, keterlibatan pemimpin non-formal dalam hal ini tokoh
adat dianggap sebagai katup penyelamat oleh sebagian besar masyarakat desa
diwilayah kabupaten Lombok timur. Bagi sebagaian besar tokoh adat (pemimpin
non-formal) adalah alat/ sarana dalam tubuh masyarakat itu sendiri dalam
mengontrol dan bila diperlukan dapat difungsikan untuk mengintervensi
kepentingan mereka atas pemimpin formal.
Suasana yang bebas akan memperlancar komunikasi semua pihak. Dengan adanya
komunikasi yang komunikatif dan intim, akan terjalin suasana saling asah, saling
asuh, dan saling asih, sehingga tergeraklah masyarakat untuk berpartisipasi dalam
kegiatan pembangunan dan pembaruan.
H. INTERAKSI SOSIAL DALAM KELOMPOK
Secara umum, ada dua syarat yang harus dipenuhi untuk menciptakan terjadinya interaksi
sosial, yaitu kontak sosial dan komunikasi. Berikut penjelasannya.
1. Kontak Sosial
Kontak sosial dapat diartikan sebagai hubungan antara dua pihak yang saling
bereaksi dan menjadi awal terjadinya interaksi sosial. Kontak sosial dapat terjadi melalui
kontak fisik atau kontak secara langsung dan kontak tidak langsung. Contoh kotak sosial
secara langsung adalah dua orang yang saling menyapa atau saling tersenyum. Sementara
itu, contoh kontak sosial tidak langsung adalah dua pihak yang berinteraksi melalui
perantara, seperti surat, telepon, atau media sosial.
2. Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan berupa ide atau gagasan
dari satu pihak ke pihak lain sebagai upaya saling mempengaruhi. Dalam proses
komunikasi, pesan harus disampaikan menggunakan bahasa atau simbol yang saling
dimengerti oleh kedua pihak.
Agar dapat berlangsung dengan baik, komunikasi memerlukan beberapa komponen, seperti:
● Pengirim atau komunikator sebagai pihak yang mengirim pesan kepada pihak lain,
● Penerima atau komunikan sebagai pihak yang menerima pesan dari pengirim,
● Pesan, merupakan ide atau gagasan yang ingin disampaikan,
● Umpan balik (feedback), merupakan tanggapan dari penerima pesan terhadap pesan yang
disampaikan,
● Media atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Media ini dapat berupa
tulisan, lisan, gambar, atau film.
Mengutip Modul Interaksi Sosial yang disusun oleh Dr. H. Asep Mulyana, M.Pd., dkk.
secara garis besar interaksi sosial dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yakni
1. Interaksi Sosial Asosiatif
A. Kerja Sama
Merupakan suatu usaha bersama antarindividu atau antarkelompok untuk
mencapai tujuan bersama. Dalam pelaksanaannya, kerja sama dapat bersifat
membangun (konstruktif) dan merusak (destruktif). Contoh kerja sama yang
membangun adalah kerja sama antarkaryawan sebuah perusahaan untuk meningkatkan
penjualan. Sementara itu, contoh kerja sama yang merusak adalah tawuran antarpelajar.
B. Akomodasi
Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan dari
individu atau kelompok yang saling bertentangan.
C. Asimilasi
Secara sederhana, asimilasi adalah peleburan dua kebudayaan menjadi satu kebudayaan.
D. Akulturasi
Akulturasi merupakan penerimaan dan pengolahan unsur-unsur kebudayaan asing tanpa
menghilangkan unsur-unsur budaya asli.
A. Persaingan (competition)
Proses sosial yang melibatkan individu atau kelompok dalam mencapai keuntungan
tanpa adanya ancaman atau kekerasan.
B. Kontrovensi
Merupakan proses sosial yang ditandai oleh adanya sikap dan perasaan tidak suka
yang disembunyikan. Bentuk proses sosial ini berada di antara persaingan dan konflik.
C. Pertikaian
Pertikaian adalah proses sosial ketika individu atau kelompok berusaha menentang
pihak lain dengan cara mengancam atau menggunakan kekerasan untuk mencapai
tujuannya.
D. Konflik
Konflik dapat didefinisikan sebagai proses sosial ketika individu atau kelompok
berusaha saling menyingkirkan satu sama lain dengan jalan menghancurkan atau
membuatnya tidak berdaya.
I. DINAMIKA KELOMPOK KERJA
Dari pengertian diatas, maka kelompok memiliki ciri (karakteristik) sebagai berikut :
a. Merupakan kumpulan yang beranggotakan lebih dari satu orang (ciri setiap orang berbeda).
b. Adanya interaksi diantara kumpulan orang tersebut.
c. Adanya tujuan bersama yang ingin dicapai.
d. Ada pengaruh tingkah laku kelompok terhadap tingkah laku (perilaku) individu.
Orang memasuki dan bergabung dengan kelompok akan memperoleh sesuatu yang tidak
diperolehnya secara sendiri (individu).
Sebelum membicarakan pengertian kelompok kerja kita pahami dulu pengertian pekerjaan
adalah sesuatu yang telah direncanakan oleh organisasi untuk dilakukan dalam rangka
pencapaian tujuan. Kelompok kerja adalah kelompok yang disusun oleh organisasi dengan tujuan
untuk menjalankan berbagai pekerjaan yang terkait dengan pencapaian tujuan organisasi.
Kelompok kerja disusun terutama jika organisasi (tidak mencari laba ataupun mencari laba)
beranggotakan orang-orang dalam jumlah yang sangat besar, ruang lingkup kegiatannya luas,
dan pengolahan sumber daya yang banyak.
Kelompok kerja perlu disusun terutama jika organisasi atau perusahaan beranggotakan
orang-orang dalam jumlah yang sangat besar, ruang lingkup kegiatan luas, dan pengelolaan
sumber daya yang banyak. untuk orgsnisasi yang beranggotakan sedikit orang 5-10 orang,
barangkali keseluruhan anggota tersebut merupakan juga satu kelompok kerja, adapun untuk
organisasi yang memiliki ribuan orang anggota, maka kelompok kerja yang disusun berdasarkan
tujuan jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang, tergantung dari alasan dan
tujuan dari kelompok kerja tersebut disusun.
Di dalam kelompok kerja norma sangatlah pernting,mengapa? Hal ini terkait dengan
keragaman karakteristik individu. Keragaman pada dasarnya memiliki dua potensi, potensi untuk
saling mengisi dan berinteraksi secara positif, atau potensi konflik dan berinteraksi secara
negatif. Selain norma, solidaritas dan integritas dalam kelompok kerja (cohesiveness) sangat
menentukan sampai sejauh mana kelompok kerja dapat menjalankan fungsinya dalam
pencapaian tujuan.
a. Tipe Additive
Kelompok kerja tipe ini ialah kelompok kerja yang berasal dari suatu kelompok besar tetapi
semua tindakannya bertanggung jawab atau mengatasnamakan kelompok besar. Sebagai
contoh walaupun pemain bulu tangkis di All England hanya 5 orang tetepi merea mewakili
200 juta penduduk Indonesia.
b. Tipe Disjunctive
Kelompok kerja serupa ini bukan diwakili oleh grup kecil tetapi diwakili oleh seseorang
anggota tetapi yang memiliki kemampuan melebihi dari seluruh anggota yang ada. Sebagai
contoh Rektor Universitas bertindak atas nama seluruh civitas akademika.
c. Tipe Compensatory
Adalah kelompok kerja yang terdiri dari orang yang kurang mendukung terhadap kelompok
utama tetapi tidak dapat melepaskan diri dari ikatan kelompok utama.
d. Tipe Conjunctive
Adalah kelompok kerja yang bekerja seperti halnya barisan, masing-masing anggota
memiliki tanggung jawab sendiri untuk mencapai tujuan kelompok. Namun demikian
masing-masing
anggota memiliki solidaritas yang tinnggi atas keselamatan rekannya. Contoh kelompok
kerja serupa ini adalah kelompok pendaki gunung.
e. Tipe Devisible
Adalah kelompok kerja yang anggotanya memiliki keahlian sendiri-sendiri sesuai
bidangnya,akan tetapi mereka bekerja dalam satu tim. Keahlian masing-masing tadi kalau
dijalin atau memperkuat kelompok. Contoh kesebelasan pemain bola kaki adalah kelompok
terdiri dari ahli penyundul bola, ahli penembak bola jarak jauh, ahli talking dan lain-lain.
Mereka bergabung dan mermu semua keahlian yang pada akhirnya terwujud pada satu
kesebelasan yang kuat.
Demikianlah identifikasi yang dilakukan oleh Steiner terhada tipe kelompok kerja. Inti
pendapatnya menyatakan bahwa kelompok kerja dapat saja terbentuk karena kelebihan-
kelebihan yang dimiliki oleh anggota yang bergabung. Atau dapat juga terbentuk karena
kelemahan dan keunggulan yang bergabung, atau juga karena sesuatu perasaan yang sama
tentang kelompok maka mereka yang bergabung.
2. Integritas Keanggotaan
Integritas keanggotaan adalah bagaimana tingkat kesadaran para anggota terhadap
pencapaian tujuan kelompok. Semakin terintegritas anggota kelompok pada
kelompoknya maka akan semakin cepat tercapai tujuan kelompok yang telah mereka
tetapkan.
Demikianlah gambaran penampilan dari kelompok kerja dilihat berdasarkan apa yang
Nampak diantara mereka. Berkowitz menjelskan bahwa penampilan ini dapat sekaligus
digunakan untuk mengukur bagaimana kedudukan, keterkaitan dan keterikatan seseorang
terhadap kelompok kerja. Sementara itu Hare melihat kesetiakawanan dari para anggota
tercermin pada ketiga hal tadi.
Definisi dari coopetition (koopetisi) adalah dua atau lebih perusahaan bekerja bersama dalam hal
tertentu dalam bisnis mereka ketika mereka memiliki kepercayaan bahwa mereka tidak
memiliki competitive advantage dan mereka percaya dapat berbagi biaya-biaya umum bersama.
Konsep ini diusung olehBrandenburger & Stuart (1996) dan Branderburger & Nalebuff (1996).
Konsep yang sebenarnya ditujukan untuk menggambarkan 'stakeholder' sebuah perusahaan yang
terdiri dari suppliernya, konsumennya, kompetitornya, dan pelengkap produknya. Tetapi dalam
era globalisasi seperti sekarang ini, semua individu, bahkan perusahaan sudah memasuki era
yang interdependence, yaitu saling ketergantungan satu sama lain.
Membaca kembali beberapa tulisan terdahulu, adalah relevan bagi perbankan syariah untuk
mengembangkan strategi koopetisi dalam industri perbankan yang sangat ketat persaingannya.
Ide persaingan memang tidak boleh didefinisikan secara sempit, namun menurut salah satu rekan
penulis dalam tulisannya terdahulu, industri bisa menjadi mitra dalam persaingan (kerjasama
sekaligus bersaing). Namun kondisi ini tidak akan tercipta apabila antara industri perbankan
syariah dalam industri atau bahkan dengan perbankan konvensional tidak duduk sejajar dan
merasa saling membutuhkan. Bisnis model yang ada sekarang ini biasanya bank syariah adalah
menjadi unit bisnis dari perbankan konsvensional atau murni berdiri sendiri. Apabila industri
perbankan syariah ini akan bertumbuh dan memiliki market share yang lebih besar, para pelaku
dalam industri perbankan harus memikirkan sebuah konsep yaitu perbankan syariah harus
berani spin off(berdiri sendiri) dari induknya yang notabene bank konvensional, dan berani
membangun kemitraan dalam bersaing.
Tujuan kita sebagai entrepreneur ialah coopetition, sebuah konsep gabungan antara kerjasama
(cooperation) dan persaingan (competition), untuk menemukan cara membangun kerjasama
dengan pesaing kita sedemikian rupa sehingga kedua belah pihak dapat secara substansial
menikmati keuntungan dari sumber daya pihak lain tanpa harus mencuri pelanggan atau merusak
kredibilitas satu sama lain. Ini merupakan strategi yang bagus bagi usaha kecil menengah atau
entrepreneur pemula dan merupakan strategi ekspansi yang patut dicoba bahkan untuk
perusahaan yang mapan.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan software baru yang masih berskala usaha kecil yang menjual
produk khusus untuk konsumen korporat yang dibanderol mahal. Produk itu berat dalam aspek
kapabilitas pengembangan visual, tetapi mudah dan ringan dalam hal pemodelan dan simulasi
dan para stafnya terus bekerja bersaing melawan rival dalam ceruk pasar yang pada hakikatnya
memiliki kelebihan dalam jenis produk serupa. Kedua pihak, perusahaan dan rivalnya, sama-
sama kehilangan segmen pasar yang menguntungkan. Keduanya juga gagal dalam membangun
apa yang dimiliki oleh pihak lain tetapi mereka dengan mudah bisa menyatukan sejumlah fitur
gabungan dalam sebuah produk hasil kreasi bersama.
Akhirnya kedua perusahaan memutuskan untuk menyusun sebuah kerjasama strategis dengan
produk gabungan demi menjaring segmen pasar yang lebih besar. Berkat cakupan pasar yang
bertambah luas dan solusi bagi konsumen yang lebih banyak, keduanya meraih pemasukan yang
lebih tinggi dan kredibilitas yang melebihi sebelumnya dan pada saat yang sama mengurangi
upaya pemasaran dan pengembangan. Di triwulan berikutnya, kedua pihak bersama-sama
mendapatkan dua orang pelanggan korporat baru yang menyukai solusi terintegrasi yang
ditawarkan kedua perusahaan tersebut.
Contoh di atas hanyalah pendekatan pertama dari banyak model pendekatan lain dalam
coopetition, yang sama-sama menguntungkan kedua belah pihak yang terlibat.
Sisi terbaik keduanya menciptakan pasar baru. Pesaing Anda memiliki kelebihan, dan Anda
memiliki kelebihan yang berbeda. Gabungan strategis bisa menang dalam segmen pasar yang
baru. Segmen ini tidak atau kurang bisa tergarap dengan maksimal jika hanya salah satu pihak
yang menggarap, misalnya dalam aspek waktu atau biaya.
Pembagian biaya dan ekonomi skala. Kedua perusahaan bekerja bersama-sama mengerjakan
segmen bisnis mereka di mana mereka yakin mereka bisa menekan biaya tetapi tidak sampai
membahayakan kualitas-kualitas unik yang mereka miliki. Misalnya, Dell dan HP adalah dua
perusahaan yang sama-sama bersaing dalam pasar laptop. Namun keduanya menawarkan
prosesor Intel. Daripada membuat prosesor sendiri demi menekan biaya komponen dan
memperluas pasar penggunaan melalui kompatibilitas produk yang banyak, keduanya kini bisa
memimpin pasar dengan menggunakan prosesor serupa tetapi Dell menawarkan konfigurasi
sistem yang terkustomisasi saat pengiriman, sementara HP berfokus pada layar yang lebih bagus
dan teknologi baterai.
Tawarkan produk pelengkap setelah penjualan awal. Jika pelanggan bisa mengambil manfaat
dengan memiliki produk kedua perusahaan, Anda bisa berunding mengenai peluang untuk
memasukkan produk pesaing sebagai tambahan atau sebaliknya. Inilah yang disebut sebagai up-
selling atau cross-up-selling, yang memungkinkan kedua perusahaan berbagi laba. Anda bisa
menemukan hal ini tiap hari di gerai-gerai ritel yang bukan toko perusahaan. Mereka merasa
amat senang menjual merek alternatif pada konsumen yang sekiranya sesuai atau melengkapi
produk yang telah dibeli. Cara lain yang biasa mereka lakukan ialah dengan menyarankan
peralatan premium dari perusahaan lain, setelah Anda memilih suatu produk yang lebih
terjangkau.
Strategi pengelolaan karakter melalui pendidikan dapat dilakukan dengan pendidikan dan
pembelajaran penyelenggaran pendidikan karakter mencakup keseluruhan perencanaan,
pengorganisasian, dan pengendalian mutu yang melibatkan seluruh stakeholder pendidikan.
Peran pendidikan juga sangat strategis karena merupakan pembangunan integrase nasional yang
kuat, selain dipengaruhi faktor politik dan ekonomi pendidikan juga dipengaruhi oleh factor
social budaya. Pendidikan karakter dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dilaksanakan
dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran dapat
mengembangkan nilai dan sikap, pengembangan karakter menjadi focus utama yang digunakan
diberbagai strategi dan metode mengembangkan rancangan pendidikan karakter yang
terintegrasikan kedalam substansi/kegiatan mata pelajaran sehingga memiliki dampak pengiring
bagi berkembangnya karakter dalam diri peserta didik, pengembangan pendidikan karakter
dilaksanakan melalui kegiatan akademik dan kegiatan non akademik dalam kehidupan sehari-
hari siswa disekolah dengan pembiasaan yang dilakukan sehingga dengan sendirinya terbentuk
sikap dan perilaku dalam diri siswa. Kebijakan pembangunan pendidikan karakter bangsa
dilakukan melalui 5 strategi yakni: (1) strategi pembangunan karakter melalui sosialisasi, (2)
strategi pembangunan karakter melalui pendidikan (3) strategi pembangunan pendidikan karakter
melalui pemberdayaan, (4) strategi pembagunan karakter melalui pembudayaan, (5) strategi
pembagunan karakter melalui kerjasama dan koordinasi. 9 Sosialisasi sebagai salah satu strategi
pengembangan karakter dimaksudkan untuk membangun kesadaran masyarakat atau kelompok
masyarakat, dalam sosialisasi dapat terbangun proses penanaman penilaian karakter.
A. Target dan Luaran Target yang diharapkan dalam pelaksanaan pengabdian adalah sebagai
berikut:
5. Dapat membentuk peserta terbuka untuk menerima dan memberi informasi yang baru
sehingga dapat menghargai pendapat orang lain