Anda di halaman 1dari 9

PAPER

“LEADERSHIP”
KEPEMIMPINAN

Oleh :

DEWI AINI ZULFAH (06)


NIM : 0613520007
PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
“LEADERSHIP”
KEPEMIMPINAN

A. DEFINISI
Kepemimpinan menurut Muwafik Saleh (2016) dimaknai sebagai suatu proses
mempengaruhi orang lain yang dimaksudkan untuk membentuk perilaku sesuai dengan
kehendak kita sehingga bawahan mau bekerjasama secara produktif untuk mencapai
tujuan organisasi. Sehingga dapat diartikan pula bahwa kepemimpinan merupakan
kemampuan seseorang untuk menggerakkan orang lain agar mau mengikuti pemimpin
dalam rangka mencapai tujuan yang di tentukan. Kepemimpinan membutuhkan
kedewasaan dalam berfikir dan bersikap, begitu pula dibutuhkan kreativitas dan keberanian
dalam memimpin serta memberikan contoh atau keteladan terbaik kepada bawahannya.
Menurut Sutarto Wijono (2018) mendefinisikan kepemimpinan merupakan suatu
usaha dari seorang pemimpin untuk dapat merealisasikan tujuan organisasi. Pemimpin
diharapkan dapat mempengaruhim mendukung dan memberikan motivasi agar para
pengikutnya tersebut mau melaksanakan secara antusias dalam mencapai tujuan
organisasi. Selain itu diperlukan adanya kesemibangan antara kebutuhan para pengikut
yang menjadi para pelaksana untuk mencapai tujuan organisasi. Lingkup kepemimpinan
tidak hanya terbatas pada permasalahan yang terkait dengan situasi internal organisasi,
melainkan juga mencakup permasalahan yang terkait dengan situasi eksternal organisasi.

B. Konsep Pemimpin dan Pimpinan


Pemimpin yang merupakan bagian dari kepemimpinan, berbeda dengan makna Pimpinan,
yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pemimpin / Leader  Authority + influence
Pimpinan / Boss  Authority + Control
Seorang pemimpin (leader), memimpin tidak hanya menggunakan otoritas (power) yang
dimiliki, tetapi juga menggunakan pengaruh (influence) untuk menggerakkan orang lain. Hal
ini berbeda dengan sosok seorang Bos / Pimpinan. Baginya, kontrol dan otoritas sangat
penting dimana pemimpin bertindak menggunakan semua kekuatan atau otoritas yang
dimilikinya. Seorang bos tidak bisa dan tidak suka dibantah karena yang ia butuhkan
adalah bawahan yang patuh dan bersedia melakukan segala sesuatu yang dminta.
Sebaliknya, seorang pemimpin yang baik tidak akan menggunakan otoritas dengan
semena-mena hanya untuk menunjukkan bahwa dia berkuasa atas nasib para bawahan.
Pemimpin sejati akan mengkombinasikan otoritas yang melekat secara structural dalam
organisasi dengan pengaruh yang dia miliki. John C Maxwell mengungkapkan bahwa
“leaders becoame great not because of their power, but because of their ability to empower
other” dapat diartikan bahwa pemimpin menjadi hebat bukan karena kekuatannya tetapi
karena kemampuannya untuk mempengaruhi / memberdayakan orang lain. (Efendy, Rudy,
2018).
C. KARAKTERISTIK PEMIMPIN
Menurut Wijono Sutarto (2018), pada dasarnya seluruh pemimpin yang efektif mempunyaI
empat karakteristik utama sebagai berikut :
1. Mampu memberikan arahan dan arti bagi orang-orang yang mereka pimpin, yakni
dapat mengingatkan dan membimbing pengikutnya menyadari bahwa apa yang mereka
lakukan mampu membuat perbedaan penting
2. Mampu menumbuhkan kepercayaan
3. Mampu mendorong tindakan dan pengambilan risiko. Mereka proaktif dan berani gagal
demi meraih kesuksesan
4. Mampu memberikan harapan dengan cara nyata atau simbolis, mereka menekankan
bahwa kesuksesan akan dapat diraih

D. TUGAS POKOK PEMIMPIN


Berikut akan dijabarkan mengenai tugas-tugas pokok seorang pemimpin menurut
Koentjoroningrat dalam Jeanne Darc N Manic (2013) yakni :
1. Memberikan suatu kerangka pokok yang jelas yang dapat dijadikan pegangan bagi
pengikut- pengikutnya.
2. Mengawasi, mengendalikan serta menyalurkan perilaku warga masyarakat yang
dipimpinnya
3. Bertindak sebagai wakil kelompok kepada dunia diluar kelompok yang dipimpin. Fungsi
Kepemimpinan.

E. SUMBER KEPEMIMPINAN
Sumber kepemimpinan dapat berasal dari beberapa hal berikut :
1. Kekuatan berdasarkan paksaan (coersive power)
Pemimpin memerintah orang-orang yang dipimpinnya didasarkan pada kekuatan dan
selalu menggunakan ancaman hukuman jika mereka tidak mengikuti perintah
2. Kekuatan penghargaan (reward power)
Kekuatan seorang pemimpin dalam memberikan penghargaan kepada orang-orang
yang dipimpinnya disertai dengan prestasi dalam menjalankan tugas pekerjaanya
3. Kekuatan keahlian (expert power)
Pemimpin dengan pola pengaruh semacam ini biasanya dapat ditemukan dalam
organisasi yang menekankan pada profesionalisme
4. Kekuatan resmi (legitimate power)
Kekuasaan atas wewenang berkenaan dengan posisi pemimpin dalam organisasi yang
dipimpinnya
5. Kekuatan referensi (reference power)
Pola pengaruh yang merupakan akumulasi dari bebrapa pengaruh yang mungkin
dimiliki seorang pemimpin. Konsep kewibawaan hanya dapat dipahami dalam konteks
timbal balik antara pemimpin dan orang yang dipimpin.
F. FUNGSI KEPEMIMPINAN
Fungsi kepemimpinan berkaitan dengan perencanaan, pemrakarsaan, pengendalian,
pendukung, penginformaian dam pengevaluasi.
1. Perencanaan
Perencanaan berkenaan dengan aspek sebagai berikut :
- Mencari semua informasi yang tersedia
- Mendefiniskan tugas
- Maksud atau tujuan kelompok
- Membuat rencana yang dapat terlaksana agar keputusan yang tepat bias di dapat
2. Pemrakarsaan
Pemrakarsaan berkaitang dengan aspek sebagai berikut :
- Memberikan pengarahan pada kelompok mengenai sasaran dan rencana
- Menjelaskan alas an menetapkan sasaran atau rencana sebagai hal yang penting
- Membagi tugas pada anggota kelompok
- Menetapkan standar kelompok
3. Pengendalian
Pengendalian berkenaan dengan aspek sebagai berikut :
- Memelihara antar kelompok
- Mempengaruhi tempo
- Memastakan semua tindakan diambil dalam upaya meraih tujuan
- Menjaga relevansi diskusi
- Mendorong kelompok mengambil tindakan / keputusan
4. Pendukung
Pendukung berkenaan dengana spek sebagai berikut :
- Mengungkapkan pengakuan terhadap orang dan kontribusi mereka
- Memberi semangat pada kelompok / individu
- Menciptakan tim kerja yang solid
- Meredakan ketegangan dengan humor
- Merukunkan perselisihan atau meminta orang lain untuk menyelidikinya
5. Penginformasian
Penginformasian berkenaan dengan aspek sebagai berikut :
- Memperjelas tugas dan rencana
- Memberi informasi baru bagi kelompok
- Menerima informasi dari kelompok
- Membuat ringkasan atas usul dan gagasan yang masuk akal
6. Pengevaluasian
Pengevaluasian berkenan dengan aspek sebagai berikut :
- Mengevaluasi kelayakan gagasan
- Menguji konsekuensi solusi yang diusulkan
- Mengevaluasi prestasi kelompok
- Membantu kelompok untuk mengevaluasi prestasi sendiri berdasarkan standar
yang ada (Suwatno, 2019)..

G. GAYA KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan (leadership style) menurut James M. Henslin (2011) terdiri dari :
1. Pemimpin otoriter (authoritharian leader), yaitu seseorang yang dapat memberikan
perintah.
Ciri-ciri pokoknya :
a) Pemimpin menentukan segala kegiatan kelompok secara sepihak
b) Pengikut sama sekali tidak diajak untuk ikut serta merumuskan tujuan kelompok
dan cara-cara untuk mencapai tujuan kelompok tersebut
c) Pemimpin terpisah dari kelompok dan seakan-akan tidak ikut dalam proses
interaksi didalam kelompok tersebut.
2. Pemimpin demokratis (democratic leader) yaitu seseorang yang berupaya mencapai
consensus Ciri-ciri umunya adalah :
a) Secara musyarwarah dan mufakat pemim pin mengajak warga atau anggota
kelompok untuk ikut serta merumuskan tujuan-tujuan yang harus dicapai
kelompok, serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.
b) Pemimpin secara aktif memberikan saran dan petunjuk-petunjuk.
c) Ada kritik positif, baik dari pemimpin maupun pengikut- pengikut.
d) Pemimpin secara aktif ikut berpartisipasi didalam kegiatan-kegiatan kelompok.
3. Pemimpin laissez-faire (laissezfaire leader), yaitu seseorang yang sangat permisif.
Ciri-ciri pokoknya adalah :
a) Pemimpin menjalankan peranannya secara pasif
b) Penentuan tujuan yang akan dicapai oleh kelompok sepenuhnya diserahkan
kepada kelompok
c) Pemimpin hanya menyediakan sarana yang diperlukan kelompok
d) Pemimpin berada ditengahtengah kelompok, namun hanya berperan sebagai
penonton.
Dari gaya / tipe kepemimpinan diatas, dapat disimpulkan bahwa gaya otoriter nampak
lebih efektif dalam situasi darurat ; gaya demokratis bekerja paling baik untuk semua
situasi dan gaya laissez-faire biasanya tidak efektif karena bersifat pasif.

Sejalan dengan pendapat Jeanne D, N Manik, 2013 dalam artikel yang berjudul
Kekuasaan dan Kepemimpinan sebagai proses sosial dalam bermasyarakat, maka dari
uraian diatas dapat disimpulkan tentang konsep Kepemimpinan yang terdiri dari 2
makna yakni :
1) Sebagai kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu kompleks dari hak-hak dan
kewajiban-kewajiban yang dapat dimiliki oleh seseorang atau suatu badan
2) Sebagai proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan
seseorang atau suatu badan yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat.
APLIKASI KEPEMIMPINAN

KEPEMIMPINAN BERDASARKAN BASIC PROFESI PEKERJAAN

Peran Kepemimpinan sebagai profesi Perawat Komunitas yang saya emban yakni
lebih banyak diaplikasikan dalam upaya pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.
Pemberdayaan Masyarakat merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan,
kesadaran dan kemampuan individu, keluarga serta masyarakat untuk berperan aktif dalam
upaya kesehatan yang dilaksanakan dengan cara fasilitasi proses pemecahan masalah melalui
pendekatan edukatif dan partisipatif serta memperhatikan kebutuhan potensi dan sosial budaya
setempat. Hal ini sejalan dengan hasil Penelitian Adrian (2010) yang menyimpulkan bahwa
kepemimpinan masyarakat berperan untuk mengikutsertakan masyarakat lokal dalam program
pembangunan. Sinergi yang jelas di antara mereka untuk berperan saling melengkapi. Bukti
dampak dari kepemimpinan masyarakat menunjukkan adanya keikutsertaan masyarakat ke
dalam ruang tata kelola masyarakat, dan menekankan kebutuhan untuk menggerakan
kepemimpinan lokal yang kuat.
Untuk mencapai keberhasilan pemberdayaan masyarakat, maka perlu ditunjang dengan
pemberdayaan kepemimpinan. Hasil penelitian Ashwell et al (2009) menegaskan bahwa
kemandirian berkelanjutan di bidang kesehatan dapat dicapai melalui kepemimpinan
masyarakat dan mempertahankan aktivitas, menguatkan intervensi pogram dan meningkatkan
interaksi antara masyarakat dan sistem kesehatan serta meningkatkan penggunaan pelayanan
kesehatan oleh masyarakat.

APLIKASI / PERAN KEPEMIMINAN SEBAGAI PERAWAT KOMUNITAS DI PUSKESMAS


Mengacu hasil penelitian oleh Endang Sutisna Sulaeman, dkk (2015) maka Peran
Kepemimpinan dalam Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan, dalam hal ini tugas
kepemimpinan sebagai seorang perawat di UPTD Puskesmas Bulu Lor dapat saya jabarkan
sebagai berikut :
1. Sebagai sumber informasi sekaligus influencer
Pada peran ini, perawat sebagai leader / pemimpin mengelola informasi terkait kasus-
kasus kesehatan yang sedang hangat / sering dibicarakan oleh masyarakat seperti contoh
Covid 19. Perawat menghimpun informasi yang akurat agar apa yang di sampaikan tidak
mengandung unsur Hoak / berdasar sumber yang tidak jelas. Selain itu perawat dapat
meluruskan segala mitos / keyakinan yang salah namun dipahami sebagai sesuatu yang
benar di masyarakat. Peran ini dapat dicapai melalui pemberian penyuluhan kesehatan
baik saat diruang tunggu pasien, penyuluhan keliling (Pusling) ke wilayah-wilayah
kerumunan masyarakat maupun menggunakan media social WhatsUp Grup warga,
Facebook maupun instagram yang saat ini diminati oleh masyarakat.
Sebagai pemberi informasi, perawat sekaligus juga berperan sebagai influencer (pemberi
pengaruh / mempengaruhi) masyarakat agar apa yang disampaikan dapat dimengerti,
dipahami, dicontoh serta dilaksanakan sehingga tujuan dari PHBS (pola hidup bersih dan
sehat) dapat tercapai yakni melakukan upaya pencegahan penyakit daripada berorientasi
terhadap pengobatan.

2. Pendidik (Edukator)
Pada peran ini, perawat tidak hanya menyebarluaskan informasi namun juga memberikan
edukasi secara aplikatif tentang upaya pencegahan penyakit seperti contoh mengajarkan
cara batuk yang benar, cuci tangah 6 langkah yang benar serta penggunaan masker yang
benar untuk melindungi diri dari tertularnya virus Covid 19. Sebagai pendidik, maka
perawat harus mampu mempengaruhi masyarakat untuk merubah kebiasaan yang
maladaptive (salah / keliru) kepada kebiasaan yang adaptif (pola hidup bersih dan sehat)
meskipun di awal usaha tersebut akan ada banyak tantangan maupun penolakan dari
masyarakat tersebut. Namun dengan menunjukkan bukti berupa data yang valid serta
angka kejadian / kasus yang terpercaya, maka dapat merubah pola pikir dan keyakinan
masyarakat agar sesuai dengan apa yang diharapkan perawat.

3. Fasilitator Kesehatan
Pada peran ini, perawat berusaha memfaslitasi kebutuhan masyarakat akan kesehatan
yakni upaya pencegahan terhadap penyakit dimana perawat bersama masyarakat
mendirikan tempat cuci tangan dan pemberian sabun, membuat jamban komunal
berkolaborasi dengan dinas kesehatan, memberikan masker kain kepada warga yang
kurang mampu, serta bekerjasama dengan pemangku wilayah setempat untuk
mengupayakan bantuan social kepada warga yang terdampak covid 19. Sebagai fasilitator,
perawat berusaha menjembatani antara kebutuhan masyarakat dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh pemangku wilayah sehingga masyarakat tidak merasa takut / enggan
melakukan upaya-upaya pencegahan kesehatan karena juga mendapat dukungan dari
dinas terkait (pemangku wilayah).

4. Pemberdayaan Masyarakat melalui pembentukan kelompok kesehatan


Pada peran ini, perawat bekerjasama dengan masyarakat untuk membentuk kelompok
kesehatan yang bertujuan untuk memandirikan masyarakat di wilayah tersebut. Sebagai
contoh yakni perawat membentuk kader kesehatan yang akan dibina dan dilatih menjadi
tangan panjang perawat untuk mengedukasi warga-warga yang tidak terjangkau oleh
fasilitas pelayanan kesehatan. Perawat bersama masyarakat membentuk Posyandu untuk
balita, Posrem untuk remaja, Poksila untuk lansia dan Posbindu untuk warga usia produktif.

5. Good Feed Back


Pada peran ini, perawat tidak hanya mengajak, mempengaruhi dan membentuk perilaku
masyarakat namun juga sebagai good listening yakni menerima segala masukan (keluhan,
saran serta permasalahan yang disampaikan oleh masyarakat selama berkaitan dengan
masalah kesehatan). Perawat menerima masukan lalu mengelolal informasi tersebut untuk
kemudian didiskusikan bersama tim untuk memperoleh pemecahan masalah. Pemecahan
masalah akan di umpan balikkan (feed back) kan ke masyarakat baik berupa suatu
intervensi kesehatan maupun kebijakan baru yang mampu mengakomodir kebutuhan dan
keluhan masyarakat tersebut. Seperti contoh adanya permintaan dari warga untuk
melakukan fogging, maka sebelum tindakan tersebut terealisasi, perawat beserta tim P2P
(pencegahan dan pengendalian penyakit) melakukan kajian terhadap lingkungan setempat
sehingga dapat diputuskan perlu tidaknya tindakan fogging tersebut. Jika dianggap perlu
maka bersama warga menentukan waktu pelaksanaan, namun jika dirasa belum perlu maka
petugas memberikan alasan yang logis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh warga
tersebut. Dengan demikian, akan menumbuhkan kepercayaan dalam masyarakat terhadap
perawat bahwa apa yang mereka keluhkan ditanggapi dan ditindaklanjuti.
REFERENSI

1. Adrian M. 2010. The community leadership and place-shaping roles of english local
government synergy or tension? Public Policy and Administration.; 25 (5): 175-87.
2. Akh. MUwafik Saleh, S. 2016. Komunikasi dalam Kepemimpinan Organisasi. Malang :
Universitas Brawijaya Press.
3. Ashwell HES, Barclay L. 2009. A retrospective analysis of a community-based health
program in Papua New Guinea. Health Promotion International ; 24 (2): 140-8.
4. Endang Sutisna Sulaeman, dkk. 2015. Peran Kepemimpinan, Modal Sosial, Akses
Informasi serta Petugas dan Fasilitator Kesehatan dalam Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Kesehatan (Roles of Leadership, Social Capital, Information Access as well as
Health Duty and Facilitator within Public Empowerment in Health Sector). Program Studi
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 4, Mei 2015.
5. Suwatno. 2019. Pemimpin dan kepemimpinan dalam Organisasi Publik dan Bisnis. Jakarta
: Bumi Aksara.
6. James M. Henslin, 2011. Essensial of Sociology To Down Earth Approach (book alone),
Pearson Education Inc, 2006, yang dialih bahasakan oleh Kamanto Sunarto, Sosiologi
dengan Pendekatan Membumi. Jakarta : Erlangga.
7. Rudy, Efendy, CPCC, ACC, NLP, CMW, CHRM. 2018. Leader As a Coach. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
8. Sutarto Wijono. 2018. Kepemimpinan dalam Perspektif Organisasi. Edisi pertama. Jakarta :
Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai