Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan
dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan karakter
adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa
kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan
menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah
menjadi pemimpin sejati.
Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya
jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang
pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan
mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-
alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana,
mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-
sama.
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan
karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau
gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika
seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace)
dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai
memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan
dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin
bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan
berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal. Pemimpin sejati
adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dan maximizer.
Kepemimpinan dalam organisasi diarahkan untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya,
agar mau berbuat seperti yang diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya
dengan mengoptimalkan sember daya yang ada, meminimalisir dan mengelola konflik untuk
mencapai tujuan bersama.
Organisasi sebagai suatu sistem terdiri dari komponen-komponen (subsistem) yang saling
berkaitan atau saling tergantung (interdependence) satu sama lain dan dalam proses kerjasama
untuk mencapai tujuan tertentu (Kast dan Rosenzweigh, 1974). Sub-sub sistem yang saling
tergantung itu adalah tujuan dan nilai-nilai (goals and values subsystem), teknikal (technical
subsystem), manajerial (managerial subsystem), psikososial (psychosocial subsystem), dan
subsistem struktur (structural subsystem).
Dalam proses interaksi antara suatu subsistem dengan subsistem lainnya tidak ada jaminan
akan selalu terjadi kesesuaian atau kecocokan antara individu pelaksananya. Setiap saat
ketegangan dapat saja muncul, baik antar individu maupun antar kelompok dalam organisasi.
Banyak faktor yang melatar - belakangi munculnya ketidakcocokan atau ketegangan, antara lain:
sifat-sifat pribadi yang berbeda, perbedaan kepentingan, komunikasi yang “buruk”, perbedaan
nilai, dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan inilah yang akhirnya membawa organisasi ke dalam
suasana konflik. Agar organisasi dapat tampil efektif, maka individu dan kelompok yang saling
tergantung itu harus menciptakan hubungan kerja yang saling mendukung satu sama lain, menuju
pencapaian tujuan organisasi.

1
Namun, sabagaimana dikatakan oleh Gibson ; selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan
saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing-masing komponen
organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri-sendiri dan tidak saling bekerjasama satu
sama lain. Konflik dapat menjadi masalah yang serius dalam setiap organisasi, tanpa peduli
apapun bentuk dan tingkat kompleksitas organisasi tersebut. Konflik tersebut mungkin tidak
membawa “kamatian” bagi organisasi, tetapi pasti dapat menurunkan kinerja organisasi yang
bersangkutan, jika konflik tersebut dibiarkan berlarut-larut tanpa penyelesaian. Karena itu keahlian
untuk mengelola konflik sangat diperlukan bagi setiap pimpinan atau manajer organisasi.

B. Rumusan Masalah
Sejalan dengan pandangan bahwa pemimpin adalah inti dari manajemen, maka dibutuhkan
pemimpin yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi
pendirian/pendapat orang lain dalam susunan aktivitas dan hubungannya dalam kelompok atau
organisasi serta keahlian untuk mengelola konflik. Sehingga jika dikaitkan dengan penjelasan latar
belakang di atas dapat dirumuskan hal-hal yang dijadikan acuan dalam pembuatan makalah ini,
yaitu sebagi berikut :
1. Pengertian pemimpin dan kepemimpinan
2. Ciri-ciri pemimpin dan kepemimpinan yang baik

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemimpin Dan Kepemimpinan

Pemimpin dan kepemimpinan merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan
secara struktural maupun fungsional. Menurut sejarah, masa “kepemimpinan” muncul pada abad
18. Ada beberapa pengertian kepemimpinan, antara lain :

Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses
komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and
Nassarik, 1961, 24).

Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).

Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk
mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46)

Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau orang
mengikuti dan menaati segala keinginannya.

Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama
dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques,
1990, 281).

Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya jika
ada pemimpin. Menurut Panji Anogara ; seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat
rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk
mencapai tujuan bersama-sama.

Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang-orang lain agar mau bekerjasama
untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi itu mengandung dua pengertian pokok yang sangat
penting tentang kepemimpinan, yaitu Mempengaruhi perilaku orang lain. Kepemimpinan dalam
organisasi diarahkan untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, agar mau berbuat
seperti yang diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya. John C. Maxwell
mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut.

Motivasi orang untuk berperilaku ada dua macam, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik.
Dalam hal motivasi ekstrinsik perlu ada faktor di luar diri orang tersebut yang mendorongnya
untuk berperi-laku tertentu. Dalam hal semacam itu kepemimpinan adalah faktor luar. Sedang
motivasi intrinsik daya dorong untuk berperilaku tertentu itu berasal dari dalam diri orang itu
sendiri. Jadi semacam ada kesadaran kemauan sendiri untuk berbuat sesuatu, misalnya
memperbaiki mutu kerjanya.

Dalam proses tersebut pimpinan membimbing, memberi pengarahan, mempengaruhi perasaan dan
perilaku orang lain, memfasilitasi serta menggerakkan orang lain untuk bekerja menuju sasaran

3
yang diingini bersama. Semua yang dilakukan pimpinan harus bisa dipersepsikan oleh orang lain
dalam organisasinya sebagai bantuan kepada orang-orang itu untuk dapat meningkatkan mutu
kinerjanya. Dalam hal ini usaha mempengaruhi perasaan mempunyai peran yang sangat penting.
Perasaan dan emosi orang perlu disentuh dengan tujuan untuk menumbuhkan nilai-nilai baru,
misalnya bekerja itu harus bermutu, atau memberi pelayanan yang sebaik mungkin kepada
pelanggan itu adalah suatu keharusan yang mulia, dan lain sebagainya. Dengan nilai-nilai baru
yang dimiliki itu orang akan tumbuh kesadarannya untuk berbuat yang lebih baik.

1. Ciri-ciri Pemimpin dan Kepemimpinan yang Baik

1. Pengetahuan umum yang luas

semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarki kepemimpinan organisasi, ia semakin


dituntut untuk mampu berpikir dan bertindak secara generalis.

2. Kemampuan tumbuh dan berkembang

Sikap yang intuitif atau rasa ingin tahu, merupakan suatu sikap yang mencerminkan dua hal:
pertama, tidak merasa puas dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki; kedua, kemauan dan
keinginan untuk mencari dan menemukan hal-hal baru.

Kemampuan analitik, efektifitas kepemimpinan seseorang tidak lagi pada kemampuannya


melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis operasional, melainkan pada kemampuannya untuk
berpikir. Cara dan kemampuan berpikir yang diperlukan adalah yang integralistik, strategik dan
berorientasi pada pemecahan masalah.

Daya ingat yang kuat, pemimpin harus mempunyai kemampuan inteletual yang berada di atas
kemampuan rata-rata orang-orang yang dipimpinnya, salah satu bentuk kemampuan intelektual
adalah daya ingat yang kuat.

Kapasitas integratif, pemimpin harus menjadi seorang integrator dan memiliki pandangan holistik
mengenai orgainasi.

Ketrampilan berkomunikasi secara efektif, fungsi komunikasi dalam organisasi antara lain : fungsi
motivasi, fungsi ekspresi emosi, fungsi penyampaian informasi dan fungsi pengawasan.

Keterampilan mendidik, memiliki kemampuan menggunakan kesempatan untuk meningkatkan


kemampuan bawahan, mengubah sikap dan perilakunya dan meningkatkan dedikasinya kepada
organisasi.

Rasionalitas, semakin tinggi kedudukan manajerial seseorang semakin besar pula tuntutan
kepadanya untuk membuktikan kemampuannya untuk berpikir. Hasil pemikiran itu akan terasa
dampaknya tidak hanya dalam organisasi, akan tetapi juga dalam hubungan organisasi dengan
pihak-pihak yang berkepentingan di luar osrganisasi tersebut.

4
BAB III

KESIMPULAN

Beberapa definisi kepemimpinan menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan adalah


proses mempengaruhi orang, baik individu maupun kelompok. Seorang pemimpin adalah
seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan
memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama. Karakteristik seorang pemimpin didasarkan
pada prinsip-prinsip belajar seumur hidup, berorientasi pada pelayanan dan membawa energi
positif. Tujuan manajemen dapat tercapai bila organisasi memiliki memiliki pemimpin handal
yang mempunyai pengetahuan dan jiwa pemimpin.

Sejalan dengan pandangan bahwa pemimpin adalah inti dari manajemen, maka dibutuhkan
pemimpin yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi
pendirian/pendapat orang lain dalam susunan aktivitas dan hubungannya dalam kelompok atau
organisasi serta keahlian untuk mengelola konflik.

Sering kita temukan dalam setiap organisasi tentang adanya sikap pro dan kontra dalam
memandang konflik. Ada pimpinan yang memandang konflik secara negatif dan mencoba untuk
menghilangkan segala jenis konflik yang ada. Para pimpinan ini bersikeras bahwa konflik akan
memecah-belah organisasi dan menghambat terciptanya kinerja yang optimal. Konflik
memberikan indikasi tentang adanya suatu ketidakberesan dalam organisasi, dan adanya prinsip-
prinsip atau aturan-aturan yang tidak dilaksanakan dengan baik.

Pandangan yang berbeda terhadap konflik beranggapan bahwa konflik tidak mungkin
dihindari. Semua bentuk ketidaksetujuan mengandung konflik, namun hal itu tidak perlu
menimbulkan pertengkaran yang hebat. Para pimpinan yang setuju dengan pandangan ini
berpendapat bahwa jika pihak-pihak yang berkonflik bersikap dewasa dan percaya diri, maka
apapun masalah yang menjadi sumber konflik akan dapat diselesaikan dengan baik. Mereka ini
percaya bahwa kinerja organisasi yang optimal memerlukan tingkat konflik yang optimal atau
moderat. Tanpa konflik, akan ada rasa tidak memerlukan perubahan, dan perhatian tidak terfokus
pada masalah. Karena itu yang dibutuhkan adalah bagaimana mengelola konflik sehingga konflik
tersebut dapat dipertahankan pada tingkatan tertentu (optimal atau moderat) sehingga
menimbulkan situasi kondusif dalam organisasi. Dengan demikian kualitas pelayanan yang
diinginkan dapat tercapai.

Untuk mengembangkan alternatif solusi agar dapat mencapai satu kesepakatan dalam
pemecahan konflik ,diperlukkan komitmen yang sungguh sungguh . Ada beberapa stragtegi yang
dapat digunakan, antara lain : akomodasi, kompetisi, kompromi atau negosiasi dan kolaborasi.
Diharapkan seorang pemimpin dapat memahami dan menggunakan keahliannya secara khusus
untuk mengelola dan mengatur konflik.

5
DAFTAR PUSTAKA

- James K. Van Fleet, 1973, 22 Manajemen Kepemimpinan, Jakarta : Mitra Usaha

- Purwanto, Yadi, 2001, makalah: Manajemen, Jakarta : PT. Cendekia Informatika

- Rivai, Veithzal, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada

- W. Brown steven, 1998, Manajemen Kepemipinan, Jakarta : Profesional Books

- Robbins S., 1996, Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi dan Aplikasi, San Diego State
University, diterbitkan, Jakarta : PT Prenhalinddo

- Anoraga, Pandji, 2006, Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta

- Djanaid, Djanalis, 1994, Kepemimpinan Teori dan Praktek, Malang: Indonesia Multi Manajemen

- http://artikelrande.blogspot.com/2010/07/manajemen-kepemimpinan_6811.html

- Hendricks, William, 2000, Bagaimana Mengelola Konflik, Jakarta : PT. Bumi Aksara

- Ivancevich, John M, Konopske, Robert, Dan Matteson, 2006, Perilaku Dan Manajemen
Organisasi, Indonesia : Erlangga

- Wahyudi, 2006, Manajemen Konflik Dalam Organisasi, Edisi Kedua, Bandung : Alfabeta

- Wardoyo, Yahya, 2008, Kiat Karyawan Mengubah Stres Menjadi Sukses, Cetakan Pertama,
Sketsa Inti Media.

Diposkan 31st May 2012 oleh Sunardi Alfarezel

Anda mungkin juga menyukai