KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
Nama Kelompok :
Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang dilakukan antara seorang dengan orang lain
dalam suatu masyarakat maupun organisasi (bisnis dan nonbisnis), dengan menggunakan media
komunikasi tertentu dan bahasa yang mudah dipahami (informal) untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam komunikasi antarpribadi, antara lain :
Menyampaikan Informasi
Ketika berkomunikasi dengan orang lain, tentu saja seseorang memiliki berbagai macam
tujuan dan harapan. Salah satu diantaranya adalah untuk menyampaikan informasi kepada orang
lain, agar orang tersebut mengetahui sesuatu. Sebagai contoh, ketika seseorang menyampaikan
informasi kepada teman kantornya tentang rencana bersepeda santai ke objek wisata sekaligus
untuk menyegarkan pikiran.
Berbagi Pengalaman
Komunikasi antarpribadi juga memilik tujuan untuk saling membagi pengalaman pribadi
kepada orang lain mengenai hal-hal yang menyenangkan maupun hal-hal yang menyedihkan
atau menyusahkan. Saling berbagi rasa ini pada umumnya tidak disampaikan kepada setiap
orang, tetapi hanya kepada seseorang yang dapat dipercaya saja atau bisa disebut teman dekat.
Menumbuhkan Simpati
Simpati adalah suatu sikap positif yang ditunjukan oleh seseorang yang muncul dari
lubuk hati yang paling dalam untuk ikut merasakan bagaimana beban derita, musibah, kesedihan,
dan kepiluan yang sedang dirasakan oleh orang lain. Rasa simpati juga dapat diwujudkan dalam
bentuk yang berbeda, yaitu menjadi sukarelawan di daerah yang sedang ditimpa musibah atau
bencana.
Melakukan kerja sama antara seseorang dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan
tertentu atau untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kedua belah pihak. Adanya kerja
sama yang baik antara seseorang dengan orang lain tersebut akan semakin mempermudah dan
mempercepat penyelesaian suatu pekerjaan.
Komunikasi antarpribadi tersebut bukan saja cara untuk mencurahkan isi hati, tetapi juga
merupakan cara mencari jalan keluar atau alternatif solusi masalah yang dihadapi.
Menumbuhkan Motivasi
Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam organisasi terjadi karena adanya interaksi antara tiga komponen
penting, yaitu manajer, karyawan, dan situasi atau kondisi lingkungan kerja tertentu.
Teori X dan Y
Teori X Teori Y
Karyawan cenderung tidak suka Karayawan suka bekerja
(malas) bekerja, kalau mungkin
menghindarinya
Karyawan selalu ingin diarahkan Karyawan yang memiliki komitmen
pada tujuan organisasi akan dapat
mengarahkan dan mengendalikan
dirinya sendiri
Manajer harus selalu mengawasi kerja Karyawan belajar untuk menerima
bahkan mencari tanggung jawab pada
saat kerja
Asumsi yang dikembangkan dalam teori X pada dasarnya cenderung negatif dan gaya
kepemimpinan yang diterapkan dalam suatu organisasi adalah gaya kepemimpinan petunjuk
(directive leadership style). Gaya kepemimpinan petunjuk sangatlah tepat diterapkan manakala
karyawan yang menjadi bawahannya tersebutcenderung pasif, malas bekerja, tidak kreatif, dan
tidak inofatif.
Asumsi dalam teori Y pada dasarnya cenderung positif dan gaya kepemimpinan yag
diterapkannya adalah gaya kepemimpinan partisipatif (participative leadership style). Dalam
teori Y diasumsikan bahwa karyawan cenderung berperilaku positif. Karyawan pada dasarnya
memiliki semangat kerja yang tinggi, tidak malas bekerja, ingi kerja mandiri, dan memiliki
komitmen yang tinggi dalam mencapai tujuan suatu organisasi.
Apapun gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam suatu organisasi, maka komunikasi
antarpribadi yaitu manager dan bawahan (karyawan) harus tetap terjaga dengan baik. Menurut
Ludlow dan Panton, terdapat empat gaya kepemimpinan (leadership style)yang dapat diterapkan
dalam situasi dan kondisi yang berbeda, yaitu:
a. Pengarahan (directing)
Gaya kepemimpinan pengarahan (directing) tepat digunakan pada situasi dan kondisi
dimana para karyawan belum memiliki pengalaman yang cukup dalam menjalankan tugas
tertentu. Disamping itu, tugas pekerjaan yang harus diselesaikan cenderung kompleks dan rumit.
Oleh karena itu, seorang manager harus mampu menjelaskan sejelas mungkin dan rinci tentang
apa yang harus dikerjakan, bagaimana cara mengerjakan, dan kapan pekerjaan tersebut harus
dapat diselesaikan.
b. Pembekalan(coaching)
c. Dukungan(supporting)
Gaya kepemimpinan dukungan (supporting)tepat digunakan pada situasi dan kondisi
dimana para karyawan telah mengenal teknik-teknik yang dituntut dan telah mengembangkan
hubungan yang baik dengan seorang manajer.Dalam hal ini, seorang manajer lebih banyak
terlibat dalam berbagai keputusan kerja dan memperoleh berbagai masukan atau saran-saran dari
para karyawan yang sangat berharga bagi peningkatan prestasi kerja.
d. Pendelegasian(delegating)
Gaya Kepemimpinan yang telah dipilih dalam suatu situasi dan kondisi tertentu barangkali
tepat diterapkan pada saat itu, tetapi jika situasi dan kondisi yang telah berubah, gaya
kepemimpinan yang diterapkan juga dapat berubah itulah yang disebut gaya kepemimpinan
situasional (situational leadership), sebagaimana dikemukakan oleh Harsey dan Blanchard. Ada
tiga kemampuan atau keterampilan penting yang perlu diperhatikan dalam menerapkan
kepemimpinan situasional tersebut, antara lain :
a. Keterampilan Analitis
b. Keterampilan Fleksibilitas
c. Keterampilan Komunikasi
a. Pemberdayaan
b. Intuisi
Menurut Griffin, Intuisi adalah keyakinan bawaan dalam diri seseorang mengenai sesuatu
tanpa pertimbangan sadar. Manajer kadang-kadang memutuskan sesuatu hanya karena “rasanya
benar” atau karena firasat.
c. Pemahaman Diri
Pemahaman diri sendiri pada dasarnya merupakan kemampuan untuk mengenal diri
sendiri, baik kekuatan maupun kelemahannya. Seorang manajer harus mampu menilai apa saja
kekuatan yang dimililkinya dan juga kelemahan yang ada pada dirinya.
d. Visi
Secara umum, visi merupakan kemampuan untuk berimajinasi pada situasi yang berbeda
dan situasi yang lebih dengan cara bagaimana mencapainya. Untuk mencapai visi yang telah
ditetapkan, diperlukan komitmen yang tinggi baik bagi karyawan, manajer, dan pemegang
saham.
e. Kesesuaian Nilai
Kebutuhan Manusia
Setiap orang tentu memiliki berbagai macam kebutuhan hidup dan kehidupan yang berbeda.
Oleh karena itu, muncullah berbagai macam teori yang mencoba mengupas secara tuntas
fenomena tentang aneka kebutuhan hidup menusia tersebut.
Abraham Maslow yang terkenal dengan teori hierarki/jenjang kebutuhan menyatakan bahwa,
manusia pada dasarnya memiliki 5 kebutuhan yang bertingkat-tingkat. Menurut teori ini, untuk
menuju pada jenjang kebutuhan yang lebih tinggi seseorang harus dapat memenuhi kebutuhan
yang ada di tingkat bawahnya. Teori hierarki kebutuhan yang dikemukakan oleh A. Maslow
secara lengkap adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan Fisiologis
Merupakan kebutuhan tingkat pertama dan utama bagi mempertahankan hidup dan
kehidupan manusia, misalnya kebutuhan makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal. Kebutuhan
ini merupakan kebutuhan hidup manusia yang paling dasar.
b. Kebutuhan Keamanan
Setelah kebutuhan dasar manusia dapat dipenuhi, maka manusia berupaya untuk dapat
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan rasa aman dan nyaman. Kebutuhan ini
sangat diperlukan, karena tanpa adanya rasa aman dari berbagai gangguan yang ada, manusia
akan sulit melakukan berbagai kegiatan hidupnya.
c. Kebutuhan Sosial
Jenjang ketiga dalam teori Abraham Maslow adalah kebutuhan sosial (social needs).
Pada dasarnya, kebutuhan sosial berkaitan dengan kegiatan kemasyarakatan, bagaimana
seseorang berinteraksi dengan orang lain di dalam suatu kehidupan bermasyarakat. Manusia
adalah makhluk sosial yang membutuhkan adanya orang lain dalam kehidupan. Dimanapun kita
berada, kegotong-royongan, kebersamaan, dan saling membantu merupakan kebutuhan yang
harus diperhatikan.
d. Kebutuhan Status
Selain pemenuhan akan kebutuhan dasar, manusiajuga ingin memenuhi kebutuhan akan
status dirinya. Kebutuhan manusia akan status (status needs) berkaitan dengan pengakuan,
penghargaan, kedudukan dan tingkatan sosial di masyarakat.
Teori Dua-Faktor
Pendekatan lain yang digunakan untuk mengetahui sumber motivasi seseorang dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan dikemukakan oleh Frederick Herzberg dengan teori dua
faktor/motivasi kesehatan (two-factor atau motivation hygiene theory). Teori ini pada dasarnya
merupakan pengembangan dari teori kebutuhan berjenjang dari Abraham Maslow. Menurut
Herzberg, dalam menunaikan pekerjaan, karyawan sangat dipengaruhi oleh dua faktor penting,
yaitu faktor dissatisfiers/hygiene dan faktor motivator. Faktor ketidakpuasan
(dissatisfiers/hygiene) merupakan faktor yang mempertahankan/menjaga tingkat motivasi kerja
karyawan jika faktor tersebut diberikan secara tepat. Sementara itu, faktor pendorong (motivator)
merupakan faktor penting yang mampu memberikan dorongan atau motivasi kerja bagi para
karyawannya.
Setiap individu memiliki berbagai macam tujuan ketika mendengarka sesuatu, antara lain
berinteraksi dengan orang lain, menerima informasi, mengatasi masalah, dan saling berbagi
pesan dengan orang lain.
Dalam hal ini, istilah mendengarkan ((listening) bukanlah kegiatan statis tetapi dinamis, yaitu
merupakan kegiatan mendengar secara aktif percakapan dengan orang lain yang dituntut adanya
konsentrasi secara penuh dan tidak terpengaruh oleh faktor-faktor pengganggu dalam suatu
percakapan tersebut. Banyak berlatih mendengarkan, maka akan semakin baik dalam memahami
suatu percakapan dengan orang lain.
Sebagai contoh, ketika seorang manajer sedang menyampaikan presentasi bisnis di suatu ruang
pertemuan, tiba-tiba telepon genggam peserta (karyawan) bordering. Dering telepontersebut
dapat membuyarkan atau mengganggu konsentrasi para peserta yang sedang mendengarkan
presentasi tersebut.
Menurut Lehman, himstreet, dan Baty, kebanyakan para manajer dalam setiap harinya
menghabiskan waktu kerjanya untuk mendengarkan (listening) dan berbicara (speaking) dengan
para supervisor, karyawan, pelanggan, dan beberapa asosiasi bisnis. Kebiasaan sebagai
pendengar yang efektif akan menghasilkan beberapa hal positif antara lain :
Pendengar yang baik akan disukai orang lain karena mereka dapat memuaskan kebutuhan
dasar manusia untuk didengarkan.
Umpan balik (feedback) yang akurat dari bawahan (karyawan) akan berdampak positif
pada prestasi kerjanya.
Manajer dankarywan akan erhidar dari munculnya kesalahpahaman dalam penyampaian
suatu pesan., dll.
Ada beberapa saran agar dalam kegiatan mendengarkan bisa berlangsung secara efektif antara
lain :
Perhatikan dengan baik siapa yang berbicara tersebut, mulai dari gerakan nya, kontak
mata, nadasuara,dan ekspresi wajah.perhatian anda akan membantu pemahaman terhadap
apa yang dimaksudkan tersebut.
Berikan umpan balik (feedback) seperti apakah mereka sudah mengerti atau belum,
apakah pertanyaan dan pernyataan setuju atau tidak setuju terhadap apa yang telah
disampaikan.
Gunakan pengetahuan Anda tentang orang yang berbicara tersebut untuk dapat menarik
manfaat yang positif bagi anda.
DAFTAR PUSTAKA
1. Purwanto, Djoko. 2010. Komunikasi Bisnis. Surakarta: Penerbit Erlangga.