Anda di halaman 1dari 28

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Gaya Kepemimpinan

2.1.1 Pengertian Gaya Kepemimpinan

Dalam menyukseskan kepemimpinan dalam organisasi, pemimpin perlu

memikirkan dan memperhatikan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan

kepada pegawainya. Menurut Veithzal Rivai (2016) gaya kepemimpinan adalah

suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya.

Sedangkan menurut Kartono (2016) mendefinisikan gaya kepemimpinan

merupakan sifat, kebiasaan, kepribadian yang dimiliki oleh pemimpin yang

membedakannya dengan yang lain. Jadi faktor tersebut merupakan pembeda.

Watak yang dibawa semenjak lahir dapat menjadi poin positif atau sebaliknya

malah merugikan karena membuat karyawan menjadi kurang nyaman.

Menurut Robbins (2015), kepemimpinan adalah kemampuan untuk

mempengaruhi suatu kelompok menuju pencapaian sebuah visi atau tujuan yang

ditetapkan. Menurut Regina dalam Sehfudin (2011) menyatakan bahwa gaya

kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah,

keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia

mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya. Sedangkan menurut Thoha (2015)

gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang

pada saat orang tersebut mencoba memengaruhi perilaku orang lain seperti yang

ia lihat.

11
12

Menurut Yukl (2015) Kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi

orang lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan

bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif. Sedangkan Suwatno (2015)

berkesimpulan bahwa kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan dan

kekuatan seseorang untuk mempengaruhi pikiran (mindset) orang lain agar mau

dan mampu mengikuti kehendaknya. Kemudian menurut Nanang Fattah (2015)

gaya kepemimpinan adalah perilaku atau cara yang dipilih dan digunakan

pemimpin dalam arti mempengaruhi, pikiran, perasaan, sikap dan mengerakkan

yang dipimpin untuk bekerja secara efektif, guna mencapai tujuan organisasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan yaitu

pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan pemimpin, dengan

menyatukan tujuan organisasi dengan tujuan individu atau pegawai, dalam rangka

mencapai tujuan atau sasaran yang telah menjadi komitmen bersama.

2.1.2 Indikator-indikator Gaya Kepemimpinan

Indikator – indikator gaya kepemimpinan yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu menurut Kartono (2016):

1. Kemampuan Mengambil Keputusan

Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap

hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut

perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.

2. Kemampuan Memotivasi
13

Kemampuan Memotivasi adalah Daya pendorong yang mengakibatkan

seorang anggota organisasi mau dan rela untuk menggerakkan

kemampuannya (dalam bentuk keahlian atau keterampilan) tenaga dan

waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi

tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka

pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan

sebelumnya.

3. Kemampuan Komunikasi

Kemampuan Komunikasi Adalah kecakapan atau kesanggupan

penyampaian pesan, gagasan, atau pikiran kepada orang lain dengan tujuan

orang lain tersebut memahami apa yang dimaksudkan dengan baik, secara

langsung lisan atau tidak langsung.

4. Kemampuan Mengendalikan Bawahan

Seorang Pemimpin harus memiliki keinginan untuk membuat orang lain

mengikuti keinginannya dengan menggunakan kekuatan pribadi atau

kekuasaan jabatan secara efektif dan pada tempatnya demi kepentingan

jangka panjang perusahaan. Termasuk di dalamnya memberitahukan orang

lain apa yang harus dilakukan dengan nada yang bervariasi mulai dari nada

tegas sampai meminta atau bahkan mengancam. Tujuannya adalah agar

tugas-tugas dapat terselesaikan dengan baik.

5. Tanggung Jawab

Seorang pemimpin harus memiliki tanggung jawab kepada bawahannya.

Tanggung jawab bisa diartikan sebagai kewajiban yang wajib


14

menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau

memberikan jawab dan menanggung akibatnya.

6. Kemampuan Mengendalikan Emosional

Kemampuan Mengendalikan Emosional adalah hal yang sangat penting

bagi keberhasilan hidup kita. Semakin baik kemampuan kita

mengendalikan emosi semakin mudah kita akan meraih kebahagiaan.

Adapun menurut Veithzal Rivai (2016) indikator gaya kepemimpinan

adalah sebagai berikut :

1. Kemampuan untuk membina kerjasama dan hubungan yang baik.

Membina kerjasama dan hubungan baik dengan bawahan dalam

pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawab masing-masing.

Kemampuan seorang pemimpin dalam memotivasi bawahannya.

2. Kemampuan yang efektivitas.

Mampu menyelesaikan tugas diluar kemampuan, menyelesaikan tugas

tepat waktu, hadir tepat waktu dan tidak terlambat.

3. Kepemimpinan yang partisipatif.

Pengambilan keputusan secara musyawarah, dapat menyelesaikan masalah

secara tepat, dan mampu dan meneliti masalah yang terjadi pada

pekerjaan.

4. Kemampuan dalam mendelegasikan tugas atau waktu.

Bersedia untuk membawa kepentingan pribadi dan organisasi kepada

kepentingan yang lebih luas yaitu kepentingan organisasi menggunakan


15

sisa untuk keperluan pribadi. Mampu dalam menyelesaikan tugas sesuai

dengan target.

5. Agresif dalam bekerja.

Produktivitas yang tinggi dapat dihasilkan dengan kualitas keahlian,

disiplin, rajin, sehat, dan agresif (berkemauan) dalam bekerja.

6. Mempertahankan dan menjaga stabilitas kerja

Performa diatas harus dipertahankan untuk menjaga kestabilan kerja

sehingga akan terbentuk budaya organisasi yang kuat.

Sedangkan indikator gaya kepemimpinan menurut Robbins (2015) adalah

sebegai berikut:

1. Kharisma

Karisma dianggap sebagai kombinasi dari pesona dan daya tarik pribadi

yang berkontribusi terhadap kemampuan luar biasa untuk membuat orang

lain mendukung visi dan juga mempromosikannya dengan bersemangat.

Pemimpin karismatik adalah pemimpin yang mewujudkan atmosfir

motivasi atas dasar komitmen dan identitas emosional pada visi, filosofi,

dan gaya mereka dalam diri bawahanya.

2. Motivasi Inspiratif

Motivasi inspiratif menggambarkan pemimpin bergairah dalam

mengkomunikasikan masa depan organisasi yang idealis. Pemimpin

menggunakan komunikasi verbal atau penggunaan simbol-simbol yang

ditujukan untuk memacu semangat bawahan. Pemimpin memotivasi

bawahan akan arti penting visi dan misi organisasi sehingga seluruh
16

bawahannya terdorong untuk memiliki visi yang sama. Kesamaan visi ini

memacu bawahan untuk bekerja sama mencapai tujuan jangka panjang

dengan optimis. Sehingga pemimpin tidak saja membangkitkan semangat

individu tapi juga semangat tim.

3. Stimulasi Intelektual

Stimulasi intelektual menggambarkan pemimpin mampu mendorong

karyawan untuk memecahkan masalah lama dengan cara yang baru.

Pemimpin berupaya mendorong perhatian dan kesadaran bawahan akan

permasalahan yang dihadapi. Pemimpinan kemudian berusaha

mengembangkan kemampuan bawahan untuk menyelesaikan

permasalahan dengan pendekatan-pendekatan atau perspektif baru.

4. Perhatian yang Individual

Perhatian yang individual menggambarkan bahwa pimpinan selalu

memperhatikan karyawannya, memperlakukan karyawan secara

individual, melatih dan menasehati. Pemimpin mengajak karyawan untuk

jeli melihat kemampuan orang lain. Pemimpin memfokuskan karyawan

untuk mengembangkan kelebihan pribadi.

2.1.3 Macam – Macam Gaya Kepemimpinan

Menurut Kartono (2016) macam – macam Gaya Kepemimpinan adalah

sebagai berikut:

1. Gaya Kepemimpinan Otokratis

Macam gaya kepemimpinan yang pertama adalah gaya kepemimpinan

otokratis. Gaya kepemimpinan otokratis atau otoriter memusatkan


17

kekuasaan penuh pada pemimpin. Biasanya, para bawahan atau anggota

tidak diberikan kebebasan untuk menentukan tujuan mereka sendiri.

Dalam arti, keputusan pemimpin bersifat mutlak, tidak bisa diganggu

gugat, dan anggotanya tidak diberi kesempatan berpendapat. Pemimpin

sangat dominan dalam setiap pengambilan keputusan, kebijakan,

peraturan, dan prosedur apa pun di perusahaan/organisasi. Terkadang,

gaya kepemimpinan ini bisa berjalan sukses, jika memang pemimpin

punya pengalaman dan keterampilan maksimal.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Dalam konsep kepemimpinan demokratis, anak buah (bawahan)

mempunyai peranan penting dan dilibatkan dalam setiap keputusan. Setiap

bawahan diberikan tugas dari atasan sesuai dengan kemampuan atau

keahlian masing-masing. Kreativitas, kejujuran, usaha, dan tanggung

jawab, sangat terlihat jelas lewat gaya kepemimpinan yang satu ini.

Komunikasi yang terjalin dari gaya kepemimpinan ini bersifat dua arah, di

mana setiap bawahan dapat menyampaikan masukan jika diperlukan.

Sosok pemimpin dengan gaya kepemimpinan demokratis akan disegani

oleh bawahan, bahkan difavoritkan.

3. Gaya Kepemimpinan Birokrasi

Di sini, pemimpin tidak hanya bertugas sebagai atasan, tapi juga harus

memastikan bahwa semua aturan dipatuhi oleh karyawan. Kepemimpinan

birokrasi ini cukup efektif untuk memantau hasil kerja rutin dari para
18

karyawan. Jadi, sekiranya ada karyawan yang malas-malasan atau tidak

menunjukkan kinerja baik, atasan bisa segera mengambil sikap.

4. Gaya Kepemimpinan Karismatik

Seorang pemimpin karismatik memiliki rasa kepercayaan diri yang kuat,

sehingga mampu memengaruhi anak buahnya. Dengan pembawaan seperti

itu, pemimpin karismatik akan membuat orang kagum, yakin, dan benar-

benar percaya.

5. Gaya Kepemimpinan Inovatif

Setiap organisasi maupun perusahaan selalu membutuhkan inovasi

berkelanjutan. Untuk mencapai hal tersebut, sangat diperlukan sosok

pemimpin dengan pribadi yang inovatif pula. Pasalnya, itu nanti akan

berpengaruh pada bagaimana cara ia memimpin organisasi atau

perusahaan.

Adapun menurut Robbins (2015) terdapat empat macam Gaya

Kepemimpinan yaitu sebagai berikut:

1) Gaya Kepemimpinan Kharismatik

Adalah gaya kepemimpinan yang memicu para pengikutnya dalam

memperlihatkan kemampuan heroik atau luar biasa ketika mereka

mengamati perilaku tertentu pemimpin mereka.

2) Gaya Kepemimpinan Transaksional

Yaitu gaya kepemimpinan yang memendu atau memotivasi para

pengikutnya menuju ke sasaran yang ditetapkan dengan memperjelas

persayaratan peran dan tugas.


19

3) Gaya Kepemimpinan Transformasional

Ialah gaya kepemimpinan yang mengispirasi para pengikut untuk

melampaui kepentingan pribadi mereka dan mampu membawa dampak

yang mendalam dan luar biasa pada pribadi para pengikutnya.

4) Gaya Kepemimpinan Visioner

Merupakan gaya kepemimpinan yang mampu menciptakan dan

mengartikulasi visi yang realistis, kredibel dan menarik mengenai masa

depan organisasi atau unit yang tengah tumbuh dan membaik.

Sedangkan menurut Horse yang dikutip oleh Suwatno (2015) macam-

macam gaya kepemimpinan adalah sebagai berikut:

1. Kepemimpinan Pengarah (Directiv Leadership)

Pemimpin memberitahukan kepada bawahan apa yang diharapkan dari

mereka, memberitahukan jadwal kerja yang harus disesuaikan dengan

standar kerja, serta memberikan bimbingan/ arahan secara spesifik tentang

cara-cara menyelesaikan tugas tersebut, termasuk didalamnya aspek

perencanaan organisasi, koordinasi dan pengawasan.

2. Kepemimpinan Pendukung (Supportive Leadership)

Pemimpin bersifat ramah dan menunjukan kepedulian akan kebutuhan

bawahan. Ia juga memperlakukan semua bawahan sama dan menunjukkan

tentang keberadaan mereka, status dan kebutuhan-kebutuhan pribadi

sebagai usaha untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang

menyenangkan diantara anggota kelompok. Kepemimpinan pendukung


20

(supportive) memberikan pengaruh yang besar terhadap kinerja bawahan

pada saat mereka sedang mengalami frustasi dan kekecewaan.

3. Kepemimpinan Partisipatif (Participative Leadership)

Pemimpin partisipatif berkonsultasi dengan bawahan dan menggunakan

saran-saran dan ide mereka sebelum mengambil suatu keputusan.

Kepemimpinan partisipatif dapat meningkatkan motivasi kerja bawahan.

4. Kepemimpinan Berorientasi Bawahan (Achievement Oriented Leadership)

Gaya kepemimpinan dimana pemimpin menetapkan tujuan yang

menantang dan mengharapkan bawahan untuk berprestasi semaksimal

mungkin serta terus-menerus mencari pengembangan prestasi dalam

proses pencapaian tujuan tersebut.

2.2 Disiplin Kerja

2.2.1 Pengertian Disiplin Kerja

Disiplin kerja merupakan fungsi opersional manajemen sumber daya

manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin kerja karyawan, semakin

baik kinerja yang dapat dicapai. Tanpa disiplin yang baik, sulit bagi organisasi

untuk mencapai hasil yang optimal. Kedisiplinan merupakan faktor yang utama

yang diperlukan sebagai alat peringatan terhadap karyawan yang tidak mau

berubah sifat dan perilakunya. Sehingga karyawan dikatakan memiliki disiplin

yang baik jika karyawan tersebut memiliki disiplin yang baik jika karyawan

tersebut memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan kepadanya.

Menurut Hasibuan (2015) Disiplin Kerja adalah kesadaran dan kerelaan

seseorang dalam menaati semua peraturaan perusahaan dan norma-norma sosial


21

yang berlaku. Menurut Singodimenjo dalam Edi Sutrisno (2016) Disiplin Kerja

sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan mentaati norma-

norma peraturaan yang berlaku di sekitarnya. Selain itu menurut Anwar Prabu

Mangkunegara (2017) disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan

manajemen untuk memperteguh pedomanpedoman organisasi. Disiplin karyawan

yang baik akan mempercepat tujuan perusahaan, sedangkan disiplin yang merosot

akan menjadi penghalang dan menghamabat pencapaian tujuan perusahaan.

Disiplin sangat diperlukan baik individu yang bersangkutan maupun oleh

organisasi. Disiplin menunjukan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada

diri karyawan terhadap peraturaan peraturaan dan ketatapan perusahaan.

Menurut Siagian (2016) Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan

seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma yang berlaku

kesadaran disini merupakan sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua

peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Kemudian menurut

Handoko (2015) menyatakan bahwa disiplin kerja adalah kegiatan manajemen

untuk menerapkan standar organisasional. Sedangkan menurut Rivai (2016)

disiplin kerja adalah suatu alat yang dipergunakan para manajer untuk

berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu

perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesedian

seorang dalam memenuhi segala peraturan perusahaan.

Dari beberapa pengertian disiplin kerja yang dikemukakan oleh beberapa

ahli dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah sikap kesadaran, kerelaan dan
22

kesedian seseorang dalam mematuhi dan menaati peraturan dan norma-norma

sosial yang berlaku di lingkungan sekitarnya.

2.2.2 Indikator – Indikator Disiplin Kerja

Menurut singodimejo dalam Edy Sutrisno (2016) indikator-indikator

disiplin kerja antara lain yaitu:

1. Taat terhadap aturan waktu

Dilihat dari jam masuk kerja, jam pulang, dan istirahat yang tepat waktu

sesuai dengan aturan yang berlaku di perusahaan.

2. Taat terhadap peraturan perusahaan

Peraturaan dasar tentang cara berpakaian, dan bertingkah laku dalam

pekerjaan.

3. Taat terhdap aturan perilaku dalam pekerjaan

Ditunjukan dengan cara-cara melakukan pekerjaan-pekerjaan sesuai

dengan jabatan, tugas dan tanggung jawab serta cara berhubungan dengan

unit kerja lain.

4. Taat terhadap peraturan lainnya diperusahaan

Menaati peraturan perundang-undangan dan prosedur perusahaan dalam

perjanjian kerja atau kontrak kerja.

Adapun menurut Hasibuan (2015) indikator yang mempengaruhi tingkat

kedisiplinan pegawai suatu organisasi maupun instansi, diantaranya sebagai

berikut:
23

1. Tujuan dan kemampuan

Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai.

Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta

cukup menantang bagi kemampuan pegawai. Hal ni berarti bahwa tujuan

(pekerjaan) yang dibebankan kepada pegawai harus sesuai dengan

kemampuan pegawai bersangkutan,agar dia bekerja sungguh-sungguh dan

disiplin dalam mengerjakannya. Akan tetapi jika pekerjaan itu diluar

kemampuannya atau jauh dibawah kemampuannya maka kesungguhan dan

kedisiplinan pegawai rendah.

2. Teladanan pimpinan

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan

pegawai karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para

bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik,

jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan

yang kurang baik, para bawahannya pun kurang disiplin. Pimpinan jangan

mengharapkan kedisiplinan bawahannya baik jika dia sendiri kurang

disiplin. Pimpinan harus menyadari bahwa perilakunya akan dicontoh dan

siteladani bawahannya. Hal ini lah yang mengharuskan pimpinan

mempunyai kedisiplinan yang baik agar para bawahan pun mempunyai

disiplin yang baik pula.

3. Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan pegawai, karena ego

dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta
24

diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijakin dasar

kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa atau hukuman akan merangsang

terciptanya kedisiplinan pegawai yang baik.

4. Pengawasan melekat

Pengawasan melekat ialah tindakan nyata dan paling efektif dalam

mewujudkan kedisiplinan pegawai instansi. Sebab dengan waskat berarti

atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah

kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu

ada ditempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk jika

ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan

pekerjaanya. Waskat efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja

pegawai. Pegawai merasa mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk,

pengarahan, dan pengawasan dari atasannya.

5. Sanksi hukuman

Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan pegawai

dengan sanksi hukuman yang semakin berat, pegawai akan semakin takut

melanggar peraturan-peraturan instansi, sikap, dan perilaku indisipliner

pegawai akan berkurang. Berat/ringan sanksi hukuman yang akan

diterapkan ikut mempengaruhi baik/buruknya kedisiplinan pegawai.

Sanksi hukuman harus ditetapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk

akal, dan diinformasikan secara jelas kepada semua pegawai. Sanksi

hukuman harusnya tidak selalu ringan atau terlalu berat supaya hukuman

itu tetap mendidik pegawai untuk mengubah perilakunya. Sanksi hukuman


25

hendaknya cukup wajar untuk setiap tingkatan yang indisipliner, bersifat

mendidik, dan menjadi alat motivasi untuk memelihara kedisiplinan dalam

instansi.

6. Ketegasan

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi

kedisiplinan pegawai instansi. Pimpinan harus berani dan tegas bertindak

untuk menghukum setiap pegawai yang indisipliner sesuai dengan sanksi

hukuman yang ditetapkan. Pimpinan yang berani bertindak tegas

menerapkan hukuman bagi pegawai yang indisipliner akan disegani dan

diakui kepemimpinannya oleh bawahan. Dengan demikia, pimpinan akan

dapat memelihara kedisiplina pegawai instansi. Sebaliknya, apabila

seorang pimpinan kurang tegas atau tidak menghukum karyawan yang

indisipliner, sulit baginya untuk memelihara kedisiplinan bawahannya,

bahkan sikap indisipliner pegawai semakin banyak karena mereka

bertanggung jawab bahwa peraturan dan sanksi hukumannya tidak berlaku

lagi. Pimpinan yang tidak tegak menindak atau menghukum pegawai yang

melanggar peraturan, sebaliknya tidak usah membuat peraturan atau tata

tertib pada instansi tersebut.

7. Hubungan kemanusiaan

Hubungan kemanusian yang harmonis diatara sesama pegawai ikut

menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu instansi.

Hubunganhubungan baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri


26

dari direct single relationship, direct group relationship, dan cross

relationship hendaknya harmonis.

Menurut Mangkunegara (2017) disiplin kerja dapat diukur dengan

indikator sebagai berikut:

1. Ketepatan waktu datang ke tempat kerja.

2. Ketepatan jam pulang ke rumah.

3. Kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku.

4. Penggunaan seragam kerja yang telah ditentukan.

5. Tanggung jawab dalam mengerjakan tugas.

6. Melaksanakan tugas-tugas kerja sampai selesai setiap harinya.

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Menurut Singodimenjo dalam Edi Sutrisno (2016) bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi disiplin kerja adalah:

1. Besar kecilnya pemberian kompensasi

Besar kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin. Para

karyawan akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, bila ia merasa

mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih payahnya yang

telah dikontribusikannya bagi perusahaan.

2. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan

Keteladanan pimpinan sangat penting sekali, karena dalam lingkungan

perusahaan, semua karyawan akan selalu memperhatikan bagaimana

pimpinan dapat menegakkan disiplin dirinya dan bagaimana ia dapat


27

mengendalikan dirinya sendiri ucapan, perbuatan, dan sikap yang dapat

merugikan aturan disiplin yang sudah ditetapkan.

3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan

Pembinaan disiplin tidak akan dapat terlaksana dalam perusahaan, bila

tidak ada aturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan

bersama.

4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan

Bila ada seseorang karyawan yang melanggar disiplin, maka perlu ada

keberanian pimpinan untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan

pelanggaran yang dibuatnya.

5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada

pengawasan yang akan mengarahkan para karyawan agar dapat

melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan yang telah

ditetapkan.

6. Ada tidaknya perhatian kepada karyawan

Karyawan adalah manusia yang mempunyai perbedaan karakter antara

yang satu dengan yang lain.

Menurut Hasibuan (2015), terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi tingkat disiplin kerja, yaitu sebagai berikut:

1. Tujuan dan Kemampuan

Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai,

hal itu karena pada dasarnya pekerjaan yang dibebakan kepada pegawai
28

harus sesuai dengan kemampuan pegawai tersebut, agar pegawai disiplin

dan bersugguh-sungguh dalam menyelesaikan tugasnya.

2. Kepemimpinan

Kepemimpinan mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai, karena

bagaimanapun pemimpin akan menjadi dan dijadikan contoh bagi para

anggotanya.

3. Kompensasi

Kompensasi juga berperan penting terhadap tingkat kedisiplinan pegawai,

karena semakin besar gaji atau upah yang diterima oleh pegawai maka

akan bertambah baik pula disiplin kerja pegawai.

4. Sanksi Hukum

Sanksi hukum yang semakin berat akan membuat pegawai takut untuk

melakukan tindakan indisipliner dan membuat pegawai mematuhi segala

peraturan yang telah ditetapkan.

5. Pengawasan

Dengan adanya pengawasan maka akan membuat pegawai menjadi

disiplin karena adanya rasa takut pada diri mereka untuk melakukan

kesalahan dan pelanggaran karena diawasi.

2.2.4 Macam-Macam Disiplin Kerja

Menurut Mangkunegara (2017) ada 2 bentuk disiplin kerja, yaitu disiplin

preventif, dan disiplin korektif yaitu :


29

1. Disiplin preventif

Disiplin preventif adalah suatu upaya untuk menggerakkan karyawan

mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah

digariskan oleh perusahaan. Tujuan dasarnya adalah untuk menggekan

karyawan dapat memelihra dirinya terhadap peraturan-peraturan

perusahaan.

2. Disiplin korektif

Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakkan karyawan dalam

menyatuhkan suatu dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan

sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan. Pada disiplin

korektif, karyawan yang melanggar disiplin perlu diberikan sanksi sesuai

dengan peraturan yang berlaku. Tujuan pemberian sanksi adalah untuk

memperbaiki pegawai pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku, dan

memberikan pelajaran kepada pelanggar.

Sedangkan menurut Handoko (2015), terdapat empat bentuk disiplin kerja,

yaitu:

1. Disiplin Preventif. Disiplin preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan

untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standar dan

aturan, sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah.

2. Disiplin Korektif. Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil untuk

menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk

menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut.


30

3. Aturan Kompor Panas. Aturan ini pada hakekatnya menyatakan bahwa

tindakan pendisiplinan hendaknya mempunyai ciri-ciri yang sama dengan

hukuman yang diterima seseorang karena menyentuh sebuah kompor

panas.

4. Disiplin Progresif. Disiplin progresif adalah memberikan hukuman-

hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang

berulang. Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada karyawan

untuk mengambil tindakan korektif sebelum hukuman-hukuman yang

lebih serius dilaksanakan.

2.3 Penelitian Terdahulu

Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang mempunyai hubungan

dengan penelitian yang akan dilakukan:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


Nama Variabel dan
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Metode Analisis
Maudy Pengaruh Gaya Variabel Hasil penelitiannya menunjukkan
Rosalina Kepemimpinan Independen: Gaya bahwa terdapat pengaruh positif
(2020) Terhadap Disiplin Kepemimpinan dan signifikan antara gaya
Kerja Dan Variabel kepemimpinan terhadap disiplin
Dampaknya Terhadap Dependen: kerja, disiplin kerja terhadap
1 Kinerja Karyawan. Disiplin Kerja dan kinerja karyawan. Secara
Kinerja Karyawan langsung, gaya kepemimpinan
tidak berpengaruh terhadap
Metode Analisis: kinerja karyawan, namun secara
Analisis Regresi tidak langsung berpengaruh
Linear Sederhana terhadap kinerja karyawan.
31

Nama Variabel dan


No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Metode Analisis
Salma Pengaruh Gaya Variabel Berdasarkan hasil pengujian
Shafura Kepemimpinan Independen: Gaya hipotesis secara parsial gaya
Muthi (2019) Terhadap Disiplin Kepemimpinan kepemimpinan berpengaruh
Kerja di lingkungan Variabel terhadap disiplin kerja karyawan
Telkom Regional Iii Dependen: di Telkom regional III Jawa Barat.
Jawa Barat. Disiplin Kerja Gaya kepemimpinan di Telkom
2 Regional III Jawa Barat masuk
Metode Analisis: dalam kategori baik, namun ada
Analisis Regresi beberapa aspek yang perlu
Linear Sederhana dibenahi seperti kesadaranya
karyawan akan pentingnya
disiplin bagi keberlangsung
perusahaan.
3 Kadek Yudi Pengaruh Gaya Variabel Hasil penelitian ini menunjukkan
Prawira Jaya Kepemimpinan Independen: Gaya gaya kepemimpinan
(2015) Terhadap Disiplin Kepemimpinan transformasional, gaya
Kerja Pegawai Di kepemimpinan transaksional dan
Variabel
Dinas Balai Bahasa gaya kepemimpinan otokratis
Provinsi Bali Dependen: berpengaruh positif dan signifikan
Disiplin Kerja terhadap disiplin kerja di Dinas
Balai Bahasa Provinsi Bali.
Metode Analisis:
Analisis Regresi
Linear Berganda
4 Suryafitra Pengaruh Gaya Variabel Hasil penelitian menunjukkan
Muttaqin Kepemimpinan Independen: Gaya bahwa variabel perilaku tugas dan
(2016) Terhadap Disiplin Kepemimpinan perilaku hubungan secara
Kerja (Studi Pada simultan berpengaruh terhadap
Variabel
Karyawan PT Pln disiplin kerja karyawan. Secara
(Persero) Area Dependen: parsial variabel perilaku tugas
Pelayanan Malang) Disiplin Kerja berpengaruh signifikan terhadap
disiplin kerja pegawai dan
Metode Analisis: perilaku hubungan berpengaruh
Analisis Regresi signifikan terhadap disiplin kerja
Linear Berganda karyawan.
32

Nama Variabel dan


No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Metode Analisis
5 Nurul Pengaruh Gaya Variabel Hasil penelitian menemukan
Hasanah Kepemimpinan Dan Independen: Gaya bahwa gaya kepemimpinan
(2018). Motivasi Kerja Kepemimpinan berpengaruh positif terhadap
Terhadap Disiplin disiplin kerja karyawan,
Dan Motivasi
Kerja Karyawan sedangkan motivasi kerja tidak
Treepark Hotel Kerja berpengaruh terhadap disiplin
Banjarmasin (Studi Variabel kerja karyawan, dan secara
Kasus Pada Intro Dependen: simultan gaya kepemimpinan dan
Bistro) Disiplin kerja motivasi kerja besama-sama
berpengaruh terhadap disiplin
Metode Analisis: kerja karyawan.
Analisis Regresi
Linear Berganda
6 Reza Nurul Pengaruh Variabel Dari pembahasan yang dilakukan
Ichsan (2021) Kepemimpinan Independen: Gaya sesuai dengan topik dan pokok
Terhadap Disiplin Kepemimpinan permasalahan, dan dari analisis
Kerja Pegawai Pada data yang dilakukan didapati
Variabel
Kantor Dinas bahwa secara umum
Pendidikan Kabupaten Dependen: kepemimpinan berpengaruh
Karo Disiplin kerja signifikan terhadap disiplin
pegawai pada Kantor Dinas
Metode Analisis: Pendidikan Kabupaten Karo.
Analisis Regresi
Linear Sederhana
7 Said Pengaruh Motivasi, Variabel Hasil penelitian didapatkan
Muhammad Pengawasan, dan Independen: motivasi berpengaruh positif
Rizal (2019) Kepemimpinan Motivasi, tetapi tidak signifikan terhadap
Terhadap Disiplin disiplin kerja. Pengawasan
Pengawasan, dan
Kerja Pegawai Pada memiliki pengaruh positif dan
Dinas Pekerjaan Kepemimpinan signifikan terhadap disiplin kerja.
Umum dan Variabel Kepemimpinan memiliki
Perumahan Rakyat Dependen: pengaruh negatif tetapi tidak
Kabupaten Aceh Disiplin Kerja signifikan terhadap disiplin kerja
Tamiang Pegawai. Motivasi, pengawasan
Metode Analisis: dan kepemimpinan secara
Analisis Regresi simultan berpengaruh positif dan
Berganda signifikan terhadap disiplin kerja
Pegawai.
33

Nama Variabel dan


No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Metode Analisis
8 Novi Ariani Pengaruh Gaya Variabel Hasil analisis dan pengujian
(2015) Kepemimpinan Independen : Gaya hipotesis menunjukkan bahwa
Demokratis terhadap Kepemimpinan terdapat pengaruh yang signifikan
Disiplin Kerja Demokratis gaya kepemimpinan demokratis
Karyawan Pada PT. Variabel terhadap disiplin kerja karyawan
PP. London Sumatra dependen: Disiplin dengan tingkat pengaruh rendah.
Indonesia Kerja

Metode Analisis:
Analisis regresi
linear sederhana
9 M. Okprint Pengaruh Gaya Variabel Berdasarkan hasil uji statistik
Rafiqah Kepemimpinan Independen: Gaya terbukti bahwa, terdapat pengaruh
(2015) Kepala Sekolah Kepemimpinan yang signifikan antara gaya
Terhadap Disiplin kepemimpinan terhadap disiplin
Variabel
Mengajar Guru Sma kerja guru, dengan nilai koefisien
Yayasan Perguruan Dependen: korelasi product moment sebesar
Swasta Kesatria Disiplin Kerja atau dapat dikatakan mempunyai
Medan tingkat hubungan yang kuat
Metode Analisis:
Analisis regresi
linear sederhana
10 Annisa Pengaruh Disiplin Variabel Hasil Penelitian ini menunjukkan
Awaliyah Kerja, Motivasi dan Independen : Disiplin Kerja memberikan
Ridwan Gaya Kepemimpinan Disiplin Kerja, pengaruh positif dan signifikan
(2022). Terhadap Kinerja Motivasi dan Gaya terhadap Kinerja Karyawan.
Karyawan pada PT Kepemimpinan Motivasi memberikan pengaruh
PLN (PERSERO) dependen: Kinerja positif namun tidak signifikan
Unit Pelaksana Proyek Karyawan terhadap Kinerja Karyawan. Gaya
Pembangkit dan Kepemimpinan memberikan
Jaringan Sulawesi Metode Analisis: pengaruh positif dan signifikan
Selatan. Analisis regresi terhadap Kinerja Karyawan.
linear berganda
11 Adinda Pengaruh Motivasi Variabel Hasil penelitian menunjukkan
Farhah Kerja dan Disiplin Independen : motivasi kerja berpengaruh
(2020) Kerja Terhadap Motivasi Kerja dan signifikan terhadap kinerja
Kinerja Karyawan PT. Disiplin Kerja karyawan dan Motivasi kerja
Kalla Kakao Industri Variabel berpengaruh signifikan terhadap
dependen: Kinerja disiplin kerja Disiplin kerja
Karyawan berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan Secara simultan
Metode Analisis: motivasi kerja dan disiplin kerja
Analisis regresi berpengaruh signifikan terhadap
linear berganda kinerja karyawan.
34

Nama Variabel dan


No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Metode Analisis
12 Sefrida Yanti Pengaruh Perilaku Variabel Hasil penelitian menunjukkan (1)
(2020) Kerja dan Disiplin Independen : variabel perilaku kerja
Kerja Terhadap Perilaku Kerja dan berpengaruh positif dan signifikan
Pengembangan Karir Disiplin Kerja terhadap pengembangan karir
Karyawan Pada Variabel karyawan pada primer basko hotel
Premier Basko Hotel dependen: padang. (2) Variabel disiplin kerja
Padang Pengembangan berpengaruh positif dan signifikan
Karir Karyawan terhadap pengembangan karir
pada primer basko hotel padang.
Metode Analisis: (3) Disiplin kerja dan perilaku
Analisis regresi kerja berpengaruh signifikan
linear berganda bersama-sama terhadap
pengembangan karir karyawan
pada Premier Basko Hotel Padang
13 Hardi Pengaruh Gaya Variabel Hasil pengujian hipotesis
Kusuma Kepemimpinan Independen : Gaya ditemukan ada pengaruh gaya
Putra (2020). Terhadap Kinerja kepemimpinan kepemimpinan berpengaruh
Karyawan Pada PT. Variabel terhadap kinerja karyawan PT.
The Sriwijaya Hotel dependen: Kinerja The Sriwijaya Hotel Padang.
Karyawan

Metode Analisis:
Analisis regresi
linear sederhana
14 Happy Pengaruh Gaya Variabel Hasil penelitian menunjukkan
Femliati Kepemimpinan Independen : Gaya bahwa secara parsial Gaya
Waruwu terhadap Semangat kepemimpinan Kepemimpinan bepengaruh
(2019). dan Gairah Kerja Variabel signifikan terhadap Semangat
Pegawai di dependen: Kerja dan Gaya Kepemimpinan
Kecamatan 2 X 11 Semangat dan bepengaruh signifikan terhadap
Enam Lingkung Gairah Kerja Gairah Kerja pada Pegawai
Kabupaten Padang Kantor Camat 2 x 11 Enam
Pariaman Metode Analisis: Lingkung Kabupaten Padang
Analisis regresi Pariaman.
linear sederhana
35

Nama Variabel dan


No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Metode Analisis
15 Yopi Risma Pengaruh Lingkungan Variabel Hasil penelitian menunjukkan
Fitri (2021) Kerja, Motivasi Dan Independen : bahwa secara parsial variabel
Disiplin Kerja Lingkungan Kerja, Lingkungan Kerja dan Motivasi
Terhadap Kinerja Motivasi dan Kerja tidak memiliki pengaruh
Karyawan PT. Semen Disiplin Kerja yang signifikan terhadap Kinerja
Padang Variabel Karyawan. Sedangkan disiplin
dependen: Kinerja Kerja berpengaruh signifikan
Karyawan terhadap Kinerja Karyawan PT
Semen Padang. Sedangkan Secara
Metode Analisis: Simultan Variabel Lingkungan
Analisis regresi Kerja, Motivasi Kerja dan
linear berganda Disiplin Kerja berpengaruh
signifikan terhadap Kinerja
Karyawan PT Semen Padang.
16 Al Amiri, Leadership Styles and Variabel The review revealed that
Nabeel Organizational Independen : transformational, transactional,
(2020) Knowledge Leadership Style knowledge-oriented leadership,
Management Variabel top executives, and strategic
Activities: A dependen: leadership have evidence of their
Systematic Review Knowledge constant and positive effect on the
Management Knowledge Management process.
Metode Analisis: The authors encourage
Analisis regresi organizations to use a
linear sederhana combination of those styles to
maximize the effect of leadership
on Knowledge Management.

17 Angrian The Effect Of Independen: The results of the moderating


Permana Leadership Style, Leadership Style, analysis (path analysis) show that
(2019) Motivation And Work, Motivation the Leadership Style has an
Discipline Of And Discipline indirect positive effect on
Employee Variabel employee performance.
Performance With dependen: Motivation has an indirect
Understanding Of Employee negative influence on employee
Islamic Work Ethics. Performance performance. Work Discipline has
an indirect positive influence on
Metode Analisis: employee performance.
Analisis regresi
linear berganda
36

Nama Variabel dan


No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Metode Analisis
18 Fatwa The Role Of Work Variabel The results showed that 1) There
Tentama Discipline And Independen : was a relationship between work
(2020) Autonomy On Discipline And discipline and autonomy
Employee Autonomy simultaneously on performance,
Performance: A Case Variabel 2) There is a very significant
Of Private University dependen: positive relationship between
In Indonesia Employee work discipline and performance,
Performance 3) There is a very significant
positive relationship between
autonomy and performance.
19 Yudo The Effect of Variabel The results showed that: 1) the
Dwiyono Leadership Style, Independen : principal leadership style,
(2017) Professional Leadership Style, professional competence, and
Competence, and Professional work discipline have a positive
Work Discipline Competence, and direct effect toward the
Toward Work Work Discipline effectiveness of teachers' work,
Effectiveness Variabel and 2) the principal leadership
dependen: Work style, and professional
Effectiveness competence have a positive direct
effect toward the work discipline.
Metode Analisis:
Analisis regresi
linear berganda
20 Romat Antecedents Of Work Variabel The results of the analysis show
Saragih Performance: The Independen: that leadership style has a
(2021). Effect Of Leadership Leadership Style, significant positive effect on
Style, Work Work Motivation employee performance, as well as
Motivation And And Discipline motivation, which also has a
Discipline Variabel significant positive effect on
dependen: Work employee performance.
Performance

Metode Analisis:
Analisis regresi
linear berganda
37

2.4 Kerangka Konseptual

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka dibuatlah suatu susunan berupa

kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.5 Hipotesis

Dalam menyukseskan kepemimpinan dalam organisasi, pemimpin perlu

memikirkan dan memperhatikan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan

kepada pegawainya. Menurut Veithzal Rivai (2016) gaya kepemimpinan adalah

suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya.

Sedangkan menurut Kartono (2016) mendefinisikan gaya kepemimpinan

merupakan sifat, kebiasaan, kepribadian yang dimiliki oleh pemimpin yang

membedakannya dengan yang lain. Jadi faktor tersebut merupakan pembeda.

Disiplin kerja merupakan fungsi opersional manajemen sumber daya

manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin kerja karyawan, semakin

baik kinerja yang dapat dicapai. Tanpa disiplin yang baik, sulit bagi organisasi

untuk mencapai hasil yang optimal. Kedisiplinan merupakan faktor yang utama

yang diperlukan sebagai alat peringatan terhadap karyawan yang tidak mau

berubah sifat dan perilakunya. Sehingga karyawan dikatakan memiliki disiplin

yang baik jika karyawan tersebut memiliki disiplin yang baik jika karyawan

tersebut memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan kepadanya.
38

Menurut Hasibuan (2015) Disiplin Kerja adalah kesadaran dan kerelaan

seseorang dalam menaati semua peraturaan perusahaan dan norma-norma sosial

yang berlaku. Menurut Singodimenjo dalam Edi Sutrisno (2015) Disiplin Kerja

sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan mentaati norma-

norma peraturaan yang berlaku di sekitarnya.

Hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh gaya kepemimpinan

terhadap disiplin kerja didokumentasikan oleh Muthi dan Djuwita (2019)

menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif signifikan terhadap

disiplin kerja. Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maudy

Rosalina (2020) yang meneliti tentang pengaruh gaya kepemimpinan terhadap

disiplin kerja dan dampaknya terhadap kinerja karyawan. Dimana hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara

gaya kepemimpinan terhadap disiplin kerja, disiplin kerja terhadap kinerja

karyawan. Secara langsung, gaya kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap

kinerja karyawan, namun secara tidak langsung berpengaruh terhadap kinerja

karyawan. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin baik gaya kepemimpinan maka

disiplin kerja dan kinerja karyawan akan semakin meningkat. Peningkatan disiplin

kerja dalam kepemimpinan perusahaan mampu meningkatkan kinerja yang

optimal.

H1. Diduga Gaya Kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap Disiplin

Kerja Karyawan pada PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Proyek Jaringan

(UPPJ) di Bukittingi Sumatera Barat.

Anda mungkin juga menyukai