Anda di halaman 1dari 3

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA

REPUBLIK MAHASISWA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Sekretariat: Ruang 1, Gedung Geugeut-Winda, Jalan Dr. Setiabudhi 229 Bandung 40154
 081220385525  bem.rema.upi.edu  bem@upi.edu

APA KABAR OMNIBUS LAW

( Tim Kajian Isu Strategis )

Kementerian Luar Negeri

BEM REMA UPI 2020

Rezim saat ini seakan memiliki kebebasan kembali di bawah kepemimpinan Presiden
Joko Widodo. Rancangan Undang-Undang (RUU) yang baru saja disahkan, padahal pada awal
kemunculannyapun sudah menuai banyak kontroversi. Watak feodal nyatanya masih melekat
dikalangan pejabat negara, tanpa melirik keadaan rakyatnya saat ini. Dalam jangka waktu
singkat itu, Pemerintah bersama DPR berhasil merumuskan dan merevisi puluhan Undang-
undang menjadi satu kesatuan. RUU ini pada awalnya bertujuan untuk merampingkan Undang-
undang yang dinilai begitu kompleks perihal kuantitasnya dan dijadikan satu sistem Undang-
undang bernama Omnibus Law.
Jika ditelusuri secara harfiah, Omnibus Law merupakan bentuk hukum yang
diperuntukkan untuk semua. Istilah ini berasal dari bahasa latin, yakni omnis yang berarti
‘untuk semua’ atau ‘banyak’. Bisa disimpulkan bahwa Omnibus Law adalah landasan baru
yang memuat beragam substansi aturan, dimana keberadaannya mengamandemen beberapa
UU sekaligus. Istilah ini disebut Presiden Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) dalam pidato
pertamanya usai dilantik pada Oktober 2019 silam. Jokowi menyebutkan bahwa Omnibus Law
akan menyederhanakan kendala regulasi yang kerap berbelit-belit dan panjang. Pemerintah
juga meyakini Omnibus Law akan memperbaiki ekosistem investasi dan daya saing Indonesia
sehingga bisa memperkuat perekonomian nasional.
Omnibus Law yang telah direncanakan Pemerintah Indonesia itu, terdiri dari dua
Undang-Undang (UU) besar, yakni UU Cipta Lapangan Kerja dan UU Pemberdayaan UMKM.
Omnibus law menyelaraskan 82 UU dan 1.194 pasal. Omnibus Law ini menyentuh beberapa
aspek, termasuk pendidikan. Maka tidak heran jika kemudian hal ini menuai banyak
pembicaraan terkait kebijakan yang telah disusun, bahkan akan disahkan. Berbagai elemen
mencoba untuk mengkritisi kebijakan tersebut, terutama para buruh yang langsung bersentuhan
dengan jam kerja, perlindungan hak buruh, upah minimum, dan lain sebagainya.
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
REPUBLIK MAHASISWA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Sekretariat: Ruang 1, Gedung Geugeut-Winda, Jalan Dr. Setiabudhi 229 Bandung 40154
 081220385525  bem.rema.upi.edu  bem@upi.edu

Beberapa pekan yang lalu sektor pendidikan telah dihapuskan. Akan tetapi pada draft
final perihal yang menyangkut pendidikan belum dihapus secara sepenuhnya. Masih banyak
topik yang menyangkut terkait pelaksanaan pendidikan di Indonesia, seperti halnya perizinan
usaha yang dimana akan membuka peluang praktik komersialisasi pendidikan. Selain itu
semakin terbuka luas pembukaan praktik pendidikan seperti pelatihan untuk pemasok indrustri
yang suatu saat nanti akan berjamuran di negeri ini.
Saat ini Omnibus Law setidaknya akan mengatur tiga aspek vital yang diyakini
pemerintah dengan aturan baru ini akan memberikan ruang dan kemajuan baru bagi sistem
ekonomi di Indonesia. Yang pertama RUU Cipta Lapangan Kerja (Cilaka), yang kedua RUU
Perpajakan, dan yang terakhir RUU UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Namun seperti
banyak perdebatan undang-undang di negara ini, RUU Cipta Lapangan Kerja (Cilaka)
menimbulkan polemik. Mayoritas datang dari serikat pekerja dan buruh.
Sejak akhir Januari 2020, sejumlah pekerja berdemo menolak disahkannya RUU ini.
Tidak lain dan tidak bukan alasannya karena dalam rancangan yang tertulis Cilaka malah akan
memperburuk keadaan para pekerja di Indonesia. Sejumlah Serikat Buruh di Indonesia pun
menolak tegas rancangan undang-undang ini, yang bagi mereka hanya membuat pekerja
Indonesia kehilangan haknya dan mempermudah para pengusaha melakukan eksploitasi
kepada para pekerja. Hal tersebut terlihat dari dihapuskannya denda bagi pengusaha yang telat
membayar gaji para pekerja yang sebelumnya diatur pada UU Nomor 13 Tahun 2003.
Kemudian penghapusan beberapa hak sosial pekerja, seperti dihapuskannya beberapa cuti
seperti cuti haid dan cuti hamil.
Dengan kata lain, omnibus law Cilaka ini amat rawan menciptakan celaka beneran,
yaitu: Pertama, pengubahan sistem upah menjadi berbasis jam kerja. Pekerja nantinya bukan
lagi diberi upah berdasarkan jumlah hari kerja tetapi jumlah jam kerja yang ia lewati. Kedua,
tentu saja pemerintah lebih berpihak kepada perusahaan dan para pemilik modal. Buktinya
pemerintah menuliskan secara gamblang prinsip easy hiring, easy firing di omnibus
law Cilaka. Ketiga yang meresahkan dari omnibus law Cilaka yaitu permudahan izin tenaga
kerja asing. Birokrasi perizinannya akan dipermudah dan TKA tidak akan lagi dikenakan pajak
atas penghasilannya di luar Indonesia. Ditambah lagi dengan upah murah yang akan
menghantui para buruh.
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
REPUBLIK MAHASISWA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Sekretariat: Ruang 1, Gedung Geugeut-Winda, Jalan Dr. Setiabudhi 229 Bandung 40154
 081220385525  bem.rema.upi.edu  bem@upi.edu

Hari ini kita telah menyaksikan dengan cermat, bahwasannya para wakil rakyat
nyatanya sama sekali tidak berpihakkepada rakyat. Mereka lebih mementingkan kesejahteran
pribadi, golongan, dan para pemilik modal saja. Hal tersebut tidak boleh dipandang remeh oleh
siapapun, karena peraturan ini akan berlaku untuk masyarakat Indonesia dan pemangku
kebijakan perlulah menyelaraskan dengan kebutuhan, memegang keadilan demi kesejahteraan
masyarakatnya. Sampai kapan lagi rakyat akan kesusahan? Sampai kapan penghuni senayan
menjadi impostor bagi rakyatnya sendiri?

#GAGALKANOMNIBUSLAW
#MOSITIDAKPERCAYA
#SAHKANRUUPKS
#SAHKANRUUMASYARAKATADAT

Anda mungkin juga menyukai