Anda di halaman 1dari 7

OMNIBUS

LAW
ADINDA ESA ERTA NURIS
02 TINAKA 14 SYA’AH

VANESHA
06 ARDELA PUTRI F 34 HERLYDE

KELOMPOK 1 XII MIA


2
TESIS
UU Omnibus Law adalah mimpi buruk. Ia bukan hanya dinilai
akan mengebiri hak-hak pekerja atas kehidupan yang layak,
tetapi juga membawa Indonesia menjadi pasar tenaga kerja yang
fleksibel yang easy hire dan easyz fire. Penolakan buruh terhadap
UU Ciptaker tak muncul tiba-tiba, melainkan sejak draf UU itu
meluncur ke DPR pada Februari 2020 lalu. Pengesahan Omnibus
Law UU Cipta Kerja (Ciptaker) dalam rapat paripurna DPR RI
pada Senin, 5 Oktober 2020 memicu gelombang demonstrasi
hingga saat ini. Massa buruh, mahasiswa, dan aktivis dari
berbagai organisasi masyarakat sipil menggelar demonstrasi di
sejumlah kota. 
ARGUMENTASI
Pada masa pandemi yang sangat krusial ini, pemerintah seakan terburu - buru dalam menyelesaikan dan
mengesahkan UU cipta kerja. Pengesahan UU tersebut menuai protes karena banyak pasal yang dinilai bermasalah. Di
antara klaster peraturan dalam UU "sapu jagad" itu yang menuai kritik dan sorotan adalah terkait ketenagakerjaan,
izin investasi, dan lingkungan. Hal ini diperparah dengan belum adanya draft final UU Cipta kerja yang
dipublikasikan di kanal resmi DPR RI, walaupun UU tersebut sudah disahkan .

Proses perumusan, pembahasan dan pengesahan UU Cipta kerja juga menuai banyak kritik karena dianggap
tidak transparan sekaligus cacat formil. Penyusunan yg minim keterbukaan menyebabkan publik kesulitan dalam
memberi masukan. Fakta bahwa satuan tugas dalam proses perencanaan dan penyusunan UU cipta kerja ini
didominasi oleh para pengusaha. Hal ini juga menguatkan dugaan bahwa UU ini tidak ditujukan untuk
menyejahterakan masyarakat luas, melainkan hanya ditujukan untuk memperkaya para investor, pengusaha dan
pemerintah. UU ini memberikan kewenangan yang besar kepada Pemerintah Pusat yang dapat meningkatkan
dinamika desentralisasi di Indonesia. Desentralisasi yang berlebihan berpotensi memicu tindakan korupsi dikarenakan
semakin minimnya pengawasan.

.
ARGUMENTASI

Situasi pandemi yang sedang berlangsung ini seolah dimanfaatkan pemerintah sebagai tipu muslihat untuk
memblokade demonstrasi. Akan tetapi, pandemi ini tidak menjadi halangan bagi masyarakat untuk melaksanakan
aksi unjuk rasa, karena uu ini menyangkut masa depan para buruh dan penerus bangsa
PENEGASAN ULANG
Di masa pandemi ini Pemerintah Seharusnya lebih mementingkan kesehatan masyarakat
dibandingkan dengan kepentingan politik ekonomi. Penyusunan UU yang dilakukan pemerintah
sudah semestinya ditujukan untuk melindungi dan menyuarakan suara rakyat yang terdampak
regulasi, bukan untuk mementingkan Para investor asing dan pengusaha
Sudah sewajarnya pemerintah mendengarkan aspirasi rakyat. Jika pemerintah yakin bahwa uu
cipta kerja ini sangat bermanfaat, mengapa mereka tidak berani turun menghadap rakyat daripada
harus menutup telinga dan melemparkan aspirasi rakyat ke mahkamah konstitusi, sehingga membuat
rakyat naik pitam dan menyebabkan adanya aksi unjuk rasa yang berujung merusak banyak fasilitas
umum. Terlebih negara kita menganut paham demokrasi. Seharusnya, pemerintah lebih transparan
agar rakyat bisa ikut berpartisipasi langsung dalam proses perencanaan dan penyusunan undang-
undang.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai