PEMAHAMAN PANCASILA
NIM : 2070111050
Beberapa hari ini publik dibuat geger oleh keputusan disahkannya RUU CIPTA KERJA menjadi
UNDANG UNDANG oleh DPR. Selain karena waktu pegesahannya yang terkesan dadakan bahkan
mepet karena dimajukan 3 hari lebih awal dari rencana semula, rapat paripurna 1 ini juga
menghebohkan karena dilakukan ditengah malam, dan juga dilaksanakan ditengah situasi
pandemic sehingga beberapa pihak beranggapan bahwa DPR dan Pemerintah sengaja memakai
momen pandemi untuk mengesahkan RUU yang kontroversial ini.
Atas kejadian tersebut masyarakat dari berbagai kalangan, khususnya dari para
aktivis buruh dan mahasiswa bereaksi atas kejadian tersebut. Gelombang penolakan terhadap
sahnya UU CIPTA KERJA ini bermuncullan di berbagai daerah. Bahkan ada yang sampai
melaksanakan mogok kerja dan demonstrasi di tengah kedaan pandemic seperti ini. Tak hanya
di dunia social saja terjadi gelombang penolakan yang masif, di dunia maya pun terjadi hal yang
sama. Ditandai dengan tagar tagar yang berisi penolakan menjadi trending topik dimana mana.
Namun, berdasar gambaran singkat diatas yang akan saya ulik lebih jelas disini adalah bukan
dampak secara moril di masyarakat secara umum, melainkan yang akan saya bahas adalah
dampak positif maupun negatif UU CIPTA KERJA ini sendiri dalam perspektif hukum dagang.
Antara lain adalah sebagai berikut :
1. Memudahkan Ivestasi.
2. Mengancam UMKM.
Beberapa dampak diatas hanyalah sebagian kecil dari beberapa dampak yang ditimbulkan oleh
UU CIPTA KERJA. Saya hanya berpendapat bahwa setiap kebijakan tentu pasti ada pro dan kontra,
plus dan minus, positif maupun negatif.
Saya pribadi menolak pengesahan yang dilakukan oleh DPR dan Pemerintah pusat. Meskipun
terdapat beberapa kelebihan, namun bagi saya UU ini lebih dominan menguntungkan pihak
Investor atau Pengusaha saja. Sementara dampak negative nya lebih melekat kepada pekerja
serta lingkungan. Dan menurut saya UU CIPTA KERJA ini tidak sepaham dengan pancasila.
Nama : Aditya Bayu Pratama
Kelas : Teknik Sipil ( RJM )
Nim : 2070111056
Karna Pengesahan Undang-undang Cipta Kerja atau Omnibus Law cacat secara
procedural dan subtansial. Cacat yang dimaksud yaitu ketika sebuah rancangan undang-
undang mau disahkan harus sudah ada draft finalnya. Seperti diketahui di media nasional
bahwa anggota Badan Legislasi DPR RI menyatakan bahwa draft RUU yang disahkan
perlu penyempurnaan.
Kesalahan prosedur ini fatal karena sudah melanggar Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. cacat subtansial yaitu
bahwa isi dari Undang-undang Cipta Kerja atau Omnibus Law bertentangan dengan
Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 27 terkait ketenagakerjaan. Dalam
Undang-undang Cipta Kerja yaitu pasal 156 yang berisi tentang jumlah pesangon yang
didapatkan oleh pekerja berbunyi “paling banyak” sedangkan didalam UU
ketenagakerjaan berbunyi “paling sedikit”.
Perbedaan hanya satu kata tapi akibatnya sangat merugikan kesejahteraan pekerja.
Menurut saya, masih banyak pasal-pasal dalam Undang-undang Cipta Kerja atau
Omnibus Law yang bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.
Pemerintah dengan agenda RUU Omnibus Law telah berupaya merubah tatanan
perundang undangan, dengan dalih fleksibilitas, efisien dan investasi, telah merancang
RUU Omnibus Law Cipta Kerja yang sangat menghawatirkan kaum pekerja, dari
berbagai sisi yang sangat fundamental.
Yang Pertama RUU Omnibus Law Cipta Kerja telah merombak sistem ketenaga Kerjaan,
yang semula sesuai UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenaga Kerjaan mengatur
hubungan industrial melalui tripartite, dengan melibatkan Pemerintah daerah Kabupaten,
sebagai penyelenggara ketenagakerjaan sebagai amanat UUD 1945 pasal 18 ayat 5,
dimana pemerintah daerah melalui Dinas Tenaga Kerja melegalkan Serikat Pekerja,
membangun hubungan Industrial Tripartite, baik dalam perselisihan kepentingan,
maupun pembahasan persoalan UMK sebagai Jaring pengaman sosial di bidang
ketenagakerjaan. Namun ironisnya RUU Omnibus Law Cipta Kerja telah menghilangkan
sistem tersebut.
Dengan demikian RUU Omnibus Law Cipta Kerja telah menghancurkan tatanan sistem
ketenagakerjaan Indonesia, dengan menghilangkan peranan Negara dalam bidang
KetenagaKerjaan (Kabupaten sebagai hirarki Konstitusi bagian bawah Negara) dan
amanat UUD 1945 pasal 18. Perubahan yang terdapat RUU Omnibus Law Cipta Kerja,
yang merenggut hak Pekerja dan mengancam kesejahteraan pekerja, yakni menghapus
tripartite, UMK, kebebasan berserikat, ancaman PHK setiap saat (Demokrasi pekerja
lumpuh), karena kasus union busting, akan selalu berujung pada PHK jika perselisihan
tidak menemui kesepakatan, dengan demikian jika penentuan Upah dilaksanakan
diperusahaan dengan Bipartite, yang melegalkan PHK pekerja secara bebas, yang ada
adalah ketidak seimbangan perundingan, Jaminan Pesangon berkurang, dan kerancuan
undang undang. Selain itu RUU Omnibus Law juga tidak sesuai dengan UU Otonomi
Daerah, yang memberikan keleluasaan pada daerah untuk mengelola bidang Ketenaga
Kerjaan. Dengan hilangnya demokrasi politik pekerja di dalam hubungan Industrial,
secara nyata pemerintah dan DPR RI telah membuat suatu UU yang berpotensi tidak
kesesuaian terhadap sila kedua dan kelima.
Yang Kedua dengan dalih mempercepat kegiatan investasi, yang mengejar pertumbuhan
ekonomi, RUU Omnibus Law Cipta Kerja, disinyalir lebih berpihak pada investor (baik
Nasional maupun Multi Nasional), dari pada memperhatikan Kesejahteraan Pekerja,
yang berdampak pada peningkatan daya beli, dan mensejahterakan pekerja Nasional,
dengan demikian kegiatan Industri yang di gagas melalui RUU Omnibus law, telah
kehilangan substansi kegiatan industri, yang diharapkan memiliki korelasi lurus terhadap
kesejahteraan rakyat Indonesia, baik yang terlibat langsung ataupun tidak langsung
dalam kegiatan Industrialisasi. Tersedianya kegiatan Usaha adalah untuk meningkatkan
daya beli Rakyat Indonesia, bukan sekedar pertumbuhan ekonomi, yang berpotensi tidak
berbanding lurus dengan peningkatan daya beli.
Yang Ketiga UU Omnibus Law Cipta Kerja, mengisyaratkan bahwa masa depan
Ketenaga Kerjaan Indonesia, pada sisi perekonomian dan kedaulatan politik yang sangat
memprihatinkan, karena dari sisi ekonomis, dan kekuatan pekerja di dalam atau diluar
perusahaan dalam ruang hubungan Industrial pada posisi yang sangat rentan, dimana
hal ini dapat diketahui dari pola rumus pengupahan yang menghilangkan item inflasi,
yang setiap tahunnya, sepanjang sejarah selalu mengalami kenaikan yang cukup
signifikan, dengan demikian posisi keuangan Pekerja pada setiap tahun akan mengalami
penyusutan akibat inflasi dan Kurs Rupiah, dalam PP No 78/2015 yang dianggap sistem
pengupahan yang parah, karena tidak mempertimbangkan Kurs Rupiah semakin
diperparah dengan pola pengupahan sistem RUU Onibus Law Cipta Kerja.
Yang Keempat RUU Omnibus Law Cipta Kerja, ternyata melanggengkan sistem
Outsorcing dan Kerja Kontrak, padahal pekerja di Indonesia mengharapkan, status
kerjanya diperjelas sebagai pekerja Tetap atau PKWTT, sebagai suatu akibat dari
dedikasi, loyalitas pada masa produktif, hingga masa pensiun.
Hal inilah yang sangat fundamental, dalam sistem hubungan Industrial yang di
rencanakan melalui RUU Omnibus Law, karena akibat RUU ini akan dapat berdampak
pada hilangnya iklim Demokrasi dalam bidang Ketenaga Kerjaan, yakni Satu Demokrasi
Ekonomi, hak – hak demokrasi yang memiliki dampak sistemis dalam perekonomian
pekerja, mulai dilumpuhkan, padahall kesejahteraan pekerja, akan mampu
menggerakkan sektor riil, hal inilah yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi
merupakan faktor positif dalam sistem perekonomian global, namun hal ini tidak nampak
dalam RUU omnibus Law, karena pertumbuhan ekonomi yang digagas melaui RUU
omnibus Law Cipta Kerja, justru akan memporak porandakan sektor riil, karena
pendapatan pekerja mengalami penyusutan dari masa ke masa.
Kelima RUU Omnibus Law dapat mencederai Demokrasi politik pekerja, mengancam
kemerdekaan berserikat pekerja baik di dalam atau diluar perusahaan, dengan demikian
RUU omnibus Law, sesungguhnya tidak sesuai dengan semangat keIndonesiaan,
gambaran ini dapat kita pahami bahwa memang suatu hal yang wajar apabila berbagai
pihak meradang terkait RUU Omnibus Law Cipta Kerja, yang tidak terlihat manfaat dan
faedahnya buat pekerja saat ini dan dimasa mendatang.
Nama : Reza Saifulloh
NIM : 2070111057
Kelas : P2K RJM (D)
Prodi : Teknik Sipil
Tugas : Pancasila dan Kewarganegaraan
Dosen : Dr. Soedarto S, Mpd.
Dewan perwakilan rakyat atau biasa disingkat DPR adalah lembaga dengan fungsi
legislasi,pengawasan dan anggaran. Pada masa periode jabatan DPR tahun 2019-2024 banyak
sekali RUU yang disorot oleh publik, terutama kalangan mahasiswa dan akademisi,tercatat ada
4 Undang-undang yang sangat kontroversial menurut saya yaitu Revisi Undang undang
KPK,RKUHP,UU,Minerba,dan UU omnibus law cipta kerja yang baru saja disahkan DPR
pada 5 oktober 2020.
Saya kali ini akan membahas tentang undang-undang omnibuslaw cipta kerja, Undang-undang
ini sendiri di usulkan oleh pihak pemerintah ke DPR yang pada intinya untuk merevisi berbagai
pasal maupun undang undang untuk direvisi secara Bersama di dalam satu undang-undang.
yang mencakup 11 klaster, tetapi pada prosesnya sangat tidak wajar dan cenderung
inkonstitusional.
Menurut saya ,kontroversi UU cipta kerja sudah muncul sejak dalam masa pembahasan, yaitu
tidak transparanya proses pembuatan undang undang ini, itu terbukti dari sangat minimnya
keterbukaan informasi mengenai status undang-undang ini,dan minimnya keterlibatan publik
pada pembahasannya.
Pada substansi-substansi RUU ini sendiri sangat cenderung seolah mendewakan investor dan
mengeksploitasi sumber daya manusia dan sumber daya alam. Terbukti terdapat beberapa pasal
pada undang -undang ini yang sangat tidak memihak pada buruh, contohnya ada pasal yang
berbunyi “upah minimum kabupaten dan kota tidak lagi menjadi kewenangan bupati/walikota.,
melainkan dipindahkan ke gubernur” , hal ini berpotensi tidak sesuai dengan kebutuhan riil
pekerja.
Pada substansi pasal lain juga terdapat yang membahayakan sumber daya alam contohnya
komisi penilai amdal digantikan pemerintah pusat, partisipasi publik dalam amdal dikurangi.
Hal ini berpotensi tidak independenya penilai amdal dan mendukung
kolusi,korupsi,dan,nepotisme.
Pada pengesahanya pun juga terdapat kontroversial yaitu yang semula terjadwal pada 8 oktober,
tetapi secara mendadak DPR mengesahkanya pada tanggal 5 oktober dan pada waktu tengah
malam. Menurut saya dengan kejanggalan-kejanggalan tersebut sangat layak kalau saya
meragukan produk undang-undang tersebut lahir dari aspirasi rakyat.
DPR dan Presiden yang notebene di pilih oleh rakyat secara langsung seharusnya
mendengarkan aspirasi rakyat dan melibatkan dalam proses legislasi Undang-undang ini, sangat
wajar muncul berbagai aksi dari masyarakat terutama Mahasiswa,akademisi,dan buruh untuk
menolak undang-undang ini. Karena disaat kondisi ekonomi serta mental rakyat yang belum
stanbil akibat pandemi, alangkah baiknya para pemangku jabatan juga memahami, dengan tidak
menimbulkan hal hal yang memunculkan persepsi yang sangat tajam.
Kesimpulan dari saya, undang-undang omnibus law cipta kerja ini sangat diragukan untuk bisa
memenuhi keinginan rakyat dalam mengatasi permasalahan-permasalahan saat ini, dan saya
meragukan keabsahan formil nya.
Nama :Ri
zkyRamadani
Ni
m :2070111059
Pr
odi :S1Tekni
kSi
pil
Mat
akul
iah :Pancasi
ladanKewar
ganegar
aan
DosenPengampu :Dr
.Soedar
toS,
MT.
OMNI
BUSLAW
Omni busLawadal ahundang- undangy angdi buatunt ukmemangkasat aumencabut
sej
uml ah undang-undang y ang lain.Omni bus law sangatkont rov er
sialdalam
pengesahanny aterlal
ucepatdant erl
aluacuhdansangatmer ugikanmasy arakat
ter
utamapar abur uh.Tetapipadakeny ataanny ajustrumenuaipr odankont r
adi
kal
anganmasy arakat.Bagimasy arakatterutamabur uhi nisangatmer ugi
kankar ena
masy arakatmerasabahwahak- haksebagaibur uhmer asadiekspl oi
tasidanseakan-
akanseper ti
budakdi negarasendiri,t
entusaj ainit
idakmencer mi nkanSi l
ake-5y ai
tu
Keadilam sosil
a bagisel uruh rakyatI ndonesi a Bagaimana dal am si latersebut
mencer minkanrasakeadi lanyangsehar usny aterpampangdal am i deoli
gibangsa
yai
tuPancasi l
a.
Disi silai
n Omni bus Law sangat mengut ungkan bagipi hak-pi
hak i nvest or
/
pengusahayangy angkarenaj aminandanhak- hakburuhsemaki ndiper sempi t
.Ol eh
sebabituOmni busLawsangatkont roversi
aldandikecam ol ehbany akmasy arakat,
buruh,mahasiswa,danal i
ansi -al
iansimasy arakatlai
nnya.Dal am beber apawakt u
setel
ah disahkannya RUU Ci pta Kerj
ai nibany akaktivi
ti
s-akti
vit
isy ang mer asa
si
mpat i
kdengandisahkanny aRUUi ni
,dikar
enakanmasy r
akatt er
utamar aky akkeci l
sangatsusahunt ukmencar ipeker j
aandikar enakanpandemiCov id19y angbel um
bisadiatasiolehpemer i
ntahdanmal ahmenambahl agikegaduhany angmebuat
masy ar
akatsemakingeram denganadany aRUUi niy
aituOmni busLaw.
Rancangan RUU Omnibus Law Cipta Kerja yang sangat menghawatirkan kaum pekerja,
dari berbagai sisi yang sangat fundamental.
Yang Pertama RUU Omnibus Law Cipta Kerja telah merombak sistem ketenaga Kerjaan,
yang semula sesuai UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenaga Kerjaan mengatur hubungan
industrial melalui tripartite, dengan melibatkan Pemerintah daerah Kabupaten, sebagai
penyelenggara ketenagakerjaan sebagai amanat UUD 1945 pasal 18 ayat 5, dimana pemerintah
daerah melalui Dinas Tenaga Kerja melegalkan Serikat Pekerja, membangun hubungan
Industrial Tripartite, baik dalam perselisihan kepentingan, maupun pembahasan persoalan UMK
sebagai Jaring pengaman sosial di bidang ketenagakerjaan. Namun ironisnya RUU Omnibus Law
Cipta Kerja telah menghilangkan sistem tersebut.
Dengan demikian RUU Omnibus Law Cipta Kerja telah menghancurkan tatanan sistem
ketenagakerjaan Indonesia, dengan menghilangkan peranan Negara dalam bidang
KetenagaKerjaan (Kabupaten sebagai hirarki Konstitusi bagian bawah Negara) dan amanat UUD
1945 pasal 18. Perubahan yang terdapat RUU Omnibus Law Cipta Kerja, yang merenggut hak
Pekerja dan mengancam kesejahteraan pekerja, yakni menghapus tripartite, UMK, kebebasan
berserikat, ancaman PHK setiap saat (Demokrasi pekerja lumpuh), karena kasus union busting,
akan selalu berujung pada PHK jika perselisihan tidak menemui kesepakatan, dengan demikian
jika penentuan Upah dilaksanakan diperusahaan dengan Bipartite, yang melegalkan PHK pekerja
secara bebas, yang ada adalah ketidak seimbangan perundingan, Jaminan Pesangon berkurang,
dan kerancuan undang undang. Selain itu RUU Omnibus Law juga tidak sesuai dengan UU
Otonomi Daerah, yang memberikan keleluasaan pada daerah untuk mengelola bidang Ketenaga
Kerjaan. Dengan hilangnya demokrasi politik pekerja di dalam hubungan Industrial, secara nyata
pemerintah dan DPR RI telah membuat suatu UU yang berpotensi tidak kesesuaian terhadap sila
kedua dan kelima.
Yang Kedua dengan dalih mempercepat kegiatan investasi, yang mengejar pertumbuhan
ekonomi, RUU Omnibus Law Cipta Kerja, disinyalir lebih berpihak pada investor (baik Nasional
maupun Multi Nasional), dari pada memperhatikan Kesejahteraan Pekerja, yang berdampak
pada peningkatan daya beli, dan mensejahterakan pekerja Nasional, dengan demikian kegiatan
Industri yang di gagas melalui RUU Omnibus law, telah kehilangan substansi kegiatan industri,
yang diharapkan memiliki korelasi lurus terhadap kesejahteraan rakyat Indonesia, baik yang
terlibat langsung ataupun tidak langsung dalam kegiatan Industrialisasi. Tersedianya kegiatan
Usaha adalah untuk meningkatkan daya beli Rakyat Indonesia, bukan sekedar pertumbuhan
ekonomi, yang berpotensi tidak berbanding lurus dengan peningkatan daya beli.
Yang Ketiga UU Omnibus Law Cipta Kerja, mengisyaratkan bahwa masa depan Ketenaga
Kerjaan Indonesia, pada sisi perekonomian dan kedaulatan politik yang sangat memprihatinkan,
karena dari sisi ekonomis, dan kekuatan pekerja di dalam atau diluar perusahaan dalam ruang
hubungan Industrial pada posisi yang sangat rentan, dimana hal ini dapat diketahui dari pola
rumus pengupahan yang menghilangkan item inflasi, yang setiap tahunnya, sepanjang sejarah
selalu mengalami kenaikan yang cukup signifikan, dengan demikian posisi keuangan Pekerja
pada setiap tahun akan mengalami penyusutan akibat inflasi dan Kurs Rupiah, dalam PP No
78/2015 yang dianggap sistem pengupahan yang parah, karena tidak mempertimbangkan Kurs
Rupiah semakin diperparah dengan pola pengupahan sistem RUU Onibus Law Cipta Kerja.
Yang Keempat RUU Omnibus Law Cipta Kerja, ternyata melanggengkan sistem
Outsorcing dan Kerja Kontrak, padahal pekerja di Indonesia mengharapkan, status kerjanya
diperjelas sebagai pekerja Tetap atau PKWTT, sebagai suatu akibat dari dedikasi, loyalitas
pada masa produktif, hingga masa pensiun.
Hal inilah yang sangat fundamental, dalam sistem hubungan Industrial yang di rencanakan
melalui RUU Omnibus Law, karena akibat RUU ini akan dapat berdampak pada hilangnya iklim
Demokrasi dalam bidang Ketenaga Kerjaan, yakni Satu Demokrasi Ekonomi, hak – hak
demokrasi yang memiliki dampak sistemis dalam perekonomian pekerja, mulai dilumpuhkan,
padahall kesejahteraan pekerja, akan mampu menggerakkan sektor riil, hal inilah yang
menyebabkan pertumbuhan ekonomi merupakan faktor positif dalam sistem perekonomian
global, namun hal ini tidak nampak dalam RUU omnibus Law, karena pertumbuhan ekonomi yang
digagas melaui RUU omnibus Law Cipta Kerja, justru akan memporak porandakan sektor riil,
karena pendapatan pekerja mengalami penyusutan dari masa ke masa.
Kelima RUU Omnibus Law dapat mencederai Demokrasi politik pekerja, mengancam
kemerdekaan berserikat pekerja baik di dalam atau diluar perusahaan, dengan demikian RUU
omnibus Law, sesungguhnya tidak sesuai dengan semangat keIndonesiaan, gambaran ini dapat
kita pahami bahwa memang suatu hal yang wajar apabila berbagai pihak meradang terkait RUU
Omnibus Law Cipta Kerja, yang tidak terlihat manfaat dan faedahnya buat pekerja saat ini dan
dimasa mendatang.
Selanjutnya ada berberapa point tentang omnibus law yang di tolak oleh berbagai pihak seperti
buruh , mahasiswa dan pekerja lainnya
1. Upah Minimum Penuh Syarat
2. Pesangon Berkurang
3. Kontrak Kerja Tanpa Batas Waktu
4. Outsourcing Seumur Hidup
5. Baru Dapat Kompensasi Minimal 1 Tahun
6. Waktu Kerja yang Berlebihan
7. Hak Upah Cuti yang Hilang
Dari awal pembahasan tentang RUU cipta kerja terkesan terburu-buru mengingat kondisi
indonesia saat ini terkena pandemi virus corona dan waktu pengesahan yang terlihat terburu-
buru maju beberapa hari dari yang di jadwalkan
Dengan adanya sekulimit permasalahan dalam RUU Cipta Kerja tersebut, baiknya kita semua
mengevaluasi kembali tentang semua nilai-nilai dalam pancasila sebagai cara pandang bangsa
Indonesia baik itu cara pandang hukum, ekonomi, politik, sosial, budaya dan meletakan
pancasila sebagai kacamata dasar.
Nama : Ismail
NIM : 2070111061
Kelas : P2K RJM
Prodi : Teknik Sipil
UNIVERSITAS KRINADWIPAYANA
Oleh :
DEDY RAMADHAN
NIM : ( 2070111063 )
Kelas : (D) P2K RJM Teknik Sipil
Tanggapan saya tentang UU CIPTA KERJA OMNIBUS
LAW CIPTA KERJA:
Omnibus Law Cipta Kerja telah disahkan menjadi Undang-undang (UU) dalam
Rapat Paripurna DPR. UU ini menjadi kontroversi karena dianggap mementingkan
investor, pengusaha, dan dunia bisnis.
Dinamika perubahan ekonomi global memerlukan respon cepat dan tepat. Tanpa
reformasi struktural, pertumbuhan ekonomi akan tetap melambat.
UU Cipta Kerja akan meningkatkan daya saing Indonesia dan mendorong investasi.
Itu akan melahirkan lebih banyak lapangan kerja bagi masyarakat yang akhirnya
mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
Nama : Nardo Siahaan
Nim : 2070111064
Kelas : RJM P2K (D)
Prodi : Teknik Sipil
Tugas : Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen : Bpk. Ir Soedarto.
1. Buat essay mengenai ‘’Pandangan anda tentang UU CIPTA KERJA OMNIBUS LAW
menurut Pemahaman Pancasila.
Jawaban :
Menurut saya UU CIPTA KERJA OMNIBUS LAW tidak sesuai dengan Pancasila UUD 1945
Cita-cita Pendirian Negara yang termasuk dalam Pembukaan UUD 1945, alinea keempat
yang berbunyi diantaranya’’PEMERINTAHAN Negara Indonesia yang melindugi segenap
Bangsa Indonesia dan Seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
Kesehjahteraan Umum..’’
Namun diawal Tahun 2020, Pemerintahan dengan agenda RUU OMNIBUS LAW telah
berupayah merubah tatanan perundang-undanga, dengan dalih fleksibilitas,efesien,dan
investasi yang sangat ,menghawatirkan kaum pekerja,dari berbagai sisi yang sangat
fundamental,
Yang pertama RUU Omnibus Law telah merombak sistem ketenaga kerjaan yang semula
sesuai UU No 13 tahun 2003.
yang kedua dalih mempercepat kegiataan investasi yang mengejar pertumbuhan ekonomi
yang ketiga UU Omnibus law Cipta Kerja, mengisyaratkan bahwa masa depan ketenagaan
kerjaan indonesia, pada sisi perekonomian dan kedaulatan politik yang sangat
memprihatinkan, dan itu saja mungkin pendapat Saya tentang Cipta Kerja UU Omnibus Law
Selamat berjuang Pekerja Nasional, Sehingga RUU omnibus Law Cipta Kerja nanti
diharapkan dapat berpihak pada pekerja nasional dan dapat Menyejahterakan Rakyat
Indonesia.
Nama : Ardiansyah NIM :(2070111065)
Kelas : (D) P2K TEKNIK SIPIL RJM TUGAS MATKUL : PKN DOSEN : DR.Ir.Soedarto S,M.PD
32,2 kali upah itu adalah pesangon paling tinggi dan itu didapat untuk pekerja-pekerja
yang punya usia kerja 24 tahun ke atas. Alasan PHK-nya juga tertentu, satu karena
meninggal dunia, dua karena pensiun, tiga karena di PHK karena efisiensi, empat
karena perusahaan merger tidak boleh ikut perusahaan baru, jadi tidak seluruh PHK
(dapat 32,2 kali upah)
5. Pasal Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Salah satu pasal UU Ciptaker merevisi UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (PPLH), termasuk pasal sakti penjerat pembakar hutan.
Berdasarkan draf RUU Cipta Kerja , salah satu pasal yang direvisi adalah Pasal 88 UU
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dikenal dengan Pasal
Pertanggungjawaban Mutlak.
Maka akan terjadi kecurangan dalam amdal yang sudah di berlakukan oleh pemerintah
oleh suatu perusahaan
TUGAS MATA KULIAH
PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
DOSEN: DR. SOEDARTO S, MPD
UNIVERSITAS KRISDWIPAYANA
DISUSUN OLEH:
NIM : 2070111066
Menurut pandangan saya, apapun peraturan dan kebijakan yang dibuat oleh
pemerintahan, jika tidak di respon, di kritik dan sebagai seorang mahasiswa hanya
bisa diam, maka apa yang akan terjadi. Pasti harapan seluruh masyarakat adalah
sangat mengharapkan mahasiswa untuk lebih dulu dalam menyikapi segala
sesuatunya. Aksi tersebut didasari karena adanya anggapan bahwa Omnibus Law
dinilai merugikan dan berdampak buruk pada rakyat kecil dan hanya
menguntungkan para investor.
Selain itu, masih banyak permasalahan yang akan terus terjadi jika sampai lolos dan
disahkan. Kita sebagai masyarakat dari berbagai kalangan berhak mempertanyakan
apa yang sebenarnya akan dilakukan pemerintahan saat ini. Apakah akan
menguntungkan semua pihak atau hanya orang-orang yang mempunyai modal saja
yang akan mendapatkan kesejahteraan.
Sebagai mahasiwa kita dapat menganalisis RUU Cipta Kerja, apa yang terjadi jika
semuanya telah ditetapakan, apakah suara rakyat hanya menjadi ocehan saja atau
di satu pihak lain akan bersenang-senang akan hal tersebut. Masih banyak dampak
negatif yang bermunculan, hal tersebut justru akan memperburuk kesenjangan
sosial yang telah ada di Indonesia. Jika hal semacam itu benar-benar terjadi maka
kita harus siap-siap hidup dalam keterpurukan, yang berkuasa akan semakin
berkuasa, yang tertindas akan selalu tertindas, yang kaya semakin kaya dengan
segala yang dimilikinya dan yang miskin semakin miskin karena ketidakmampuan
untuk menyamakan kedudukannya
Nama : Muhammad Raditya
NIM : 2070111067
Menurut pendapat saya RUU Omnibus Law Cipta Kerja telah merombak
sistem kete-Naga kerjaan kita. Dimana yang seharusnya pemerintah daerah melalui
dinas tenaga kerja melegalkan serikat pekerja, membangun hubungan industrial
tripartite, baik dalam perselihan kepentingan, maupun pembahasan persoalan UMK
sebagai jaring pengaman social di bidang ketenagakerjaan. Namun ironisnya RUU
Omnibus Law Cipta Kerja telah menghilangkan sistem tersebut.
Dengan demikian RUU Omnibus Law Cipta Kerja telah menghancurkan
tatanan sistem ketenagakerjaan Indonesia. Terdapat banyak sekali dampak perubahan
yang akan merugikan buruh-buruh kita, akibat di sahkannya RUU Omnibus Law Cipta Kerja,
yang merenggut hak pekerja dan mengancam kesejahteraan pekerja, yakni menghapus
tripartite, UMK, kebebasan berserikat, ancaman PHK setiap saat [Demokrasi pekerja
lumpuh], karna kasus union busting , akan selalu berujung pada PHK jika perselisihan
tidak menemui kesepakatan, dengan demikian jika penentuan upah dilaksanakan
diperusahaan dengan bipartite, yang melegalkan PHK pekerja secara bebas, yang ada
adalah ketidak seimbangan perundingan, jaminan pesangon berkurang, dan kerancuan
undang-undang.
Selain itu RUU Omnibus Law juga tidak sesuai dengan UU Otonomi Daerah,
yang memberikan keleluasaan pada daerah untuk mengelola bidang ketenagakerjaan.
Karna pada dasarnya RUU Omnibus Law Cipta Kerja, disinyalir lebih berpihak pada
investor [baik Nasional maupun Multi Nasional], dari pada memperhatikan
kesejahteraan pekerja, yang berdampak pada peningkatan daya beli, dan
mensejahterakan pekerja nasional, dengan demikian kegiatan industri yang di gagas
melalui RUU Omnibus Law, telah kehilangan substansi kegiatan industri, yang
diharapkan memiliki korelasi lurus terhadap kesejahteraan rakyat indonesia.
TUGAS PKN
Nama : Oriza Satyfa
NIM : 2070111068
Mata Kuliah : PPKN
Dosen Pengajar : Pak Ir. Soedarto
Menurut pendapat saya , dengan di sahkan nya RUU Cipta Kerja yang
baru membawa beberapa dampak buruk terhadap Kesejahteraan dan
Perekonomian Rakyat. Mengapa demikian? Karena ada nya beberapa
pasal yang membuat seolah tidak ada nya keadilan bagi masyarakat
Indonesia khususnya untuk Para Pekerja/Buruh. Beberapa isi pasal yang
menjadi kontra di kalangan masyarakat dan para pekerja ialah :
1. Hari Libur Dipangkas
Dengan di kuranginya hari libur untuk pekerja membuat imunitas tubuh
semakin menurun, dan juga pekerja hanya di anggap sebagai sapi perah
untuk memenuhi target dari suat perusahaan,tanpa adanya keseimbangan
dalam waktu istirhat bagi pekerja
2. Kontrak Kerja
Omnibus law menghapus aturan mengenai jangka waktu perjanjian kerja
waktu tertentu (PKWT) atau pekerja kontrak.
32,2 kali upah itu adalah pesangon paling tinggi dan itu didapat untuk
pekerja-pekerja yang punya usia kerja 24 tahun ke atas. Alasan PHK-nya
juga tertentu, satu karena meninggal dunia, dua karena pensiun, tiga
karena di PHK karena efisiensi, empat karena perusahaan merger tidak
boleh ikut perusahaan baru, jadi tidak seluruh PHK (dapat 32,2 kali upah)
5. Pasal Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Salah satu pasal UU Ciptaker merevisi UU Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PPLH), termasuk pasal sakti penjerat pembakar
Dan sisi negativenya itu poin poin yang mungkin merugikan para buruh karena sebagian
besar warga kita adalah ber profesi sebagai buruh. Saya rasa jika penyampaiannya yang
jelas dan aspirasi aspirasi bisa diterima oleh pemerintah dan dilakukan scara
musyawarah , itu semua bias dilaksanakan scara normal dan baik baik saja.
Wajar saja jika masyarakat mendemo pemerintah / DPR , pemerintahan saja se akan
akan tidak memperdulikan masyrakat tidak mendengar suara rakyat , seenaknya
mengambil keputusan sendiri tanpa musyawarah…
Itu semua bertentangan dengan nilai nilai yang terkandung didalam Pancasila
Yaitu bertentangan pancasila yang ke
2. kemanusiaan yang adil dan beradab
3.persatuan Indonesia
4 kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawatan
perwakilan
5.Keadilan social bagi sekuruh rakyat Indonesia
Dimana semua itu ???? Hilang begitu saja…. # Prayfor Keadilan di negara tercinta kita
INDONESIA
Baik itu saja pendapat saya, maaf apabila dari beberapa pihak kurang berkenan mohon
maaf.
Wassalammualaikum wr wb
NAMA :TI
ARWAHYUDI
NI
M :2070111072
Pengesahan UU Cipta Kerja oleh DPR RI mendapatkan respon negative dari masyarat yang di
nilai terburu buru dan memanfaatkan situasi di tengah pandemi Virus Corona. Para masyarakat
terutama para buruh,dan karyawan menolak dengan demo besar-besaran di sejumlah daerah.
Tak jarang juga aksi unjuk rasa ini juga berujung dengan kericuhan dan kerusakan sejumlah
fasilitas umum di jalanan.
Namun UU Cipta Kerja ini juga menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat, yang di nilai
merugikan para pekerja buruh dan karyawan, berikut poin poin yang di anggap merugikan :
Jangka waktu kontrak akan berada di tangan pengusaha, sehingga berpotensi membuat status
kontrak pekerja abadi, bahkan pengusaha dinilai dapat mem-PHK pekerja sewaktu-waktu.
Permasalahan cuti yang tertera pada Pasal 79 ayat 2 poin b juga dianggap bermasalah.
Sebab tertulis, waktu istirahat mingguan adalah satu hari untuk enam hari kerja dalam satu minggu.
Selain itu dalam ayat 5, RUU juga menghapus cuti panjang dua bulan per enam tahun.
Cuti panjang akan diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
Pasal 42 dalam RUU ini juga dianggap bermasalah. Ini karena melalui pasal tersebut, dianggap akan
memudahkan izin bagi tenaga kerja asing (TKA) untuk direkrut.
Pasal tersebut mengamandemenkan Pasal 42 UU Ketenagakerjaan Tahun 2003 yang mewajibkan
TKA mendapat izin tertulis dari menteri atau pejabat yang ditunjuk.
Ini berbeda jika mengacu pada Perpres Nomor 20 Tahun 2018 dimana TKA harus mengantongi
beberapa perizinan seperti Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA), Visa Tinggal
Terbatas (VITAS) dan Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTA)
Nama : Mia Amalia
NIM : 2070111077
Pancasila sebagai dasar negara tentu memiliki peranan penting dalam kehidupan
rakyat Indonesia yang menjamin hak individu dan menjamin keadilan serta kesejahteraan
sosial bagi setiap rakyatnya. Belakangan ini kita dihebohkan dengan adanya UU Cipta
Kerja atau Omnibus Law yang dianggap dapat mengkhawatirkan nasib para kaum
pekerja/buruh kedepannya, dari berbagai sisi yang sangat fundamental.
Omnibus Law sendiri merupakan sebuah konsep pembentukan Undang – Undang
utama untuk mengatur masalah yang sebelumnya diatur sejumlah UU atau satu UU yang
sekaligus merevisi beberapa UU. Omnibus Law ini ditujukan untuk mendorong penciptaan
lapangan kerja baru khususnya di sektor padat karya. Pada sisi lain Omnibus Law juga
ditargetkan untuk memotong alur birokrasi yang selama ini dipandang banyak menghambat
dalam proses perijinan usaha dan sekaligus niat para investor berinvestasi di Indonesia.
Akan tetapi, banyak kajian yang diterbitkan oleh berbagai Lembaga menunjukan bahwa
pengesahan UU Cipta Kerja akan merugikan buruh/pekerja. Menurut kajian "Catatan Kritis
dan Rekomendasi terhadap RUU Cipta Kerja - Fakultas Hukum UGM 2020", RUU Cipta
Kerja lebih fokus pada tujuan peningkatan ekonomi, dan abai terhadap peningkatan
kompetensi sumber daya manusia. Sebagian besar peraturan yang diubah dalam RUU ini
banyak berbicara mengenai efisiensi dan peningkatan produktivitas tenaga kerja, tetapi
RUU ini justru tidak mengubah atau membuat peraturan baru yang berkaitan dengan
pelatihan kerja atau peningkatan kompetensi pekerja. Padahal, berbicara mengenai
penciptaan lapangan kerja seharusnya justru berkaitan erat dengan upaya untuk
meningkatkan kompetensi calon tenaga kerja. Alih-alih perlindungan pekerja, UU Cipta
Kerja justru berpotensi membuat pasal ketenagakerjaan kembali terpinggirkan, tergerus
oleh kebutuhan investasi dan ekonomi. Padahal, dalam hubungan industrial Pancasila,
perlindungan pekerja merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah. Dengan kondisi yang
seperti ini maka tidak dapat disalahkan bila orang akan berkesimpulan bahwa Pancasila
ternyata tidak lebih dari sebuah atribut atau aksesori hiasan belaka. Catatan kecilnya, beda
pendapat bagi kalangan elit adalah hal biasa dalam berdemokrasi, sementara bagi
kalangan akar rumput beda pendapat bisa diterjemahkan sebagai persoalan hidup dan mati
dan dapat dengan mudah mengantar mereka untuk berdemonstrasi yang destruktif dan
anarkis.
NAMA : GIFTY CAHYANI
NIM : 2070111078
MEMBERI PENDAPAT MENGENAI RUU CIPTA KERJA MENURUT PANDANGAN
PANCASILA
Menurut pandangan saya sebagai rakyat biasa RUU Cipta Kerja mengandung
beberapa unsur yang merugikan buruh, selain itu tak sedikit pihak yang d rugikan
dari peraturan tersebut, peraturan ini lebih diperuntungkan untuk investor, makannya
tak sedikit orang yang menolak RUU Cipta Kerja ini. Jika kita kaitkan dengan
Pancasila sila kelima, yang berbunyi” Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
RUU Cipta Kerja ini sangat tidak mencerminkan isi dari sila tersebut, karena
kebanyakan peraturan di dalamnya itu justru menguntungkan para investor dan
perusahaan – perusahaan besar, contohnya dalam UU Pertanahan di dalam RUU
Cipta Kerja, investor bisa masuk dan membeli lahan petani tanpa persetujuan dari
Pemerintah Kota atau Pemerintah Daerah, jika Pemerintah Pusat sudah menyetujui
maka otomatis tanah sudah bisa dimiliki oleh investor tersebut, lalu si pemilik lahan
tidak bisa menolak sama sekali meskipun dia tidak menyetujuinya. Disisi lain saya
kurang menyetujui tindakan mereka yang terlihat seperti terburu-buru dalam
pengesahan RUU Cipta Kerja ditambah lagi dengan kondisi pandemic seperti
sekarang ini, dengan tindakan mereka yang seakan-akan ingin segera
mengesahkan ditengah kondisi pademi seperti sekarang menimbulkan pertanyaan-
pertanyaan dan kecurigaan yang timbul di benak kami rakyat Indonesia, tentu saja
dari pengesahan RUU Cipta Kerja timbul perbedaan pedapat antara kalangan atas
dan bawah. Bisa dipahami, di kalangan atas perbedaan pendapat adalah biasa,
karena merupakan bagian dari berdemokrasi. Namun tetap saja pertanyaan yang
menggoda adalah, tujuan kita semua itu apa, untuk sekedar berdemokrasi kah atau
untuk menyejahterakan rakyat? tanpa kita sadari sangat berlainan dengan kalangan
atas, maka perbedaan pendapat di kalangan bawah adalah sesuatu yang dengan
mudah digiring pada persoalan hidup dan mati. Implementasi dan wujud nyata dari
hal ini adalah demo di lapangan untuk menentang Omnibus Law yang rawan bagi
terjadinya kontak fisik dan destruktif anarkis kemudian terjadi. Tidak bisa dipungkiri
dengan di sahkannya RUU Cipta Kerja ini menimbulkan konflik antar rakyat dengan
petugas dan rawan terjadi perpecahan, dengan berarti ini tidak sesuai dengan
Pancasila sila ketiga dimana yang berbunyi “Persatuan Indonesia”.
TUGAS MATA KULIAH
P2K Pancasila dan KWN RJM
Dosen : Bapak Sudarto
UNIVERSITAS KRINADWIPAYANA
Oleh :
LUDFI HARIYADI
NIM : ( 2070111079 )
Kelas : (D) P2K RJM Teknik Sipil
Tugas : Buat Essay mengenai ( Pandangan anda tentang UU Cipta Kerja
omnibus law menurut pemahaman Pancasila ).