Anda di halaman 1dari 15

IMPLEMENTASI HAK ASASI PEKERJAAN DAN PENGHIDUPAN YANG LAYAK

BAGI WARGA NEGARA PASCA LAHIRNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 11


TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA

Aldi Munazri Rambe


Npm : 2106200205

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATRA UTARA

The right of every human being to be able to get a decent life, get a job, and be free from poverty
(freedom from want), "these are the rights that man has according to his nature that cannot be separated
from his nature and therefore sacred"This problem of work and decent livelihood is now one of the
controversial issues, it began when the House of Representatives (DPR) had approved the Job Creation
Act on 5. October 2020. Based on these thoughts, this research and writing is important because the
discourse on omnibus law is still a little bit in Indonesia, let alone reviewed and included a human rights
perspective. Therefore, this paper will focus on how human rights views are associated with provisions in
the omnibus content of the Job Creation law that intersect with human rights. With the passage of this
omnibus law has implications for the increasingly vulnerable position and position of workers / workers
then in the aspect of organization and association. When the regulations in the Job Creation omnibus law
do not require negotiations with trade unions / trade unions before the company makes layoffs and
workers are busy maintaining for the contract to be extended, then consolidation of organizational
strengthening and rights struggle is increasingly difficult.

Keywords: Employment Rights, Decent Livelihood, Job Creation Act

Hak setiap manusia untuk dapat memperoleh kehidupan yang layak, memperoleh pekerjaan, serta
bebas dari kemiskinan (freedom from want), “inilah hak-hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya
yang tidak dapat dipisahkan daripada kodratnya dan karena itu bersifat suci”Permasalahan masalah
pekerjaan dan penghidupan yang layak ini kini menjadi salah satu isu yang sangan kontroversial, hal
tersebut dimulai pada saat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menyetujui Undang-Undang Cipta
Kerja pada 5 Oktober 2020. Berdasarkan pemikiran tersebut, penelitian dan penulisan ini menjadi penting
karena diskursus mengenai omnibus law masih sedikit di Indonesia, apalagi ditinjau dan memasukan
perspektif HAM. Oleh karena itu, penulisan ini akan fokus pada bagaimana pandangan hak asasi manusia
dikaitkan dengan ketentuan dalam muatan omnibus law Cipta Kerja yang bersinggungan dengan hak asasi
manusia. Dengan pengesahan omnibus law ini berimplikasi pada semakin rentannya posisi dan
kedudukan buruh/pekerja maka dalam aspek berorganisasi dan berserikat. Ketika regulasi dalam omnibus
law Cipta Kerja tidak mewajibkan perundingan dengan serikat buruh/serikat pekerja sebelum perusahaan
melakukan PHK dan para buruh disibukkan mempertahankan agar kontrak diperpanjang, maka
konsolidasi penguatan organisasi dan perjuangan hak semakin sulit dilakukan.

Kata Kunci: Hak Pekerjaan, Penghidupan Yang layak, Undang-Undang Cipta Kerja
Latar Belakang Hak atas pekerjaan dapat dikatakan
Hak setiap manusia untuk dapat sebuah konsep yang mengungkapkan bahwa
memperoleh kehidupan yang layak, semua orang memiliki hak untuk bekerja
memperoleh pekerjaan, serta bebas dari atau turut serta dalam segala kegiatan yang
kemiskinan (freedom from want), “inilah bersifat produktif dan berpenghasilan, dan
hak-hak yang dimiliki manusia menurut mereka tidak boleh di larang untuk
kodratnya yang tidak dapat dipisahkan melakukan hal tersebut sebagaimana telah
daripada kodratnya dan karena itu bersifat tercantum di dalam Undang-Undang.
suci” . Adanya pengakuan dan perlindungan Dikatakan hak untuk bekerja juga
HAM dalam UUD 1945 tidaklah berarti merupakan salah satu hak asasi manusia
pekerjaan pemerintah telah usai tentunya, karena bekerja berkaitan dengan hak atas
hal inipun harus didukung dengan adanya hidup. Hak atas pekerjaan ini telah
program-program penunjang kesejahteraan tercantum dalam UUD Tahun 1945 pasal 27
masyarakat yang harus terealisasikan ayat 2 yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap
sedemikian rupa sesuai dengan warga negara berhak atas pekerjaan dan
kebutuhannya1. penghidupan yang layak bagi
Pasal 27 Ayat (2) Undang-Undang kemanusiaan”.3
Dasar 1945 dengan jelas menyebutkan: Pengaturan mengenai
“Tiap-tiap warga negara berhak atas ketenagakerjaan diatur secara khusus
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi melalui Undang-Undang Nomor 13 Tahun
kemanusian”2, ini merupakan suatu amanah 2003 tentang Ketenagakerjaan. Namun, di
yang mana harus dilaksanakan oleh awal tahun 2020 pemerintah mencanangkan
pemerintah. Dengan diadakannya program- Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
program kerja pemerintah yang menunjang (selanjutnya disebut dengan RUU Cipta
pekerjaan masyarakat atau warga negaranya Kerja) dengan menggunakan konsep
diharapkan agar dapat membantu Omnibus Law. RUU tersebut dipersiapkan
penghidupan masyarakat yang lebih baik oleh Pemerintah sebagai sebuah skema demi
dan layak untuk dinikmati. upaya membangun perekonomian Indonesia,

1
agar menarik investor untuk menanamkan
Kuntjoro Purbopranto, Hak-Hak Asasi
Manusia dan Pancasila, (Jakarta: Gunung Agung,
1997), 19. 3
Kuntjoro Purbopranto, Hak-Hak Asasi
2
Pasal 27 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Manusia dan Pancasila, (Jakarta: Gunung Agung,
1945 1997) , 75.
modalnya di Indonesia. Pemerintah menilai etnis, agama dan semacamnya, baik dalam
perlu adanya RUU Cipta Kerja oleh karena sikap dan perlakuan. Diskriminasi yang
angka pengangguran di Indonesia yang didasarkan pada jenis kelamin, etnis, agama
begitu tinggin yakni mencapai 7 juta jiwa, dan semacamnya adalah perlakuan yang
sehingga dengan adanya RUU Cipta Kerja tidaklah adil5. Oleh sebab itu seorang warga
ini dapat membuka lapangan kerja baru4. negara dikatakan dapat hidup layak adalah ia
Seorang warga negara dikatakan yang dalam kebutuhan sandang, pangan,
dapat penghidupan yang layak dalam maupun papan dalam hidupnya telah
lingkungannya bukan berarti ia yang hanya terpenuhi secara adil dan kemudian di dalam
mempunyai harta atau kekayaan yang cukup lingkungannya dalam bermasyarakat
dalam hidupnya. Selain daripada itu diperlakukan sama satu dengan yang lainnya
seseorang dapat dikatakan memperoleh tanpa ada penyimpangan hukum.
kehidupan yang layak apabila dalam Permasalahan masalah pekerjaan dan
lingkungan kehidupannya diperlakukan penghidupan yang layak ini kini menjadi
sama dengan individu lainnya tanpa ada salah satu isu yang sangan kontroversial, hal
perbedaan dalam pemenuhan hak dan tersebut dimulai pada saat Dewan
kewajiban diluar dari tanggung jawabnya. Perwakilan Rakyat (DPR) telah menyetujui
Hak untuk diproses hukum secara Undang-Undang Cipta Kerja pada 5 Oktober
sah, dimana seseorang tersebut wajib diberi 20206.Konsep Omnibus Law adalah konsep
kesempatan untuk yang baru diterapkan dalam sistem
mempertanggungjawabkan tindakannya dan perundang-undangan di Indonesia. Sistem
apabila ternyata ia tidak bersalah maka ia ini sering juga disebut dengan Undang-
berhak diberi kesempatan untuk membela Undang sapu jagat karena mengganti
dirinya. Hak untuk diperlukan secara sama, beberapa norma undang-undang ke dalam
dimana di dalamnya tidak boleh ada satu peraturan saja7. Selain itu, konsep ini
diskriminasi dalam lingkungannya entah juga dijadikan alat untuk memangkas
berdasarkan warna kulit, jenis kelamin, 5
Enrico Didie Krisnawan, Perlindungan
Hukum Terhadap Buruh/Pekerja atas Kerja Lembur
4
RUU Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja (Skripsi, Universitas Airlangga: 2011),hlm. 55.
6
Untuk Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi, Biro Polemik upah UU Cipta Kerja dan
Humas Hukum dan Kerjasama Kemenkum Ham. Peraturan Pemerintah yang ditunggu - ANTARA
https://www.kemenkumham.go.id/berita/ruuomnibus- News. Diakses Pada Tanggal 15 Mei 2022
7
law-ciptalapangan-kerja-untuk-tingkatkan- Adhi Setyo Prabowo, Politik Hukum
pertumbuhan-ekonomi, Diakses Pada Tanggal 15 Mei Omnibus Law. Jurnal Pamator, Volume 13 No. 1,
2022. April 2020, hlm 4.
beberapa aturan norma yang dianggap dianalisis mengenai jaminan hak bagi
merugikan kepentingan negara dan tidak pekerja pada muatan pasal-pasal tentang
mengikuti perkembangan zaman. Ketenagakerjaan yang termaktub dalam UU
Terdapat sebelas klaster di dalam Cipta Kerja. Selain itu juga mengkaji konsep
RUU Cipta Kerja yang salah satu filosofis yang menjadi dasar karakteristik
diantaranya mengatur tentang pasal-pasal ketenagakerjaan pada undang-
ketenagakerjaan. Klaster ini melingkupi 3 undang ini. Penelitian ini membahas
undang-undang yang dilebur menjadi satu bagaimana pasal-pasal terkait upah,
yakni Undang-Undang Nomor 13 tahun pesangon, dan PHK belum memberikan
2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang- jaminan hak pekerja. Pasal-pasal tersebut
Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang dinilai mengandung unsur ketidakpastian
Sistem Jaminan Sosial, serta Undang- hukum yang dapat merugikan pekerja.
Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Selain itu, penelitian tersebut menyebutkan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Pada bahwa secara filosofis substansi dalam UU
klaster ketenagakerjaan ini Pemerintah Cipta Kerja ini berdasar pada orientasi
berupaya untuk mengharmonisasikan 3 investasi ekonomi sehingga tampak bahwa
undang-undang tersebut agar sejalan spirit undang-undang tidak menyentuh
sehingga mampu memberikan sebuah ruang upaya untuk peningkatan kompetensi kerja9.
kepada investor untuk melihat regulasi yang Berdasarkan pandangan pada proses
telah disempurnakan tanpa perlu khawatir dan substansi dari omnibus law terdapat
adanya regulasi yang tumpang tindih dan indikasi bahwa materi muatan banyak
mengakibatkan kerugian kepada investor itu memiliki relasi dan keterkaitan dengan hak
sendiri8. asasi manusia. Apabila dilakukan
Permasalahan UU Cipta Kerja pencermatan secara mendalam berbagai hak
khususnya dalam kluster Ketenagakerjaan menjadi bagian yang terdampak dalam
ini dalam penelitian terdahulu telah substansi omnibus law Cipta Kerja mulai
8
Fajar Kurniawan, Problematika dari persoalan pemenuhan hak atas
Pembentukan RUU Cipta Kerja Dengan Konsep
penghidupan yang layak dalam persoalan
Omnibus Law Pada Klaster Ketenagakerjaan Pasal 89
Angka 45 Tentang Pemberian Pesangon Kepada perburuhan, aspek lingkungan hidup yang
Pekerja Yang Di PHK. Jurnal Panorama Hukum,
9
Volume 5 No. 1, Juni 2020, hlm. 64. Muh Sjaiful, Problematika Normatif
http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jph/article/do Jaminan Hak-Hak Pekerja Dalam Undang-Undang
wnload/4437/2680/. Diakses Pada Tanggal 15 Mei Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Jurnal
2022 Media Luris. Vol.4 No. 1, 2021.
baik dan sehat, persoalan akses terhadap menjadi objek penelitian. dengan cara
sumber daya alam, persoalan penggusuran memberikan kajian atau telaahan mengenai
paksa dan hak atas keadilan10. berbagai macam permasalahan terkini
Berdasarkan pemikiran tersebut, berdasarkan fakta-fakta nyata.
penelitian dan penulisan ini menjadi penting Adapun sumber data yang
karena diskursus mengenai omnibus law dibutuhkan pada penulisan ini adalah
masih sedikit di Indonesia, apalagi ditinjau sumber data sekunder, yang terdiri dari
dan memasukan perspektif HAM. Oleh bahan hukum primer, bahan hukum
karena itu, penulisan ini akan fokus pada sekunder dan bahan hukum tertier. Bahan
bagaimana pandangan hak asasi manusia hukum primer yang digunakan adalah
dikaitkan dengan ketentuan dalam muatan peraturan yang menjadi objek penelitian
omnibus law Cipta Kerja yang yaitu Undang-Undang Cipta Kerja, Undang-
bersinggungan dengan hak asasi manusia, undang Ketenagakerjaan dan aturan tertulis
yang dalam aspek ini dibatasi pada ruang lainya. Adapun bahan hukum sekunder yang
lingkup hak atas kehidupan yang layak digunakan adalah buku-buku dan tulisan
berkaitan dengan hak atas ketenagakerjaan ilmiah yang berkaitan dengan objek
serta hak atas lingkungan hidup yang sehat. penelitian ini. Sedangkan bahan hukum
Metode Penelitian sekunder yang digunakan terdiri dari surat
Metode penelitian yang diambil pada kabar berbentuk elektronik dan majalah
penulisan ini adalah metode kualitatif.. dalam bentuk elektronik. Metode
Pendekatan penelitian yang digunakan pengumpulan data yang dipilih adalah
dalam penulisan ini adalah yurridis normatif metode penelitian kepustakaan dan metode
yang membahas doktrin atau asas dalam analisis data yang digunakan yaitu dengan
ilmu hukum11. Penelitian jenis ini memiliki mengkaji dan mendeskripsikan aturan-aturan
sifat deskriptif analitis, yaitu menjabarkan yang berlaku untuk kemudian dianalisis
setiap peraturan perundang-undangan yang secara menyeluruh sehingga didapat
berhubungan dengan teori hukum sebagai kesimpulan yang objektif dalam memahami
serta menjawab permasalahan dalam
10
SUNTORO, Agus; KOMNAS, H. A. M. penulisan ini.
Implementasi Pencapaian Secara Progresif dalam
Omnibus Law Cipta Kerja. Jurnal Ham, 2021, 12.1: Pembahsan Dan Analisis
1-18.
11
Zainuddin, 2013, Metode Peneitian
Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, h. 24
A. Pengaturan Hak atas Pekerjaan atas pekerjaan yang layak sebagaimana yang
dan Penghidupan yang Layak bagi tertuang dalam Pasal 23 ayat (1)” Everyone
Warga Negara Sebelum has the rights to work, to free choice of
Disahkannya Undang-Undang employment, a just a favourable conditions
Cipta Kerja. of work and to protection against
Pembangunan manusia dan unemployment dan ayat (2) Everyone
masyarakat Indonesia seluruhnya tidaklah without any discrimination, has the right
lain untuk mewujudkan kesejahteraan, equal pay for equal work”.Adanya jaminan
keadilan, dan kemakmuran yang merata, negara terhadap hak asasi manusia untuk
baik materiil maupun spiritual berdasarkan bekerja dan memeproleh imbalan/upah yang
Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara layak merupakan konsep negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD kesejahteraan (welfare state) yang mana
1945) merupakan bagian dari tujuan bertujuan untuk mensejahterakan rakyat
pembangunan nasional. Untuk mencapai banyak13.
tujuan tersebut, tenaga kerja mempunyai Zaman modern seiring waktu
peranan dan kedudukan yang sangatlah berkembang pesat dengan munculnya
penting. Maka dari itu, diperlukan revolusi industri 4.0, yang mana hal ini
peningkatan kualitas serta perlindungan menyebabkan sebagian pekerjaan yang
terhadap tenaga kerja dan keluarganya biasanya dikerjakan oleh manusia akan
sesuai dengan harkat dan martabat hilang karena adanya era digitalisasi,
kemanusiaan sebagaimana amanat dari otomatisasi dan robotisasi/kecerdasan buatan
adanya Pasal 27 ayat (2), Pasal 28A dan (Artificial Intelegency). Dengan kata lain
Pasal 28D ayat (2) UUD 1945, karena sebagian pekerjaan yang dulunya
sepatutnya hak-hak asasi manusia tidak menggunakan tenaga kerja manusia akan
hanya terbatas pada hakhak sipil dan politik digantikan oleh mesin seperti yang terjadi
saja, melainkan juga hak-hak di bidang pada industri perbankan sejauh ini, dimana
sosial dan ekonomi seperti halnya hak atas para karyawan bank harap-harap cemas
pekerjaan bagi warga Negara12. karena tengah menghadapi hal yang
Universal Declaration of Human
Rights (UDHR) juga telah mengatur hak 13
Jimly Asshidiqie, Pergumulan Peran
Pemerintahan dan Parlemen Dalam Sejarah, Telaah
12
Bagir Manan,Membedah UUD 1945, (UB Perbandingan Konstitusi Berbagai Negara, (UI Press,
Press, Malang, 2012),hlm, 23. Jakarta, 1996) hlm,117.
menakutkan dengan adanya revolusi industri kehidupannya”. Pasal 28 C ayat (1)
4.0.14 menyatakan bahwa16
Rumusan Pasal 27 ayat (2) adalah “setiap orang berhak mengembangkan
rumusan yang ada sejak awal mula diri melalui pemenuhan kebutuhan
diberlakukannya UUD 1945 sebagai hukum dasarnya, berhak mendapat pendidikan
dasar di negara Indonesia. Menurut Ismail dan memperoleh manfaat dari ilmu
Suny sebagaimana dikutip dalam pengetahuan dan teknologi, seni dan
Agusmidah, ketentuan dalam Pasal 27 ayat budaya, demi meningkatkan kualitas
(2) tersebut merupakan a paper constitution hidupnya dan demi kesejahteraan
atau a semantic constitution. Dengan ummat”.
mengakui hak warga negaranya untuk Setiap warga negara Indonesia
mendapat pekerjaan maka sebenarnya mempunyai hak untuk mendapatkan
Indonesia telah bertekad dan memutuskan kesempatan kerja dalam mencari lapangan
untuk melenyapakan pengangguran dengan kerja karena merupakan hak asasi manusia
mewajibkan pemerintah untuk memberantas sebagaimana termuat dalam Pasal 28D UUD
pengangguran dan harus mengusahakan 1945 yang menyatakan bahwa “setiap orang
supaya setiap warga negara bisa mendapat berhak untuk bekerja serta mendapat
pekerjaan dengan nafkah yang layak untuk mendapat imbalan dan perlakuan yang adil
hidup. Lebih lanjut, hak atas pekerjaan dan layak dalam hubungan kerja.”17
tersebut, termuat juga dalam bab XA tentang Hak untuk bekerja (right to work)
hak asasi manusia15. memberikan pemahaman bahwa
Salah satu hak asasi manusia yaitu pemerintah/negara harus berupaya
hak untuk mempertahankan hidup dan semaksimal mungkin membebaskan
kehidupannya sebagaimana dalam UUD rakyatnya dari ketiadaan akan pekerjaan.
1945 Pasal 28 A yang menyatakan bahwa Karena pekerjaan merupakan dasar bagi
“setiap orang berhak untuk hidup serta setiap orang mendapatkan jaminan
berhak mempertahankan hidup dan kesejahteraan (welfare) bagi diri dan

14
Hendra Suwardana, Revolusi Industri 4.0 16
Muhtaj, Majda El. Dimensi- Dimensi
Berbasis Revolusi Mental, (Jurnal JATI UNIK, Vol. HAM Mengurai Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya.
1, No. 2, April 2018), 103-104. (Jakarta: Rajawali Pers. 2013) hlm, 114.
15
Agusmidah, Dilematika Hukum 17
Rahayu, Devi. Hukum Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan, Tinjauan Politik Hukum, Teori dan Studi Kasus. (Yogyakarta: New Elmatera,
(Sofmedia, Jakarta, 2011) hlm,208. 2011) hlm, 21.
keluarganya dengan mendapatkan imbalan secara utuh sebagai manusia yang
(upah) atas apa yang telah dikerjakannya. bermartabat”.20
Dengan demikian, setiap kebijakan Sesungguhnya negara menjamin
pemerintah harus dilihat dalam rangka setiap Warga Negara Indonesia
mengurangi tingkat pengangguran serta mendapatkan pekerjaan dan penghidupan
meningkatkan kondisi kerja yang layak bagi yang layak bagi kemanusiaan tanpa adanya
kemanusiaan, karena merupakan kewajiban syarat. Dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945
yang harus diwujudkan oleh Negara18. berbunyi :“Tiap-tiap warga negara berhak
Penyelenggaraan kesejahteraan atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
sosial merupakan upaya yang terarah, bagi kemanusiaan”.21
terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Dalam pasal 27 ayat (2) Undang-
pemerintah, pemerintah daerah dan Undang Dasar 1945 tertuang kata “berhak
masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial atas pekerjaan” menunjukkan bahwa setiap
guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga Negara Indonesia berhak
warga negaranya agar terwujudnya mendapatkan pekerjaan tanpa perlu
kehidupan masyarakat yang makmur, yang mencarinya dengan penghasilan/ upah yang
mana meliputi Rehabilitasi Sosial, Jaminan layak, karena Pekerjaan ini harus sudah
Sosial, Asuransi Sosial, Pemberdayaan disediakan atau disiapkan oleh Negara,
Sosial, dan Perlindungan Sosial. Hak-hak dalam hal ini merupakan tugas
atas standar hidup layak telah diakui sebagai pegawai/pekerja pemerintahan.
HAM. dijelaskan dalam Pasal 28 H ayat 1 Sedangkan kata “penghidupan yang
UUD 1945 menyatakan “setiap orang berhak layak bagi kemanusiaan.” kalimat tersebut
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat bermakna tentang sarana pendukung
tinggal, dam mendapatkan lingkungan hidup penghidupan yang layak bagi standar
yang baik dan sehat serta berhak kehidupan manusia berupa sandang, pangan
memperoleh pelayanan kesehatan”19. Serta dan papan. Seperti tersedianya rumah dan
Ayat 3 menyatakan bahwa “setiap orang tempat tinggal bagi mereka yang telah siap
berhak atas jaminan sosial yang dan telah memiliki keluarga sendiri dan
memungkinkan pengembangan dirinya sarana penghidupan lainnya di lingkungan
20
Undang-Undang Dasar 1945.Pasal 28 H
18
Agusmidah,op.,cit 178-179. ayat 3
19
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H 21
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27
ayat 1 Ayat (2)
tempat ia tinggal sesuai standar kehidupan 2036 Indonesia keluar dari Middle Income
Manusia, bukan layaknya binatang. Trap (MIT) dan tahun 2040 angka
Sehingga makna Pasal 27 ayat 2 Undang- pertumbuhan ekonomi diproyeksikan rata-
Undang Dasar 1945 adalah setiap warga rata 6 (enam) persen dan pertumbuhan
negara dijamin mendapatkan pekerjaan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita
dengan penghasilan yang layak serta sarana sebesar 4 (empat) +/- 1 (satu) persen23.
penghidupan sebagai tempat tinggal dan Dalam omnibus law Cipta Kerja,
kebutuhan lainnya juga yang layak bagi pengaturan ketenagakerjaan dirumuskan di
kemanusiaan oleh negara22. Bab VI antara Pasal 81-84. Pengaturan ini
B. Realisasi Hak atas Pekerjaan dan secara khusus mengubah, menyisipkan,
Penghidupan yang Layak Pasca menghapus dan menetapkan pengaturan
Disahkannya Undang-Undang baru yang bersinggungan dengan 4 (empat)
Cipta Kerja UU yaitu: (a) UU No. 13 Tahun 2003
Berdasarkan Naskah akademis tentang Ketenagakerjaan; (b) UU No 40
omnibus law Cipta Kerja, secara eksplisit Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
paradigmatik yang disusun dalam regulasi Nasional; dan UU No 24 Tahun 2011
ini adalah memajukan ekosistem ekonomi. tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Hal tersebut didasarkan pada upaya Sosial; dan (d) UU No. 18 Tahun 2017
mewujudkan Visi Indonesia 2045 yang tentang Perlindungan Pekerja Migran
bertujuan menjadikan Indonesia menjadi 5 Indonesia.
(lima) kekuatan ekonomi dunia dengan Berdasarkan analisis terhadap
pendapatan tinggi, tingkat kemiskinan omnibus law Cipta Kerja khususnya
mendekati 0 (nol) persen dan memiliki substansi materi ketenagakerjaan, terdapat
tenaga kerja yang berkualitas. Langkah berbagai rumusan pasal yang justru
tersebut dimulai tahun 2020 - 2024 melalui memperlemah konsep progressive
upaya pemerintah menjaga pertumbuhan realization dan mengindikasikan terjadinya
ekonomi sebesar 5,7 (lima koma tujuh) regressive patterns dengan menurunkan
persen dan pertumbuhan PDB riil per Kapita standar dan jaminan terhadap hak untuk
sebesar 5 (lima) persen. Diharapkan pada
22
3Theresia Ngutra, pemenuhan hak
kesejahteraan sosial bagi masyarakat miskin di kota
23
makassar, (Jurnal Ilmiah, Universitas Negeri Kemenko perekonomian, “Naskah
Makassar, 2017), 5. Akademis RUU Cipta Kerja” (2020).
mendapatkan pekerjaan dan penghidupan Pasal Pengaturan Aspek
Penilaian
yang layak, diantaranya24
Pasal 59 ayat (4)
Tabel 1 UU No. 13/2003
Pasal-Pasal Tentang Ketenagakerjaan yang membatasi
waktu lamanya
dalam Undang-Undang Cipta Kerja PKWT
Pasal Pengaturan Aspek (kontrak) yakni
Penilaian paling lama 2
(dua) tahun dan
Pasal Menghapus Pasal Diskriminasi hanya boleh
81 43 dan 44 UU No. Terhadap diperpanjang 1
13 Tahun 2003 Akses (satu) kali untuk
yang mengatur Ketersediaan jangka waktu
urgensitas Pekerjaan paling lama 1
penggunaan tenaga (satu) tahun,
kerja asing, jangka menyebabkan
waktu, tidak ada batas
pendamping di waktu kontrak
Indonesia, standar diberikan - dengan
kompetensi, demikian tetap
kriteria jabatan dan saja kontrak bagi
jabatan dalam para pekerja dapat
struktur berlangsung
perusahaan. seumur hidup.
Pasal Meskipun Privatisasi Pasal Mengenai Akseptabilitas
81 menghidupkan Hubungan 81 pengaturan cuti dan mutu
kembali Pasal 59 Kerja dan dan hak istirahat, sehingga akan
UU 13/2003 yang Sifat dalam UU No. 13 terjadi
membatasi Hubungan Tahun 2003 lebih disparitas
pekerjaan kontrak Kerja Bersifat memberikan mengenai
hanya pada Kontrak perlindungan, upah buruh.
pekerjaan (a) akan tetapi dalam
sekali omnibus law salah
selesai; (b) satunya mengenai
diperkirakan cuti panjang
waktunya setelah bekerja 6
sebentar; (c) (enam) tahun
musiman dan (d) bukan sebagai hak
jenis atau sifat normatif kembali
tidak tetap. Akan akan tetapi
tetapi dengan didasarkan pada
menghapuskan persetujuan
24
SUNTORO, Agus; KOMNAS, H. A. M. perusahaan
Implementasi Pencapaian Secara Progresif dalam Pasal Mengatur Subordinasi
Omnibus Law Cipta Kerja. Jurnal Ham, 2021, 12.1: 81 pemutusan Buruh dan
1-18.
Pasal Pengaturan Aspek Pasal Pengaturan Aspek
Penilaian Penilaian
hubungan kerja Kemudahan dari ketentuan
lebih mudah Dalam Proses tidak perlunya
dibanding dengan PHK oleh perundingan dalam
UU 13/2003 perusahaan proses PHK
karena dengan serikat
menghapuskan buruh/serikat
ketentuan Pasal pekerja, adanya
151 ayat (2) yang perubahan
mengatur bahwa sifat hubungan
pemutusan kerja menjadi
hubungan kerja PKWT
harus (kontrak) dan alih
dirundingkan daya, dampaknya
terlebih dahulu dalam jangka
dengan serikat panjang adalah
buruh/serikat, menghambat
penghapusan penguatan serikat
ketentuan dalam buruh.
Pasal 155 yang Pasal Pengupahan yang Ancaman
mengatur bahwa 81 kurang Terhadap
PHK harus melindungi Kondisi Kerja
terlebih dahulu buruh/pekerja, Layak dan
mendapatkan indikasi tersebut Adil
penetapan dari diantaranya berkaitan
lembaga melalui dengan Upah
perselisihan, pengupahan
penghapusan ditetapkan hanya
ketentuan dalam oleh Gubernur,
Pasal 161 yang minim
mengatur keterlibatan
mekanisme perwakilan buruh
bertahap sebelum dan akan
pemutusan menyulitkan
hubungan kerja dalam
dengan pemberian penetepannya
surat peringatan; karena kondisi
Pasal Mengatur Ancaman antar
81 persoalan terhadap kabupaten/kota
kemunduran kebebasan berbeda,
perlindungan berserikat dan pengaturan upah
terhadap serikat berkumpul, minimum padat
buruh/serikat memperlemah karya dan upah
bekerja, indikasi soliditas minimum
tersebut dimulai buruh UMKM,
Sumber: Diolah dari Undang-Undang Cipta regulasi dalam omnibus law Cipta Kerja
Kerja, Tahun 2022
tidak mewajibkan perundingan dengan
serikat buruh/serikat pekerja sebelum
Timboel Siregar, Sekretaris Jenderal
perusahaan melakukan PHK dan para buruh
Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia
disibukkan mempertahankan agar kontrak
(OPSI)25 menilai kehadiran omnibus law
diperpanjang, maka konsolidasi penguatan
Cipta Kerja dari berbagai pasal-pasal yang
organisasi dan perjuangan hak semakin sulit
diatur bersifat kontra produktif dalam upaya
dilakukan.
perlindungan terhadap buruh dibanding
Padahal merujuk pada data
dengan regulasi dalam UU No. 13 Tahun
pengaduan Komnas HAM, dengan regulasi
2003 tentang Ketenagakerjaan. Beberapa
UU No. 13/2003 yang dinilai substansi
indikasi tersebut adalah alih-alih
norma dan pengaturannya lebih memberikan
menciptakan lapangan kerja baru untuk
keadilan dan kelayakan kerja, ternyata
3.000.000 juta angkatan kerja – akan tetapi
jumlah kasus ketenagakerjaan pada 2019
justru akan menjadi hubungan kerja tidak
saja mencapai 213 (dua ratus tiga belas)
kondusif terutama karena penghilangan
kasus, baik yang struktural dengan korban
Pasal 161 yang menegaskan bahwa
banyak pekerja ataupun kasus individual.
pemutusan hubungan kerja (PHK) langsung
Persoalan yang paling banyak diadukan
dapat dilakukan tanpa adanya surat
berkaitan tidak diberikan hak-hak normatif
peringatan bagi kesalahan ringan oleh
seperti upah, adanya pemutusan hubungan
buruh/pekerja; demikian halnya
kerja sepihak dan penghalangan kegiatan
menghilangkan ketentuan pemberian surat
untuk berserikat26.
peringatan atau surat panggilan bagi buruh
Oleh karena itu, kita perlu
yang 5 (lima) hari kerja tidak masuk tanpa
mendorong dalam upaya pemenuhan hak
perlu melakukan klarifikasi langsung dapat
ekosob, dalam menjamin hak atas pekerjaan
di PHK.
dan penghidupan yang layak maka negara
Dengan pengesahan omnibus law ini
melalui pemerintah didorong untuk
berimplikasi pada semakin rentannya posisi
berupaya mengambil langkah-langkah
dan kedudukan buruh/pekerja maka dalam
(undertakes to take steps), sejauh
aspek berorganisasi dan berserikat. Ketika
dimungkinkan oleh sumberdaya yang
25
Timboel Siregar, Diskusi Omnibus Law
26
Cipta Kerja Kluster Ketenagakerjaan, Komnas HAM, Komnas HAM, “Laporan Tahunan 2019”,
June 23th, 2020 (Jakarta: Komnas HAM, 2019)
tersedia (to the maximum available asasi manusia (pekerja) yang keduanya
resources), pencapaian secara bertahap demi merupakan tujuan dari perlindungan hukum
realisasi sepenuhnya (achieving itu sendiri.28
progressively the full realization), dan
dengan semua cara yang tepat, termasuk
pada khususnya dengan mengadopsi
langkah-langkah legislatif (by all Penutup
appropriate means including particularly Kesimpulan
adoption of legislative measures), bukan Pertama, Sesungguhnya negara
justru semakin melemahkan upaya menjamin setiap Warga Negara Indonesia
perlindungan, pemenuhan dan penegakan mendapatkan pekerjaan dan penghidupan
HAM, terutama bagi para pekerja/buruh yang layak bagi kemanusiaan tanpa adanya
melalui rumusan norma-norma dalam syarat. Dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945
omnibus law Cipta Kerja.27 berbunyi :“Tiap-tiap warga negara berhak
Dalam sistem hukum atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
ketenagakerjaan masih terjadi disparitas bagi kemanusiaan”. Dalam pasal 27 ayat (2)
kedudukan antara pemberi kerja (pengusaha) Undang-Undang Dasar 1945 tertuang kata
dengan para buruh. Perbedaan bargaining “berhak atas pekerjaan” menunjukkan
position inilah yang menjadi landasan bahwa setiap warga Negara Indonesia
normatif dalam teori konsep negara berhak mendapatkan pekerjaan tanpa perlu
kesejahteraan (welfarestate) menggeser mencarinya dengan penghasilan/ upah yang
ranah hukum privat menjadi hukum publik. layak, karena Pekerjaan ini harus sudah
Oleh karenanya peran dan intervensi negara disediakan atau disiapkan oleh Negara,
masih sangat diperlukan untuk melindungi dalam hal ini merupakan tugas
pekerja sebagai kelompok yang memiliki pegawai/pekerja pemerintahan.
posisi lebih lemah. Perlindungan hukum Kedua, Berdasarkan analisis
yang dimaksud dengan tujuan supaya dalam terhadap omnibus law Cipta Kerja
hubungan kerja dapat terjamin adanya khususnya substansi materi ketenagakerjaan,
keadilan maupun perlindungan terhadap hak 28
Fithriatus Shalihah, “Perjanjian Kerja
27
SANTOSA, Dewa Gede Giri. Perjanjian Waktu Tertentu (PKWT) Dalam Hubungan Kerja
Kerja Waktu Tertentu Pasca Undang-Undang Cipta Menurut Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Dalam
Kerja: Implementasi Dan Permasalahannya. DiH: Perspektif Ham,” Uir Law Review 1, No. 02 (2017):
Jurnal Ilmu Hukum, 2021, 17.2: 178-191. 149–60.
terdapat berbagai rumusan pasal yang justru Rahayu, Devi. (2011). Hukum Ketenagakerjaan
Teori dan Studi Kasus. Yogyakarta:
memperlemah konsep progressive New Elmatera,
realization dan mengindikasikan terjadinya Zainuddin, (2013), Metode Peneitian Hukum,
Jakarta: Sinar Grafika,
regressive patterns dengan menurunkan
standar dan jaminan terhadap hak untuk Jurnal
mendapatkan pekerjaan dan penghidupan
yang layak, diantaranya. Dengan Adhi Setyo Prabowo, (2020) Politik Hukum
Omnibus Law. Jurnal Pamator, Volume
pengesahan omnibus law ini berimplikasi 13 No. 4.
pada semakin rentannya posisi dan Enrico Didie Krisnawan, (2011) Perlindungan
kedudukan buruh/pekerja maka dalam aspek Hukum Terhadap Buruh/Pekerja atas
Kerja Lembur Skripsi, Universitas
berorganisasi dan berserikat. Ketika regulasi Airlangga:
dalam omnibus law Cipta Kerja tidak Fajar Kurniawan, (2020) Problematika
Pembentukan RUU Cipta Kerja Dengan
mewajibkan perundingan dengan serikat Konsep Omnibus Law Pada Klaster
Ketenagakerjaan Pasal 89 Angka 45
buruh/serikat pekerja sebelum perusahaan
Tentang Pemberian Pesangon Kepada
melakukan PHK dan para buruh disibukkan Pekerja Yang Di PHK. Jurnal Panorama
Hukum, Volume 5 No. 1,
mempertahankan agar kontrak diperpanjang,
Fithriatus Shalihah, (2017). “Perjanjian Kerja
maka konsolidasi penguatan organisasi dan Waktu Tertentu (PKWT) Dalam
Hubungan Kerja Menurut Hukum
perjuangan hak semakin sulit dilakukan. Ketenagakerjaan Indonesia Dalam
DAFTAR PUSTAKA Perspektif Ham,” Uir Law Review 1,
No. 02.
Buku
Agusmidah, (2011) Dilematika Hukum Hendra Suwardana, (2018) Revolusi Industri 4.0
Ketenagakerjaan, Tinjauan Politik Berbasis Revolusi Mental, Jurnal JATI
Hukum, Sofmedia, Jakarta, UNIK, Vol. 1, No. 2,

Bagir Manan, (2012). Membedah UUD 1945, Muh Sjaiful, Problematika Normatif Jaminan
UB Press, MalanG Hak-Hak Pekerja Dalam Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Jimly Asshidiqie, (1996) Pergumulan Peran Cipta Kerja. Jurnal Media Luris. Vol.4
Pemerintahan dan Parlemen Dalam No. 1, 2021.
Sejarah, Telaah Perbandingan
Konstitusi Berbagai Negara, UI Press, SANTOSA, Dewa Gede Giri. (2021) Perjanjian
Jakarta, Kerja Waktu Tertentu Pasca Undang-
Undang Cipta Kerja: Implementasi Dan
Kuntjoro Purbopranto, (1997) Hak-Hak Asasi Permasalahannya. DiH: Jurnal Ilmu
Manusia dan Pancasila, Jakarta: Hukum, 17.2: 178-191.
Gunung Agung.
SUNTORO, Agus (2021). KOMNAS, H. A. M.
Muhtaj, Majda El. (2013). Dimensi- Dimensi Implementasi Pencapaian Secara
HAM Mengurai Hak Ekonomi, Sosial, Progresif dalam
dan Budaya. Jakarta: Rajawali Pers.
SUNTORO, Agus; KOMNAS, H. A. M.
Implementasi Pencapaian Secara
Progresif dalam Omnibus Law Cipta
Kerja. Jurnal Ham, 2021, 12.1: 1-18.
Theresia Ngutra, (2017) Pemenuhan Hak
Kesejahteraan Sosial Bagi Masyarakat
Miskin Di Kota Makassar, Jurnal
Ilmiah, Universitas Negeri Makassar,
Internet
Polemik upah UU Cipta Kerja dan Peraturan
Pemerintah yang ditunggu - ANTARA News.
Diakses Pada Tanggal 15 Mei 2022
http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jph/
article/download/4437/2680/. Diakses Pada
Tanggal 15 Mei 2022

Anda mungkin juga menyukai