Anda di halaman 1dari 4

Nama : Neng Rahma Tila Ila Hopipah

Nim : 1193060058

Jur/Kls /Smt : HPI 6 B

Matkul : Hukum Ketenagakerjaan

Dosen Pengampu : Yuyu Wahyu. S.Sos., M.H

UJIAN TENGAH SEMESTER

1. Analisis pasal yang direvisi dari uu no 13 tahun 2003 ke uu no 11 tahun 2020


tentang cipta kerja
Ketenagakerjaan merupakan segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja dengan
waktu sebelum selama dan sesudah kerja. Ketika berbincang mengenai berbagai masalah
ketenagakerjaan ini dapat dilihat dari berbagai faktor karena itu telah membuktikan
bahwa faktor Ketenagakerjaan sebagai sumber daya manusia yang di mana masa
pembangunan nasional sekarang merupakan faktor yang sangat penting bagi jalannya
pembangunan nasional di Indonesia bahkan faktor tenaga kerja pun merupakan sarana
yang sangat dominan di dalam kehidupan suatu bangsa karena tenaga kerja merupakan
faktor penentu bagi mati dan hidupnya suatu bangsa. Berdasarkan pasal 1 ayat 6 undang-
undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang disebut UUK. Pada pasal ini
pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan
dalam bentuk lain. Pengusaha suatu perusahaan sangatlah bergantung dengan karyawan
Begitupun sebaliknya karena karyawan juga mendapat upah timbal balik oleh tempat
karyawan bekerja.
Dapat dikatakan antara perusahaan dan pekerja diperlukan suatu peraturan perundang-
undangan karena hal tersebut diatur dalam UUK seiring berkembangnya zaman UKT
direvisi dalam undang-undang nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta kerja yang disebut
sekarang UUCK. Seiring berkembangnya zaman undang-undang harus juga
mengikutinya tidak boleh ada yang keterbelakangan, dengan begitu juga diperlukannya
revisi atau penghapusan undang-undang. Dalam melakukan revisi undang-undang ini
akan memakan waktu banyak serta undang-undang ini bertentangan satu dengan yang
lainnya sehingga diperlukan teknik yang disebut dengan omnibus Bill atau rancangan
undang-undang omnibus omnibus Bill ini merupakan suatu teknik pembentukan undang-
undang untuk peraturan yang dianggap saling berkaitan dan berdasarkan dari undang-
undang maupun beberapa undang-undang.
Banyak yang memperbincangkan mengenai UUCK baik di televisi, radio, berita, media
sosial. Orang-orang berbondong-bondong mengikuti demo mulai dari kalangan anak-
anak hingga orangtua yang tidak mengerti apa itu UU Cipta Kerja, bahkan tidak mengerti
apa yang mereka demokan. Para demonstran melakukan demo dikarenakan tidak percaya
terhadap pemerintah. Hal yang diberikan aksi demo oleh para demonstran hanya
kerusakan fasilitas. Hoax di media sosial beredar sangat cepat dan banyak pembacanya
tidak mencari tahu mengenai hoax tersebut.
Terkait perubahan pasal-pasal tentang pemutusan hubungan kerja maka terdapat beberapa
pasal di dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang
sudah dihapus yaitu Pasal 152, 154, 155, 158, 159, dan Pasal 161 sampai 172. Pasal yang
diubah dan beberapa ketentuan pasalnya masih dipakai yaitu Pasal 151, 153, 156, 157,
dan Pasal 160.Pasal yang ditambah yakni Pasal 151A, 154 A, dan Pasal 157A.
Banyaknya perubahan pasal yang telah diuraikan tersebut makaakan merubah sebagian
aturan hukumnya. Perubahan pasal-pasal terkait pemutusan hubungan kerja akan
membawa perubahan pada perjanjian kerja dan besarnya hak yang didapat buruh setelah
putusnya hubungan kerja, yang terdiri dari uang pesangon, penghargaan masa kerja dan
uang pengantian hak. Walaupun terdapat banyak perubahan mengenai ketentuan
pemutusan hubungan kerja yang sebelumnya ada di dalam Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang-Undang ini masih merupakan hukum
positif, yang mana jika kita membahas tentang pemutusan hubungan kerja maka kita
harus membaca Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja secara berdampingan.
Terkait pemutusan hubungan kerja di dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja akan membawa perubahan pada perjanjian kerja dalam sebuah
hubungan kerja. Kenapa di sini perjanjian kerja menjadi faktor penting dan utama, karena
sebelum seseorang melakukan hubungan kerja dengan orang lain maka harus dibuat
sebuah perjanjian kerja terlebih dahulu, apakah dalam bentuk sederhana yang dibuat
secara lisan saja atau dibuat secara tertulis. Semua upaya tersebut dibuat dengan maksud
untuk perlindungan dan kepastian hak dan kewajiban dari para pihak.Hubungan kerja
yang merupakan pelaksanaan dari perjanjiankerja tersebut harus menjelaskan posisi para
pihak yang akan memperlihatkan apa saja hak dan kewajiban pemberi kerja terhadap
pekerja secara timbal balik.
2. Dampak Positif dan Negatif dari perubahan uu no 13 tahun 2003 ke uu no 11 tahun
2020 tentang cipta kerja
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja berdampak pada 76 UU,
salah satunya UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. UU Cipta Kerja
mengubah 31 pasal, menghapus 29 pasal, dan menyisipkan 13 pasal baru dalam UU
Ketenagakerjaan. Praktisi Hukum Ketenagakerjaan, Juanda Pangaribuan, mencatat
sedikitnya ada 10 dampak UU Cipta Kerja terhadap UU Ketenagakerjaan.
Padahal dengan disahkannya UU Cipta Kerja ini diharapkan beberapa manfaat seperti,
Pertama, Jaminan Korban PHK. UU ini akan melindungi pekerja korban PHK, dengan
Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP). Program ini berupa pemberian insentif
uang tunai dan program pelatihan kerja bagi para korban PHK. Bila mau mencari
pekerjaan pun bisa mendapatkan akses ke pasar tenaga kerja. Program JKP tidak akan
mengurangi manfaat jaminan kecelakaan kerja hingga jaminan pensiun yang sudah ada.
Jaminan ini juga tidak akan membebani iuran tambahan, baik untuk pekerja maupun
pengusaha yang memberi kerja.
Dampak Positif
 RUU Cipta Kerja Membawa Dampak Positif Bagi Perekonomian InIndones.
 RUU Cipta Kerja membuka lapangan pekerjaan baru.
 RUU Cipta Kerja mempermudah masuknya investasi.

Dampak Negatif

 Jika sebagian pasalnya terdampak UU Cipta Kerja, tapi UU Ketenagakerjaan tetap


berlaku sebagai hukum positif.
 Sebagian kaidah UU Ketenagakerjaan mengalami perubahan.
 Ketentuan UU Ketenagakerjaan yang dihapus UU Cipta Kerja otomatis tidak berlaku.
 Bila kaidah UU Ketenagakerjaan diubah, yang digunakan sebagai pedoman yakni
ketentuan dalam UU Cipta Kerja.
 Mengubah besaran pesangon.
 Memperlemah, memperkuat, dan menata ketentuan dalam UU Ketenagakerjaan,
misalnya soal pesangon, kompensasi untuk perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT),
dan cara melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
 Berpotensi menimbulkan konflik dalam proses perubahan peraturan perusahaan (PP)
atau perjanjian kerja bersama (PKB).
 Sebagian peraturan pelaksana UU Ketenagakerjaan akan mengalami perubahan.
 Tertutupnya peluang peralihan hubungan kerja dari pekerja penerima pekerjaan
(vendor) menjadi pekerja pada perusahaan pemberi pekerjaan.
 Untuk membaca UU Ketenagakerjaan harus berdampingan dengan UU Cipta Kerja.
Diantaranya UU Ketenagakerjaan masih hukum positif, sebagian kaidahnya
mengalami perubahan, yang sudah dihapus tidak berlaku lagi, mengubah besaran
pesangon, berpotensi menimbulkan konflik dalam proses perubahan PP atau PKB,
tertutupnya peluang peralihan hubungan kerja.

Anda mungkin juga menyukai