TUGAS 3
Beberapa karyawan merasa tidak menerima tunjangan lembur meskipun mereka bekerja di luar
peraturan tersebut.
Alhasil, puluhan buruh bersama Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Jember
melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor PT Indomarko Prismatama di Jalan Pierre Tendean.
Di sana, mereka terlihat berdiri di depan gerbang kantor yang dikelilingi kawat berduri dan dijaga
petugas polisi.
Dalam aksinya tersebut, buruh menuntut perbaikan kepada pihak manajemen, yang dinilai
manajemen bias dan merugikan buruh.
Kemudian, sekitar pukul 10.perwakilan pengunjuk rasa diperbolehkan masuk ke dalam gedung dan
melakukan audiensi dengan manajemen.
Sayangnya, persidangan tertutup untuk jurnalis, dan karyawan pengunjuk rasa masih terpapar terik
matahari di luar Indomalette .
Nofi Cahyo Haryadi, koordinator demonstrasi, menjelaskan beberapa permintaan dari karyawan.
Hal ini mencakup kewajiban membayar lembur sesuai dengan jumlah jam kerja dan penerapan
sistem nilai lebih kurang (NKL), yang awalnya mengikuti mekanisme dari 0,20% menjadi 0,50%.
Selain itu, hal ini tidak menghalangi serikat pekerja untuk menjaga hubungan bilateral.
“Kami tidak membeda-bedakan baik berupa peringatan (SP) maupun transfer,” jelasnya.
Ia juga menyerukan terciptanya space atau ruang bagi organisasi anggota serikat pekerja
Padahal, kata dia, jumlah jam kerja per minggu maksimal 40 jam
karyawan akan bekerja 40 jam, jika tidak, mereka harus dibayar lembur.
2. Setelah memperhatikan kasus pada pertanyaan nomor 1, menurut saya kasus ini termasuk
di bawah ini.
Terdapat kasus konflik kepentingan, yaitu perselisihan hubungan kerja di dalam perusahaan, dimana
diantaranya disebabkan oleh peraturan dan perjanjian kerja serta tidak adanya konsensus.
Hal ini biasanya terjadi ketika perusahaan mengambil keputusan sepihak mengenai perubahan
kebijakan.
Keputusan ini mungkin merugikan keuntungan perusahaan di masa depan.
Penyebabnya adalah ketidaksesuaian jam kerja dan gaji pegawai sehingga menimbulkan gesekan.
Akan tetapi, sekalipun tidak tercapai kesepakatan, maka pengusaha dan pekerja harus meneruskan
tata cara penyelesaian hubungan yang tetap sebagaimana diatur dalam Peraturan Undang-undang
dan dapat menghubungi pekerja atau serikat pekerja/serikat buruh.
Apabila perselisihan tersebut bukan merupakan perselisihan hukum perburuhan, maka dapat
diselesaikan melalui arbitrase di Pengadilan Hubungan Perburuhan pada Pengadilan Negeri yang
berkedudukan di ibu kota negara.
Daerah hukumnya adalah tempat kerja bupati/ibu kota negara, dan daerah hukumnya meliputi
tempat kerja pegawai.