Anda di halaman 1dari 8

“HUBUNGAN KETENAGA KERJAAN : KASUS PT ASTRA DAIDO STEEL

INDONESIA DAN PT VERONIQUE INDONESIA”

Dosen Pengampu : DR. Hastho Joko NU, S.SOS, M.SI

Disusun oleh :
Shofia Nur Aini (152180001)
Fira Ayu Ramadhani (1521800
Alifia Wida Utami (152180037)
Tasyamala Putri. S (1521800

ILMU ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNUVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2020
KASUS I

1. Kasus yang diangkat

Hubungan antara perusahaan dan karyawan tidak selalu berjalan


dengan baik. Risiko PHK selalu ada kapan saja dan di mana saja dengan
alasan apa saja. Kondisi ini tentu adalah hal yang paling tidak diinginkan baik
dari sisi karyawan maupun perusahaan. PHK adalah jalan akhir yang harus
ditempuh untuk menghindari terbuangnya waktu dan aset perusahaan.

Memberhentikan seseorang dengan alasan apapun memang tidak


pernah menyenangkan. Hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan
terjadi karena kesepakatan. Ketika hubungan kerja ini berakhir harus
berdasarkan kesepakatan pula. Biasanya perselisihan PHK muncul karena
tidak terjadi kesepakatan di antara keduanya.

Seperti kasus dari PT Astra Daido Steel Indonesia yang dilaporkan


salah seorang karyawan, lantaran tidak lagi membayarkan gaji terhitung sejak
Maret 2019. Karena tidak mendapat hak keuangannya, perusahaan justru
memutus hubungan kerja secara sepihak.

Seorang karyawan melaporkan perusahaannya yaitu PT Astra Daido Steel


Indonesia ke kantor Dinas Tenaga Kerja. Hal itu dikarenakan dia merasa tidak
diberlakukan dengan manusiawi dan tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Salah satu karyawan yang pertama kali diangkat menjadi karyawan tetap
pada September 2002 atau sekitar 17 tahun lalu. Ketika itu, hak dan kewajibannya
diberikan sesuai Undang-undang 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Kemudian per 1 Maret 2019 lalu, dirinya diangkat menjadi Deputy Head Sales are
Corporate dengan perincian gaji yang didapatkan sebesar Rp 11.225.000. Namun,
faktanya gaji tersebut tidak pernah didapat hingga kini. Padahal dari awal sesuai
perjanjian pekerjaan atasan akan memberikan sejumlah gaji yang ditawarkan
tetapi justru atasan tidak memberikan sejumlah gaji yang sesuai. Dan bisa saja
mengapa atasan melakukan hal tersebut bisa dikarenakan karena dari karyawan
tersebut memang tidak bisa mencapai target sesuai dengan kontrak kerja yang
dibuat perusahaan tersebut.

2. Penyebab

Pelanggaran terhadap perjanjian yang ada tentunya ada sanksi yang berupa
teguran lisan atau surat tertulis. Surat peringatan tertulis dapat dilakukan sampai 3
kali, dimana masing-masing berlakunya surat peringatan selama 6 bulan sehingga
apabila pekerja sudah diberi peringatan sampai 3 kali berturut-turut dalam kurun
waktu 6 bulan terhadap pelanggaran yang sama. Maka berdasarkan peraturan
yang ada kecuali ditentukan lain dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan,
perjanjian kerja bersama, maka perusahaan dapat melakukan PHK. Perusahaan
berkewajiban memberikan uang pesangon 1 dari ketentuan, uang penghargaan
masa kerja 1 kali ketentuan dan uang pengganti hak yang besarnya ditentukan
dalam peraturan yang ada. Dan penyebab masalah yang terjadi dengan salah satu
karyawan PT Astra Daido yang dimana karyawan tersebut menuntut perusahaan
tersebut yang dipicu karena gaji yang dijanjikan tidak sesuai. Dengan melihat
permasalahaan tersebut perusahaan pasti mendapati mengapa tidak mau menggaji
karyawan sesuai dengan apa yang sudah dijanjikan dikarena perusahaan tersebut
melihat dan mengawasi setiap karyawannya nah besar kemungkinan mengapa
perusahaan melakukan hal tersebut dikarena kinerja dari karyawan tersebut yang
dimana karyawan secara terus menerus mengalami penurunan kinerjanya yang
dimana tidak bisa mencapai target dari perusahaan tersebut. Dan faktor lainnya itu
bahwa karyawan tersebut didapati selalu bermalas-malasan dan tidak konsen
dengan pekerjaannya.
3. Solusi

 Melakukan dialog antara pengusaha, pekerja dan pemerintah.

Dengan pemberian insentif bagi pengusaha dan pekerja, dalam situasi yang
sulit ini pemerintah juga harus menjadi pihak yang mampu menengahi dialog
antara pengusaha dengan pekerja dan serikat pekerja baik untuk mencegah
terjadinya PHK. Peran pemerintah dapat diupayakan sebagai penengah
mencari solusi yang disepakati kedua pihak terutama terkait pemenuhan hak-
hak pekerja, apabila PHK tidak terhindarkan.

Dalam hal ini pemerintah dapat membentuk Satuan Tugas Penanganan PHK
agar lebih respons terhadap permasalahan pengusaha dan pekerja selama
pandemi ini dapat diantisipasi dan diselesaikan sejak dini.

 Menyusun kebijakan ketenagakerjaan

Untuk mencegah PHK adalah dengan mengurangi jam kerja karyawan. Bagi
perusahaan yang memiliki karyawan harian (gaji dibayar berdasarkan jumlah
jam kerja), kebijakan ini cukup membantu perusahaan dalam
mempertahankan karyawan. Alternatif ini biasanya diterapkan di pabrik yang
memiliki jumlah karyawan cukup banyak.

Tentu saja para karyawan harian menjadi yang paling terkena dampak
kebijakan ini. Otomatis pendapatan bulanan mereka akan turun. Setidak-
setidaknya ini satu-satunya cara terbaik yang dilakukan perusahaan di masa
krisis.
KASUS II

1. Kasus yang diangkat

Dalam melakukan suatu pekerjaan dalam satu perusahaan, terkadang


hubungan antara atasan dengan karyawan tidak selalu berjalan dengan baik.
Terkadang, sesuatu hal yang dirasa berjalan tidak sesuai tujuan dan kemauan
perusahaan akan menjadi sebuah konflik. Konflik dapat terjadi karena adanya
komunikasi yang buruk, perbedaan kepribadian, perbedaan nilai dan prinsip,
kompetisi, titik tekanan, sistim organisasi yang buruk, dll, Kondisi ini dapat
membangkitkan emosi seseorang dan mendorong seseorang untuk melakukan
suatu kekerasan terhadap orang lain. Biasanya seseorang akan melakukan
tindakan tanpa pikir panjang dan mementingkan diri sendiri. Terjadinya konflik
antar karyawan dengan perusahaan akan menurunkan produktivitas perusahaan.

Seperti pada kasus penganiayaan buruh di PT Veronique Indonesia yang


dilaporkan oleh salah seorang karyawan. Karena kasus penganiayaan yang
dilakukan oleh tenaga kerja asing yang membuat seseorang mengalami memar di
tubuhnnya.

Kasus penganiayaan ini dilakukan oleh tenaga kerja asing dalam hal ini warga
negara Korea terhadap ketua PUK. Di mana terjadi kesepakatan antara
perusahaan dengan PUK bahwa pernyataan yang melibatkan orang tua tidak di
kumpulkan ke perusahaan diganti dengan quisioner yang isinya mempertanyakan
mengenai pencurian yang terjadi di dalam perusahaan.

Pertanyaan tersebut layaknya pertanyaan penyidik dari pihak keamanan


Kepolisian. Dan ini sangat memberatkan bagi pekerja yang tergabung dalam
Serikat Pekerja Logam yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Metal
Indonesia (FSPMI) karena mereka di suruh menjawab tentang pencurian tersebut
yang pada kenyataannya para pekerja tersebut tidak mengetahui ada tindak
pencurian.

Karena kesepakatan tersebut di hari Selasa tanggal 11 Desember 2018


sekitaran pagi hari jam 09.00 pihak manajemen meminta kuesioner terhadap 62
orang pekerja yang tidak membuat pernyataan untuk dikumpulkan, tetapi PUK
meminta peraturan perusahaan. Akhirnya kuesioner tersebut tidak terkumpul
pada pagi hari dan pada hari yang sama kisaran jam 02.00 siang. Mister Zong
(yang biasa dipanggil oleh pekerja) meminta quesioner tersebut, kembali pekerja
yang tergabung dalam Serikat Pekerja Logam dalam hal ini diwakili oleh ketua
PUK Nurcahyo Setiadi meminta peraturan perusahaan tetapi Mr. Zong justru
membanting tumpukan kertas yang berisi kuisioner.

Apa yang dilakukan oleh Mr Zong dengan membanting tumpukan kertas


tersebut dengan keras membuat kaget para pekerja yang pada saat itu
ditempatkan pada ruangan khusus tidak diberikan pekerjaan akibat tidak
membuat pernyataan. Setelah itu Mr.Zong menarik kerah baju Cahyo sambil
berkata “kamu di sini hanya bekerja tidak mempunyai hak apapun selain
bekerja”. Setelah itu Cahyo di pegang lehernya oleh Mr.Zong sambil dibawa
keluar ruangan. Saat di sekap tidak ada perlawanan sama sekali dengan apa yang
telah dilakukan oleh Mr.Zong. Cahyo dibawa ke kantor manajemen, anggota
yang lain mengikuti tetapi dihalang-halangi oleh security, akibat perlakuan
tersebut kancing baju Cahyo terlepas dan terdapat luka memerah di bagian leher
dan dada.

2. Penyebab

Penyebab terjadinya kekerasan yaitu dimana para pekerja di PT Veronique


Indonesia di paksa mengisi quisioner yang isinya mempertanyakan mengenai
pencurian yang terjadi di dalam perusahaan dan mereka disuruh untuk menjawab
tentang pencurian tersebut yang pada kenyataannya para pekerja tersebut tidak
mengetahui ada tindak pencurian. Yang akhirnya kuesioner tersebut tidak
terkumpul pada pagi hari dan pada hari yang sama.

3. Solusi

a. Mediasi

Mediasi adalah upaya penyelesaian konflik dengan melibatkan pihak ketiga yang


netral, yang tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan yang membantu
pihak-pihak yang bersengketa mencapai penyelesaian (solusi) yang diterima oleh
kedua belah pihak. Mediasi dinilai sebagai upaya terbaik dalam menangani konflik
yang terjadi di dalam perusahaan. kehadiran mediasi bisa turut membantu perusahaan
dalam melakukan penghematan waktu dan juga biaya. Melalui kesepakatan yang
dilakukan oleh mediator maka dapat diketahui apakah telah terjadi kata setuju pada
semua pihak ataukah tidak. Mediasi juga dinilai sebagai upaya yang efektif dalam
mengatasi konflik internal sebab seorang mediator tentunya memiliki sikap yang
netral dalam memberikan penyelesaian. Jalan keluar yang diambil oleh seorang
mediator dipercaya bersifat obyektif dan merupakan jalan keluar terbaik.

b. Pelatihan yang berkelanjutan

Langkah efektif untuk jangka panjang untuk menghindari tindakan kekerasan dan di
tempat kerja adalah dengan cara mendidik, melatih dan memberdayakan manajemen
dan pekerja itu sendiri, mensosialisasikan aturan-atuaran mengenai larangan tindakan
kekerasan dan pelecehan kepada pekerja dan segenap manajemen termasuk pekerja
asing dan pimpinan perusahaan, sehingga mereka memahami mengenai tindakan-
tindakan yang diperbolehkan dan tindakan-tindakan yang dilarang dan dampaknya baik
bagi dirinya, maupun orang lain dan perusahaan.

Maka pernyataan yang paling efektif untuk menghindari agar diri anda tidak menjadi
korban atau agar tidak terjadi tindakan kekerasan, intimidasi, diskriminasi dan
pelecehan di tempat kerja adalah dengan memastikan bahwa ada peraturan atau PKB
yang mengatur soal itu dan mempunyai sanksinya yang tegas.

Anda mungkin juga menyukai