Anda di halaman 1dari 10

Praktikum Kesebelas Sosiologi Agribisnis

Tema : Hubungan Industrial

“Dilema Posisi Pemerintah dalam Konflik Perburuhan”


“Kasus Sony Harus Dijadikan Instrospeksi”
“Social Clause “Restriksi Tersembunyi Negara Maju”?”

KELOMPOK 3
OLEH :
NENDI WAHANA J3J119190
SEKAR ASRI J3J119248
SITI KHODIJAH J3J119259
SYIFA ALFIANI ZAMZAMI J3J119263

DOSEN PENGAJAR : Annisaa Soeyono SSi, MM

PROGRAM KEAHLIAN MANAJEMEN AGRIBISNIS


DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
PEMBAHASAN

Bacaan 1
RINGKASAN
Dilema Posisi Pemerintah dalam Konflik Perburuhan
Konflik hubungan antara buruh dan pengusaha, disinyalir adalah salah satu peyebab
hengkangnya beberapa raksasa industri asing dari Indonesia seperti AIWA Korea, NIKE
International dan SONY Jepang. Berbicara tentang hubungan pekerja dan investor di negara
kita maka tak pelak lagi yang kita dengar dan lihat adalah pola hubungan yang hampir selalu
diwarnai konflik.
Dari sisi pekerja, melihat dirinya cuma dijadikan obyek eksploitasi bagi kepentingan
investor untuk mempertebal keuntungan pemodal tanpa sedikitpun menyentuh esensi
persoalan kesejahteraan hidup mereka. Satu satunya cara untuk memiliki posisi tawar dan
daya tekan yang lebih kuat adalah dengan membangun solidaritas bersama dalam serikat-
serikat pekerja menghadapi pemilik modal. Sebaliknya investor melihat pekerja menuntut
kenaikan upah secara berlebihan, tidak sebanding dengan produktivitas kerja mereka. Para
investor menganggap tuntutan yang sedemikian tidak rasional, terlebih saat ini kondisi pasar
tenaga kerja kita mengalami excess supply tenaga kerja. Kalau dibanding dengan tingkat uah
di negara-negara tujuan investasi lain semisal China dan Vietnam, maka tingkat upah pekerja
Indonesia tergolong lebih mahal.
Jika tuntutan kenaikan kesejahteraan itu dilakukan dengan cara-cara radikal, bahkan
cenderung anarkhis seperti menutup pintu pabrik, menghalang-halangi rekan kerja mereka
untuk bekerja atau memblokade jalan masuk ke pabrik dalam radius beberapa puluh meter.
Maka investor berpikir tindakan tersebut merupakan sabotase ekonomi yang dapat
membangkrutkan perusahaan dan pabrik mereka. Disisi lain bahwa tindakan anarkhis
tersebut justru melemahkan perjuangan para buruh untuk memperbaiki kesejahteraan hidup
mereka. Agar konflik ini tidak merugikan kedua pihak dalam tataran mikro dan makro yang
kronis (khususnya pengangguran masif yang semakin parah), memang pemerintah sebagai
wasit diantara keduanya, harus mampu bersikap adil dalam arti mampu mengakselerasi
terciptanya hubungan buruh-investor yang bersifat simbiosis mutualisme. Akan tetapi yang
terjadi tampaknya pemerintah masih berpihak kepada salah satu pihak, ketika terjadi tekanan
dari salah satu pihak tersebut. Fenomena ini setidaknya dapat kita lihat dalam dua sikap yang
bertolak belakang dari Menakertrans dalam satu setengah bulan terakhir. Fenomena ini justru
menunjukkan betapa pemerintah sendiri belum memiliki standar kebijakan perburuhan yang
baku.
Ada beberapa hal yang perlu mendapatkan pecermatan dari semua pihak yang terkait.
pertama: kita harus menjawab terlebih dahulu apakah tuntutan buruh akan kesejahteraan yang
lebih tinggi itu rasional atau tidak. Kalau kita lihat struktur pasar yang menghubungkan
antara pekerja dan investor ini maka memang dapat dikatakan tuntutan buruh akan
kesejahteraan yang lebih tinggipun memiliki logika yang sahih. Oleh karena itu tuntutan itu
tidaklah berlebihan.
Struktur pasar tenaga kerja domestik adalah pasar yang monopsonistik. Dengan logika
sederhana terlihat bahwa dengan struktur pasar yang demikian ini akan menempatkan pekerja
pada posisi yang lemah dibandingkan perusahaan. Dalam struktur pasar monopsonistik ini.
teori mikro ekonomi upah yang seimbang yang terjadi di pasar pastilah lebih rendah daripada
nilai produk marginal tenaga kerja. Artinya pekerja dibayar dibawah nilai pruduktivitasnya,
yang berarti pula pekerja menerima upah imbalan yang lebih rendah daripada sumbangan
yang mereka berikan kepada perusahaan. Tingkat upah minimum yang ditetapkan propinsi-
propinsi berkisar antara Rp 400.000 sampai Rp 500.000.-untuk memenuhi kebutuhan pangan
yang patut saja dalam sebulan bagi keluarga pekerja belum memadai apalagi kebutuhan
primer seperti sandang, pangan, dan papan. Pemerintah seharusnya membantu para investor
agar tidak kesulitan memenuhi tuntutan para pekerja akan tingkat kesejahteraan yang lebih
tinggi tersebut. Bantuan yang penting itu antara lain berupa transaction cost dalam interaksi
antara investor dengan aparat pemerintah berupa biaya siluman, biaya pelicin, dan biaya
lainnya yang mencapai antara 30-40 % dari biaya produksi. Saat ini diprediksi komponen
upah pekerja mencakup 10-15 % dari biaya produksi. Artinya kalau transaction cost ini bisa
dinolkan (dihapuskan) maka tuntutan pekerja seperti tuntutan kenaikan tingkat upah sampai
100 %. maka tuntutan tersebut tidak akan berakibat naiknya biaya produksi.

PERTANYAAN DAN JAWABAN


1. Pembangunan ekonomi melalui industrialisasi, menempatkan posisi pemerintah menjadi
dilematis, jelaskan sejauhmana kondisi tersebut terjadi dan apa yang melatar
belakanginya !
JAWAB:
Posisi pemerintah yang dilematis terlihat dari kutipan “yang terjadi tampaknya
pemerintah masih berpihak kepada salah satu pihak, ketika terjadi tekanan dari salah satu
pihak tersebut. Fenomena ini setidaknya dapat kita lihat dalam dua sikap yang bertolak
belakang dari Menakertrans dalam satu setengah bulan terakhir. Fenomena ini justru
menunjukkan betapa pemerintah sendiri belum memiliki standar kebijakan perburuhan
yang baku”.
Dilatar belakangi oleh tataran mikro dan makro yang kronis khususnya pengangguran
yang semakin parah. Memang pemerintah sebagai wasit diantara keduanya, harus
mampu bersikap adil dalam arti mampu mengakselerasi terciptanya hubungan buruh-
investor yang bersifat simbiosis mutualisme. Akan tetapi yang terjadi tampaknya
pemerintah masih berpihak kepada salah satu pihak, ketika terjadi tekanan dari salah satu
pihak tersebut. Berikut Kutipan yang menunjukan pengangguran semakin parah
“Menakertrans menghimbau seluruh pekerja agar tidak melakukan mogok kerja atau
menggelar demonstrasi tahun depan (tahun 2003). Alasannya, jika hal itu masih marak
dilakukan pada 2003 maka investasi tidak akan masuk ke Indonesia. Dan ini justru akan
memperparah pengangguran.”
Berpihak ke investor : Menakertrans menghimbau seluruh pekerja agar tidak
melakukan mogok kerja. Alasannya jika hal itu terjadi maka investasi tidak akan masuk
ke Indonesia
Berpihak ke Tenaga kerja : menakertrans membatalkan keputusan panitia
penyelesaian perselisihan perburuhan pusat (P4P) yang menyatakan bahwa para pekerja
berhak atas pesanan satu kali lipat, menakertrans menetapkan besarnya pesangon harus
dua kali lipat.

2. Bagaimana nasib buruh dalam kondisi penerapan politik ekonomi industrialisasi yang
lebih cenderung memihak pengusaha (investor) ? Dan bagaimana peran serikat buruh
dalam memperjuangkan kondisi perburuhan ?
JAWAB:
Nasib buruh dalam kondisi penerapan politik ekonomi industralisasi sangat
memperhatinkan karena dari sisi pekerja, melihat dirinya cuma dijadikan obyek
eksploitasi bagi kepentingan investor untuk mempertebal keuntungan pemodal tanpa
sedikitpun menyentuh esensi persoalan kesejahteraan hidup mereka. Para pekerja merasa
cuma menjadi bagian kecil dari mekanisme sistem produksi yang setiap saat dapat
dengan mudah dapat diganti jika dianggap sudah tidak produktif lagi. Hal tersebut
membuat pekerja paham bahwa mereka tidak akan menang bila berkonflik secara
personal. Selain itu, tenaga kerja yang melonjak dan meningkat sedangkan perusahaan
terbatas menjadikan perusahaan merekrut tenaga kerja dan tenaga kerja bersedia
ditempatkan dengan jabatan apapun untuk memenuhi kehidupan dengan upah yang
rendah.
Peran serikat pekerja dalam memperjuangkan kondisi perburuhan yaitu sebagai sarana
menciptakan hubungan industrial yang harmonis dan berkeadilan sesuai dengan
peraturan perundang undangan yang berlaku, sebagai sarana penyalur aspirasi dalam
memperjuangkan hak dan kepentingan anggota, penguat solidaritas bersama dalam
serikat serikat pekerja dalam menghadapi pemilik modal, menciptakan tingkat solidaritas
yang tinggi diantara pekerja dengan pekerja, pekerja dengan Serikat Pekerjanya,
pekerja/Serikat Pekerja dengan manajemen, meyakinkan anggotanya untuk
melaksanakan kewajibannya disamping haknya diorganisasi dan diperusahaan, serta
pemupukan dana organisasi, dana Organisasi dibelanjakan berdasarkan program dan
anggaran belanja yang sudah ditetapkan, dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik
akan mampu berinteraksi dengan pihak manajemen secara rasional dan obyektif.

3. Egoisme pengusaha lebih menonjol dalam hubungan perburuhan (dalam


mempertahankan upah seminimal mungkin), tampaknya tidak terlepas dari buruknya
birokrasi yang terkait dengan iklim investasi industri di Indonesia. Jelaskan !
JAWAB:
Adanya transaction cost dalam interaksi antara investor denan aparat pemerintah berupa
biaya siluman, biaya pelican dan biaya lainnya yang mencapai antara 30-40 % biaya
produksi. Sehingga pengusaha kesulitan untuk memenuhi tuntutan para pekerja akan
tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. Jadinya pengusaha akan menekan upah buruh
dengan rendah. Jika transaction cost tersebut di hapuskan maka pengusaha dapat
memenuhi tuntutan pekerja seperti tuntutan kenaikan upah tanpa berakibat naiknnya
biaya produksi.

4. Jelaskan makna eksploitasi terhadap tenaga kerja industri dari pendekatan ekonomi dan
pendekatan sosiologi !
JAWAB:
Eksploitasi dari pendekaran ekonomi : Para pekerja diberi imbalan yang tidak sesuai
dengan produktivitasnya yaitu pekerja menerima upah lebih rendah dari pada sumbangan
yang mereka berikan kepada perusahaan.
Eksploitasi dari pendekatan sosiologi : Tindakan menggunakan kekuatan untuk secara
sistematis mengambil lebih banyak nilai dari pekerja daripada yang diberikan kepada
mereka. Atau dengan kata lain upah pekerja secara normal dibawah kebutuhan fisik
seperti sandang, pangan, papan.

Bacaan 2
RINGKASAN
Kasus Sony Harus Dijadikan Instrospeksi
Kasus rencana hengkangnya produsen audio Sony keluar Indoesia dan akan
memutuskan hubungan kerja (PHK) karyawan pabriknya jelas tak bias dihadapi demngan
soal rapat atau pembentukan tim. Apalagi kalau ada badan yang terkait soal investasi
langsung menyatakan tak bertaggungjawab. Seorang mantan Top Ekskutif Toyota Motor
Corporation, yang pernah bertugas di Indonesia, Koji Hasegawa, menyatakan Indonesia
selalu terlambat bertindak. “Kalau sudah muncul masalah, baru ribut dan mencari
kambinghitam”.
Kasus Sony sebenarnya sudah beberapa kali disampaikan pengamat Indonesia akan
terjadi, karena Indonesia sudah dianggap tidak kondusif, khususnya sektor industri
elektronik. Terlebih lagi untuk tekhnologi tinggi, raksasa tekhnologi Jepang menganggap
investasi di Indonesia tidak pantas karena sumberdaya manusianya sangat terbatas yang
mampu menguasai tekhnologi tinggi. Ini baru satu kasus yang cukup besar dan diperkirakan
akan diikuti oleh lainnya, jika kondisi yang ada sekarang ini tidak segera dibehani. Buruknya
iklim investasi yang dirasakan investor Jepang pernah disampaikan oleh Kadin Jepang,
maupun asosiasi pengusaha Jepang kepada pejabat terkait di Indonesia.
Namun tanggapan atas keluhan itu kerapkali tidak ditanggapi serius. Kondisi buruk-
pun kian berlarut dirasakan oleh para investor sehingga putusan-pun diambil Sony
menghentikan produksinya di Indonesia. Putusan itu berarti menghentikan 1 000 orang
karyawan Sony atau sekitar 4 000 jiwa jika dipakai asumsi setiap buruh memiliki tiga orang
anggota keluarga. Jumlah itu jelas tidak kecil dan dapat berdampak luar biasa terhadap
ekonomi nasional. Penutupan itu-pun kini diblow up besar-besaran sebagai berita utama di
surat kabar di Jepang. “Berita mengenai Sony itu pasti dibaca oleh semua pengusaha dan
ekskutif Jepang. Mereka akan bertanya-tanya dan berfikiran ada apa dengan situasi dan iklim
investasi di Indonesia. Bagi mereka perusahaan sebesar Sony yang punya pengalaman resiko
saja mau pindah ke luar Indonesia” kata Atsushi Suzuki, analis ekonomi dari organisasi
perdagangan luar negeri Jepang (JETRO).
Hal itu juga diperkuat dengan beberapa survai yang dilakukan JETRO, yang intinya
mengeluh soal kepastian hukum dan maraknya aksi serikat pekerja yang melakukan unjuk
rasa. Selain itu kurangnya kualitas tenagakerja Indonesia yang baik serta soal perpajakan.
Khususnya menyangkut otonomi daerah di Indonesia yang terasa berbeda-beda perlakuannya.
“Saya sudah memberikan masukan kepada beberapa menteri Indonesia, untuk segera
memberikan pembenahan atas beberapa kekurangan di Indonesia agar para investor betah di
Indonesia. Namun tampaknya pembenahan itu lambat dan instruksinya tidak sampai
kebawah, ke tingkat pelaksana” papar Thoshihiko Kinoshita, penasehat pemerintah Jepang,
khusus untuk Indonesia. Menurut kalangan pemgusaha Jepang keluhan itu tak hanya
disampaikan melalui berbagai lembaga kajian ekonomi Jepang kepada pemerintah Indonesia,
akan tetapi juga langsung oleh mereka melalui Jakarta Jepang Club. Namun nyatanya, cuma
masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
Keluhan itu tidak pernah ditanggapi serius. di tengah iklim investasi yang tidak
kondusif, jumlah mereka yang korupsi semakin banyak, dan berbagai jenis pungutan yang
tidak jelas semakin marak. Hal itu menyebabkan beban biaya produksi pengusaha semakin
tinggi, sehingga kegiatan operasional di Indonesia semakin tidak menguntungkan. “Biaya-
biaya ekstra tersebut jelas sangat merugikan pengusaha asing yang ada di Indonesia, sehingga
harga akhir suatu produk menjadi tidak lagi kompetitif untuk bisa bersaing di pasar bebas
(global). Kini semua keburukan itu masih ditandai lagi dengan sikap lepas tangan para
pejabat teknis bidang investasi, yang menyatakan lembaganya tidak bertanggungjawab atas
hengkangnya Sony.
Pasalnya sebuah badan promosi investasi tidak hanya sekedar bertugas seperti
layaknya seorang pedagang jamu, yang berusaha menjual produknya sebanyak mungkin
tanpa mau bertanggungjawab atas resiko yang bakal dihadapi para investor. Seharusnya para
pejabat investasi mencari investasi dengan menanamkan pengertian bukan saja kepada
investor, tetapi juga kepada bawahan, dan kepada masyarakat Indonesia khususnya di lokasi
dimana investasi asing akan dilokalisasikan. Tanpa kerjasama semua pihak tentu saja promosi
produk dan jasa tersebut tidak akan berhasil. Ibaratnya menjual barang tanpa pelayanan
purna-jual (after sales server, pen.), jelas menjadi pantangan bagi Pengusaha Jepang.
Seharusnya pola itulah menjadi acuan oleh para juru promosi di Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM). Bukan seperti sekarang, “merayu sekuat mungkin agar investor
masuk ke Indonesia, kemudian tidak bertanggungjawab, jika terjadi sesuatu menimpa sang
investor”.
Begitulah modal jualan investasi Indonesia. Koordinasi ini semakin diperburuk
dengan adanya Undang-undang Pemerintahan Daerah (UU nomor 22/1999) yang sering
disebut Otonomi Daerah, dipersepsikan oleh daerah sebagai legalisasi baru pejabat daerah
untuk mengkreasi kebijakan guna mempertebal kantong ekonomi daerah (PAD). Mereka
(Pemda) tidak peduli apakah kebijakan itu mencekik investor atau tidak. Padahal Jepang
terkenal sebagai negara yang berfikiran jangka panjang dan bukan model hit and run gaya
barat.Selain itu Jepang juga merupakan negara pelayanan. Produsen Jepang selalu melihat
konsumen sebagai raja. Karena mencari uang di Jepang memang sangat sulit dan berat.
Pelayanan inilah yang menjadi penekanan pengusaha Jepang. Oleh sebab itu bisa
dibayangkan kalau investasi Jepang telah masuk ke Indonesia akan tetapi tidak memperoleh
pelayanan semanis saat menawarkan kepada mereka, agar masuk ke Indonesia.

PERTANYAAN DAN JAWABAN


1. Uraikan dari fenomena bacaan bahwa perusahaan multinasional yang masuk ke
Indonesia dengan rangsangan kebijakan comparative advantage (keuntungan relatif)
berupa upah buruh murah dan sebagainya adalah industri yang bersifat foot loose.
JAWAB:
Dalam bacaan terlihat ”...raksasa tekhnologi Jepang menganggap investasi di Indonesia
tidak pantas karena sumberdaya manusianya sangat terbatas yang mampu menguasai
tekhnologi tinggi.” sehingga Indonesia dianggap sudah tidak kondusif lagi dan tuntutan
upah buruh yang terlalu tinggi membuat para investor merasa dirugikan bila harus
menginvestasikan modalnya di Indonesia. Apabila kinerja para buruh sesuai dengan yang
dijanjikan seharusnya perusahaan multinasional tersebut dapat memperoleh keuntungan.
Namun pada kenyataannya, banyak hal hal diluar dugaan yang terjadi, seperti maraknya
korupsi. Dengan begitu bukannya untung, mereka akan merugi akibat tidak produktifnya
perusahaan mereka. Sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan multinasional yang
masuk ke indonesia merupakan footloose industry.

2. Uraikan pula indikasi-indikasi yang menunjukkan bahwa perusahaan multinasional


menuntut “kebebasan” dalam arti penghapusan sejumlah restriksi jika tetap ingin
investor bertahan di Indonesia.
JAWAB:
Restriksi adalah pembatasan dalam lapangan produksi ( impor, pemberian kredit, dll)
Berikut kutipan yang menunjukan bahwa perusahaan multinasional menuntut kebebasan
dalam sejumlah restriksi jika tetap ingin investor bertahan di indonesia
”Lebih gawat lagi, di tengah iklim investasi yang tidak kondusif, jumlah mereka yang
korupsi semakin banyak, dan berbagai jenis pungutan yang tidak jelas semakin marak.
Hal itu menyebabkan beban biaya produksi pengusaha semakin tinggi, sehingga kegiatan
operasional di Indonesia semakin tidak menguntungkan.”
“Biaya-biaya ekstra tersebut jelas sangat merugikan pengusaha asing yang ada di
Indonesia, sehingga harga akhir suatu produk menjadi tidak lagi kompetitif untuk bisa
bersaing di pasar bebas (global). Secara keseluruhan akan menekan kinerja usaha yang
seharusnya bias menguntungkan malah menjadi dirugikan” papar seorang manajer di
Marubeni Coirporation yang menekankan soal m oral hazard di Indonesia yang cukup
tinggi saat ini.

3. Dalam kerangka otonomi daerah, apa hambatan yang seharusnya dihapuskan jika daerah
akan memperoleh keuntungan jangka panjang dari investasi.
JAWAB:
Hambatan yang harus di hapuskan untuk memperoleh keuntungan jangka panjang yaitu
dengan menuntaskan masalah korupsi dan membenahi tiadanya pungutan liar yang
berdampak buruk pada biaya produksi selain itu berikan pelayanan yang manis seperti
Produsen Jepang selalu melihat konsumen sebagai raja. rasa manis bentuk pelayanan itu
sangat konkrit, yaitu mereka bisa menghasilkan keuntungan yang besar, layaknya
seorang pengusaha dari negara manapun.

4. Birokrat-birokrat BKPM tampaknya hanya berfikir jangka pendek dan masih memendam
persoalan laten korupsi dan inefisiensi birokrasi, sehingga terdapat sindiran bahwa
“orang Indonesia pandai berdiskusi, rapat dll…” tetapi tidak memecahkan inti
permasalahan yang dihadapi. Jelaskan !
JAWAB:
Permasalahan korupsi dalam birokrasi bisa disebabkan oleh relasi antar berbagai sistem
yang terkait, misalnya kooptasi dan intervensi politik. Dalam banyak kasus korupsi
birokrasi di daerah, tekanan politik menjadi salah satu sumber penyebab. Hal ini bermula
dari proses pengisian jabatan yang sangat tertutup dan berbasis hubungan afiliasi. Faktor
eksternal lain adalah budaya masyarakat yang sangat permisif dan menjadikan suap
/gratifikasi dalam proses pemerintahan dan pelayanan publik sebagai hal yang biasa.
Artinya, terjadi penawaran dan permintaan antara birokrasi dan masyarakat untuk sebuah
pelayanan. Kesadaran masyarakat untuk mengawasi perilaku birokrasi juga cenderung
apatis, meskipun secara kasat mata mereka menyadari akan perilaku korupsi birokrat.
Banyak orang Indonesia yang ketika timbul masalah tidak segera cepat diatasi dan tidak
dianggap serius. Sehingga semua bisa hancur dan gagal jika tidak langsung diatasi dan
ditanggapi.

Bacaan 3
RINGKASAN
Social Clause “Restriksi Tersembunyi Negara Maju”?
Gerakan untuk menerapkan pengakuan standar buruh internasional terhadap
persetujuan perdagagan interasional, dirasakan semakin mengedepan sejak
diintroduksikannya gagasan “social clause” oleh organisasi buruh internasional (ILO). Ide
tersebut ditolak oleh negara-negara berkembang dengan mangatakan bahwa “SC” sebenarnya
hanya alat proteksi tersembunyi negara maju, yang khawatir terhadap pesatnya pertumbuhan
ekonomi negara berkembang pada dekade terakhir, dimana kondisi ini dapat mengancam
hegemoni mereka di masa datang. Selain itu mereka juga ingin sekaligus menghempang
relokasi industri yang dilakukan oleh negara maju di negara berkembang, karena alasan lebih
efisien. Indonesia sendiri dan negara anggota ASEAN lainnya, sejak awal sudah menolak
gagasan ini diterapkan sebagai keputusan resmi.
Standar Buruh International. Dasar yang digunakan dalam ketentuan SC adalah
konvensi ILO yang berkaitan dengan hak-hak dasar kemanusiaan. Dari 174 konvensi ILO
yang sampai saat ini telah dibuat. ada tujuh konvensi yang diajukan dalam SC. Konvensi itu
adalah Konvensi nomor 29 tentang larangan kerja paksa, konvensi nomor 87 tentang
kebebasan berserikat dan jaminan melakukan peng-organisasian, konvensi nomor 98 tentang
kebebasan hakl untuk berorganisasi dan hak untuk berunding, konvesi nomor 100 tentang
pengupahan yang adil, konvensi nomor 105 tentang peghapusan kerja paksa, konvensi nomor
111 tentang larangan diskriminasi kerja, konvensi nomor 138 tentang batas usia kerja
minimum.
Sekalipun pengertian dan penerapan SC masih belum dibakukan dan sering
ditafsirkan secara berlebihan, ternyata tridak mengurangi gencarnya reaksi yang diajukan
negara berkembang terhadap negara maju. Ada kecurigaan terhadap independensi ILO saat
ini yang diduga telah diperalat oleh beberapa negara maju dengan saling berkonspirasi untuk
tujuan mempertahankan keunggulan ekonomi mereka. Sebab sesuai dengan hasil analisis
negara berkembang, bila SC diterapkan menjadi sebuah ketentuan universal, hal itu akan
merugikan negara berkembang yang selama ini masih mengandalkan keunggulan komparatif
melalui upah buruh murah, pembatasan kebebasan berserikat bagi buruh dan lainnya.
Sementara di negara maju kondisi semacam itu relatif sudah tidak ada lagi. Dari konvensi
dasar itu, negara kita baru meratifikasi tiga (konvensi nomor 29, 98 dan 100).
Social clause memang membuka banyak perspektif dan berbagai kemungkinan
penataan dunia kearah yang lebih baik. Sekarang tergantung kepada perumusan sanksinya.
Sebaiknya sanksi yang diajukan tidak malah memperbesar kesenjangan ekonomi Utara-
Selatan. namun bisa mendorong kearah penataan dunia yang lebih baik. Seperti yang
diusulkan banyak pihak, SC hendaknya memiliki banyak tahapan tindakan secara
proporsional dan tidak semata-mata mencari kesalahan. Akan tetapi juga bisa membantu
negara yang tidak mampu terhindar dari sanksi yang semakin mengancam masa depan
penduduk di negara tersebut.
Bagi Indonesia sendiri, adalah baik mengambil bagian secara proaktif dalam usaha
merumuskannya. Sikap buru-buru menolak tanpa memberikan solusi konkret dalam hal
perbaikan nasib buruh, bisa terkesan reaktif dan tentui saja tidak bijak. (Rekson Silaban.
Pengamat dan Aktivis Perburuhan)

PERTANYAAN DAN JAWABAN


1. Hubungan industrial di Indonesia di Negara Indonesia masih mengutungkan pengusaha,
yang menerapkan strategi investasi pro investor, karena itu posisi buruh secara sistem
tidak lebih baik daripada input produksi lainnya, jelaskan !
JAWAB:
Hubungan industrial negara Indonesia masih tergolong negara berkembang, dengan
perekonomian yang masih rentan di dalam permasalahan ketenagakerjaan menyebabkan
pertumbuhan ekonomi yang masih relatif rendah. Karena itu Indonesia masih sangat
memerlukan investasi besar dari luar negeri untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Untuk itu, banyak pengusaha yang menerapkan investasi pro investor karena
membutuhkan peran dari investor untuk keberlangsungan usahanya, hal ini tentu
membuat posisi buruh tertinggal jauh. Indonesia sebagai negara yang belum bisa
berkompetisi melalui teknologi masih mengandalkan keunggulan atas upah buruh yang
sangat rendah, kondisi kerja yang buruk, serta pembatasan aktivitas serikat buruh. Buruh
diposisikan tidak lebih baik daripada input produksi lainnya disebabkan kondisi
Indonesia.

2. Apa makna “restriksi tersebunyi” terkait dengan persaingan perdagangan global ?


mengapa penulis berpendapat demikian, jelaskan !
JAWAB:
Retriksi sendiri memiliki arti pembatasan dalam lapangan produksi, retriksi tersembunyi
ini memiliki makna pembatasan dalam lapangan produksi yang dilakukan secara
tersembunyi melalui suatu keputusan yang tampak menguntungkan bagi suatu negara
dalam perdagangan global ini.
Penulis menyampaikan ini untuk memberi gambaran yang tentang apa yang akan terjadi.
Keuntungan dan dampaknya terhadap negara Indonesia jika ide SC ini benar disahkan
dan diterapkan. Kemungkinan yang tidak terduga dibalik keputusan yang diajukan
dimana terdapat pihak pihak yang bermain peran didalam tindakan tersebut dengan
tujuan mendapatkan keuntungan dan mempertahankan keunggulan ekonomi mereka.
“Ada kecurigaan terhadap independensi ILO saat ini yang diduga telah diperalat oleh
beberapa negara maju dengan saling berkonspirasi untuk tujuan mempertahankan
keunggulan ekonomi mereka. Sebab sesuai dengan hasil analisis negara berkembang,
bila SC diterapkan menjadi sebuah ketentuan universal, hal itu akan merugikan negara
berkembang yang selama ini masih mengandalkan keunggulan komparatif melalui upah
buruh murah, pembatasan kebebasan berserikat bagi buruh dan lainnya. Sementara di
negara maju kondisi semacam itu relatif sudah tidak ada lagi.”
“Ide tersebut ditolak oleh negara-negara berkembang dengan mangatakan bahwa
“SC” sebenarnya hanya alat proteksi tersembunyi (disguised protectionism ) negara
maju, yang khawatir terhadap pesatnya pertumbuhan ekonomi negara berkembang pada
dekade terakhir, dimana kondisi ini dapat mengancam hegemoni mereka di masa datang.
Selain itu mereka juga ingin sekaligus menghempang relokasi industri ( capital fligh ),
yang dilakukan oleh negara maju di negara berkembang, karena alasan lebih efisien.
Negara”

3. Sejauhmana pengaruhnya terhadap kesejahteraan buruh, dan demokrasi industrial, bila


Negara Indoesia meratifikasi konvensi ILO? Kaitkan dengan fakta perburuhan yang
disuarakan serikat buruh maupun buruh setiap peringatan hari buruh (1 Mei : May Day) !
JAWAB:
Pengaruh apabila Indonesia meratifikasi konvensi ILO yaitu dapat menghapuskan
kompetisi perdagangan yang di dasarkan atas pengeksploitasian buruh dan kerusakan
lingkungan hidup. (paragraph 1). Gagasan SC sebenarnya kelanjutan dari deklarasi awal
ILO yang menyatakan bahwa buruh bukanlah barang komoditi dan kebebasan
berpendapat merupakan esensi bagi pembangunan berkelanjutan. Aspek ini pula yang
menyebabkan kaum demokrakitis mendapat angin segar, karena semakin memiliki ruang
besar dalam mengkampanyekan tuntutan demorasi. Tidak ada lagi tenpat sebuah negara
yang masih membayar upah buruh yang sangat rendah, kondisi kerja yang buruh apalagi
melakukan pembatasan aktivitas serikat buruh apabila kampanye HAM sering terbentur
oleh pertimbangan posisi ekonomi dan politik suatu negara. Pada titik ini pula nanti akan
muncul lagi persinggungan antara pemerintah disatu sisi dan aktivis HAM di posisi
lainnya, karena semakin banyak forum yang dilakukan dalam rangka memonitor
pelanggaran SC. ( Paragraf 9 ) Contoh fakta perburuhan yang disuarakan yaitu pada
tahun 2019 Serikat Buruh Desak Pemerintah Ratifikasi Konvensi ILO 190. Penting bagi
pemerintah dan DPR untuk segera meratifikasi konvensi ini dan membuat kebijakan
nasional untuk menghentikan pelecehan dan kekerasan yang sering terjadi di dunia kerja.

4. Negara yang tidak meratifikasi konvensi ILO memperoleh sanksi sosial, namun
dipandang tidak efektif membuat jera negara yang melanggar hak-hak buruh, jelaskan !
JAWAB:
Dikarenakan ILO adalah sebuah lembaga tinggi yang tidak memiliki wewenang
menjatuhkan sanksi apapun terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh masing - masing
negara dan juga keputusan-keputusan maupun persidangan ILO yang diselenggarakan
selama ini, kurang memiliki kekuatan desakan (pressure) kuat. Kalaupun ada sanksi
hanyalah berupa sanksi sosial, yang dianggap tidak terlalu memberatkan dan didapat saat
negara yang melanggar konvensi diminta pertanggungjawabannya dihadapan sidang
ILO. Jadi hanya semacam pertaruhan kredibilitas negara dimata bangsa lain. Terbukti
banyak negara yang kurang mengindahkan hasil-hasil ILO itu. Bahkan banyak negara
yang dari tahun ke tahun tidak mau memperbaiki kondisi buruh di negaranya. Oleh
karena itu sanksi tersebut dianggap tidak efektif karena tidak membuat jera negara
negara yang melanggar hak hak buruh.
KESIMPULAN

Bacaan 1
Kehadiran investor di Indonesia memberikan dampak positif dan negatif bagi tenaga
kerja di Indonesia. Salah satunya Memberikan loker bagi pengangguran. Dampak tersebut
dimanfaatkan oleh perusahaan dengan mengeksploitasi tenaga kerja. Tenaga kerja
dipekerjakan tidak sebanding dengan upah yang diberikan. Hal tersebut membuat pemerintah
dilema.

Bacaan 2
Tidak perlu dicari kambing hitam siapa yang salah. Terpenting bagi Indonesia adalah
memberikan pelayanan yang lebih baik lagi bagi pengusaha Jepang yang telah ada di
Indonesia, agar jangan kabur. Kepuasan mereka akan menjalar cepat ke pengusaha Jepang
lainnya di Jepang. Namun ketidakpuasan mereka akan menjalar setidaknya dua kali lebih
cepat daripada soal kepuasan mereka. Apalagi kalau sudah sampai ke media massa, ini akan
lebih parah lagi. Jawaban dari semua itu adalah pindah ke negara lain dengan menggunakan
bahasa halus, restrukturisasi industri. Ujung dari semua beban itu adalah kembali ke pundak
buruh, yang kini menjadi pengangguran.

Bacaan 3
Ide dasar Social clause (SC) atau ketentuan sosial ini, didasarkan atas keinginan
bagaimana mengaitkan standar buruh internasional sesuai konvensi ILO, terhadap setiap
persetujuan perdagangan multilateral melalui badan WTO, sehingga bisa menghapuskan
kompetisi perdagangan yang didasarkan atas pengeksploitasian buruh dan kerusakan
lingkungan hidup. kecurigaan terhadap independensi ILO yang diduga telah diperalat oleh
beberapa negara maju dengan saling berkonspirasi untuk tujuan mempertahankan keunggulan
ekonomi mereka. Sebab sesuai dengan hasil analisis negara berkembang, bila SC diterapkan
menjadi sebuah ketentuan universal, hal itu akan merugikan negara berkembang yang selama
ini masih mengandalkan keunggulan komparatif melalui upah buruh murah, pembatasan
kebebasan berserikat bagi buruh dan lainnya. SC hendaknya memiliki banyak tahapan
tindakan secara proporsional dan tidak semata-mata mencari kesalahan. Akan tetapi juga bisa
membantu negara yang tidak mampu terhindar dari sanksi yang semakin mengancam masa
depan penduduk di negara tersebut.
Maka tentu saja SC menjadi suatu kabar buruk bagi negara berkembang. Ada
keraguan bahwa dengan industri dan tehnologi yang telah mereka miliki saat ini tidak akan
bisa diandalkan untuk bersaing dengan tehnologi industri canggih negara maju.

Anda mungkin juga menyukai