Anda di halaman 1dari 62

Akuntansi Manajemen

Bab. I
Definisi Akuntansi Manajemen

Akuntansi manajemen merupakan proses identifikasi, pengukuran,


pengumpulan, analisis, pencatatan, interpretasi dan pelaporan berbagai kejadian
ekonomi dalam kegiatan usaha yang digunakan oleh manajemen dalam menjalankan
fungsi manajemen (perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan)

INPUT OUTPUT
PROSES

Laporan Khusus
Fakta ekonomi Proses Identifikasi, Laporan biaya
Penjualan Pengumpulan, produk
Pembelian Pengukuran, analisis dan biaya konsumen,
Penerimaan dan dan pelaporan Budget, laporan
pengeluaran kas prestasi, laporan
pribadi

Fungsi Informasi Akuntansi Manajemen

Perhitungan harga pokok Mengukur biaya sumber daya yang dipakai untuk
produk dan biaya periode memproduksi produk dan memasarkannya
kepada konsumen.
Pengendalian operasional Memberikan umpan-balik informasi mengenai
tingkat efisiensi dan kualitas pekerjaan yang
dilakukan karyawan.
Pengendalian manajemen Menyediakan informasi tentang prestasi
manajer dan unit-unit pelaksana dalam
organisasi. budget merupakan unsur penting
dalam pengendalian ini.
Pengendalian strategis Menyediakan informasi tentang prestasi
bersaing jangka panjang dan keuangan
perusahaan, kondisi pasar dan inovasi teknologi
untuk mengantisipasi perubahan di masa depan.

Perencanaan
Perencanaan menyangkut tentang 2 hal :
 Penetapat tujuan organisasi bersifat profit motive oriented atau social
motive oriented

Shinta Wulansari 1
Akuntansi Manajemen

 Setelah tujuan ditetapkan  manajemen menetapkan cara-cara untuk mencapai


tujuan tersebut dengan menyusun rencana strategis, mengeluarkan serangkaian
kebijaksanaan dan menyusun program-program

Pengendalian
Pengendalian menyangkut tiga hal :
• Pelaksanaan di lapangan atas rencana yang telah ditetapkan
• Mendapatkan umpan balik mengenai seberapa jauh pelaksanaan tersebut sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan
• Jika terjadi penyimpangan maka harus segera ditentukan langkah-langkah
tindakan koreksi

1.1. Hubungan Fungsi Manajemen dan Akuntansi

FUNGSI
AKUNTANSI
MANAJEMEN

BUDGET
PERENCANA

BUKTI
TRANSAKSI

PELAKSANA
BUKU BESAR/
HARIAN

PENGENDALIAN LAPORAN
PENILAIAN

Shinta Wulansari 2
Akuntansi Manajemen

AKUNTANSI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI KEUANGAN

Akuntansi Keuangan Akuntansi Manajemen

1. Pemain Utama Para manajer puncak dan Para manajer dari


pihak luar perusahaan berbagai jenjang
organisasi

2 . Lingkup Informasi Perusahaan secara Bagian dari perusahaan


keseluruhan

3. Fokus Informasi Berorientasi pada masa Berorientasi pada masa


yang lalu yang akan datang
4. Rentang Waktu Kurang fleksibel. Fleksibel, bervariasi dari
Biasanya mencakup harian, mingguan,
jangka waktu kuartalan, bulanan bahkan dapat
tengah tahunan, tahunan. mencakup periode 10
tahun.

5. Kriteria bagi Informasi Dibatasi oleh prinsip Tidak ada batasan,


Akuntansi akuntansi yang lazim kecuali manfaat yang
dapat diperoleh oleh
manajemen dari
informasi dibandingkan
dengan pengorbanan
untuk memperoleh
informasi tersebut.
6. Disiplin Sumber Ilmu ekonomi Ilmu ekonomi dan
psikologi sosial

7. Isi Laporan Laporan berupa ringkasan Laporan bersifat rinci


mengenai perusahaan mengenai bagian dari
sebagai keseluruhan perusahaan
8. Sifat Informasi Ketepatan informasi Unsur taksiran dalam
merupakan hal yang informasi adalah besar.
penting

Shinta Wulansari 3
Akuntansi Manajemen

1.2. Peranan Akuntansi Biaya

AKUNTANSI AKUNTANSI
KEUANGAN MANAJEMEN

AKUNTANSI
PERSEDIAAN PERENCANAAN PENGENDALIAN
DALAM LK

AKUNTANSI
BIAYA

AKUNTANSI BIAYA MERUPAKAN BAGIAN DARI AKUNTANSI


KEUANGAN DAN AKUNTANSI MANAJEMEN

 Akuntansi biaya adalah proses


 pencatatan,
 penggolongan,
 peringkasan dan penyajian
biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu,
serta penafsiran terhadapnya. Obyek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya.

Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian, serta penafsiran


informasi biaya adalah tergantung untuk siapa proses tersebut ditujukan. Proses
akuntansi biaya dapat ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai luar
perusahaan.

Dalam hal ini proses akuntansi biaya harus memperhatikan karakteristik akuntansi
keuangan. Dengan demikian akuntansi biaya dapat merupakan bagian dari akuntansi
keuangan.

 Proses akuntansi biaya dapat ditujukan pula untuk memenuhi kebutuhan pemakai
dalam perusahaan. Dalam hal ini akuntansi biaya harus memperhatikan
karakteristik akuntansi manajemen. Dengan demikian akuntansi biaya merupakan
bagian dari akuntansi manajemen.

 Akuntansi biaya mempunyai tiga pokok penentuan harga pokok produk,


pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan khusus.

Shinta Wulansari 4
Akuntansi Manajemen

 Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produk, akuntansi biaya


mencatat, menggolongkan, dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk atau
penyerahan jasa. Biaya yang dikumpulkan dan disajikan adalah biaya yang telah
terjadi di masa yang lalu atau biaya historis. Umumnya akuntansi biaya untuk
penentuan harga pokok produk ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pihak
luar perusahaan.

Peranan Akuntansi Biaya bagi Pihak Manajemen


1. Membuat & melaksanakan rencana dan anggaran untuk operasi dalam kondisi
kompetitif & ekonomi yang telah diprediksikan sebelumnya
2. Menetapkan metode perhitungan biaya yang memungkinkan pengendalian
aktivitas, mengurangi biaya & memperbaiki kualitas
3. Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan & menentukan biaya dari setiap
produk dan jasa yang dihasilkan untuk tujuan penetapan harga dan evaluasi kerja
dari suatu produk, departemen atau devisi
4. Menentukan biaya dan laba perusahaan untuk satu tahun periode akuntansi
5. Memilih di antara dua atau lebih alternatif jangka pendek atau jangka panjang
yang dapat mengubah pendapatan atau biaya

1.3. Konsep Biaya


Pada awalnya akuntan mendefinisikan biaya adalah sebagai nilai tukar, pengeluaran,
pengorbanan untuk memperoleh manfaat.
Kemudian biaya (cost) digunakan sebagai sinonim dari beban (expense)
Kenyataannya beban didefinisikan sebagai aliran keluar terukur dari barang atau
jasa yang kemudian dibandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba
Sedangkan biaya :
 Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
 Diukur dalam satuan uang
 Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi
 Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu

Shinta Wulansari 5
Akuntansi Manajemen

Gambar Aliran Biaya Perusahaan Manufaktur

KAS ASET
YANG DAPAT BIAYA BAHAN PERSEDIA-
Disimpan
DISUSUTKAN BAKU YANG AN BAHAN
Dibayarkan dalam bentuk
UTANG USAHA DIBELI BAKU
AKTUAL untuk

Diminta untuk
Dibayarkan untuk
dialokasikan untuk
BARANG DLM PROSES
Bahan Baku Langsung
Tenaga Kerja Langsung
BIAYA MANUFAKTUR LAIN-LAIN:
Tenaga Kerja Langsung
Overhead Pabrik :
Tenaga Kerja Tidak Langsung BIAYA BARANG YANG
Bahan Baku Tidak Langsung TELAH SELESAI
Pemanasan
Listrik
Tenaga Dipindahkan ke
Asuransi
Penyusutan

PERSEDIAAN HARGA POKOK


BARANG PENJUALAN
JADI

1.4. Klasifikasi Biaya

Klasifikasi biaya paling umum dihubungkan dengan berikut dibawah ini :


1. Produk ( satu lot, batch, atau unit) dari suatu barang atau jasa
Dalam lingkungan manufaktur (pada perusahaan industri) total biaya operasi
terdiri atas dua elemen : biaya manufaktur (biaya produksi) dan biaya
komersial
Biaya manufaktur merupakan biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi yang siap untuk dijual dan biasanya didefinisikan sebgai
jumlah dari 3 elemen biaya : bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan
overhead pabrik.

BAHAN BAKU LANGSUNG BIAYA UTAMA (PRIME COST)


TENAGA KERJA LANGSUNG
OVERHEAD PABRIK BIAYA KONVERSI

Shinta Wulansari 6
Akuntansi Manajemen

KLASIFIKASI BIAYA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PRODUK

Bahan baku langsung + Tenaga kerja langsung = Biaya utama


+
Bahan baku tdk lngsng + Tenaga kerja tdk lngsng + biaya tdk lngsung lainnya = Overhead Pabrik
Termasuk : Termasuk : Termasuk :
Perlengkapan pabrik Supervisi Sewa
Pelumas Pengawas Asuransi-kebakaran &
Kewajiban
Inspeksi Pajak bumi & bangsunan
Gaji pegawai pabrik Beban penyusutan
Pekerjaan detektif Pemeliharaan & Perbaikan =
Pekerjaan eksperimental Generator
Listrik
Pemanas
Pajak penghasilan karyawan
Alat-alat kecil Biaya manufaktur
Overhead pabrik lain-lain
+

Beban pemasaran + Beban administratif = Beban komersial


Termasuk : Termasuk :
Gaji tenaga penjualan Gaji bag. Adm & kantor
Komisi t. penjualan Pjk pnghsln pemberi kerja
Pjk pnghslan pemberi kerja Sewa
Periklanan Beban penyusutan
Sampul Pajak properti
Beban perjalanan Beban audit =
Sewa Beban bagian hukum
Hiburan Biaya piutang tak tertagih
Beban penyusutan Telepon dan telegrap
Pajak properti Alat tulisan dan cetakan
Telepon dan telegrap Pos
Alat tulis dan cetakan Biaya administratif lain2
Pos
Beban pengiriman keluar Total biaya operasi

Contoh :
 Biaya manufaktur untuk setiap sepeda yang diproduksi Superbike & co
mengeluarkan biaya bahan baku langsung sebesar Rp 600.000,-; tenaga kerja
langsung Rp 300.000,- dan overhead variabel Rp 100.000,-. Biaya overhead
tetap Superbike adalah Rp 1.000.000,- per bulan , jika akan memproduksi 10
unit:
 Biaya utama adalah Rp 900.000,- per unit
 Biaya konversi variabel adalah Rp 400.000,- per unit
 Biaya manufaktur Rp 11.000.000,-

2. Biaya hubungannya dengan volume produksi


Beberapa jenis biaya berubah secara proporsional terhadap perubahan dalam
volume produksi, sementara yang lainnya relatif konstan.
Biaya dalam hal ini dibagi menjadi :
 Biaya variabel : biaya berubah secara proporsional terhadap perubahan
aktivitas dalam periode waktu.

Shinta Wulansari 7
Akuntansi Manajemen

Biaya variabel komponennya :


1. biaya bahan baku
2. biaya tenaga kerja langsung
3. biaya overhead variabel : perlengkapan, bahan bakar, kerusakan mesin,
biaya komunikasi, upah lembur, biaya penanganan bahan baku dll.
 Biaya tetap : bersifat konstan secara total dalam periode waktu
Biaya tetap komponennya : gaji eksekutif produksi, depresiasi, pajak
properti, asuransi properti, sewa, pemeliharaan gedung/bangunan untuk
produksi.
 Biaya semivariabel: jenis biaya yang memiliki unsur biaya tetap dan biaya
variabel.
Komponennya : jasa departemen biaya, jasa kantor pabrik, jasa bahan baku &
persediaan, air & limbah, pajak penghasilan, listrik dll

3. Biaya dalam hubungannya dengan Departemen Produksi atau Segmen lain


Suatu usaha dapat dibagi menjadi segmen-segmen yang memiliki berbagai
nama departemen, misalnya Departemen Produksi dan Departemen Jasa.
Pembagian pabrik menjadi departemen, proses-proses, unit kerja ataupun
kelompok biaya juga berfungsi sebagai dasar untuk mengklasifikasikan dan
mengakumulasikan biaya dan pembebanan tanggungjawab untuk pengendalian
biaya.
Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan
menjadi 2 golongan :
1. Biaya langsung (direct cost) : biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya
adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai, yang utama adalah Biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung.
2. Biaya tidak langsung (indirect cost) :biaya yang terjadinya tidak hanya
disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Hubungannya dengan produks disebut
dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik.

4. Biaya dalam hubunganya dengan Periode Akuntansi


Biaya yang dapat diklasifikasikan sebagai pengeluaran modal (capital
expenditure) atau sebagai pengeluaran Pendapatan (revenue expenditure)
Pengeluaran modal : biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode
akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah 1 tahun kalender). Contoh
pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap[, pengeluaran untuk riset
pengembangan produk.
Pengeluaran pendapatan : biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode
akuntansi terjadinya pengeluaran. Contoh biaya iklan, telex dan biaya tenaga
kerja.

5. Penggolongan Biaya menurut obyek Pengeluaran


Dalam cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya. Misalnya obyek pengeluaran adalah pajak, maka semua
pengeluaran biaya yang berhubungan dengan pajak termasuk dalam biaya pajak.

Shinta Wulansari 8
Akuntansi Manajemen

Metode penentuan HP. Produksi dg Full Costing dan Variable Costing

Full Costing Variable costing


Biaya Produksi Biaya bahan baku Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja langsung Biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik langsung
langsung Biaya overhead pabrik
Biaya overhead tetap variabel
Biaya Periode Biaya penjualan Biaya overhead tetap
Biaya administrasi dan umum Biaya penjualan
Biaya administrasi dan
umum

Soal Praktikum
1. Pandawa Company memproduksi komputer mainframe. Biaya utama untuk

memproduksi satu komputer adalah Rp 3.000.000,- dan biaya konversinya Rp

4.000.000,-, tetapi total biaya manufaktur hanya Rp 6.000.000,-. Diminta :

tentukan biaya tenaga kerja langsung per komputer.

2. Bosch Inc. memproduksi mesin pembuat roti. Total biaya manufaktur dari satu

mesin adalah Rp 4.000.000,-, di mana Rp 3.000.000,- adalah biaya konversi.

Biaya tenaga kerja langsung separuh dari biaya bahan baku langsung. Diminta :

tentukan biaya overhead per mesin.

3. Angel Group beroperasi pada tingkat produksi dan penjualan 10.000 unit,

estimasi biaya per unit adalah sbb :

Keterangan Biaya Estimasi Biaya Per Unit (dlm 000)

Kayu Rp 15.000.,-
Tenaga Kerja Langsung Rp 3.000.,-
Overhead Pabrik Variabel Rp 5.000.,-
Overhead Pabrik Tetap Rp 4.000.,-
Pemasaran Variabel Rp 1.000.,-
Pemasaran Tetap Rp 3.500.,-
Administrasi dan umum Rp 7.500.,-

Diminta :
a. Hitung estimasi biaya konversi per unit.

b. Hitung estimasi biaya utama per unit

c. Hitung estimasi biaya manufaktur variabel per unit

Shinta Wulansari 9
Akuntansi Manajemen

d. Hitung estimasi total biaya variabel per unit

e. Hitung total biaya yang akan dikeluarkan selama satu bulan dengan tingkat

produksi sebesar 5000 unit

4. PT Sinar Surya mempunyai data transaksi operasional bulan Agustus sebagai

berikut :

 Pendapatan penjualan 700.000

 Persediaan barang jadi (31 Juli) 30.000

 Persediaan barang jadi (31 Agustus) 20.000

 Persediaan dalam proses (31 Juli) 15.000

 Persediaan dalam proses (31 Agustus) 20.000

 Bahan baku terpakai 60.000

 Tenaga Kerja Langsung 60.000

 Overhead pabrik variabel 50.000

 Overhead pabrik tetap 25.000

 Biaya pemasaran variabel 100.000

 Biaya pemasaran tetap 75.000

 Biaya administrasi & umum 70.000

 Pendapatan di luar usaha 5.000

Diminta buatlah L/R pendekatan Full costing & variabel costing

Shinta Wulansari 10
Akuntansi Manajemen

Bab. II
Harga Pokok Pesanan

Metode Pengumpulan HP. Produksi


 Metode pengumpulan HP. Produk  ditentukan oleh cara berproduksi
1. perusahaan berproduksi secara pesanan  job order cost method
2. perusahaan berproduksi secara massa  process cost method
 Perbedaan Metode Pesanan dan Proses

HP. Pesanan HP. Proses


Cara Berproduksi Berdsrkan Pesanan Massa dan kontinyu
Sifat Produk Relatif heterogen homogen
Tujuan produksi Memenuhi pesanan Mengisi persediaan
Perhitungan HP. Per pesanan Per periode
Biaya/ unit Total biaya / order Total biaya / periode
Juml order Total prod./periode

Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan


Karakteristik Usaha :
 Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus.
 Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan.
 Produk ditujukan unt. Memenuhi pesanan bukan untuk memenuhi persediaan di
gudang.

Karakteristik metode harga pokok pesanan :


 Setiap jenis produk pesanan hp produksinya dihitung secara individual.
 Biaya produksinya digolongkan pada 2 kelompok yaitu biaya produksi langsung
dan tidak langsung.
 Biaya produksi langsung : biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung, sedangkan
tidak langsung disebut dengan BOP.
 Biaya produksi langsung  dihitung berdasarkan biaya sesungguhnya; sedangkan
biaya produksi tak langsung  dihitung berdasarkan tarif yang ditentukan
dimuka.
 HPP perunit dihitung pada saat pesanan selesai  membagi jumlah biaya
produksi yg dikeluarkan dengan jumlah unit produksi.

Manfaat informasi harga pokok per pesanan


 Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan
 Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan
 Memantau realisasi biaya produksi
 Menghitung laba dan rugi tiap pesanan
 Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses
yang disajikan dalam neraca

Contoh kasus :

Shinta Wulansari 11
Akuntansi Manajemen

PT Eliola berusaha dalam bidang percetakan dengan proses produksi berdasarkan


pesanan yg masuk. Dalam bulan November 200X, mendapat pesanan untuk mencetak
undangan sebanyak 1.500 lembar seharga Rp 3.000 per lembar. Dalam bulan yang
sama perusahaan juga mendapat pesanan untuk mencetak pamflet iklan sebanyak
20.000 lembar seharga Rp 1.000 per lembar. Pesanan undangan diberi nomor 101 dan
pamflet iklan bernomor 102.

1. Pembelian bahan baku dan bahan penolong, tertanggal 3 November 20XX sebagai
berikut :
Bahan Baku :
Kertas jenis X 85 ream @ Rp 10.000 Rp 850.000
Kertas jenis Y 10 roll @ Rp 350.000 3.500.000
Tinta jenis A 5 kg @ Rp 100.000 500.000
Tinta jenis B 25 kg @ Rp 25.000 625.000
Jumlah bahan baku yang dibeli Rp 5.475.000
Bahan Penolong :
Bahan penolong P 17 kg @ Rp 10.000 Rp 170.000
Bahan penolong Q 60 liter @ Rp 5.000 300.000
Jumlah bahan penolong yang dibeli 60 liter @ Rp 5.000 470.000
Rp 5.945.000

Jurnal pembelian bahan baku dan bahan penolong adalah :


Jurnal # 1
Persediaan bahan baku Rp 5.475.000
Utang Dagang Rp 5.475.000

Jurnal # 2
Persediaan Bahan Penolong Rp 470.000
Utang Dagang Rp 470.000

2. Pemakaian bahan baku dan bahan penolong dalam produksi


Bahan Baku untuk Pesanan # 101 :
Kertas jenis X 85 ream @ Rp 10.000 Rp 850.000
Tinta jenis A 5 kg @ Rp 100.000 500.000
Rp 1.350.000

Jumlah bahan baku untuk pesanan # 101

Bahan Baku untuk Pesanan # 102:


Kertas jenis Y 10 roll @ Rp 350.000 Rp 3.500.000
Tinta jenis B 25 kg @ Rp 25.000 625.000
Jumlah bahan baku untuk pesanan # 102 Rp 4.125.000
Jumlah bahan baku yang dipakai Rp 5.475.000

Pada saat memproses dua pesanan tersebut perusahaan menggunakan bahan


penolong sebagai berikut :
Bahan penolong P 10 kg @ Rp 10.000 100.000
Bahan penolong Q 40 liter @ Rp 5.000 200.000
Jumlah bahan penolong yang dipakai dalam produksi 300.000

Shinta Wulansari 12
Akuntansi Manajemen

Jurnal #3
Bahan dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp 5.475.000
Persediaan Bahan Baku Rp 5.475.000

Karena dalam metode harga pokok pesanan harus dipisahkan antara biaya
langsung dari biaya produksi tidak langsung, maka bahan penolong yang
merupakan unsur biaya tidak langsung dicatat pemakainya dengan mendebit
rekening kontrol Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Rekening Barang dalam
Proses hanya didebit untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik
berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.

Jurnal #4
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 300.000
Persediaan Bahan Penolong Rp 300.000

3. Pencatatan biaya tenaga kerja, dengan permisalan sebagai berikut :


Upah langsung untuk pesanan # 101 225 jam @ Rp 4.000 Rp 900.000
Upoh langsung untuk pesanan # 102 1.250 jam @ 4.000 5.000.000
Upah tidak langsung 3.000.000
Jumlah upah Rp 8.900.000

Gaji karyawan administrasi dan umum Rp 4.000.000


Gaji karyawan Bagian Pemasaran 7.500.000
Jumlah gaji Rp 11.500.000
Jumlah biaya tenaga kerja Rp 20.400.000

Pencatatan biaya tenaga kerja dilakukan melalui 3 tahap.


a. Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan.
Jurnal # 5
Gaji dan upah Rp 20.400.000
Utang Gaji dan Upah Rp 20.400.000
b. Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja
Jurnal #6
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 5.900.000
Biaya overhead pabrik sesungguhnya 3.000.000
Biaya administrasi dan umum 4.000.000
Biaya pemasaran 7.500.000
Gaji dan upah Rp 20.400.000
c. Pencatatan pembayaran gaji dan upah
Jurnal #7
Utang Gaji dan Upah Rp 20.400.000
Kas Rp 20.400.000

4. Pencatatan biaya overhead pabrik, Pencatatan biaya overhead dibagi menjadi


dua : pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk
berdasarkan tarif yang di tentukan di muka dan pencatatan biaya overhead
pabrik yang sesungguhnya terjadi. Misalnya biaya overhead pabrik dibebankan

Shinta Wulansari 13
Akuntansi Manajemen

kepada produk atas dasar tarif sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsung,
dengan demikian maka :
Pesanan # 101 150% X Rp 900.000 Rp 1.350.000
Pesanan # 102 150% X Rp 5.000.000 7.500.000
Rp 8.850.000
Jurnal #8
Barang dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp 8.850.000
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp 8.850.000

5. Pencatatan harga pokok produk jadi. Pesanan yang telah selesai diproduksi
ditransfer ke Bagian Gudang oleh Bagian Produksi. Harga pokok pesanan # 101
dihitung sebagai berikut :
Biaya bahan baku Rp 1.350.000
Biaya tenaga kerja langsung 900.000
Biaya overhead pabrik 1.350.000
Jumlah harga pokok pesanan 101 3.600.000
Jurnal #9
Persediaan Produk Jadi Rp 3.600.000
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 1.350.000
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja 900.000
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik 1.350.000
6. Pencatatan harga pokok produk jadi dalam proses. Pesanan # 102 pada akhir
periode belum selesai dikerjakan. Harga pokok pesanannya dapat dihitung
dengan menjumlah biaya-biaya produksi yang telah dikeluarkan sampai dengan
bulan November 19X1. Jumlahnya adalah sebagai berikut :
Jurnal # 10
Persediaan Produk Dalam Proses Rp 16.625.000
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 4.125.000
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga kerja Lan gsung 5.000.000
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik 7.500.000

7. Pencatatan harga pokok produk yang akan dijual. Harga pokok produk yang
selesai diserahkan kepada pemesan dicatat dalam rekening Harga Pokok
Penjualan dan rekening Persediaan Produk Jadi.
Jurnal # 11
Harga Pokok Penjualan Rp 3.600.000
Persediaan Produk Jadi Rp 3.600.000

8. Pencatatan pendapatan penjualan. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan


produk kepada pemesan dicatat dengan mendebit rekening Piutang Dagang dan
mengkredit Hasil Penjualan.

Jurnal # 12
Piutang Dagang Rp 4.500.000
Hasil Penjualan Rp 4.500.000

Shinta Wulansari 14
Akuntansi Manajemen

Persd B. Baku Utang Dagang Persd. Bhn Penolong


J1. 5.475.000 J3. 5.475.000 J1. 5.475.000 J2. 470.000 J4. 300.000
J2. 470.000

PDP B. Baku BOP Sesungguhnya


J3. 5.475.000 J9. 1.350.000 J4. 300.000 J8. 8.850.000
BOP, dibebankan
J10. 4.125.000 J6. 3.000.000

PDP - TKL Persd. B (F6)


J6. 5.900.000 J9. 900.000 J9. 3.600.000 Persd.J6
B 5.900.000
(F6)
J10. 5.000.000 J5 20.400.000 3.000.000
4.000.000
7.500.000

PDP - TKL Persd. PDP (WP)


J8. 8.850.000 J9. 1.350.000 J8. 8.850.000 J9. 1.350.000
J10. 7.500.000 J10. 7.500.000
Penyelesaian

Jurnal 1. Persediaan Bahan baku


Utang Dagang Rp 5.475.000

Jurnal 2. Persediaan Bahan Penolong


Rp 470.000
Utang Dagang

Jurnal 3. BDP- Biaya Bahan Baku


Rp 5.475.000
Persediaan Bahan Baku

Jurnal 4. BOP sesungguhnya


Rp 300.000
Persediaan Bahan Penolong

Jurnal 5. Gaji dan Upah


Utang Gaji dan upah Rp 20.400.000

Jurnal 6. BDP- Biaya TKL Rp 5.900.000


BOP sesungguhnya 3.000.000

Shinta Wulansari 15
Akuntansi Manajemen

Biaya Administrasi & umum 4.000.000


Biaya Pemasaran 7.500.000
Gaji dan upah Rp 20.400.000

Contoh Kartu Harga Pokok

No. Pesanan : A – 101 Pemesan : PT. Rimendi


Jenis Produk : Undangan Sifat Pesanan : Segera
Tgl. Pesanan : 2 Januari 1996 Jumlah : 500 exemplar
Tgl. Selesai : 22 Januar 1996 Harga Jual : Rp 500.000

Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik


No. No. Kartu Jam
Tgl. Ket. Jmlh Tgl Jmlh Tgl Tarif Jmlh
BPBG Jam Kerja Masin

Shinta Wulansari 16
Akuntansi Manajemen

PRINSIP JURNAL PADA HARGA POKOK PESANAN

AKUN BUKU
AKUN BUKU AKUN BIAYA BESAR
BESAR

Persediaan Barang dalam Barang Harga Pokok


Kas Utang Usaha Bahan Baku proses Jadi Penjualan

Pengendali (n)
(a) (f) Overhead Pabrik
(h) (q) (r)

Beban (i)
dibayar dimuka

(b) (j)

Bangunan Akumulasi
dan peralatan Penyusutan (o)
(k)
(c)
(Berbagai
Akun Lain)

(d) Beban Gaji (l)


Beban gaji yang
masih harus dibayar (m)

(e) (g) (g) (p)

Jurnal 1.
Tanda panah diatas merupakan transaksi sebagai berikut :
a. Pembayaran secara kredit
b. Beban dibayar dimuka
c. Pembelian dan perbaikan aktiva tetap
d. Berbagai pembayaran untuk sumber daya
e. Pembayaran upah dan gaji
f. Pembelian bahan baku dan perlengkapan secara kredit
g. Pencatatan beban gaji
h. Mengeluarkan perlengkapan pabrik (bahan baku tidak langsung) ke produksi.
i. Mengeluarkan berbagai biaya manufaktur tidak langsung secara kredit
j. Bagian manufaktur dari pembayaran di muka yang telah habis masa berlakunya.
k. Bagian manufaktur dari penyusutan
l. Bagian manufaktur dari berbagai sumber daya lain yang digunakan
m. Membebankan semua tipe biaya tenaga kerja tidak langsung ke produksi
n. Mengeluarkan bahan baku langsung ke produksi
o. Membebankan biaya overhead ke produksi
p. Membebankan biaya tenaga kerja langsung ke produksi
q. Membebankan biaya dari unit yang telah selesai ke akun barang jadi
r. Membebankan biaya dari unit yang terjual ke akun harga pokok penjualan

Shinta Wulansari 17
Akuntansi Manajemen

Soal Praktikum

1. Selama bulan September 200X PT. Berdikari berhasil menjual barang


produksinya sebanyak 150 set dengan harga jual @ 80.000.
Biaya produksi dan biaya operasi selama bulan September 200X adalah sebagai
berikut :

Pembelian bahan baku : Rp 2.100.000


Royalties : Rp 720.000
Biaya tenaga kerja langsung : Rp 1.440.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung : Rp 210.000
Ongkos angkut pembelian bahan baku : Rp 108.000
Potongan pembelian bahan baku : Rp 36.000
Ongkos angkut penjualan : Rp 102.000
Kerugian piutang : Rp 10.000
Gaji pegawai kantor : Rp 1.128.000
Gaji salesman : Rp 840.000
Depresiasi pabrik : Rp 100.000
Biaya lain-lain :
Biaya overhead pabrik : Rp 540.000
Biaya pemasaran : Rp 420.000
Biaya administrasi : Rp 240.000

Sedangkan data diatas susunlah Laporan Laba-Rugi PT. Berdikari pada periode
September 200X, berikut skedul perhitungan Harga Pokok Produksinya !

2. Menurut daftar gaji dan upah yang dibuat oleh Bagian Personalia, biaya tenaga
kerja yang harus dibayar oleh suatu perusahaan terdiri dari unsur berikut :

Upah langsung karyawan pabrik : Rp 200.000


Upah tidak langsung karyawan pabrik : Rp 900.000
Gaji karyawan administrasi dan umum : Rp 2.000.000
Gaji karyawan pemasaran : Rp 1.500.000

Atas dasar data tersebut diatas, buatlah jurnal untuk mencatat utang gaji dan
upah, distribusi gaji dan upah serta pembayaran gaji dan upah !

3. Suatu perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan mengolah produknya


melalui dua departemen produksi (A dan B). Berikut ini adalah transaksi biaya
produksi perusahaan tersebut untuk mengolah pesanan nomor B-109 dalam bulan
Januari 200X:
Jenis Biaya Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku Rp 150.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 500.000 Rp 675.000
Biaya overhead pabrik Rp 5.000 200% biaya tenaga
(per jam mesin) kerja langsung
Jam mesin 200 400

Shinta Wulansari 18
Akuntansi Manajemen

Pada akhir bulan Januari 200X tersebut, pesanan B-109 telah selesai dikerjakan
dan diserahkan kepada pemesan dengan harga jual Rp 5.000.000

Atas dasar data tersebut di atas, buatlah jurnal untuk mencari transaksi :
1. Terjadinya biaya produksi untuk mengolah pesanan B-109 tersebut
2. Harga pokok produk jadi
3. Penjualan pesanan B-109

4. PT. GURITA berproduksi atas dasar pesanan para pelanggannya. Pada bulan
Januari 200X telah diterima 3 buah pesanan sebagai berikut :
Nomor pesanan jumlah
A – 24 50 unit
A – 25 80 unit
A – 26 60 unit
Berikut ini data biaya produksi selama bulan Januari 200X :
(1) Pembelian bahan baku sebanyak 6 ton dengan harga Rp 300 per kg
(2) Dari bahan baku yang telah dibeli tersebut, dipakai untuk memproduksi
pesanan A – 24 : 1.000 kg; A – 25 : 2.500 kg; dan A – 26 : 1.500 kg.
(3) Biaya Tenaga Kerja Langsung sebesar Rp 1.800.000 dengan distribusi untuk
setiap pesanan adalah 20%, 50% dan 30%.
(4) Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan pada masing-masing pesanan
dengan tarif 120% dari Biaya Tenaga Kerja Langsung.
(5) Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya pada bulan Januari 200X, berasal dari
:
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung : Rp 400.000
Pemakaian Suplies Pabrik : Rp 600.000
Biaya Listrik Pabrik : Rp 200.000
Penyusutan Gedung Pabrik : Rp 300.000
Penyusutan Perlengkapan Pabrik : Rp 400.000
Biaya lain-lain : Rp 100.000
(6) Pada akhir bulan Januari 200X, pesanan A – 24 dan A – 25 telah selesai
diproduksi, dan pesanan A – 24 diserahkan kepada pemesannya dengan
harga jual per unit Rp 25.000.

Diminta :
1. Membuat jurnal
a. Pembelian bahan baku
b. Pemakaian bahan baku
c. Pembebanan Biaya Tenaga Kerja Langsung pada produk
d. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik dan mencatat Biaya Overhead Pabrik
Sesungguhnya.
e. Mencatat Persediaan Produk Dalam Proses Akhir dan Persediaan Produk
Jadi.
f. Mencatat Penyerahan Pesanan yang selesai

Shinta Wulansari 19
Akuntansi Manajemen

2. Menghitung :
a. Nilai Persediaan Bahan Baku per 31 Januari 200X
b. Nilai Persediaan Produk Dalam Proses per 31 Januari 200X
c. Nilai Persediaan Produk Jadi per 31 Januari 200X
d. Laba Kotor atas Penjualan selama bulan Januari 200X
e. Selisih antara Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan dengan yang
sesungguhnya terjadi.

Shinta Wulansari 20
Akuntansi Manajemen

Bab. III
Biaya Overhead Pabrik

Penggolongan BOP ada 3 :


1. Penggolongan BOP menurut sifatnya :
 Biaya Bahan Penolong : bahan yg tidak menjadi bagian produk jadi atau
menskipun menjadi bagian produk jadi namun nilainya relatif kecil.
 Biaya reparasi & pemeliharaan : berupa biaya suku cadang, biaya bahan
habis pakai,.
 Biaya tenaga kerja tidak langsung: tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak
dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu.
 Biaya yang timbul akibat penilaian terhadap aktiva tetap : antara lain
biaya depresiasi
 Biaya yang timbul akibat berlalunya waktu : antara lain biaya asuransi
 BOP lain yg secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai : sebagai
contoh biaya jasa reparasi yg diserahkan pada perusahaan luar

2. Penggolongan BOP menurut perilakunya dalam hubungan dengan Perubahan


Volume Produksi
 BOP Tetap : adalah biaya overhead pabrik yang tidak berubah dalam kisaran
perubahan volume kegiatan tertentu.
 BOP Variabel : adalah biaya overhead pabrik yang berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan.
 BOP Semivariabel : adalah biaya overhead pabrik yang berubah tdk
sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

3. Penggolongan BOP menurut hubungannya dengan Departemen


 BOP langsung Departemen : biaya overhead yang terjadi dalam departemen
tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati departemen tersebut.
 BOP Tidak langsung Departemen : biaya overhead pabrik yang manfaatnya
dinikmati oleh lebih dari satu departemen.

3.1. Penentuan Biaya Overhead

Telah diuraikan dimuka, bahwa biaya overhead pabrik pada perusahaan yang
produksinya berdasarkan pesanan didasarkan atas tarif yang ditentukan dimuka.
Alasan pembebanannya adalah :

1. Pembebanan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi sering kali


mengalami fluktuasi yang disebabkan baik oleh kenaikan input produksi maupun
terjadinya inefisiensi kinerja perusahaan. Fluktuasi disebabkan antara lain oleh
:
a. Perubahan tingkat kegiatan produksi dari bulan ke bulan
b. Perubahan tingkat efisiensi produksi
c. Adanya biaya overhead pabrik yang terjadi secara sporadik, menyebar tidak
merata selama jangka waktu setahun.

Shinta Wulansari 21
Akuntansi Manajemen

d. Biaya overhead pabrik tertentu sering terjadi secara teratur pada


waktu-waktu tertentu.
2. Dalam perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan, manajemen
memerlukan informasi harga pokok produksi per satuan pada saat pesanan
selesai dikerjakan. Padahal ada elemen biaya overhead pabrik yang baru dapat
diketahui jumlahnya pada akhir setiap bulan atau tahun. Contohnya adalah biaya
listrik dan air.

Langkah-langkah Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik :


1. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik.
Tiga macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran
biaya overhead pabrik adalah :
a. Kapasitas teoritis, adalah kapasitas pabrik atau suatu depatemen untuk
menghasilkan produk pada kecepatan penuh tanpa berhenti selama jangka
waktu tertentu.
b. Kapasitas normal, adalah kemampuan perusahaan untuk berproduksi dan
menjual produknya dalam jangka panjang.
c. Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan, adalah kapasitas sesungguhnya yang
diperkirakan akan dapat dicapai dalam tahun yang akan datang.
Penggunaan kapasitas sesungguhnya yang diharapkan sebagai dasar penentuan
biaya overhead pabrik mempunyai beberapa kelemahan sebagai berikut :
1) Akan berakibat terjadinya perbedaan yang besar pada tarif biaya overhead
pabrik dari tahun ke tahun.
2) Sebagai akibat perubahan yang besar pada tarif biaya overhead pabrik dari
periode ke periode, maka biaya-biaya akibat adanya fasilitas yang
menganggur dikapitalisasikan dan diperhitungkan dalam harga pokok produksi.

2. Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk.


Biaya overhead pabrik kepada produk, diantaranya adalah :
(a). Satuan produk
(b). Biaya bahan baku
(c). Biaya tenaga kerja langsung
(d). Jam tenaga kerja langsung
(e). Jam mesin

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dasar pembebanan yang


dipakai adalah :
a. Harus diperhatikan jenis biaya overhead pabrik yang dominan jumlahnya dalam
departemen produksi.
b. Harus diperhatikan sifat-sifat biaya overhead pabrik yang dominan tersebut dan
eratnya hubungan sifat-sifat tersebut dengan dasar pembebanan yang akan
dipakai.

Contoh 1
PT. Eliona memproduksi produknya berdasarkan pesanan. Dalam penentuan
tarif biaya overhead pabriknya, telah disusun anggaran biaya overhead pabrik atas
dasar kapasitas normal 80.000 jam mesin seperti di bawah ini :

Shinta Wulansari 22
Akuntansi Manajemen

PT. ELIONA
ANGGARAN BIAYA OVEHEAD PABRIK UNTUK TAHUN 19X1
ATAS DASAR KAPASITAS NORMAL 80.000 JAM MESIN
No. Rekening Jenis Biaya Tetap/Variabel Jumlah

5101 Biaya Bahan Penolong V Rp 1.100.000


5102 Biaya Listrik V 1.500.000
5103 Biaya Bahan Bakar V 1.000.000
5104 Biaya Tenaga Kerja Tdk Langsung V 1.500.000
T 2.000.000
5105 Biaya Kesejahteraan Karyawan V 1.500.000
5106 Biaya Reparasi & Pemeliharaan V 750.000
T 500.000
5107 Biaya Asuransi Gedung T 600.000
5108 Biaya Depresiasi T 800.000

Jumlah V Rp 5.800.000
T 5.400.000

Jumlah Total Rp 11.200.000


Perhitungan Tarif Biaya Overhead Pabrik :
Tarif Biaya Overhead Pabrik Variabel : Rp 5.800.000 : 80.000 jam mesin = Rp 72,50 per jam mesin
Tarif Biaya Overhead Pabrik Tetap : Rp 5.400.000 : 80.000 jam mesin = Rp 67,50 per jam mesin
Tarif Biaya Overhead Pabrik Total = Rp 140,00 per jam mesin

3.2. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Kepada Produk dalam Metode Full
Costing
Setelah tarif BOP ditentukan sebesar Rp 140 per jam mesin, maka produk
yang diproduksi sesungguhnya dibebani dengan menggunakan tarif tersebut. Jika
contoh di atas, PT. Eliona menerima 100 macam pesanan dan menghabiskan waktu
pengerjaan sebanyak 75.000 jam mesin dalam tahun 19X1, maka biaya overhead
pabrik yang dibebankan kepada produk adalah sebesar Rp 10.500.000 (Rp 140 x
75.000 jam mesin) dan dicatat dengan jurnal :

Barang dalam Proses – BOP Rp 10.500.000


BOP yang Dibebankan Rp 10.500.000

3.3. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Kepada Produk dalam Metode


Variabel Costing

BOP yang dibebankan kepada produk adalah sebesar Rp 5.437.500


(Rp 72,50 x 75.000 jam mesin), dengan jurmal sebagai berikut :

Barang dalam Proses – BOP Rp 5.437.500


BOP yang Dibebankan Rp 5.437.500

Shinta Wulansari 23
Akuntansi Manajemen

Dalam metode variabel costing, biaya overhead pabrik tetap tidak


diperhitungkan sebagai unsur biaya produksi, sehingga tidak diperhitungkan sebagai
unsur harga pokok persediaan produk jadi maupun persediaan produk dalam proses.
Biaya overhead pabrik tetap diperhitungkan sebagai biaya periode dan langsung
digunakan untuk mengurangi pendapatan penjualan dalam periode yang
bersangkutan.
Jurnal yang dibuat oleh PT. Eliona untuk mencatat BOP yang sesungguhnya
terjadi berdasarkan data di atas adalah :

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnhya Rp 10.700.000


Persediaan Bahan Penolong Rp 1.100.000
Persediaan Bahan Bakar Rp 750.000
Gaji dan Upah Rp 3.500.000
Persediaan Suku Cadang Rp 500.000
Persekot Asuransi Gedung Rp 600.000
Akumulasi Depresiasi Mesin Rp 800.000
Kas Rp 3.450.000
Catatan :
Biaya yang dibayar dengan kas terdiri dari :
Biaya listrik Rp 1.450.000
Biaya Kesejahteraan Karyawan Rp 1.500.000
Biaya Reparasi dan pemeliharaan tetap Rp 500.000
Jumlah Rp 3.450.000

3.4. Pengumpulan Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya dalam Metode Variabel


Costing

Dalam metode variabel costing BOP tetap sesungguhnya dibebankan sebagai


biaya dalam periode terjadinya, tidak diperhitungkan ke dalam harga pokok
produksi, maka BOP sesungguhnya telah dicatat dalam rekening BOP sesungguhnya
kemudian dipecah menjadi dua kelompok biaya : biaya overhead pabrik variabel
sesungguhnya dan biaya overhead pabrik tetap sesungguhnya.
Jurnal yang dibuat mencatat BOP yang sesungguhnya terjadi sama dengan
pendekatan metode full costing di atas. Jurnal yang dibuat untuk mencatat
pemisahan BOP yang sesungguhnya terjadi menurut perilakunya adalah sebagai
berikut :

BOP Variabel Sesungguhnya Rp 5.300.000


BOP Tetap Sesungguhnya 5.400.000
BOP Sesungguhnya Rp 10.700.000

3.5. Perhitungan dan Analisis Selisih BOP dengan Metode Full Costing

Jika perusahaan menggunakan full costing dalam penentuan harga pokok


produksinya, pada akhir periode akuntansi dilakukan perhitungan selisih biaya
overhead pabrik yang dibebankan kepada produk sebagai berikut :

Shinta Wulansari 24
Akuntansi Manajemen

 BOP yang dibebankan pada Produk :


75.000 jam mesin x Rp 140 Rp 10.500.000
 BOP yang Sesungguhnya 10.700.000
 Selisih BOP Rp 200.000

Mencatat selisih BOP perlu di buat dua jurnal :

 Menutup rekening BOP yg dibebankan (FOA)


Db. FOA (BOP yang dibebankan) Rp 10.500.000
Cr FOC (BOP sesungguhnya) Rp 10.500.000
 Jurnal Mencatat selisih BOP :
Db. Selisih BOP Rp 200.000
Cr FOC Rp 200.000

Selisih biaya overhead pabrik sebesar Rp 200.000 tersebut dapat


dipecahkan ke dalam dua macam selisih sebagai berikut : selisih anggaran dan selisih
kapasitas.

Selisih Anggaran, menunjukkan perbedaan antara biaya yang sesungguhnya terjadi


dengan taksiran biaya yang seharusnya dikeluarkan menurut angagaran. Selisih ini
pada dasarnya berhubungan dengan biaya overhead pabrik variabel.
 Metode I
BOP sesungguhnya (FOC) Rp 10.700.000
BOP Yang dianggarkan
BOP tetap Rp 5.400.000
BOP Variabel
75.000 x Rp 72.50 Rp 5.437.500 Rp 10.837.500
Selisih Anggaran Rp (137.500)
 Metode II
BOP Sesungguhnya (FOC) Rp 10.700.000
BOP Tetap Menurut anggaran Rp 5.400.000
BOP Variabel sesungguhnya Rp 5.300.000
BOP yg dibebankan (75.000x72.5) Rp 5.437.500
Selisih anggaran Rp (137.500)

Selisih Kapasitas : merupakan perbedaan antara BOP tetap yg dianggarkan dengan


BOP tetap yang dibebankan pada produk. Jumlah selisih kapasitas merupakan
perbedaan antara biaya overhead pabrik tetap yang dianggarkan dengan boaya
overhead pabrik tetap yang dibebankan kepada produk.
 Metode I
BOP tetap yang dianggarkan Rp 5.400.000
BOP tetap yg dibebankan 75.000x Rp 67,5 Rp 5.062.500
Selisih kapasitas Rp 337.500
 Metode II
Kapasitas yg dianggarkan 80.000 jam mesin
Kapasitas sesungguhnya tercapai 75.000 jam mesin
Kapasitas yg tak terpakai 5.000 jam mesin

Shinta Wulansari 25
Akuntansi Manajemen

Tarif BOP tetap Rp 67,5 per jam mesin


Selisih Kapasitas Rp 337.500
 Metode III
Biaya Tetap Rp 5.400.000
Biaya Variabel 5.437.000
Rp 10.837.500
BOP yg dibebankan pada produk 75.000 x Rp 140 10.500.000
Rp 337.500
3.6. Perhitungan & Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik dengan Metode
Variabel Costing

Jika perusahaan menggunakan metode variabel costing dalam penentuan


harga pokok produksinya, pada akhir periode akuntansi dilakukan perhitungan biaya
overhead pabrik yang lebih atau kurang dibebankan kepada produk sebagai berikut :

Biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan kepada produk :


75.000 jam mesin X Rp 72,50 Rp 5.437.500
Biaya overhead pabrik variabel yang sesungguhnya 5.300.000
Selisih biaya overhead pabrik variabel Rp 137.500

Untuk mencatat selisih biaya overhead pabrik tersebut perlu dibuat dua
jurnal sebagai berikut :
a. Jurnal untuk menutup rekening Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan ke
rekening Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya.
Biaya Overhead Pabrik Variabel yang Dibebankan Rp 5.437.500
Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya Rp 5.437.500

b. Jurnal untuk mencatat Selisih Biaya Overhead Pabrik Variabel


Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya Rp 137.500
Selisih Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya Rp 137.500

Selisih biaya overhead pabrik variabel Rp 137.500 dan jumlah ini disebut selisih
pengeluaran variabel. Karena metode costing tidak membebankan biaya overhead
pabrik tetap kepada produk, maka tidak ada selisih yang dihitung yang bersangkutan
dengan kapasitas.

3.7. Perlakuan Terhadap Selisih Biaya Overhead Pabrik

Setiap akhir bulan, biaya overhead pabrik yang kurang atau lebih dibebankan
dipindahkan dari rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya ke rekening Selisih
Biaya Overhead Pabrik. Rekening Selisih Biaya Overhead Pabrik dicantumkan dalam
neraca sebagai beban yang ditangguhkan. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa
selisih biaya overhead pabrik yang terjadi dalam bulan tertentu akan diimbangi
dengan selisih biaya overhead pabrik pada bulan berikutnya.

Shinta Wulansari 26
Akuntansi Manajemen

Biaya Overhead Biaya Overhead Barang dalam


Berbagai Rekening Pabrik Pabrik yang Proses-Biaya
yang Dikredit Sesungguhnya dibebankan Overhead Pabrik

Pembebanan
Pencatatan biaya
Selisih Biaya biaya overhead
overhead pabrik
Overhead Pabrik pabrik atas
yang sesungguhnya
dasar tarif

3.8. Pencatatan Biaya Overhead Pabrik

 Pencatatan BOP yang dibebankan (FOA)  berdasarkan tarif


 Pencatatan BOP yang sesungguhnya terjadi (FOC)
Contoh :
a) BOP dibebankan ke dalam rek. atas dasar tarif 150% dari biaya TKL.
Dihitung : pesanan 101 : 150% x Rp 900.000 = Rp 1.350.000
Rp 8.850.000
102 : 150% x Rp 5.000.000 = Rp 7.500.000
b) BOP sesungguhnya : B. Depresiasi mesin 1.500.000
B. Depresiasi gd. pabrik 2.000.000
B. Asuransi gd. Pabrik 700.000 Rp 5.700.000
B. Pemeliharaan mesin 1.000.000
B. Pemeliharaan Gedung 500.000

BDP - BOP BOP. Beban FOA BOP, Sesungguhnya FOC


8.850.000 8.850.000 8.850.000 300.000 8.850.000
3.000.000 8.850.000
5.700.000
9.000.000

Jurnal : selisih BOP 150.000


BOP sesungguhnya 150.000

Shinta Wulansari 27
Akuntansi Manajemen

Soal Praktikum

1. Perusahaan ABADI menyusun budget biaya overhead pabrik berdasarkan


kapasitas normal 10.000 jam mesin sebagai berikut :
Biaya tetap : Rp 2.000.000
Biaya variabel : Rp 3.000.000
Rp 5.000.000
Pada akhir tahun perusahaan telah mengeluarkan biaya overhead pabrik sebesar
Rp 5.225.000. Daftar pemakaian mesin menunjukkan bahwa jam mesin yang
sebenarnya adalah 10.600 jam.

Hitunglah selisih BOP dan analisis selisih !

2. Tarif biaya overhead pabrik suatu perusahaan yang dihitung berdasarkan


kapasitas normal 10.000 jam tenaga kerja langsung adalah Rp 7.500 per jam
tenaga kerja langsung, yang terdiri dari tarif biaya overhead pabrik tetap Rp
5.000 dan tarif biaya overhead pabrik variabel Rp 2.500 per jam tenaga kerja
langsung. Dalam tahun 200X jam tenaga kerja langsung yang sesungguhnya
terjadi sebanyak 9.000 dan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi
adalah sebesar Rp 62.500.000. Pada akhir tahun 200X Persediaan Produk dalam
Proses Rp 15.000.000 dan Persediaan Produk Jadi Rp 5.000.000. harga pokok
produk jadi yang dijual tahun 200X adalah sebesar Rp 105.000.000.

Diminta :
a. Menghitung selisih BOP dan analisis selisih
b. Buatlah jurnal untuk mencatat :
c. Jika selisih BOP dibagikan ke persediaan dan harga pokok penjualan, buatlah
jurnal untuk mencatat pembagian BOP tersebut dan berapa saldo rekening
(nilai) Persediaan Produk Jadi, Persediaan Produk dalam Proses dan Harga
Pokok Penjualan pada akhir tahun 200X setelah mendapat alokasi selisih BOP.
d. Jika selisih BOP diperlakukan sebagai pengurang atau penambah rekening
Harga Pokok Penjualan, buatlah jurnal untuk membagikan BOP tersebut.

3. PT Al Hikmah membebankan biaya overhead pada produk dengan tarif yang


ditentukan di muka berdasarkan kapasitas normal setahun 75.000 jam mesin.
Berikut ini budget dan realisasi biaya overhead pabrik dalam tahun 200X :

Jumlah
Jenis Biaya T/V
Budget Realisasi
Biaya bahan penolong V Rp 6.400.000 Rp 6.500.000
Biaya tenaga kerja tdk langsung V Rp 7.800.000 Rp 7.600.000
T Rp 2.250.000 Rp 2.250.000
Biaya listrik pabrik V Rp 4.550.000 Rp 4.500.000
Biaya penyusutan gedung T Rp 3.200.000 Rp 3.200.000
Biaya penyusutan mesin T Rp 4.400.000 Rp 4.400.000

Shinta Wulansari 28
Akuntansi Manajemen

Biaya kesejahteraan karyawan pabrik T Rp 3.800.000 Rp 4.200.000


Biaya asuransi kebakaran T Rp 3.600.000 Rp 3.500.000
Jumlah BOP Variabel Rp 18.750.000 Rp 18.600.000
Jumlah BOP tetap Rp 17.250.000 Rp 17.550.000
TOTAL BOP Rp 36.000.000 Rp 36.150.000

Diminta :
a. Menghitung tarif biaya overhead pabrik (baik tetap maupun variabel) per jam
mesin.
b. Menganalisis selisih BOP jika realisasi kapasitas yang dicapai 70.000 jam
mesin.

Shinta Wulansari 29
Akuntansi Manajemen

Bab. IV
DEPARTEMENTALISASI BIAYA OVERHEAD PABRIK

Departementalisasi biaya overhead adalah pembagian pabrik ke dalam bagian-


bagian yang disebut departemen atau pusat biayayang dibebani dengan biaya
overhead pabrik. Dalam departementalisasi BOP , tarif biaya overhead dihitung
untuk setiap departemen produksi berdasarkan pembebanan yang mungkin berbeda
atara departemen-departemen produksi yang ada. Departemnatlisasi biaya
overhead pabrik bermanfaat untuk pengendalian biaya dan ketelitian penentuan
harga pokok produk.

4.1. Penyusunan anggaran Biaya Overhead Pabrik Perdepartemen


Langkah pertama dalam perhitungan tarif biaya overhead pabrik per
departemen produksi adalah dengan menyusun anggaran biaya overhead pabrik
departemen produksi dan departemen pembantu. Penyusunan anggaran biaya ini
dibagi menjadi empat tahap :
1. Penaksiran biaya overhead pabrik langsung departemen atas dasar kapasitas
yang direncanakan untuk tahun anggaran.
2. Penaksiran biaya overhead pabrik tak langsung departemen, adalah jenis BOP
yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Biaya tak
langsung ini didistribusikan ke departemen yang menikmati manfaatnya atas
dasar :

Biaya Tak langsung Departemen Dasar Distribusi


Biaya depresiasi Gedung Meter persegi luas lantai
Biaya reperasi & pemeliharaan gedung Meter persegi luas lantai
Gaji pengawas departemen Jumlah karyawan
Biaya angkut bahan baku Biaya bahan baku
Pajak Bumi dan bangunan Perbandingan harga pokok aktiva tetap
dalam tiap departemen atau
perbandingan meter persegi luas lantai
3. Distribusi BOP tak langsung departemen ke departemen-departemen yang
menikmati manfaatnya
4. Penjumlahan BOP per departemen

Contoh 1. Metode Alokasi Langsung


PT. Eliona mengolah produknya melalui dua departemen produksi :
departemen A dan departemen B, dan ditunjang oleh tiga departemen pembantu :
departemen X, departemen Y dan departemen Z. Anggaran biaya overhead pabrik
per departemen untuk tahun 19X1 adalah sebagai berikut:

Shinta Wulansari 30
Akuntansi Manajemen

PT. ELIONA

ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK PER DEPARTEMEN TAHUN 19X1


( DALAM RIBUAN RUPIAH )

Departemen Produksi Departemen Pembantu


Jenis Biaya Overhead Pabrik Jumlah
A B X Y Z

Biaya overhead pabrik langsung


departemen

Biaya bahan penolong 1.450 550 750 50 75 25

Biaya bahan bakar 1.000 - - - 1.000 -

Biaya tenaga kerja tak langsung 2.000 750 800 200 150 100

Biaya kesejahteraan karyawan 655 250 300 50 30 25

Biaya reparasi & pemlhran mesn 1.375 400 500 300 100 75

Jumlah biaya overhead pabrik


langsung departemen 6.480 1.950 2.350 600 1.355 225

Biaya overhead pabrik tak


langsung departemen *)

Biaya depresiasi gedung 400 100 120 76 40 64

Biaya asuransi gedung 500 125 150 95 50 80

Jumlah biaya overhead pabrik


langsung departemen 900 225 270 171 90 144

Jumlah biaya overhead pabrik 7.380 2.175 2.620 771 1.445 369

*) Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen didistribusikan ke


departemen-departemen yang menikmati manfaatnya atas dasar perbandingan
luas lantai.

Departemen yang Proporsi luas lantai


Luas lantai (m)
menikmati manfaat biaya (b) : 8.000 x 100%
(a) (b) (c)
Departemen A 2.000 25 %
Departemen B 2.400 30 %
Departemen X 1.520 19 %
Departemen Y 800 10 %
Departemen Z 1.280 16 %
Jumlah 8.000 100 %

Shinta Wulansari 31
Akuntansi Manajemen

Taksiran jasa departemen pembantu yang dipakai oleh departemen produksi dalam
tahun 19X1 adalah :

Departemen Pembantu Departemen Produksi A Departemen Produksi B


Departemen Pembantu Z 75 % 25 %
Departemen Pembantu Y 45 % 55 %
Departemen Pembantu X 60 % 40 %

Atas dasar data di atas kemudian dilakukan alokasi biaya overhead pabrik dari
departemen pembantu ke departemen produksi dengan metode alokasi langsung
seperti tertera di bawah ini :

PT. ELIONA
LOKASI BIAYA OVERHEAD PABRIK DEPARTEMEN PEMBANTU KE DEPARTEMEN PRODUKSI
( DALAM RIBUAN RUPIAH )
Departemen Produksi Departemen Pembantu
Keterangan
A B X Y Z
Jumlah biaya overhead pabrik
langsung & tak langsung dept. 2.175,00 2.620,00 771 1.445 369

Alokasi biaya overhead pabrik


Departemen Z 276,75 92,25 (369)

Alokasi biaya overhead pabrik


Departemen Y 650,25 794,75 (1.445)

Alokasi biaya overhead pabrik


Departemen X 462,60 308,40 (771)

Jumlah alokasi biaya overhead


pabrik dari dept. pembantu 1.389,60 1.195,40 0 0 0

Jumlah biaya departemen


produksi setelah menerima
alokasi biaya dari departemen
pembantu
3.389,60 3.815,40

Contoh 2 : Metode Alokasi Kontinyu

Biaya overhead pabrik langsung dan tidak langsung departemen-departemen


pembantu dan produksi selama tahun anggaran 19X1 diperkirakan sebagai berikut :

Departemen Produksi
Departemen A Rp 9.000.000
Departemen B Rp 15.000.000

Shinta Wulansari 32
Akuntansi Manajemen

Departemen Pembantu
Departemen X Rp 3.000.000
Departemen Y Rp 5.000.000

Jasa yang dihasilkan departemen pembantu dibagikan menurut proporsi yang


disajikan sebagai berikut :

Departemen Pembantu Departemen Produksi


Dept. X Dept. Y Dept. A Dept. B

Jasa Departemen X 10% 65% 25%


Jasa Departemen Y 20% 45% 35%

Alokasi biaya overhead pabrik departemen pembantu dengan metode alokasi


kontinyu adalah :

Departemen X Departemen Y

Biaya overhead pabrik lngsng dan tdk langsung Rp 3.000.000 Rp 5.000.000


Alokasi biaya overhead pabrik Departemen X *) (3.000.000) 300.000
Rp 0 Rp 5.300.000
Alokasi biaya overhead pabrik Departemen Y 1.060.000 (5.300.000)
Rp 1.060.000 Rp 0
Alokasi biaya overhead pabrik Departemen X (1.060.000) 106.000
Rp 0 Rp 106.000
Alokasi biaya overhead pabrik Departemen Y 21.200 (106.000)
Rp 21.200 Rp 0
Alokasi biaya overhead pabrik Departemen X (21.200) 2.120
Rp 0 Rp 2.120
Alokasi biaya overhead pabrik Departemen Y 424 (2.120)
424 Rp 0
Alokasi biaya overhead pabrik Departemen X (424) 42
Rp 0 Rp 42
Alokasi biaya overhead pabrik Departemen Y 8 (42)
Rp 8 Rp 0
Alokasi biaya overhead pabrik Departemen X (8) 1
Rp 0 Rp 1

*)
Biaya overhead pabrik Departemen X sebesar Rp 3.000.000 tersebut seharusnya dialokasikan pula
ke departemen-departemen produksi, tetapi dalam perhitungan ini jumlah biaya overhead pabrik
yang dialokasikan ke departemen-departemen produksi tidak ditulis. Hal ini disebabkan karena
tujuan metode alokasi kontinya adalah untuk menghitung jumlah biaya overhead pabrik departemen
pembantu setelah menerima alokasi biaya dari departemen pembantu yang lainnya.

Shinta Wulansari 33
Akuntansi Manajemen

Jumlah BOP Departemen X setelah menerima alokasi biaya dari Departemen Y


adalah sebesar Rp 4.081.632 (yaitu Rp 3.000.000 + Rp 1.060.000 + Rp 21.200 + Rp
424 + Rp 8),sedangkan jumlah BOP Departemen Y setelah menerima alokasi biaya
dari departemen X adalah sebesar Rp 5.408.163 (yaitu Rp 5.000.000 + Rp
300.000 + Rp 106.000 + Rp 2.120 + Rp 42 + Rp 1)
Alokasi BOP departemen pembantu ke departemen produksi dan alokasi BOP
antar departemen pembantu sendiri dilakukan seperti berikut :

Departemen Pembantu Departemen Produksi


Dept. X Dept. Y Dept. A Dept. B

Biaya overhead pabrik


langsung dan tidak langsung Rp 3.000.000 Rp 5.000.000 Rp 9.000.000 Rp 15.000.000
Alokasi biaya overhead
pabrik Departemen X (4.081.632) 408.163 2.653.061 1.020.508
Alokasi biaya overhead
pabrik Departemen Y 1.081.632 (5.408.163) 2.433.673 1.892.857
Rp 0 Rp 0 Rp 14.086.734 Rp 17.913.265

Alokasi biaya overhead pabrik departemen pembantu ke departemen produksi dan


antar departemen pembantu sendiri dilakukan :

Contoh 3 : Metode Aljabar


Dari soal di atas , jumlah biaya tiap-tiap departemen pembantu dinyatakan
dalam persamaan aljabar. Misalkan :
X = jumlah biaya departemen x setelah menerima alokasi biaya dari departemen Y
Y = jumlah biaya departemen y setelah menerima alokasi biaya dari departeman x
Oleh karena itu persamaannya menjadi :
X = 3.000.000 + 0,20 Y
Y = 5.000.000 + 0,10 x
Dua persamaan tersebut dapat diselesaikan lebih lanjut sebagai berikut :
X = 3.000.000 + 0,20 y
X = 3.000.000 + 0,20 ( 5.000.000 + 0,10 y)
X = 3.000.000 + 1.000.000 +0,02 x
X – 0,02 x = 4.000.000
0,98 x = 4.000.000
X = 4.081.633
Y = 5.000.000 + 0,10 x
= 5.000.000 + 408.163
= 5.408.163

Contoh 4 : Metode Alokasi Bertahap


PT. Eliona mengolah produknya melalui dua departemen produksi, Departemen
A dan Departemen B, dan tiga departemen pembantu : departemen X, Y dan Z.
Alokasi BOP departemen pembantu dilakukan dengan metode urutan alokasi yang

Shinta Wulansari 34
Akuntansi Manajemen

diatur sebagai berikut : departemen Z, departemen Y dan yang terakhir


departemen X. BOP departemen Z dialokasikan atas dasar pemakaian kilowatthours
(kwh), departemen Y dialokasikan atas dasar perbandigan jumlah karyawan dan
departemen x digunakan dasar jam kerja pemeliharaan.
Dalam membebankan BOP kepada produk digunakan dasar pembebanan jam
tenaga kerja langsung Departemen A dan jam mesin untuk Departemen B. Untuk
tahu 19X1 departemen A akan dioperasikan pada kapasitas normal 50.000 jam
tenaga kerja langsung dan departemen B pada kapasitas normal 25.000 jam mesin.
Berikut disajikan anggaran biaya overhead pabrik per departemen dan dasar
distribusi dan alokasi biaya overhed pabrik.

PT. ELIONA
ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK PER DEPARTEMEN UNTUK TAHUN ANGGARAN 19X1
( DALAM RIBUAN RUPIAH )
T/ Departemen Produksi Departemen Pembantu
Jenis Biaya Jumlah
V *) A B X Y Z
Biaya overhead pabrik
langsung departemen :
Biaya bahan penolong V 1.450 550 750 50 75 25
Biaya bahan baku V 1.000 - - - 1.000 -
Upah tenaga kerja
langsung T 1.500 500 550 200 150 100
V 500 225 275 - - -
Biaya kesejahteraan
karyawan T 655 250 300 50 30 25
Biaya reparasi &
pemeliharaan mesn T 1.030 300 375 225 75 55
V 350 100 125 75 25 25
Jumlah biaya overhead
pabrik langsung T 3.185 1.050 1.225 475 225 180
departemen V 3.300 875 1.150 125 1.100 50
Biaya pabrik tak langsung
departemen :
Biaya depresiasi T 400 100 120 40 60 80
Biaya asuransi T 600 150 180 60 90 120
Jumlah biaya overhead
pabrik tak langsung T 1.000 250 300 100 150 200
departemen
Jumlah biaya overhead T 4.185 1.300 1.525 575 405 380
pabrik V 3.300 875 1.150 125 1.100 50
Total biaya overhead
pabrik 7.485 2.175 2.675 700 1.505 430

Shinta Wulansari 35
Akuntansi Manajemen

Hasil Survei Pabrik Mengenai Dasar Distribusi dan Alokasi Biaya Overhead Pabrik
Pada Awal Tahun 19X1
Jam
Luas Lantai Pemakaian Kwh Jumlah Karyawan
Departemen Pemeliharaan
M2 % Kwh % Orang % Jam %

Departemen A 2.000 25 17.200 40 100 40 4.000 40

Departemen B 2.400 30 12.900 30 125 50 6.000 60

Departemen X 800 10 8.600 20 25 10 - -

Departemen Y 1.200 15 4.300 10 - - - -

Departemen Z 1.600 20 - - - - - -

8.000 100 43.000 100 250 100 10.000 100

Langkah berikutnya adalah mengalokasikan biaya oberhead pabrik departemen


pembantu ke departemen pembantu lainnya dan departemen produksi.
PT. ELIONA
ALOKASI BIAYA OVERHEAD PABRIK PER DEPARTEMEN PEMBANTU KE DEPARTEMEN
PRODUKSI UNTUK TAHUN ANGGARAN 19X1
( DALAM RIBUAN RUPIAH )
Departemen Produksi Departemen Pembantu
Jenis Biaya
Dept. A Dept. B Dept. X Dept. Y Dept. Z
Biaya overhead pabrik langsung
dan tidak langsung departemen 2.1750,00 2.675,00 700 1.505 430

Alokasi biaya overhead pabrik


Departemen Z atas dasar
alokasi kwh dan tarif alokasi
per Rp 10 per kwh (Rp 430.000
; 43.000) 172,00 129,00 85 43 (430)

Alokasi biaya overhead pabrik


Departemen Y atas dasar
alokasi jumlah karyawan dan
tarif alokasi Rp 6.192 per orang
(Rp 1.548.000 : 250) 19,20 774,00 154,8 (1.548)

Alokasi biaya overhead pabrik


Departemen X atas dasar
alokasi jam pemeliharaan dan
tarif alokasi Rp 94,08 per jam
(Rp 940.800 : 10.000) 376,32 564,48 (940,8)

Jumlah alokasi biaya overhead


pabrik yang diterima dari
departemen pembantu 1.167,52 1.467,48

Jumlah biaya overhead pabrik


setelah adanya biaya overhead
pabrik dari departemen
pembantu 3.342,52 4.142,48

Shinta Wulansari 36
Akuntansi Manajemen

Perhitungan Tarif Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Departemen Produksi :


Dasar Pembebanan Anggaran Biaya Tarif Pembebanan
Dept. A Dept. B Dept. A Dept. B Dept. A Dept. B
(Jam) (Jam) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp
(3) : (1) (4) : (2)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Jml jam kerja
tenaga langsung 50.000 3.342.520 66,85

Jml jam mesin 25.000 4.412.480 165,70

Soal Praktikum

1. Industri tekstil PT Antraco mendistribusikan Budget Biaya Overhead Pabrik


Tidak Langsung Departemen dengan ketentuan sebagai berikut :

Elemen Biaya Jumlah Dasar Distribusi


Biaya Penyusutan Pabrik Rp 160.000 Luas lantai (m2)
Biaya listrik pabrik Rp 60.000 KWH
Biaya asuransi kebakaran Rp 420.000 Luas lantai (m2)
Pajak kekayaan Rp 75.000 Nilai peralatan
Gaji Pengawas Rp 240.000 Jumlah karyawan

Berdasarkan hasil penelitian pabrik pada tahun 200X, diperoleh data sebagai
berikut :

Departemen Luas lantai (m2) KWH Nilai Peralatan Jmlh Karyawan


Produksi A 10.500 240.000 Rp 4.500.000 40
Produksi B 7.500 240.000 3.000.000 40
Pembantu X 4.500 60.000 3.000.000 24
Pembantu Y 3.000 30.000 2.250.000 24
Pembantu Z 4.500 30.000 2.250.000 32
30.000 600.000 Rp 15.000.000 160

Hitunglah Jumlah Budget Biaya Overhead Pabrik Tidak Langsung Departemen


untuk Departemen Produksi A dan B, serta Departemen Pembantu X, Y dan Z.

2. Dari data PT OM-DO Jaya berikut ini :


1. Buatlah alokasi budget BOP dari Departemen Pembantu C dan D ke
Departemen Produksi A dan B dengan metode aljabar.
2. Hitunglah tarif BOP Tetap dan Variabel untuk masing-masing departemen.

Departemen Produksi Departemen Pembantu


A B C D
Budget BOP sebelum alokasi Rp 180.000 Rp 131.000 Rp 155.000 Rp 84.000
Jasa dari Departemen C 50% 40% 10%
Jasa dari Departemen D 40% 55% 5%

Shinta Wulansari 37
Akuntansi Manajemen

Dasar Pembebanan 40.000 jam 50.000 jam


Tarif Tetap 60% 50%
Tarif Variabel 40% 50%

3. Perusahaan berdikari baru saja berdiri, untuk tujuan pengawasan dan


pengendalian beserta penentuan harga jual (Harga Pokok Produksi), diinginkan
bahwa Biaya Overhead Pabrik akan dibebankan berdasarkan tarif. Data yang
diperkirakan terjadi dalam tahun 200X adalah sebagai berikut :
# Total Biaya Overhead Pabrik Rp 47.500.000 terdiri atas : Bahan Penolong,
Gaji dan Upah Tidak Langsung, Depresiasi, dan biaya lainnya dengan
perbandingan : 10%, 30%, 15%, dan 45%.
# Masing-masing jenis biaya tersebut didistribusikan berdasarkan :
Bahan Penolong : 40% Departemen A dan 60% ke
Departemen B
Gaji dan Upah Tidak Langsung : Jumlah karyawan di Departemen A 500
orang, B 300 orang, C 350 orang, X 100
orang, Y 150 orang dan Z 25 orang.
Depresiasi : Departemen A 50%, B 25%, C 10%, dan X,
Y, Z, masing-masing 5%.
Lain-lain : Departemen A Rp 5.037.500
B Rp 2.868.750
C Rp 5.287.500

X Rp 2.643.750
Y Rp 3.143.750
Z Rp 2.393.750

# Alokasi Biaya Overhead Pabrik dari Departemen Pembantu ke Departemen


Produksi (ke Departemen Produksi yang lain), berdasarkan persamaan aljabar
sebagai berikut :
X = 4.000.000 + 10% Y + 10% Z
Y = 5.000.000 + 10% X + 10% Y
Z = 5.000.000 + 10% X + 10% Y

# Departemen Produksi A, B, dan C masing-masing mendapat alokasi dari


Departemen Pembantu X, Y, dan Z dengan perbandingan sama, yaitu 30% dari
X, Y dan Z untuk A, B dan 20% dari X, Y dan Z untuk C.
Dari data tersebut, lengkapilah tabel di bawah ini !
(dalam rupiah)
DEPARTEMEN PRODUKSI DEPARTEMEN PEMBANTU
JENIS BIAYA
A B C X Y Z
Bahan Penolong ............ ............... 0 0 0 0
Gaji dan Upah Tidak Langsung ............ ............... ........... .............. ............... ..................
Depresiasi ............ .............. ............ .............. ............... ...................
Lain-lain 5.037.500 2.868.750 5.287.000 2.643.000 3.143.750 2.393.750
Total BOP sebelum alokasi 15.500.000 10.500.000 9.500.000 4.000.000 5.000.000 3.000.000
Alokasi dari X ............ ............... ........... .............. ............... ..................
Alokasi dari Y ............ ............... ........... .............. ............... ..................
Alokasi dari Z ............ .............. ............ .............. ............... ...................

Shinta Wulansari 38
Akuntansi Manajemen

Bab. V
METODE HARGA POKOK PROSES

Karakteristik Metode Harga Pokok Proses


Metode pegumpulan biaya produksi ditentukan oleh karakteristik proses
produksi perusahaan. Dalam perusahaan yang berproduksi massal, karakteristik
produksinya adalah sebagai berikut :
1. produk yang dihasilkan merupakan produk standar
2. produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama
3. kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang
berisi rencana produksi produks standar unutk jangka waktu tertentu

Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi


Dalam perusahaan yang berproduksi massal, informasi harga pokok produksi
yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk :
1. Menentukan harga jual produk. Biaya produksi dihitung untuk jangka waktu
tertentu untuk menghasilkan informasi biaya produksi per satuan produk.
2. Memantau realisasi biaya. Akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan
informasi biaya produksi yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu.
3. Menghitung laba atau rugi periode tertentu.
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses.

5.3. Metode Harga Pokok Proses – Produk Diolah Melalui Satu Departemen
Produksi

Contoh 1 :

PT. Rimedi mengolah produknya secara massal melalui satu departemen produksi.
Jumlah biaya yang dikeluarkan selama bulan Januari 19X1 adalah :

Biaya bahan baku Rp 5.000.000


Biaya bahan penolong 7.500.000
Biaya tenaga kerja 11.250.000
Biaya overhead pabrik 16.125.000
Total biaya produksi 39.875.000
Jumlah produk yang masuk ke dalam proses 2.500 kg
Jumlah produk yang dihasilkan selama bulan tersebut :
Produk jadi 2.000 kg
Produk dalam proses pada akhir bulan dengan tingkat penyelesaian
Biaya bahan baku : 100%; Biaya Bahan Penolong : 100%
Biaya Tenaga Kerja : 50%; Biaya Overhead Pabrik : 30% 500 kg

Shinta Wulansari 39
Akuntansi Manajemen

Untuk menghitung biaya per satuan yang dikeluarkan oleh perusahaan tsb
perlu dihitung unit ekuivalensi bulan Januari 19X1 dengan rumus sebagai berikut :

Unit ekuivalensi = Produk Jadi + (Produk dalam Proses x (Tingkat Penyelesaian)

Unit ekuivalen adalah banyaknya unit yang telah menyerap biaya sampai
dengan akhir periode perhitungan biaya. Tingkat penyelesaian adalah tingkat
penyerapan biaya produk dalam proses pada suatu periode atau besarnya biaya yang
telah diserap produk dalam proses akhir periode.
Contoh perhitungan unit ekuivalen pada biaya tenaga kerja. Biaya tenaga
kerja yang dikeluarkan pada contoh di atas sebesar Rp 11.250.000 tersebut dapat
menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg persediaan produk dalam proses
dengan tingkat penyelesaian 50%. Hal inia berarti biaya tenaga kerja tersebut
telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebanyak 2.000 kg dan 250 kg
(500x50%) persediaan dalam proses. Dengan demikian unit ekuivalen biaya tenaga
kerja adalah 2.250 kg yang dihitung sebagai berikut : 2.000 + (50%x500) = 2.250
kg
Setelah unit ekuivalensi didapatkan, kemudian perhitungan biaya produksi per
kilogram produk yang diproduksi dalam bulan Januari 19X1 dilakukan dengan
membagi tiap unsur biaya produksi seperti disajikan berikut ini :

Unsur Biaya Biaya Produksi


Total Biaya Unit Ekuivalensi
Produksi Per Satuan
(1) (2) (3) (2) : (3)
Bahan Baku Rp 5.000.000 2.000 + (100% x 500) = 2.500 Rp 2.000
Bahan Penolong 7.500.000 2.000 + (100% x 500) = 2.500 3.000
Tenaga Kerja 11.250.000 2.000 + ( 50% x 500) = 2.250 5.000
Ovehead Pabrik 16.125.000 2.000 + ( 30% x 500) = 2.150 7.500
Rp 39.875.000 Rp 17.500

Setelah biaya produksi per satuan dihitung, harga pokok produk jadi yang
ditransfer ke gudang dan harga pokok persediaan produk dalam proses dalam
dihitung.

Harga pkok produk jadi : 2.000 x Rp 17.500 Rp 35.000.000


Harga pokok persediaan produk dalam proses :
Biaya Bahan Baku : 100% x 500 x Rp 2.000 = Rp 1.000.000
Biaya Bahan Penolong : 100% x 500 x Rp 3.000 = 1.500.000
Biaya Tenaga Kerja : 50% x 500 x Rp 5.000 = 1.250.000
Biaya Overhead Pabrik : 30% x 500 x Rp 7.500 = 1.125.000
4.875.000
Rp 39.875.000

Shinta Wulansari 40
Akuntansi Manajemen

Jurnal Pencatatan Biaya Produksi


1. Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku :
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 5.000.000
Persediaan Bahan Baku Rp 5.000.000

2. Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong :


Barang dalam Proses-Biaya Bahan Penolong Rp 7.500.000
Persediaan Bahan Penolong Rp 7.500.000

3. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja :


Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Rp 11.250.000
Gaji dan Upah Rp 11.250.000

4. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik :


Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Rp 16.000.000
Berbagai Rekening yang dikredit Rp 16.000.000

5. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang :
Persediaan Produk Jadi 2000 unit Rp 35.000.000
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 4.000.000
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Penolong 6.000.000
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja 10.000.000 *
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik 15.000.000 **
* 2.000 kg x Rp 5.000
** 2.000 kg x Rp 7.500
6. Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum
selesai diolah pada akhir bulan Januari 19X1 :
Persediaan Produk dalam Proses Rp 4.875.000
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 1.000.000
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Penolong 1.500.000
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja 1.200.000
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik 1.125.000

Shinta Wulansari 41
Akuntansi Manajemen

PT. RIMEDI
LAPORAN BIAYA PRODUKSI
BULAN JANUARI 19X1

Data Produksi
Dimasukkan dalam proses 2.500 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 2.000 kg
Produk dalam proses akhir 500 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 2.500 kg
Biaya yang dibebankan dalam bulan Januari 19X1
Total Per kg
Biaya bahan baku Rp 5.000.000 Rp 2.000
Biaya bahan penolong 7.500.000 3.000
Biaya tenaga kerja 11.250.000 5.000
Biaya overhead pabrik 16.125.000 7.500
Jumlah Rp 39.875.000 Rp 17.500

Perhitungan Biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
2.000 kg @ 17.500 Rp 35.000.000

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :

Biaya bahan baku Rp 1.000.000


Biaya bahan penolong 1.500.000
Biaya tenaga kerja 1.200.000
Biaya overhead pabrik 1.125.000
4.875.000
Jmlh biaya produksi yang dibebankan dalam bln Januari Rp 39.875.000

5.4. Metode Harga Pokok Proses – Produk Diolah Melalui Lebih dari Satu
Departemen Produksi

Contoh 2 :
PT. Eliona memiliki dua departemen produksi : Departemen A dan
Departemen B untuk menghasilkan produknya. Data produksi dan biaya kedua
departemen tersebut dalam bulan Januari 19X1 adalah :

Shinta Wulansari 42
Akuntansi Manajemen

Departemen A Departemen B

Dimasukkan dalam proses 35.000 kg


Produk selesai ditranfer ke Departemen B 30.000 kg
Produk selesai ditranfer ke gudang 24.000 kg
Produk dalam proses akhir bulan 5.000 kg 6.000 kg
Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 19X1
Biaya bahan baku Rp 70.000
Biaya tenaga kerja Rp 155.000 Rp 270.000
Biaya overhead pabrik Rp 248.000 Rp 405.000
Tingkat penyelesaian produk dalam proses akhir
Biaya bahan baku 100 %
Biaya konversi 20 % 50 %

Perhitungan Harga Pokok Produksi Departemen A

Untuk menghitung biaya produksi yang persatuan yang dikeluarkan oleh


Departemen A perlu, dihitung unit ekuivalensi tiap unsur biaya produksi Departemen
A. Perhitungan biaya produksi per kilogram produk yang diproduksi oleh
Departemen A dilakukan dengan membagi tiap unsur biaya produksi yang
dikeluarkan selama bulan Januari 19X1, perhitungan tersebut sebagai berikut :

Biaya
Unsur Biaya
Total Biaya Unit Ekuivalensi Produksi
Produksi
Per Satuan
(1) (2) (3) (2) : (3)
Bahan Baku Rp 70.000 30.000 + (100% x 5.000) = 35.000 kg Rp 2
Tenaga Kerja 155.000 30.000 + (20% x 5.000) = 31.000 kg 5
Ovehead Pabrik 248.000 30.000 + (20% x 5.000) = 31.000 kg 8
Rp 437.000 Rp 15
Setelah biaya produksi per satuan dihitung, harga pokok produk selesai yang
ditransfer oleh Departemen A ke Departemen B dan harga pokok persediaan produk
dalam proses di Departemen A pada akhir bulan Januari 19X1 dapat dihitung
sebagai berikut :

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen


Rp 450.000
B : 30.000 x Rp 15
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :
Biaya Bahan Baku : 100% x 5.000 x Rp 2 = Rp 10.000
Biaya Bahan Penolong : 20% x 5.000 x Rp 5 = 5.000
Biaya Tenaga Kerja : 20% x 5.000 x Rp 8 = 8.000
23.000
Jumlah biaya produksi Departemen A bulan Januari 19X1 Rp 473.000

Shinta Wulansari 43
Akuntansi Manajemen

Perhitungan tersebut diatas kemudian disajikan dalam laporan biaya produksi


sebagai berikut :

PT. ELIONA
LAPORAN BIAYA PRODUKSI DEPARTEMEN A
BULAN JANUARI 19X1

Data Produksi
Dimasukkan dalam proses 35.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 30.000 kg
Produk dalam proses akhir 5.000 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 35.000 kg
Biaya yang dibebankan dalam bulan Januari 19X1
Total Per kg
Biaya bahan baku Rp 70.000 Rp 2
Biaya tenaga kerja 155.000 5
Biaya overhead pabrik 248.000 8
Jumlah Rp 437.000 Rp 17.500
Perhitungan Biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Departemen B
30.000 kg @ 15 Rp 450.000

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :

Biaya bahan baku Rp 10.000


Biaya bahan penolong 5.000
Biaya overhead pabrik 8.000
23.000
Jmlh biaya produksi yang dibebankan Departemen A dalam
bln Januari Rp 473.000

Jurnal pencatatan Biaya Produksi


1. Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku :
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Dept. A Rp 70.000
Persediaan Bahan Baku Rp 70.000

2. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja :


Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Dept. A Rp 155.000
Gaji dan Upah Rp 155.000

3. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik :


Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Dept.A Rp 248.000
Berbagai Rekening yang dikredit Rp 248.000

4. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh
Departemen A ke Departemen B :

Shinta Wulansari 44
Akuntansi Manajemen

Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Dept. B Rp 450.000


Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Dept. A Rp 60.000 *
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Dept. A 150.000 **
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Dept. A 8.000 ***
* 30.000 kg x Rp 2
** 30.000 kg x Rp 5
*** 30.000 kg x Rp 8

5. Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan pabrik dalam proses yang belum
selesai diolah dalam Departemen A pada akhir bulan Januari 19X1 :
Persediaan Produk dalam Proses Departemen A Rp 23.000
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Dept. A 10.000
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Dept. A 5.000
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Dept. A 8.000

Perhitungan Harga Pokok Produksi Departemen B


Untuk menghitung biaya produksi persatuan yang ditambahkan oleh
Departemen B, perlu dihitung unit ekuivalensi tiap unsur biaya produksi yang
ditambahkan oleh Departemen B. Perhitungan biaya produksi per kilogram yang
ditambahkan oleh Departemen B dilakukan dengan membagi tiap unsur biaya
produksi yang dikeluarkan oleh Departemen B, seperti tertera di bawah ini :

Biaya
Unsur Biaya
Total Biaya Unit Ekuivalensi Produksi
Produksi
Per Satuan
(1) (2) (3) (2) : (3)
Tenaga Kerja Rp 270.000 24.000 + (50% x 6.000) = 27.000 kg 10
Ovehead Pabrik 405.000 24.000 + (50% x 6.000) = 27.000 kg 15

Rp 675.000 Rp 25

Setelah biaya produksi per kilogram yang ditambahkan oleh departemen B


dihitung, harga pokok produk selesai yang ditransfer oleh departemen B ke gudang
dan harga pokok persediaan dalam proses di departemen B dapat dihitung.
Harga pokok produk selesai yang ditransfer Departemen B ke gudang
Harga pokok dari Departemen A : 24 x Rp 15 Rp 360.000

Biaya yang ditambahkan oleh Deprt B : 24.000 x Rp 25 600.000


Total harga pokok yang ditransfer ke gdng 24.000 x Rp 40 960.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :
Harga pokok dari Departemen A : 6.000 x Rp 15 90.000

Biaya yang ditambahkan oleh Departemen B


Biaya tenaga kerja : 50% x 6.000 x Rp 10 = Rp 30.000

Shinta Wulansari 45
Akuntansi Manajemen

B. Overhead pabrik : 50% x 6.000 x Rp 15 = Rp 45.000 75.000


Total harga pokok persediaan produk dalam proses Dept. B 165.000

Jumlah biaya produksi kumulatif Dept. B bulan Januari 19X1 Rp 1.125.000

Perhitungan tersebut di atas kemudian disajikan dalam laporan biaya


produksi seperti di bawah ini:

PT. ELIONA
LAPORAN BIAYA PRODUKSI DEPARTEMEN B
BULAN JANUARI 19X1

Data Produksi
Dimasukkan dari Departemen A 30.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 24.000 kg
Produk dalam proses akhir 6.000 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 30.000 kg
Biaya kumulatif yg dibebankan dalam bulan Januari 19X1
Total Per kg
Biaya tenaga kerja Rp 270.000 Rp 10
Biaya overhead pabrik 405 15
Jmlh biaya yg ditambahkan Dept. B Rp 675.000 Rp 25
Total biaya kumulatif di Dept. B Rp 1.125.000 Rp 40

Perhitungan Biaya

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang

24.000 kg @ Rp 40 Rp 960.000

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :

Harga pokok dari Dept. A : Rp 15 x 6.000 Rp 90.000

Biaya yang ditambahkan Departemen B :

Biaya tenaga kerja 30.000

Biaya overhead pabrik 45.000

165.000

Jmlh biaya produksi kumulatif yg dibebankan Departemen B


dalam bulan Januari 19X1 Rp 1.125.000

Shinta Wulansari 46
Akuntansi Manajemen

Jurnal pencatatan Biaya Produksi


1. Jurnal untuk mencatat penerimaan produk dari Departemen A :
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Dept. B Rp 450.000
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Dept. A Rp 60.000
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Dept. A 150.000
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Dept. A 240.000
Lihat kembali jurnal nomor 5 yang dibuat untuk mencatat biaya produksi Dept. A

2. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja :


Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Dept. B Rp 270.000
Gaji dan Upah Rp 270.000

3. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik :


Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Dept.B Rp 405.000
Berbagai Rekening yang dikredit Rp 405.000

4. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh Departemen
ke gudang :
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Dept. A Rp 360.000 *
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Dept. B 240.000 **
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Dept. B 360.000 ***
* 24.000 kg x Rp 15 (harga pokok produksi per kg dari Dept. A)
** 24.000 kg x Rp 10 (biaya tenaga kerja yang ditambahkan oleh Dept. B)
*** 24.000 kg x Rp 15 (biaya overhead pabrik yang ditambahkan oleh Dept. B)

5. Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum
selesai diolah pada akhir bulan Januari 19X1 :
Persediaan Produk dalam Proses Departemen B Rp 165.000
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Dept. B Rp 90.000
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Dept. B 30.000
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Dept. B 45.000

Shinta Wulansari 47
Akuntansi Manajemen

Soal Praktikum

1. PT. Al Hikmah memproduksi satu macam produk melalui dua departemen


produksi, yaitu Departemen A dan Departemen B. Bagian produksi melaporkan
produk yang dihasilkan oleh tiap departemen dalam bulan Januari 200X adalah
sebagai berikut :
Departemen A Departemen B
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 500 kg
Produk dalam proses akhir dengan tingkat penyelesaian
Bahan baku dan penolong 100%; biaya konversi 60% 300 kg
Biaya bahan penolong 40%, biaya konversi 70% 200 kg

Menurut catatan bagian akuntansi, biaya produksi yang telah dikeluarkan selama
bulan Januari 200X adalah sebagai berikut

Biaya bahan baku Rp 112.500


Biaya bahan penolong Rp 67.500 Rp 113.100
Biaya tenaga kerja 132.000 100.800
Biaya overhead pabrik 158.400 120.000
Rp 470.000 Rp 333.900

Hitunglah :
1. a. Biaya per Kg produk di Departemen A
b. Biaya per Kg produk di Departemen B
c. Nilai produk selesai yang ditransfer ke gudang
d. Nilai produk dalam penyelesaian di Departemen A dan Departemen B

2. Buatlah jurnal untuk :


a. Produk yang ditransfer dari Departemen B ke gudang
b. Produk dalam penyelesaian akhir di Departemen A dan Departemen B

2. PT. GURITA menghasilkan suatu jenis produk tertentu melalui 3 (tiga)


departemen produksinya. Berikut ini data yang diperoleh dari Departemen B
pada bulan Juli 200X :
Produk yang ditransfer dari Departemen A 210.000 m
Produk yang ditransfer ke Deaprtemen C 150.000 m
Produk dalam proses akhir Juli 200X 40.000 m
(Tingkat penyelesaian 75% Biaya Konversi)
Sedangkan data biaya produksi pada Departemen B adalah sebagai berikut :
Harga Pokok per meter dari Departemen A Rp 450
Biaya Tenaga Kerja Rp 53.000.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 37.000.000
Susunlah Laporan Harga Pokok Produksi Departemen B !

3. Berikut ini data biaya dan skedul kuantitas Departemen “Madya“ pada bulan Mei
200X dari PT Amalia yang menggunakan metode harga pokok proses :

Shinta Wulansari 48
Akuntansi Manajemen

Data Produksi
Harga pokok dari Departemen “Purwa“ Rp 38.870.000
Biaya yang ditambahkan pada Departemen “Madya” :
Biaya Bahan Baku Rp 23.000.000
Biaya Tenaga Kerja Rp 10.976.000
Biaya Overhead Pabrik 12.768.000

Rp 46.744.000

Skedul Cuantiítas
Produk masuk dalam proses 23.000 kg
Produk ditransfer ke Departemen “Wusana” 100.000 m
Produk dalam proses akhir 15.000 m
(Tingkat penyelesaian 100% bahan baku, 80% biaya konversi)

Setiap kilogram produk dari Departemen “Purwa” menjadi 5 (lima) meter produk
di Departemen “Madya”.

Berdasarkan data di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini :


1. Jumlah harga pokok per unit dari Departemen “Purwa” di Departemen
“Madya” adalah sebesar
a. Rp 1.690 c. Rp 338
b. Rp 1.960 d. Rp 383

2. Produk ekuivalen Biaya Bahan Baku di Departemen “Madya” adalah


a. 338 m c. 112.000 m
b. 115.000 kg d. Tidak ada jawaban yang benar

3. Produk ekuivalen Biaya Konversi di Departemen ”Madya” adalah


a. 23.000 kg c. 115.000 m
b. 112.000 kg d. Tidak ada jawaban yang benar

4. Harga pokok produksi per unit di Departemen ”Madya” adalah


a. Rp 750 c. Rp 46.744.000
b. Rp 412 d. Rp 85.614.000

5. Jumlah biaya yang diperhitungkan di Departemen ”Madya” adalah


a. Rp 38.870.000 c. Rp 85.614.000
b. Rp 46.744.000 d. Tidak ada jawaban yang benar

6. Harga pokok dari Departemen ”Madya” yang ditransfer ke Departemen


”Wusana” adalah
a. Rp 4.120.000 c. Rp 8.625.000
b. Rp 7.500.000 d. Tidak ada jawaban yang benar

Shinta Wulansari 49
Akuntansi Manajemen

7. Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir di Departemen ”Madya”


adalah :
a. Rp 75.000.000 c. Rp 10.614.000
b. Rp 8.625.000 d. Tidak ada jawaban yang benar

Shinta Wulansari 50
Akuntansi Manajemen

Bab. VI
Metode Harga Pokok Proses II

6.1. Pengaruh Terjadinya Produk yang Hilang dalam Proses Terhadap


Perhitungan Harga Pokok Produk Per Satuan.
Di dalam proses produksi, tidak semua produk yang diolah dapat menjadi
produk yang baik yang memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Ditinjau dari
saat terjadinya, produk dapat hilang di awal proses, sepanjang proses atau pada
akhir proses. Untuk kepentingan perhitungan harga pokok produksi persatuan,
produk hilang sepajang proses harus dapat ditentukan pada tingkat penyelesaian
berapa produk yang hilang tersebut terjadi.

6.2. Pengaruh Terjadinya Produk Hilang Pada Awal Proses Terhadap


Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan
Produk yang hilang pada awal proses dianggap belum ikut menyerap biaya
produk yang dikeluarkan dalam departemen yang bersangkutan. Sehingga dalam
perhitungan-perhitungan unit ekuivalen produk tidak diikutsertakan. Dalam
departemen produksi pertama, produk yang hilang pada awal proses mempunyai dua
akibat :
1. Menaikkan harga pokok produksi per satuan produk yang diterima dari
departemen produksi sebelumnya.
2. Menaikkan harga pokok produksi per satuan yang ditambahkan dalam
departemen produksi setelah departemen pertama.

Contoh 1 :
PT. Eliona memiliki dua departemen produksi untuk menghasilkan produknya :
Departemen A dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi kedua
departemen tersebut untuk bulan Januari 19X1 adalah sebagai berikut :

Departemen A Departemen B
Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Dept. B 700 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian
Biaya bahan baku & penolong 100% 200 kg
Biaya konversi 40%
Biaya bahan penolong 60% 100 kg
Biaya konversi 50%
Produk yang hilang pada awal proses 100 kg 200 kg
Menurut catatan Bagian Akuntansi, biaya produksi yang telah dikeluarkan selama
bulan Januari 19X1 adalah :

Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku Rp 22.500
Biaya bahan penolong 26.100 Rp 16.100

Shinta Wulansari 51
Akuntansi Manajemen

Biaya tenaga kerja 35.100 22.500


Biaya overhead pabrik 46.000 24.750
Jumlah biaya produksi Rp 130.500 Rp 63.350

Perhitungan Harga Pokok Produksi Departemen A


Karena produk yang hilang terjadi pada awal proses, maka produk tersebut
tidak ikut menyerap biaya produksi yang dikeluarkan oleh DepartemenA dalam bulan
Januari 19X1. Oleh karena itu produk yang hilang tersebut tidak diikutsertakan
dalam perhitungan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan oleh Departemen A.
Akibatnya biaya produksi per kg produk yang dihasilkan oleh Departemen A menjadi
lebih tinggi.
Berikut adalah perhitungan biaya produksi per unit Departemen A

Biaya
Biaya
Jumlah Biaya Produksi Unit Ekivalensi
per Kg
DeptA
(1) (2) (3) (4)
Bahan baku Rp 22.500 700 kg + 100% x 200 kg = 900 kg Rp 25
Bahan penolong 26.100 700 kg + 100% x 200 kg = 900 kg 29
Tenaga kerja 35.100 700 kg + 40% x 200 kg = 780 kg 45
Overhead pabrik 46.800 700 kg + 40% x 200 kg = 780 kg 80
Rp 130.500 Rp 159

Perhitungan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B


dan persediaan produk dalam proses akhir Departemen A adalah :

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Deaprtemen B :


700 x Rp 159 Rp 111.300
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan :
Biaya bahan baku 200 kg x 100% x Rp 25 = Rp 5.000
Biaya bahan penolong 200 kg x 100% x Rp 29 = 5.800
Biaya tenaga kerja 200 kg x 40% x Rp 45 = 3.600
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40% x Rp 60 = 4.800
19.200
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500

Perhitungan Harga Pokok Produksi Departemen B

Produk yang hilang pada awal proses, yang terjadi di departemen setelah
departemen produksi pertama mempunyai dua akibat terhadap (1). Harga pokok per
satuan yang berasal dari departemen sebelumnya dan (2). Harga pokok produksi per
satuan yang ditambahkan dalam departemen di mana produk yang hilang tersebut
terjadi. Karena harga pokok produksi di departemen setelah departemen pertama

Shinta Wulansari 52
Akuntansi Manajemen

dihitung secara kumulatif, maka terjadinya produk yang hilang di Departemen B


sebanyak 200 kg mengakibatkan kenaikan harga pokok produksi per satuan produk
yang berasal dari Departemen B sebanyak 200 kg mengakibatkan kenaikkan harga
pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Departemen A. Penyesuaian
perhitungan harga pokok produksi per kg produk yang berasal dari Departemen A
dapat dihitung.

PT Eliona
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 19X1
Data Produksi
Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke Dept. B 700 kg
Produk dalam proses akhir 200 kg
Produk yang hilang pada awal proses 100 kg
1.000 kg

Biaya yang dibebankan dalam Departemen A


Total Per Kg
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp 25
Biaya bahan penolong 26.000 29
Biaya tenaga kerja 35.100 45
Biaya overhead pabrik 46.800 60
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500 Rp 150

Perhitungan Biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Departemen B :
700 kg @ 159 Rp 111.300
Harga pokok persediaan produk dlm proses akhir :
Biaya bahan baku Rp 5.000
Biaya bahan penolong 5.800
Biaya tenaga kerja 3.600
Biaya overhead pabrik 4.800
19.200
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500

Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari


Departemen A Rp 111.300 : 700 Rp 159,00
Harga pokok produksi persatuan produk yang berasal dari
Departemen A setelah adanya produk yang hilang dalam
proses di Departemen B Rp 111.300 : (700 kg – 200 kg) 222,60
Penyesuaian harga pokok produksi per satuan produk yang
berasal dari Departemen A Rp 63,60

Shinta Wulansari 53
Akuntansi Manajemen

Perhitungan harga pokok produksi per satuan yang ditambahkan di Departemen B


adalah :
Jumlah biaya Biaya per kg
produksi yang Produk yang
Jenis biaya Unit Ekuivalensi
ditambahkan di ditambahkan di
Departemen B Departemen B
(1) (2) (3) (2) : (3)
Bahan Penolong Rp 16.100 400 kg + 60% x 100 kg = 460 kg Rp 35
Tenaga Kerja 22.500 400 kg + 50% x 100 kg = 450 kg 50
Overhead Pabrik 24.750 400 kg + 50% x 100 kg = 450 kg 55
Rp 63.350 Rp 140

Perhitungan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang dan produk yang
masih dalam proses akhir bulan adalah sebagai berikut :

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang


400 kg @ Rp 362,6 Rp 145.040
Harga pokok produk dalam proses akhir bulan :
Harga pokok dari Departemen A : 100 kg x Rp 222,60 Rp 22.260
Biaya bahan baku : 100 kg x 60% x Rp 35 2.100
Biaya tenaga kerja : 100 kg x 50% x Rp 50 2.500
Biaya overhead pabrik : 100 kg x 50% x Rp 55 2.750
29.610
Jumlah biaya kumulatif dalam Departemen B Rp 174.650

PT Eliona
Laporan Biaya Produksi Departemen B
Bulan Januari 19X1
Data Produksi
Produk yang diterima dari Dept. A 700 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 400 kg
Produk dalam proses akhir 100 kg
Produk yang hilang pada awal proses 200 kg
700 kg

Biaya yang dibebankan dalam Dept. B


Total Per Kg
Harga pokok produk yang diterima dari Dept. A Rp 111.300 Rp 159,00
Penyesuaian karena adanya produk hilang 63,60
Rp 111.300 222,60
Biaya yang ditambahkan dalam Departemen B :
Biaya bahan penolong Rp 16.100 Rp 35,00
Biaya tenaga kerja 22.500 50,00
Biaya overhead pabrik 24.750 55,00
Jumlah biaya yang ditambahkan dalam Dept. B Rp 63.350 Rp 140,00
Jumlah biaya produksi kumulatif dalam Dept. B Rp 174.650 Rp 362,60
Perhitungan Biaya

Shinta Wulansari 54
Akuntansi Manajemen

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang


400 kg @ Rp 362,60 Rp 145.040
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :
Harga pokok produk dari Departemen A :
100 kg x Rp 222,60 Rp 22.260
Harga pokok yang ditambahkan dalam Dept. B
Biaya bahan penolong 2.100
Biaya tenaga kerja 2.500
Biaya overhead pabrik 2.750
29.610
Jumlah biaya produksi kumulatif dalam Dept. B Rp 174.650

6.3. Pengaruh Terjadinya Produk Yang Hilang Pada Akhir Proses Terhadap
Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan

Produk yang hilang pada akhir proses sudah ikut menyerap biaya produksi yang
dikeluarkan dalam departemen yang bersangkutan, sehingga harus diperhitungkan
dalam penentuan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan oleh departemen tersebut.

Contoh 2 :
Hitunglah harga pokok produksi Departemen A dan Departemen B pada
keterangan pada Contoh 1, dengan perubahan keterangan mengenai produk yang
hilang yang diubah menjadi pada akhir proses.

Perhitungan Harga Pokok Produksi Departemen A

Karena produk yang hilang terjadi pada akhir proses, maka produk tersebut
sudah ikut menyerap biaya produksi yang dikeluarkan oleh Departemen A dalam
bulan Januari 19X1. Oleh karena itu produk yang hilang tersebut diikutsertakan
dalam perhitungan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan oleh Departemen A.
Akibatnya biaya produksi per kg produk yang dihasilkan menjadi lebih tinggi.

Biaya
Biaya per
Jenis biaya Produksi Unit Ekivalensi
kg
Departemen
(1) (2) (3) (2) : (3)
Bahan baku Rp 22.500 700 kg + 100% x 200 kg + 100 kg = 1000 kg Rp 25,50
Bahan penolong 26.100 700 kg + 100% x 200 kg + 100 kg = 1000 kg 26,10
Tenaga kerja 35.100 700 kg + 40% x 200 kg + 100 kg = 880 kg 39,89
Overhead pabrik 46.800 700 kg + 40% x 200 kg + 100 kg = 880 kg 53,18
Rp 130.500 Rp 141,67

Perhitungan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B


dan persediaan produk dalam proses akhir dalam Departemen A disajikan di bawah
ini :

Shinta Wulansari 55
Akuntansi Manajemen

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B


700 x Rp 141,67 Rp 99.169,00
Penyesuaian harga pokok produk selesai karena adanya produk yang hilang
pada akhir proses :
100 x Rp 141,67 14.167,00
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B setelah
disesuaikan :
700 x Rp 161,91 * Rp 113.334,40
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :
Biaya bahan baku 200 kg x 100% x Rp 25,5 = Rp 4.500,00
Biaya bahan penolong 200 kg x 100% x Rp 26,10 = 5.220,00
Biaya tenaga kerja 200 kg x 40% x Rp 39,89 = 3.191,20
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40% x Rp 35,18 = 4.254,40
17.165,60
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500,00

Jumlah biaya produksi Departemen A


* (99.169) = 14,167) : 700 = Rp 161,91
** Jumlah seharusnya adalah Rp 113,336. Jumlah tersebut disesuaikan karena adanya
pembulatan perhitungan, dan penyesuaian tersebut dimaksudkan agar supaya jika dijumlah
dengan persediaan produk dalam proses akhir, hasilnya sebesar Rp 130.500, jumlah biaya
produksi Departemen A.

PT Eliona
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 19X1
Data Produksi
Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke Departemen B 700 kg
Produk dalam proses akhir 200 kg
Produk yang hilang pada awal proses 100 kg
1.000 kg

Biaya yang dibebankan dalam Departemen A


Total Per Kg
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp 25,50
Biaya bahan penolong 26.000 26,10
Biaya tenaga kerja 35.100 39,89
Biaya overhead pabrik 46.800 53,18
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500 Rp 141,67

Perhitungan Biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Departemen B :
700 kg @ Rp 141,67 Rp 99.169,00
Penyesuaian karena adanya produk yang hilang pada akhir
Proses :
100 kg x Rp 161,67 14,167,00
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B :
700 kg x Rp 161,91 Rp 113.334,40
Harga pokok persediaan produk dlm proses akhir : Rp 4.500.000
Biaya bahan baku 5.220,00

Shinta Wulansari 56
Akuntansi Manajemen

Biaya bahan penolong 3.191,20


Biaya tenaga kerja 4.254,10
Biaya overhead pabrik
17.165,60
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500,00

Perhitungan Harga Pokok Produksi Departemen B


Tidak seperti halnya dengan produk hilang pada awal proses di departemen
produksi ke dua dan seterusnya, produk yang hilang pada akhir proses yang terjadi
di departemen setelah departemen produksi pertama hanya berakibat terhadap
harga pokok persatuan yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang.
Karena produk yang hilang pada akhir proses ikut menyerap biaya yang dikeluarkan
dalam departemen yang bersangkutan, maka jumlah produk yang hilang
tersebutharus diperhitungkan dalam unit ekuivalensi biaya produksi yang
bersangkutan. Produk yang hilang pada akhir proses tidak mempengaruhi harga
pokok produksi per satuan produk yang diterima dari departemen sebelumnya.
Perhitungan harga pokok produksi per satuan yang ditambahkan di
Departemen B disajikan berikut ini :

Jumlah Biaya per


biaya kg Produk
produksi yang
Jenis biaya Unit Ekuivalensi
yang ditambah
ditambahan kan di
di Dept B Dept. B
(1) (2) (3) (2) : (3)
Bahan penolong Rp 16.100 400 kg + 60% x 100 kg + 200 kg = 660 kg Rp 24,39
Tenaga kerja 22.500 400 kg + 50% x 100 kg + 200 kg = 650 kg 34,62
Overhead pabrik 35.100 400 kg + 50% x 100 kg + 200 kg = 650 kg 38,08
Rp 63.350 Rp 97,09

Perhitungan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang dan


produk yang masih dalam proses adalah :
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang
Harga pokok dari Departemen A : 400 kg x Rp 161,91 Rp 64.764,00
Harga pokok yang ditambahkan dalam Departemen B :
400 kg x Rp 97,09 38.836,00
Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses :
200 kg x (Rp 161,91 + Rp 97,09) 51.800,00
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang :
400 kg x Rp 388,50 * Rp 155.400,00
Harga pokok persediaan produk dalam proses :
Harga pokok dari Departemen A : 100 kg x Rp 161,91 Rp 16.191,00
Biaya bahan penolong 100 kg x 50% x Rp 24,39 1.219,50
Biaya tenaga kerja 100 kg x 50% x Rp 34,62 1.731,00
Biaya overhead pabrik 100 kg x 50% x Rp 38,08 1.904,00
21.045,50
Jumlah biaya kumulatif dalam Departemen B Rp 176.445,50
* Rp 388,50 adalah hasil bagi Rp 155.400 dengan 400 kg

Shinta Wulansari 57
Akuntansi Manajemen

Laporan Biaya Produksi Departemen B Bulan Januari 19X1 adalah :

PT Eliona
Laporan Biaya Produksi Departemen B
Bulan Januari 19X1
Data Produksi
Produk yang diterima dari Departemen A 700 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 400 kg
Produk dalam proses akhir 100 kg
Produk yang hilang pada awal proses 200 kg
700 kg

Biaya yang dibebankan dalam Departemen B


Total Per Kg
Harga pokok produk yang diterima dari Dept. A Rp 113.334,00 Rp 161,91
Biaya yang ditambahkan dalam Dept. B :
Biaya bahan penolong Rp 16.100,00 Rp 24,39
Biaya tenaga kerja 22.500,00 34,62
Biaya overhead pabrik 24.750,00 38,08
Jumlah biaya yg ditambahkan dlm Dept. B Rp 63.350,00 Rp 97,09
Jumlah biaya produksi kumulatif dalam Dept. B Rp 176.684,40 Rp 259,00

Perhitungan Biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
Harga pokok dari Departemen A : 400 kg @ Rp 161,91 Rp 64.764,00
Harga pokok yang ditambahan Departemen B :
400 kg x Rp 97,09 38.836,00
Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses :
200 kg x (Rp 161,91 + Rp 97,09) 51.800,00
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Departemen B :
400 kg x Rp 389,10 * Rp 155.638,00
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :
Harga pokok produk dari Departemen A :
100 kg x Rp 161,91 Rp 16.191,00
Harga pokok yang ditambahkan dalam Dept B
Biaya bahan penolong 1.219,50
Biaya tenaga kerja 1.731,00
Biaya overhead pabrik 1.904,00
21.045,50
Jumlah biaya produksi kumulatif dalam Departemen B Rp 176.684,40

Shinta Wulansari 58
Akuntansi Manajemen

Soal Praktikum

1. PT. Al Hikmah memproduksi satu macam produk melalui dua departemen


produksi, yaitu Departemen A dan Departemen B. Bagian produksi melaporkan
produk yang dihasilkan oleh tiap departemen dalam bulan Januari 200X adalah
sebagai berikut :
Departemen A Departemen B
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 500 kg
Produk dalam proses akhir dengan tingkat penyelesaian
Bahan baku dan penolong 100%; biaya konversi 60% 300 kg
Biaya bahan penolong 40%, biaya konversi 70% 200 kg

Menurut catatan bagian akuntansi, biaya produksi yang telah dikeluarkan selama
bulan Januari 200X adalah sebagai berikut

Biaya bahan baku Rp 112.500


Biaya bahan penolong Rp 67.500 Rp 113.100
Biaya tenaga kerja 132.000 100.800
Biaya overhead pabrik 158.400 120.000
Rp 470.000 Rp 333.900

Hitunglah :
1. a. Biaya per Kg produk di Departemen A
b. Biaya per Kg produk di Departemen B
c. Nilai produk selesai yang ditransfer ke gudang
d. Nilai produk dalam penyelesaian di Departemen A dan Departemen B

2. Buatlah jurnal untuk :


a. Produk yang ditransfer dari Departemen B ke gudang
b. Produk dalam penyelesaian akhir di Departemen A dan Departemen B
2. PT. GURITA menghasilkan suatu jenis produk tertentu melalui 3 (tiga)
departemen produksinya. Berikut ini data yang diperoleh dari Departemen B
pada bulan Juli 200X :
Produk yang ditransfer dari Departemen A 210.000 m
Produk yang ditransfer ke Deaprtemen C 150.000 m
Produk dalam proses akhir Juli 200X 40.000 m
(Tingkat penyelesaian 75% Biaya Konversi)
Sedangkan data biaya produksi pada Departemen B adalah sebagai berikut :
Harga Pokok per meter dari Departemen A Rp 450
Biaya Tenaga Kerja Rp 53.000.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 37.000.000
Susunlah Laporan Harga Pokok Produksi Departemen B !

3. Berikut ini data biaya dan skedul kuantitas Departemen “Madya“ pada bulan Mei
200X dari PT Amalia yang menggunakan metode harga pokok proses :

Shinta Wulansari 59
Akuntansi Manajemen

Data Produksi
Harga pokok dari Departemen “Purwa“ Rp 38.870.000
Biaya yang ditambahkan pada Departemen “Madya” :
Biaya Bahan Baku Rp 23.000.000
Biaya Tenaga Kerja Rp 10.976.000
Biaya Overhead Pabrik 12.768.000

Rp 46.744.000

Skedul Kuantiítas
Produk masuk dalam proses 23.000 kg
Produk ditransfer ke Departemen “Wusana” 100.000 m
Produk dalam proses akhir 15.000 m
(Tingkat penyelesaian 100% bahan baku, 80% biaya konversi)

Setiap kilogram produk dari Departemen “Purwa” menjadi 5 (lima) meter produk
di Departemen “Madya”.

Berdasarkan data di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini :


1. Jumlah harga pokok per unit dari Departemen “Purwa” di Departemen
“Madya” adalah sebesar
a. Rp 1.690 c. Rp 338
b. Rp 1.960 d. Rp 383

2. Produk ekuivalen Biaya Bahan Baku di Departemen “Madya” adalah


a. 338 m c. 112.000 m
b. 115.000 kg d. Tidak ada jawaban yang benar

3. Produk ekuivalen Biaya Konversi di Departemen ”Madya” adalah


a. 23.000 kg c. 115.000 m
b. 112.000 kg d. Tidak ada jawaban yang benar

4. Harga pokok produksi per unit di Departemen ”Madya” adalah


a. Rp 750 c. Rp 46.744.000
b. Rp 412 d. Rp 85.614.000

5. Jumlah biaya yang diperhitungkan di Departemen ”Madya” adalah


a. Rp 38.870.000 c. Rp 85.614.000
b. Rp 46.744.000 d. Tidak ada jawaban yang benar

6. Harga pokok dari Departemen ”Madya” yang ditransfer ke Departemen


”Wusana” adalah
a. Rp 4.120.000 c. Rp 8.625.000
b. Rp 7.500.000 d. Tidak ada jawaban yang benar

7. Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir di Departemen ”Madya”


adalah :

Shinta Wulansari 60
Akuntansi Manajemen

a. Rp 75.000.000 c. Rp 10.614.000
b. Rp 8.625.000 d. Tidak ada jawaban yang benar

Soal Ujian UTS 14 November 2007

I. Teori (Nilai 30)

1. Akuntansi biaya merupakan cabang ilmu akuntansi dengan objek biaya yang sangat
diperlukan dalam bisnis. Jelaskan kenapa informasi biaya sangat diperlukan?
2. Jelaskan dengan gambar pengumpulan biaya berdasarkan proses jika perusahaan
mempunyai tiga departemen produksi.
3. Pemilihan metode harga pokok oleh suatu perusahaan tergantung karakteristik
perusahaan. Jelaskan lima perbedaan karakteristik perusahaan yang menggunakan
harga pokok pesanan dan harga pokok proses.

II. Aplikasi (Nilai 70)

1. PT. Cahaya Persada mempunyai dua departemen produksi dan dua departemen
pembantu. Berikut adalah data budget biaya overhead pabrik pada bulan September
2007 sebelum alokasi (Nilai 35)

Departemen Produksi Departemen


URAIAN Pembantu
I II A B
Budget BOP sebelum alokasi (000 200.000 250.000 150.000 120.000
rupiah)
Jasa dari departemen A 40% 40% 20%
Jasa dari departemen B 40% 50% 10% -

Alokasi budget BOP dari Departemen Pembantu ke Departemen Produksi menggunakan


metode alokasi aljabar.
Diminta :
a. Buat tabel alokasi budget BOP dari dept. Pembantu ke dept. Produksi (tunjukan
perhitungan persamaan aljabarnya!)
b. Hitung tarif BOP Departemen I (Tarif total, variabel, dan tetap) apabila kapasitas
normal Departemen I adalah 50.000 jam mesin dengan Tarif Variabel 70% dan Tarif
Tetap 30%.
c. Menghitung analisis penyimpangan BOP (Total penyimpangan, selisih budget dan
selisih kapasitas) pada Departemen I, jika diketahui BOP sesungguhnya pada
Departemen I adalah lebih kecil Rp3.000.000 dari budget BOP Departemen I
setelah alokasi, dengan kapasitas aktual yang dicapai sebesar 45.000 jam mesin.

2. PT ABC berproduksi secara massa dan kontinyu dalam menghasilkan Sirop melalui 2
departemen produksi, yaitu dep X dan dep Y. Berikut adalah data produksi dan biaya
yang dikeluarkan selama bulan Agustus 2007 adalah (nilai 35) :

URAIAN DEPT X DEPT Y


DATA BIAYA (Rp 000)
Bahan baku Rp 196.000,- -
Bahan penolong Rp 100.000,- Rp 150.000,-
Tenaga Kerja Rp 233.000,- Rp 298.000,-

Shinta Wulansari 61
Akuntansi Manajemen

Overhead pabrik Rp 225.000,- Rp 262.000,-

DATA PRODUKSI (Kg)


Produk masuk proses ? 90.000
Produk selesai ditransfer ke departemen lanjutan 90.000 ?
/ ke gudang
Produk dalam proses akhir 8.000 6.000

TINGKAT PENYELESAIAN PDP AKHIR


Biaya bahan baku 100%
Biaya bahan penolong 100% 100%
Biaya TK 50% 60%
BOP 60% 50%

Diminta :
Buatlah laporan harga pokok produksi (meliputi data produksi, pembebanan biaya dan
perhitungan biaya) pada Departemen X dan Departemen Y di PT ABC tersebut untuk bulan
Agustus 2007 !

Shinta Wulansari 62

Anda mungkin juga menyukai