OUTSOURCING
OLEH :
KELOMPOK 4
Yesi Apriliawati
(125020300111003)
(125020300111008)
(125020300111018)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015
Pengertian Outsourcing
Alih daya (bahasa Inggris: outsourcing atau contracting out) adalah pemindahan
pekerjaan (operasi) dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Hal ini biasanya dilakukan untuk
memperkecil biaya produksi atau untuk memusatkan perhatian kepada hal utama dari
perusahaan tersebut. Istilah offshoring artinya pemindahan pekerjaan (operasi) dari satu
negara ke negara lain. Banyak perusahaan, misalnya Dell, mendapat publikasi negatif karena
keputusan mereka untuk alih daya dalam hal customer service dan technical support. Selain
itu, juga banyak BUMN Indonesia yang menggunakan alih daya, seperti PT. PLN Persero, PT
Pertamina, PT Garuda Indonesia dan lain-lain.
Bidang pekerjaan alih daya yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain harus
memenuhi syarat-syarat seperti, dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama, dilakukan
dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi kerja, merupakan kegiatan
penunjang perusahaan secara keseluruhan dan, tidak menghambat proses produksi secara
langsung. Bidang pekerjan untuk alih daya, menurut UU 13 Tahun 2003 (Pasal 66, ayat 1).
diantaranya adalah Usaha pelayanan Kebersihan, Usaha penyedia tenaga pengaman, Usaha
penyedia Angkutan pekerja/buruh, Usaha penyedia makanan bagi pekerja/buruh, Usaha jasa
penunjang Pertambangan dan perminyakan.
Ada beberapa ketentuan yang berlaku untuk karyawan kontrak, seperti
-
Karyawan kontrak dipekerjakan oleh perusahaan untuk jangka waktu tertentu saja,
waktunya terbatas maksimal hanya 3 tahun.
Status karyawan kontrak hanya dapat diterapkan untuk pekerjaan tertentu yang
menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu,
yaitu pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya, pekerjaan yang
diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3
(tiga) tahun, pekerjaan yang diberikan bersifat musiman, pekerjaan yang berhubungan
dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam
percobaan atau penjajakan, untuk pekerjaan yang bersifat tetap, tidak dapat
diberlakukan status karyawan kontrak.
-
Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka
waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu, atau berakhirnya
hubungan kerja bukan karena terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan yang telah
disepakati bersama, maka pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan
membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar gaji karyawan sampai batas waktu
berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja
Jika setelah kontrak kemudian perusahaan menetapkan ybs menjadi karyawan tetap,
maka masa kontrak tidak dihitung sebagai masa kerja.
martabat manusia dan martabat semua manusia sama. Karena itu, manusia dan setiap
individual siapa pun tidak boleh dikorbankan demi tercapainya suatu tujuan. Etika bisnis
pada zaman sekarang sebenarnya hanya melanjutkan perjuangan dalam bidang sosial
ekonomi yang sudah berlangsung sebelumnya. Perjuangan kaum buruh pada zaman
industrialisasi juga berasal dari wawasan hak. Meskipun perusahaan juga mempunyai hak,
tapi teori hak lebih utama diterapkan pada karyawan dengan menggunakannya pada hak
karyawan atas perusahaan.
Outsourcing pada intinya adalah suatu kegiatan pembelian, yaitu kegiatan
pembelian jasa dengan tujuan strategis berjangka panjang. Salah satu tujuan yang penting
dari outsourcing adalah untuk meningkatkan efisiensi perusahaan dengan menekan biaya
operasi. Oleh
karena
itu
banyak
wujud outsourcing
yang
berupa
mengganti
mempekerjakan karyawan tetap dan purna waktu dengan karyawan tidak tetap dan paruh
waktu, karyawan kontrak atau bentuk lain dimana para karyawan tidak atau lebih sedikit
menerima fringe benefit. Dengan kata lain perkataan outsourcing dapat diganti dengan
memperkerjakan karyawan secara tetap dengan gaji tinggi dengan mempekerjakan karyawan
secara temporer dengan gaji lebih rendah. Namun perusahaan yang secara historis yang
bersikap paternalistik, cenderung berubah dan secara aktif mempekerjakan karyawan atas
dasar sementara. Hal-hal ini yang dapat menyebabkan outsourcing bersinggungan dengan
etika. Lagipula, banyak kritik yang dilontarkan bahwa outsourcing merupakan sebenarnya
adalah pengkhianatan para pimpinan perusahaan pada karyawannya dimana para pimpinan
menerima gaji rata-rata 100 atau 150 kali lipat dari rata-rata penerimaan karyawan
rendahnya. Dan tidak etis, beberapa orang menganggap, apabila perusahaan di Amerika yang
walaupun menghadapi persaingan ketat, membebani penurunan biaya dalam bentuk
pengurangan gaji dan peniadaan asuransi kesehatan sementara para eksekutif menerima gaji
yang sedemikian besarnya.
Ada beberapa dari penerapan prinsip-prinsip etika yang dapat digolongkan dalam
tanggung jawab sosial pembelian. Tanggung jawab sosial ini dapat dihasilkan dari tanggung
jawab moral, atau dapat juga dihasilkan dari ketentuan hukum yang ada. Beberapa hal yang
dapat dimasukkan dalam kategori tanggung jawab, sosial pembelian adalah yang pertama,
Pembelian kepada golongan lemah. Hampir semua negara mempunyai kebijakan tertentu
mengenai hal ini, baik Negara yang sedang berkembang maupun Negara yang sudah
berkembang. Contohnya Negara Indonesia, dalam peraturan pengadaan barang/jasa untuk
instansi Pemerintah mengenal istilah dan kebijakan khusus untuk golongan ekonom lemah
(Keppres-16/1994) yang istilahnya sudah diganti menjadi usaha kecil dalam Keppres18/2000. Amerika Serikat menggunakan istilah women own suppliers dan minority owned
suppliers. NAPM (National Association of Purchasing Management) menggunakan istilah
small, disadvantaged, and minority-owned businesses. Dan perlindungan kepada golongan
lemah.
Kedua, Pembelian barang hasil daur ulang. Termasuk tanggung jawab social dalam
bidang pelestarian lingkungan. Para pembeli secara moral wajib mendukung dan
mempromosikan pembelian barang-barang hasil industry daur ulang missal, kertas, karton,
botol plastic dan sebagainya. Dalam usaha mempromosikan pembelian barang jenis ini,
beberapa negara memberikan insentif tertentu pada perusahaan yang melakukannya. Ketiga
adalah pembelian kepada rekanan setempat. Berkaitan dengan kebijakan pembelian secara
sentralisasi atau desentralisasi. Dalam kebijakan ini, yang perlu dipertimbangkan tidak hanya
dari segi ekonomi perusahaan semata, tetapi juga dari pembangunan ekonomi daerah
setempat. Beberapa negara berkembang mempunyai kebijakan tertentu mengenai hal ini,
misalnya Kanada. Indonesia juga mempunyai kebijakan bagi instansi Pemerintah dalam
melakukan pengadaan barang dan jasa sampai nilai tertentu harus dilakukan di daerah dimana
operasi dilaksanakan dan kepada rekanan setempat . Keempat, pembelian barang hasil dalam
negeri. Merupakan konsensus internasional bahwa masing-masing negara, sampai batas
tertentu, diakui mempunyai hak untuk mengutamakan menggunakan produksi dalam negeri,
baik berupa barang atau jasa dan memproteksi industri dalam negeri yang masih dalam tahap
bayi. World Bank mengakui hak tersebut dan menuangkannya dalam Procurement Procedures
of the World Bank. Demikian juga WTO (World Trade Organization) mengakuinya dan
mencantumkannya dalam WTO Government
Procurement
Daftar pustaka