Dalam literatur Indonesia, istilah ini dikenal dengan alih daya, yaitu pemindahan pekerjaan
(operasi) dari satu perusahaan ke pihak (perusahaan) lain. Hal ini biasanya dilakukan untuk
memperkecil biaya produksi atau untuk memusatkan perhatian kepada hal utama dari
perusahaan tersebut. (Wikipedia Indonesia). Salah satu perusahaan internasional yang
menggunakan outsourcing adalah Dell (bidang customer service dan technical support).
1/4
internasional. (ibid)
Kalangan pengusaha memandang bahwa outsourcing dapat mencegah ancaman demo
karyawan, karena demo karyawan merupakan faktor yang sangat mengganggu dalam kegiatan
bisnis perusahaan (kompasiana). Selain itu, pengusaha menganggap bahwa outsourcing dapat
mencegah mereka untuk menutup perusahaan, karena ancaman demo dapat di atasi.
Petrus Baron dari perusahaan outsourcing PT. Multi Bangun Abadi Purwanto dalam hal
pemberian gaji, asuransi kesehatan hingga perpanjangan kontrak telah dilakukan secara
transparan, tidak menutup kemungkinan bagi karyawan yang berprestasi untuk dipromosikan,
walaupun jarang terjadi. (Lampung Post Online).
Berdasarkan penjelasan dari beberapa perusahaan outsourcing yang pernah penulis temui,
diterangkan bahwa mereka tidak memungut biaya kepada calon karyawan selama proses
perekrutan, meskipun memang ada beberapa yang melakukan hal tersebut. Kemudian
mengenai perjanjian kerja, sebelum penandatanganan perjanjian kerja, perusahaan
memberikan kesempatan kepada calon karyawan untuk bertanya tentang hal-hal yang dirasa
belum jelas, dan mempersilahkan kepada calon karyawan apabila bermaksud mengundurkan
diri. Bahkan beberapa diantara karyawan setelah masa kerja tertentu, berdasarkan penilaian
kinerja yang bersangkutan ternyata baik, tidak menutup kemungkinan untuk diangkat sebagai
2/4
karyawan tetap.
Dalam beberapa kesempatan berdialog dengan mahasiswa, alumni dan Dosen, saya menarik
kesimpulan bahwa outsourcing masih memiliki kesan negatif, diantaranya berkenaan dengan
potongan gaji, tidak adanya tunjangan, tidak ada kepastian jenjang karir, perlakuan diskriminatif
oleh perusahaan klien, dan sebagainya. Harijanto, HRD Manager PT. Mutual Plus, sebuah
perusahaan outsourcing dalam kesempatan acara Sarasehan BSI dengan Dunia Industri yang
dilaksanakan bulan Juli 2009 menerangkan bahwa memang terdapat pemotongan gaji
karyawan, tetapi pemotongan itu adalah untuk JamSosTek dan Pajak Penghasilan yang
merupakan kewajiban yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Agar menjamin hak-hak pekerja, UU mensyaratkan perusahaan penerima pekerjaan
(outsourcing) harus sudah ber-badan hukum. Apabila belum berbadan hukum dan jenis
pekerjaan tidak memenuhi persyaratan, maka status pekerja yang semula adalah karyawan
dari perusahaan penerima pekerjaan berdasarkan hukum beralih menjadi karyawan pemberi
pekerjaan. (ibid)
Pekerja pada perusahaan penerima pekerjaan memilki hak yang sekurang-kurangnya sama
dengan pekerja pada perusahaan pemberi pekerjaan. Hal ini berarti gaji yang diterima oleh
pekerja pada perusahaan penerima pekerjaan tidak boleh lebih rendah dari pekerja pada
perusahaan pemberi pekerjaan. (ibid) Tulisan yang cukup lengkap dapat dilihat di
Menjernihkan Permasalahan Buruh Kontrak & Outsourcing: (Study Kritis Undang-Undang
Ketenagakerjaan) oleh Nursyaifudin pada Majalah Garis
(http://majalahgaris.blogspot.com/2009/03/menjernihkan-permasalahan-buruh-kontrak.html).
Apakah Sama antara Outsourcing dengan Pekerja Kontrak
Pekerja pada perusahaan penerima pekerjaan (selanjutnya disebut outsourcing) bisa jadi
memiliki masa kerja tertentu (kontrak) atau tidak tertentu (tetap). Perjanjian kerja kontrak harus
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam pasal 59 UU Ketenagakerjaan.
Perusahaan outsourcing seharusnya tidak selalu menerapkan sistem kerja kontrak. Dalam satu
kesempatan Campus Recruitment dengan PT. Alihdaya Indonesia, dalam presentasinya, staf
rekrutmen menjelaskan bahwa karyawan (pekerja) pada klien PT. Alihdaya ada dua jenis, yaitu
ada yang sebagai karyawan klien dan karyawan PT. Alihdaya.
Perusahaan outsourcing tidaklah sama dengan Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta
(Labour Supplier). Pada lembaga penempatan tenaga kerja, status tenaga kerja yang telah
ditempatkan adalah sebagai pekerja pada perusahaan pemberi kerja. (ibid)
Kesimpulan
1. Secara eksplisit dalam UU ketenagakerjaan tidak disebutkan istilah Outsourcing, praktik
outsourcing diatur dalam beberapa pasal pada UU Ketenagakerjaan dan KUH Perdata, seperti
pasal 59, 64-66 UU Ketenagakerjaan, pasal 1601 b KUH perdata.
2. Terdapat dua jenis sistem perjanjian pekerja pada perusahaan outsourcing, yaitu
perjanjian pekerja waktu tertentu (kontrak) dan tak tertentu (tetap). Akan tetapi terjadi kesalahan
pada praktiknya yaitu beberapa perusahaan outsourcing hanya menerapkan sistem kontrak.
3/4
3. Outsourcing berbeda dengan Lembaga Penempatan Tenaga kerja Swasta, dan diatur
dalam pasal berbeda, yaitu pasal 35-38 UU Ketenagakerjaan.
4. Masih banyaknya kesan negatif di masyarakat tentang perusahaan outsourcing.
Sementara bagi pengusaha, outsourcing adalah salah satu solusi untuk tetap bertahan dari
kondisi ekonomi yang tidak menentu dan menghilangkan ancaman demo dari pekerja yang
dapat mengganggu operasional perusahaan. Sementara kalangan pekerja (buruh) memandang
bahwa outsourcing harus dihapuskan karena merugikan pekerja.
5. Apapun pandangan masyarakat tentang outsourcing, maka pada saat ini outsourcing
adalah sebuah kenyataan yang ada di Indonesia bahkan di dunia. Bagi pengusaha, outsourcing
merupakan solusi dari kondisi perekonomian nasional bahkan global yang cenderung tidak
stabil dan berpotensi menimbulkan kerugian. Dilain pihak, buruh atau tenaga kerja dituntut
untuk bekerja secara profesional menampilkan kinerja yang baik agar dapat tetap bertahan
dalam persaingan pasar kerja. Selain itu, mereka memiliki kesempatan untuk merencanakan
karir secara mandiri agar menjadi buruh atau tenaga kerja profesional yang dibutuhkan oleh
dunia kerja.
6. Praktek outsourcing sebagimana hal lainnya memiliki dua potensi, yaitu negatif atau
positif. Untuk memastikan potensi negatif dapat dikurangi bahkan dihilangkan, maka perlu bagi
Pemerintah untuk tegas dalam menerapkan peraturan yang tercantum dalam UU
Ketenagakerjaan sebagaimana disebut di atas, atau membuat peraturan khusus bagi praktik
outsourcing yang menguntungkan baik bagi pengusaha maupun pekerja.
Referensi
Anoname. http://en.wikipedia.org/wiki/Outsourcing. diakses pada tanggal 15 Juli 2009
Anoname. http://id.wikipedia.org/wiki/Outsourcing. diakses pada tanggal 15 Juli 2009
Meisaroh, Siti. Serikat Pekerja Tampik Model Outsourcing.
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=22&jd=Serikat+Pekerja+Tampik+Model+Outsour
cing&dn=20081031070331. Diakses pada tanggal 15 Juli 2009
Petir, Djawara Putra. Perlukah Lembaga Outsourching Dihapus?.
http://public.kompasiana.com/2009/07/05/perlukah-lembaga-outsourcing-dihapus/. Diakses
pada tanggal 15 Juli 2009
Nursyaifudin. Menjernihkan Permasalahan Buruh Kontrak & Outsourcing: (Study Kritis
Undang-undang Ketenagakerjaan).
http://majalahgaris.blogspot.com/2009/03/menjernihkan-permasalahan-buruh-kontrak.html.
Diakses pada tanggal 16 Juli 2009
Anoname. Hapuskan Sistem Kontrak dan Outsourcing.
http://hukumonline.com/detail.asp?id=19142&cl=Berita. Diakses pada tanggal 16 Juli 2009
Anoname. Outsourcing Ciptakan Perbudakan Baru.
http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2009061205145541. Diakses pada tanggal
16 Juli 2009
Anoname. Sistem Kontrak dan Outsourcing: Masih Jadi Kendala Kaum Buruh.
http://www.radarsulteng.com/berita/index.asp?Berita=Palu&id=51250. Diakses pada tanggal 16
Juli 2009
4/4