Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pentingnya Etika Bisnis dalam Bauran Produksi

Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang


mencakup seluruh aspek yang berikatan dengan individu, perusahaan dan juga
masyarakat. Etika bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma
dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan
sehat dengan pelanggan/ mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.

Etika adalah ilmu atau pengetahuan tentang apa yang baik dan apa yang
tidak baik untuk dijunjung tinggi atau untuk diperbuat (Ethics is the science of good
and bad). Jadi dapat disimpulkan bahwa etika bisnis adalah ilmu yang menyangkut
tata pergaulan di dalam kegiatan-kegiatan bisnis dimana etika bisnis adalah
menerapkan aturan-aturan umum mengenai etika pada perilaku bisnis. Etika bisnis
ini menyangkut moral, kontak sosial, hak dan kewajiban, prinsip-prinsip dan
aturan-aturan.

Kegiatan produksi berarti membuat nilai manfaat atas suatu barang atau jasa,
produksi dalam hal ini tidak diartikan dengan membentuk fisik saja. Sehingga
kegiatan produksi mempunyai fungsi menciptakan barang dan jasa yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat pada waktu, harga, dan jumlah yang tepat. Oleh
karena itu, dalam proses produksi biasanya perusahaan menekankan agar produk
yang dihasilkan mengeluarkan biaya yang murah, melalui pendayagunaan sumber
daya-sumber daya uang dibutuhkan, didukung dengan inovasi dan kreativitas untuk
menghasilkan barang dan jasa tersebut. Misalnya biasa berproduksi dengan cara
konvensional/tradisional tetapi sekarang dengan pemanfaatan teknologi yang tepat
guna dan berdasarkan aturan dan standar yang berlaku. Jika kegiatan produksi ini
digunakan dengan standar dunia, maka harus berdasarkan standar dunia yang di

4
5

akui. Seperti peningkatan kualitas produksi, peningkatan pola produksi


berwawasan lingkungan, membangun pabrik atau perusahaan yang ramah
lingkungan (go green) dengans asaran pada keselamatan kerja, kesehatan dan
lingkungan yang maksimal dengan limbah nol.

Pada saat pelaku bisnis melakukan etika bisnis, maka mereka harus
menghindari pelanggaran hukum atau norma-norma yang ada di masayarakat
sehingga dapat terhindar dari citra yang buruk bagi perusahaan. Jika citra
perusahaan buruk maka akan berdampak pada kegiatan usahanya. Timbulnya
masalah-masalah yang dapat melahirkan problematika dalam kaitannya dengan
etika bisnis bias beraneka ragam sifatnya, seperti adanya kepentingan pribadi yang
sering berlawanan dengan kepentingan orang lain, adanya persaingan dalam meraih
keuntungan yang melahirkan konflik perusahaan, dengan nilai-nilai pribadi yang
menimbulkan pertentangan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan atas
dan bawahan di perusahaan. Untuk itu, ada beberapa faktor penting dalam
melakukan kegiatan bisnis suatu perusahaan, yaitu:

1. Keterbukaan
Masyarakat ingin mengetahui dengan jelas tentang kegiatan perusahaan.
Posisi perusahaan harus jelas bagi para konsumen agar mereka dapat menilaia
secara objektif. Biasanya hal ini dilakukan oleh perusahaan yang sahamnya
dimiliki oleh masyarakat, atau disebut perusahaan yang sudah “go public”
2. Kejujuran
Kejujuran merupakan modal utama dalam melakukan kegiatan produksi,
jika sebuah perusahaan melakukan penipuan atas produk dan kegiatannya,
maka akan mempengaruhi citra perusahaan itu, kepercayaan konsumen akan
berkurang sehingga akan berpengaruh terhadap penjualan dan pendapatan suatu
produk. Kejujuran dimaksud meliputi tingkah laku perusahaan, mulai dari
jajaran direksi, staf, dan karyawan yang saling terkait.
6

Etika bisnis ini harus diterapkan dalam kegiatan produksi disuatu


perusahaan. Dimulai dari berhubungan dengan antar karyawan dengan karyawan,
karyawan dengan atasa, atasan dengan karyawan, produsen dengan pemasok,
produsen dengan distributor, maupun produsen dengan konsumen. Menurut pandji
ada beberapa cara untuk mempertahankan standar etika, dianataranya adalah
sebagai berikut :

1. Ciptakan kepercayaan perusahaan, kepercayaan perusahaan dalam menetapkan


nilai-nilai perusahaan yang berdasar tanggung jawab etika bagi stakeholders.
2. Kembangkan kode etik, kode etik merupakan suatu catatan tentang standar
tingkah laku dan prinsip-prinsip etika yang diharapkan perusahaan dan
karyawan.
3. Jalankan kode etik secara adil dan konsisten, manajer harus mengambil
tindakan apabila merasa melanggar etika. Bila karyawan mengetahui, bahwa
yang melanggar etika tidak dihukum, maka kode etik menjadi tidak berarti apa-
apa.
4. Lindungi hak perorangan, akhir dari semua keputusan setiap etika sangat
tergantung pada individu. Melindungi seseorang dengan kekuatan
prinsipprinsip moral dan nilai-nilainya merupakan jaminan yang terbaik untuk
menghindari penyimpangan etika. Untuk membuat keputusan-keputusan etika
seseorang harus memiliki :
a. Komitmen etika, yaitu tekad seseorang untuk bertindak secara etis dan
melakukan sesuatu yang benar,
b. Kesadaran etika, yaitu kemampuan untuk merasakan implikasi etika dari
suatu situasi,
c. Kemampuan kompetensi, yaitu kemampuan untuk menggunakan suara
pikiran moral dan mengembangkan strategi pemecahan masalah secara
praktis.
7

5. Adakan pelatihan etika, balai kerja merupakan alat untuk meningkatkan


kesadaran para karyawan.
6. Lakukan audit etika secara periodic, audit merupakan cara yang terbaik untuk
mengevaluasi efektivitas sistem etika. Hasil evaluasi tersebut akan
memberikan suatu sinyal kepada karyawan bahwa etika bukan sekedar iseng.
7. Pertahankan standar yang tinggi tentang tingkah laku, jangan hapus aturan.
Tidak ada seorangpun yang dapat mengatur etika dan moral. Akan tetapi
manajer bisa saja membolehkan orang untuk mengetahui tingkat penampilan
yang mereka harapkan. Standar tingkah laku sangat penting untuk menekankan
bahwa betapa pentignya etika dalam organisasi. Setiap karyawan harus
mengetahui bahwa etika tidak bisa dinegoisasi atau ditawartawar.
8. Hindari contoh etika yang tercela setiap saat. Etika diawali dari atasan, atasan
harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada bawahannya.
9. Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah. Komunikasi dua
arah sangat penting, yaitu untuk menginformasikan barang dan jasa yang kita
hasilkan dan untuk menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan.
10. Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika. Para karyawan
diberi kesempatan untuk memebrikan umpan balik tentang bagaimana standar
etika dipertahankan.

Etika bisnis kaitannya dengan bauran produksi adalah sebuah bisnis yang
berorientasi laba. Hasil dari penerapan etika yang bagus akan menghasilkan produk
atau jasa yang bagus pula. Sebagai contohnya seorang produsen akan memproduksi
produk yang aman sehingga mengurangi kewajiban tuntutan hukum, sedangkan
keuntungan yang didapat yaitu menimbulkan hubungan saling percaya dengan
masyarakat atau konsumen, hal tersebut akan membuat keuntungan jangka panjang
bagi perusahaan atau produsen. Sehingga fungsi produksi yang dilakukan oleh
perusahaan untuk memproduksi atau pengadaan atas barang atau jasa sesuai dengan
tujuan perusahaan. Sehingga dalam praktik kegiatan produksi adalah untuk
8

membentuk nilai tambah sehingga menjadi sebuah produk unggulan. Adapun


aktivitas- aktivitas atau kegiatan-kegiatan produksi Menurut Muchlis, meliputi:

1. Produk apa yang dibuat


2. Berapa kuantitas produk yang dibuat
3. Mengapa produk tersebut dibuat
4. Di mana produk tersebut dibuat
5. Kapan produk dibuat
6. Siapa yang membuat
7. Bagaimana memproduksinya.

Lebih lanjut dikatakan oleh Muchlis, bahwa etika bisnis yang terkait dengan
fungsi produksi adalah keterkaitan dengan upaya memberikan solusi atas tujuh
permasalahan di atas. Solusi dari produksi adalah berorientasi pada pencapaian
harmoni atau keseimbangan bagi semua atau beberapa pihak yang berkepentingan
dengan masalah produksi.

B. Norma dan Etika dalam Bauran Produksi

Norma adalah kaidah atau aturan yang dipakai sebagai patokan untuk
mengukur atau menilai sesuatu. Ciri khas atau karakteristik norma-norma dan nilai-
nilai moral serta etika sangat relevan dengan dunia bisnis saat ini. Kejujuran
(sebagai patokan untuk mengukur perilaku seseorang), berlaku kapan dan
dimanapun dan bagi siapapun juga, termasuk para pembisnis baik produsen
maupun investor. Norma terbagi menjadi dua yaitu norma yang bersifat umum
(Universal) dan norma yang bersifat khusus (Komunitarian). Perusahaan harus
dapat menyesuaikan bisnisnya berjalan dengan baik dan tidak melanjar aturan atau
norma yang berlaku secara umum maupun secara khusus.

Menurut gagasan Richard T. De George dalam karyanya yang berjudul


Competing With Integrity in International Business, bahwa setiap produsen atau
9

perusahaan perlu memperhatikan tiga pandangan atau anggapan yang dianut dalam
masyarakat, yaitu sebagai berikut:

1. Norma-norma berbeda antara satu temapt dengan tempat lain. Salah satu hal
yang harus diperhatikan dalam kegiatan produksi yaitu “ when in Rome, do as
Romans do”. Hal ini menekankan bahwa suatu perusahaan beroperasi atau
dimana saja seorang pelaku bisnis wajib menaati norma-norma dan nilai yang
di junjung oleh masyarakat setempat. Jadi, setiap masyarakat memiliki norma
dan nilai-nilainya sendiri. Istilah lain dalam peribahasa Indonesia “Di mana
bumi dipijak, di situ langit dijunjung”.
2. Norma-norma itu sendiri benar, maka prinsip yang seharusnya dipegang teguh
oleh para pelaku bisnis atau produsen adalah “bertindaklah kamu d mana saja
sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang di anut di negeri mu sendiri”.
Hal ini berarti norma-norma berlaku secara umum. Norma-norma dan nilai
berlaku untuk semua masyarakat di manapun juga. Artinya, apa yang dijunjung
tinggi sebagai norma dan nilai-nilai moral di negara sendiri itu atau di tempat
sendiri juga berlaku di tempat-tempat lain.

Setiap kegiatan produksi yang dilakukan harus sesuai dengan norma-norma


yang berlaku, perusahaan dituntut untuk tidak hanya menghormati kekhasan-
kekhasan budaya setempat, norma-norma social yang berlaku, kebijakan-kebijakan
politik yang berkaitan dengan ekonomi, melainkan kegiatan bisnis atau perusahaan
wajib merealisasikan rasa hormat dalam bidang-bidang tersebut dengan
mengakomodir segi-segi positif di daerah setempat. Dengan demikian ekspansi
perusahaan dengan sendirinya akan berhasil mencapai tujuan atau sasaranya
dengan kegiatan produksi yang mementingkan nama baik dan high degree of
personal integrity.
10

C. Kewajiban Produsen terhadap Konsumen


Menurut tata bahasa Indonesia, kewajiban berasal dari kata dasar wajib
yang artinya, harus; sudah semestinya. Kewajiban menurut KBBI adalah sesuatu
yang diwajibkan, sesuatu yang harus dilaksanakan, keharusan, sesuatu yang harus
dilaksanakan, atau juga tugas, dan hak tugas menurut hukum. Jadi kewajiban
produsen terhadap konsumen adalah sesuatu yang harus dilaksanakan dalam
menjalankan suatu kegiatan produksi. Hal tersebut sangat berkaitan erat dengan
norma dan nilai serta etika bisnis yang berlaku. Dalam hal ini kewajiban merupakan
sebuah tanggung jawab yang harus diperhatikan oleh produsen terhadap
konsumennya baik segi keamanan dan kenyamanan konsumen itu sendiri.
Produsen sebagai pelaku usaha mempunyai tugas dan kewajiban untuk ikut
serta menciptakan dan menjaga iklim usaha yang sehat sehingga menjadi
penunjang bagi pembangunan perekonomian nasional secara keseluruhan. Karena
itu, kepada produsen dibebankan tanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan
kewajiban itu, yaitu melalui penerapan norma-norma hukum, kepatutan, dan
menjunjung tinggi kebiasaan yang berlaku di kalangan dunia usaha. Etika bisnis
merupakan salah satu pedoman bagi setiap pelaku usaha. Prinsip business is
business, tidak dapat diterapkan, tetapi harus dengan pemahaman atas prinsip bisnis
untuk pembangunan. Jadi, sejauh mungkin, pelaku usaha harus bekerja keras untuk
menjadikan usahanya memberi kontribusi pada peningkatan pembangunan
nasional secara keseluruhan.. Etika bisnis merupakan salah satu pedoman bagi
setiap pelaku usaha.
Produsen atau perusahaan yang tidak memperhatikan tanggung jawab
terhadap konsumennya akan kehilangan kehilangan kepercayaan dan akhirnya
kehilangan bisnis. Selain itu, perintah juga secara aktif mengawasi apa yang dapat
dilakukan dan yang tidak dapat dilakukan oleh perusahaan sehubungan dengan
konsumennya. Hubungan antara perusahaan dengan konsumen pada dasarnya
merupakan hubungan kontraktual, dan kewajiban moral perusahaan pada
11

konsumen adalah seperti yang diberikan dalam hubungan kontraktual. Jadi,


perusahaan berkewajiban untuk memberikan produk sesuai dengan karakteristik
yang dimaksud dan konsumen memiliki hak korelatif untuk memperoleh produk
dengan karateristik yang dimaksud.
Praktek bisnis yang tidak menjalankan etika dan tidak bertanggung jawan
terhadap konsumennya dapat dikenakan denda dan hukuman dari pemerintah.
Kewajiban terhadap konsumen umumnya terbagi atas dua kategori yaitu
menyediakan produk-produk berkualitas dan menetapkan harga-harga secara adil.

Kewajiban yang harus dilakukan oleh produsesn adalah sebagai berikut:

1. Beriktikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;


2. Memberikan informasi yang benara, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan,
dan pemeliharaan.
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
4. Menjamin mutu barang dan jasa yang diproduksi dan diperdagangkan
berdasarakan ketentuan standar mutu barang atau jasa yang berlaku.
5. Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan mencoba
barang atau jasa tertentu serta memberikan jamunan atau garansi atasa barang
yang dibuat atau diperdagangkan.
6. Memberikan kompensasi, ganti rugi dan penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan jasa yang
diperdagangkan.
7. Memberikan kompensasi, ganti rugi dan penggantian apabila barang atau jasa
yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Selain itu kewajiban produsen bagi konsumen juga harus memperhatikan


kondisi bisnis, terutama harus menghindari praktik bisnis yang merugikan
12

konsumen. Kegiatan bisnis atau produksi yang dapat merugikan konsumen masih
banyak dilakukan oleh produsen baik produsen berskala besar, produsen berskala
menengah, dan produsen berskala kecil.

Berikut ini diuraiankan beberapa kejadian praktik yang merugikan


konsumen yang harus dihindari oleh para produsen, antara lain:

1. Mengurangi berat
Praktik mengurangi timbangan dapat kita saksikan di pasas-pasar
tradisional, dimana pelayanannya kepada pembeli menggunakan timbangan.
Tentunya praktik ini sangat merugikan konsumen.
2. Mengurangi volume
Dewasa ini ketika pemerintah telah mengkonversi bahan bakar minyak
tanah menjadi gas elpiji, praktik kecurangan yang merugikan konsumen masih
sering terjadi. Bentuk kecurangan dilakukan dengan cara mengurangi volume
gas yang ada di dalam tabung gas. Konsumen yang kritis memperhatikan bahwa
apabila dalam kondisi tidak dikurangi, gas akan habis selama sekian hari, maka
ketika telah dikurangi gas dalam jumlah hari yang lebih pendek, padahal
pemakaian dilakukan dengan cara normal.
3. Mengurangi ukuran
Praktik mengurangi ukuran seringkali dialami oleh konsumen yang
membeli barang yang diukur, seperti membeli bahan untuk membuat pakaian.
Pada saat diukur memang tampak sesuai dengan ukuran yang dilakukan,
misalnya 2,5 meter, atau 5 meter, dan sebagainya. Namun setelah sampai di
rumah dan di ukur kembali ternyata kurang beberapa centimeter. Kekurangan
itu sendiri bias dianggap sesuatu yang sepele, namun apabila akibat kekurangan
itu sedniri mengakibatkan tidak terpenuhinya panjang atau lebar ukuran
pakaian yang akan dibuat maka kejadian tersebut sangat merugikan konsumen.
Namun dewasa ini dengan semakin banyaknya industri garmen dan pakaian
13

jadi semakin banyak dijual di pasar, sehingga minat konsumen untuk membeli
bahan pakaian dan menjahit sedniri menjadi menurun. Hal tersebut dapat
mengurangi kecurangan yang dilakukan para produsen yang menjual bahan.
4. Mengurangi waktu
Waktu merupakan bagian dari sumber daya. Pada produk-produk
tertentu, terutama produk jasa, waktu merupakan unsur pembentukan kualitas
utama pelayanan. Pada produk jasa kursus misalnya kursus bahasa yang
ditawarkan dengan durasi satu jam sekali pertemuan, ternyata masih ada dalam
praktiknya ada saja yang mngurangi waktu meskipun hanya beberapa menit.
Cara yang dilakukan bervariasi antara lain, masuk lebih lambat, atau selesai
lebih cepat. Kondisi deminian jelas merugikan konsumen yang telah membayar
biaya kursus sesuai dengan persyaratan yang dijanjikan.
5. Mengurangi kualitas
Dengan kualitas produk disini dimaksudkan bahwa produk sesuai
dengan apa yang dijanjikan oleh produsen (melalui iklan atau informasi
lainnya) dan apa yang secara wajar boleh diharapkan oleh konsumen.
Konsumen berhak atas produk yang berkualitas , karena ia membayar untuk itu.
Dan bisnis berkewajiban untuk menyampaikan produk yang berkualitas,
misalnya produk yang tidak kadaluwarsa( bila ada batas waktu seperti obat-
obatan atau makanan).
6. Tidak menepati janji
Kejadian tentang produsen tidak menepati janji sangat sering kita alami
dalam kehidupan sehari-hari, contohnya kasus dalam hal tidak menepati janji
penyerahan barang mulai dari tidak tepatnya waktu sebagaimana yang telah
dijanjikan atau jumlah barang yang diserahkan tidak sesuai dengan kualitas
barang ang telah dipilih, tidak sesuai ukuran, tidak sesuai spesifikasi dan
sebagainya. Namun kesan sebagian besar produsen seolah tidak merasa
bersalah.
14

Selain menciptakan praktik dan kondisi bisnis yang sehat serta menjauhi
segala bentuk praktik yang tidak sehat, kewajiban produsen juga harus
memperhatikan beberapa aturan yang berlaku mengenai perlindungan terhadap
konsumen. Di Indonesia, untuk mngatur dan melindungi konsumen terhadap
kejahatan bisnis seperti penipuan, iklan produk yang menyesatkan dan agar
konsumen dapat dilayani dengan baik maka buatlah undang-undang Perlindungan
Terhadap Konsumen. Menurut UU No. 8 Tahun 1999. Adapun perlindungan
konsumen bertujuan untuk:

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandiriab konsumen untuk


melindungi diri;
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya
dari akses negatif pemakai barang dan jasa.
3. Meningkatkan pemerdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen.
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hokum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapat
informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha.
6. Meningkatkan kualitas barang dan jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
konsumen.

Selanjutnya sesuai dengan Pasal 5 Undang-Undang Perlindungan


Konsumen, hak-hak konsumen yang harus diperhatikan oleh produsen yaitu
sebagai berikut:
15

1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengonsumsi barang


atau jasa.
2. Hak untuk memilih barang dan jasa serta mendapatkan barang atau jasa tersebut
sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang atau jasa.
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan jasa yang
digunakan.
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut.
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi atau penggantian, apabila
barang dan jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaaimana mestinya.
9. Hak-hak uang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Dalam kaitan ini tentunya tidak hanya bicara hak, seperti pada Pasal 5
Undang-undang Perlindungan Konsumen juga memuat kewajiban konsumen,
antara lain:

1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau


pemanfaatan barang dan jasa, demi keamanan dan keselamatan.
2. Beriktikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan jasa.
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara
patut.
16

Melihat dari apa yang dimuat di dalam undang-undang tentang


perlindungan konsumen, penulis menyimpulkan betapa besar dan luasnya hak-hak
yang seharusnya diketahui dan dipahami oleh setiap konsumen. Namun sejauh
manakah hak-hak tersebut telah diperoleh oleh setiap konsumen dan mengetahui
kewajiban-kewajiban konsumen juga menjadi titik ukur praktik etika bisnis antara
konsumen dan produsen diterapkan. Sehingga praktek bisnis yang sehat mudah
untuk dilaksanakan dan memberikan manfaat antara produsen dan konsumen.

Selain itu tidak berbeda dengan konsumen, maka produsen juga memiliki
hak yang harus diterimanya. Salah satu hak produsen yaitu menerima pembayaran
untuk produk yang telah dijualnya. Berikut ini adalah hak yang diperoleh oleh
produsen yaitu:

1. Hak untuk menerima pembayaran yangs sesuai dengan kesepakatan mengenai


kondisi dan nilai ukur barang dan jasa yang diperdagangkan.
2. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dan tindakan konsumen yang
beriktikad tidak baik.
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian
sengketa konsumen.
4. Hak untuk rehabilitas nama baik apabila terbukti secara hokum bahwa kerugian
konsumen tidak diakibatkan oleh barang atau jasa yang diperdagangkan.
5. Hak-hak yang atur dalam ketentuan perundang-undangan lainnya.
17

D. Contoh Kasus yang Sesuai dan Tidak Sesuai dengan Etika Bisnis dalam
Kegiatan Produksi
Kasus 1
Tingkatkan Kualitas SDM, BCA Gelar Pelatihan Etika Bisnis bagi
Warga Sumiir

Guna mengembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM), PT Bank


Central Asia Tbk (BCA) menyelenggarakan Pelatihan Etika Bisnis Profesional
bagi sekitar 30 pelaku bisnis di desa Gemah Sumilir, Pekalongan Jawa Tengah.
Hadir untuk membuka acara yang berlangsung pada Minggu (20/5/2018) itu,
Kepala Pengembangan Bisnis Cabang (KPBC) BCA Pekalongan Titin Amelia
di Hotel Horison, Pekalongan, Jawa Tengah. “Melalui pelatihan ini, Kami
berharap dapat turut memberikan pengetahuan lebih tentang profesionalisme
dalam membangun sebuah branding produk, service, dan menjalin hubungan
yang baik antar pelaku bisnis dan konsumen,” papar Titin, Selasa (22/5/2018).

Gemah Sumilir merupakan desa yang terkenal dengan kerajinan batik


khas Pekalongan yang memiliki bidang usaha seperti tenun, craft, kuliner, dan
kerajinan lainnya. “Semakin berkembangnya lingkup usaha di Gemah Sumilir,
maka berkembang pula relasi dan penetrasi pasar di berbagai kalangan. BCA
mencermati adanya kebutuhan bagi warga desa Gemah Sumilir dalam
pelayanan yang profesional dengan memperhatikan batasan-batasan etika
bisnis pada umumnya. Oleh sebab itu, Kami senang dapat turut membantu
pelaku bisnis desa Gemah Sumilir dalam membangun sisi profesionalisme
dalam bisnis,” tambah Titin.

Sebelumnya, BCA telah aktif mengadakan kegiatan Pelatihan Layanan


Prima kepada para pengurus Desa Wisata Wirawisata Goa Pindul, Pentingsari,
Wukirsari, Tamansari, Desa Wisata Tinggan-Bali. Belum lama ini. BCA juga
mengadakan pelatihan layanan prima kepada pengurus desa wisata di Belitung
Barat. Selain itu pelatihan layanan prima, BCA juga mengadakan Pelatihan
Marketing Online, Pelatihan Leadership, dan Pelatihan Team.

“Kami berharap pelatihan ini mampu berkontribusi dalam menciptakan


proses kerja yang profesional dan menunjang pengetahuan etika bisnis dalam
berdagang guna menunjang relasi jangka panjang, dan akhirnya mampu
menciptakan lapangan pekerjaan lebih luas dan mendorong pembangunan di
tingkat desa sehingga dapat lebih mensejahterakan masyarakat desa Gemah
Sumilir,” tutup Titin.
18

Sumber: Detiknews.com
(https://detiknews.detikhariini.com/detiknews/tingkatkan-kualitas-sdm-bca-
gelar-pelatihan-etika-bisnis-bagi-warga-sumiir/)

Kasus tersebut sesuai dengan penerapan etika binis dalam kegiatan


prudiksi karena kegiatan yang dilakukan oleh PT Bank Central Asia tersebut
menunjukkan bahwa pentingnya pengembangan etika bisnis, tak hanya pelaku
bisnis saja yang mengetahui dan menerapkan praktik etika bisnis itu, namun
masyarakat disekitar perusahaan juga harus mengetahui agar terciptanya
hubungan yang saling menghargai satu sama lain. Adanya hubungan yang baik
dengan para pelaku bisnis kecil pada daerah itu akan memberikan dampat yang
baik pula terhadap laba yang muncul dari penerapan praktik etika tersebut, tidak
hanya jangka pendek bahkan jangka panjang pun demikian.

Kasus 2
BPOM: 3 Merek Sarden Kaleng Terbukti Mengandung Cacing

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Kota Pekanbaru merilis


hasil uji laboratorium bahwa ada tiga produk impor ikan makarel kaleng yang
terbukti mengandung cacing. Dengan begitu, lembaga yang berada di bawah
koordinasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) itu menyerukan
produk impor ikan tersebut harus segera ditarik dari peredaran dan
masyarakat agar tidak mengonsumsinya.
"Ada tiga produk ikan makarel, yaitu merek IO, Farmer Jack, dan
HOKI," kata Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM)
Kota Pekanbaru, Muhammad Kashuri, di Pekanbaru, Riau, Rabu, 21 Maret
2018.
Inspeksi mendadak dan uji laboratorium oleh BBPOM Kota
Pekanbaru dilakukan setelah sejumlah video dan foto di media sosial dari
kiriman warga beredar viral pada pekan lalu. Video dan foto
itu menunjukkan ada cacing di dalam produk ikan kaleng jenis makarel.
Uji laboratorium tersebut juga dibahas oleh sejumlah ahli, sebelum
akhirnya BBPOM Kota Pekanbaru mengungkap hasil pengujian pada produk
impor dari Tiongkok itu kepada publik. "Artinya, terkonfirmasi memang
benar ada sejenis cacing, tapi bukan cacing pita seperti yang viral di media
sosial. Jadi ada cacing Anisakis species, cantik namanya," kata Kashuri.
19

Adapun cacing Anisakis sp adalah parasit yang dapat menimbulkan


masalah pada ikan hingga pada manusia, sehingga bila dikonsumsi tanpa
dimasak, atau dalam keadaan setengah masak, akan mengakibatkan
penyakit. Cacing tersebut ditemukan di dalam kaleng ikan makarel sudah
dalam kondisi mati. Jadi bukan akibat kerusakan kemasan maupun akibat
kedaluwarsa.
Lebih jauh Kashuri menjelaskan, cacing secara umum mengandung
sumber protein tinggi. Artinya, cacing bisa sebagai zat alergen atau
mengakibatkan alergi kalau dikonsumsi. "Karena itu, pada orang-orang
tertentu yang tidak tahan dengan reaksi alergi, kemungkinan menimbulkan
alergi bisa mulai gatal-gatal pada kulit," tuturnya.

Sumber: Tempo.co
(https://bisnis.tempo.co/read/1071774/bpom-3-merek-sarden-kaleng-
terbukti-mengandung-cacing).

Kasus 3
APIKI Sebut Isu Cacing dalam Ikan Makarel Rugikan Perusahaan
Miliaran Rupiah

Asosiasi Pengalengan Ikan Indonesia (APIKI) mengaku dirugikan


akibat merebaknya isu penemuan cacing di dalam kemasan ikan kalengan.
Ketua APIKI Ady Surya mengatakan, perusahaan-perusahaan yang berada di
bawah naungannya merugi hingga miliaran rupiah. "Kami sedang kakulasi
(kerugiannya), saya bilang di grup tolong masing-masing perusahaan hitung.
Kalau angkanya miliaran jelas mas. (Kerugian) miliaran itu pasti," kata Ady
di Pakin, Jakarta Utara, Sabtu (31/3/2018).
Ia menambahkan, sejumlah pabrik pengalengan juga terpaksa tutup
untuk beberapa waktu. Akibatnya, banyak pekerja yang terpaksa dirumahkan.
Ia pun mengeluhkan penarikan produk-produk ikan makerel kalengan dari
sejumlah ritel. "Rata-rata pekerja kami 500 sampai 3000 orang. Buat apa kami
pekerjakan kalau kami enggak bisa menjual," kata Ady. Di samping itu, Ady
menuturkan pihaknya juga dirugikan secara psikologis karena hilangnya
kepercayaan masyarakat untuk mengonsumsi ikan makerel.
.
Sumber: Kompas.com
(https://megapolitan.kompas.com/read/2018/03/31/18511461/apiki-sebut-
isu-cacing-dalam-ikan-makarel-rugikan-perusahaan-miliaran)
20

Kasus tersebut menggar etika bisnis, karena perusahaan tidak


memperhatikan keamanan dan kenyamanan konsumen, sehinggan produk yang di
produksi dapat membahayakan bagi konsumen yang mengkonsumsinya,
kemudian akibat yang ditimbulkan yaitu produsen lain (kompotitor) yang
memproduksi produk sejenis juga merasakan dampaknya, produsen lain juga
mengalami penurunan omset serta hilangnya kepercayaan dan ketakutan
masyarakat untuk mengkonsumsi ikan sarden. Tidak hanya perusahaan yang
mempunyai brand sarden itu serta kompotitor, pedagang kecil, pemasok, dan
nelayan juga akan merasakan dampak yang sama. Pelanggaran etika bisnis ini
harus di hindari, melihat banyaknya pelaku bisnis yang dirugikan.

Anda mungkin juga menyukai